Nama : Irine Linawati NIM : BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 TATARAN LINGUISTIK

LINGUISTIK UMUM TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2); MORFOLOGI

Nama : Novita Jewanti Sabila Nim : TATARAN LINGUISTIK ( 2 ): MORFOLOGI 5.1. MORFEM

TATARAN LINGUISTIK (2) MORFOLOGI

Disusun Oleh : Nama : Siti Mu awanah NIM : Mata Kuliah : Bahasa Indonesia Dosen : Drs. Umar Samadhy, M.Pd.

TINJAUAN MATA KULIAH MORFOLOGI BAHASA INDONESIA

BAB 11 KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain ( KBBI,2007:588).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BERBAHASA TATARAN MORFOLOGI DALAM SKRIPSI MAHASISWA PBSI IKIP PGRI MADIUN TAHUN AKADEMIK 2013/2014.

BUKU AJAR. Bahasa Indonesia. Azwardi, S.Pd., M.Hum

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Imas Siti Nurlaela, 2015

BAB I PENDAHULUAN. bahasa manusia. Sebagai alat komunikasi manusia, bahasa adalah suatu sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

INFLEKSI DALAM BAHASA KULISUSU

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kajian tentang afiks dalam bahasa Banggai di Kecamatan Labobo

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus dari pengamat bahasa. Hal ini dikarenakan nominalisasi mempunyai

RESUME BUKU LINGUISTIK UMUM KARYA ABDUL CHAER. Disusun oleh : Sukrisno Santoso A

SATUAN GRAMATIK. Oleh Rika Widawati, S.S., M.Pd. Disampaikan dalam mata kuliah Morfologi.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia dan pada undang-undang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menelanjangi aspek-aspek kebahasaan yang menjadi objek kajiannya. Pada akhirnya, fakta

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA AFIKS DALAM LIRIK LAGU PETERPAN SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. guna mencapai derajat Sarjana S-1

BAB I PENDAHULUAN. menengah. Di antara keempat kegiatan berbahasa tersebut, menulis

Morfem Alomorf. Morfologi adalah studi gramatikal mengenai struktur internal kata. Struktur Internal Kata. Definisi Morfologi MORFOLOGI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Morfologi merupakan cabang ilmu linguistik yang mengkaji tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VI PENUTUP. dirumuskan tersebut berdasarkan rumusan masalah yang telah ditetapkan. Variabel

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Pustaka. Beberapa studi terdahulu yang relevan dengan penelitian ini adalah

Fonologi Dan Morfologi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. fonologi, morfologi, sintaksis, dan leksikal. Penggunaan kata-kata dalam

BAB 5 TATARAN LINGUISTIK (2) : MORFOLOGI

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

MASALAH-MASALAH MORFOLOGIS DALAM PENYUSUNAN KALIMAT SISWA KELAS XSMA WAHIDIYAH KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. keunikan tersendiri antara satu dengan yang lainnya. Keragaman berbagai bahasa

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. (2012: ) menjelaskan pengertian identitas leksikal berupa kategori kelas kata

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

BAB I PENDAHULUAN. system tulisan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi ketiga (2007: 90,

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah salah satu alat yang digunakan untuk mengekspresikan. sesuatu, baik untuk menyatakan pendapat, pengalaman atau untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

Assalamu alaikum Wr. Kelompok 6 : 1. Novi Yanti Senjaya 2. Noviana Budianty 3. Nurani amalia

Pembentukan Kata Dalam Bahasa Arab (Sebuah Analisis Morfologis K-T-B )

DRA. NUNUNG SITARESMI, M.PD. FPBS UPI

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB II LANDASAN TEORI. Proses morfologis ialah cara pembentukan kata-kata dengan menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia lainnya. Menurut Wedhawati dkk (2006: 1-2), Bahasa Jawa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. kata, yang memiliki kesanggupan melekat pada satuan-satuan lain untuk membentuk

INTERFERENSI GRAMATIKAL BAHASA KOREA KE DALAM BAHASA INDONESIA

ANALISIS FUNGSI DAN FAKTOR PENYEBAB PEMAKAIAN PREFIKS. MeN- YANG DOMINAN DALAM CERPEN MAJALAH STORY EDISI 14/ TH.II/ 25 AGUSTUS - 24 OKTOBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. aturan-aturan yang berlaku dalam bahasa tersebut. Sebuah kata dalam suatu bahasa dapat berupa simple word seperti table, good,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sebagai sarana untuk berkomunikasi memunyai peranan yang sangat

Proses Pembentukan Kata dalam Kumpulan Cerpen 1 Perempuan 14 Laki-Laki Karya Djenar Maesa Ayu

PENDAHULUAN. kelaziman penggunaannya dalam komunikasi sering terdapat kesalahan-kesalahan dianggap

BAB II LANDASAN TEORI. 2. Penelitian dengan judul Analisis Kesalahan Berbahasa pada Surat Pembaca

MORFOLOGI LAPORAN. Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas dari Bapak Drs.Prana D. Iswara, M.P.d. selaku Dosen Mata Kuliah Kebahasaan.

PROSES MORFOLOGIS DALAM BAHASA INDONESIA. (Analisis Bahasa Karya Samsuri) Oleh: Tatang Suparman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan bentuk pemikiran yang dapat dipahami, berhubungan

Siti Zumrotul Maulida: Merubah, Mengobah atau...,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Bahasa adalah

PROSES MORFOLOGIS PEMBENTUKAN KATA RAGAM BAHASA WALIKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. A. Tinjauan Studi Terdahulu

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. banyak masalah yang harus dicarikan jalan keluarnya secara sistematis. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB 2. LINGUISTIK SEBAGAI ILMU

BENTUKAN KATA DALAM KARANGAN BAHASA INDONESIA YANG DITULIS PELAJAR THAILAND PROGRAM DARMASISWA CIS-BIPA UM TAHUN

BAB II KAJIAN TEORI. gabungan kata morphe yang berarti bentuk, dan logos yang artinya ilmu. Chaer

BAB 4 PENUTUP. saran-saran. Berikut ini diuraikan secara berturut-turut (1) simpulan dan (2) saran.

BAB I PENDAHULUAN. menanggapi sesuatu yang terjadi di sekitarnya juga berkembang. Dalam hal ini,

BAB II LANDASAN TEORI. tertulis (Marwoto, 1987: 151). Wacana merupakan wujud komunikasi verbal. Dari

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori-teori dalam penelitian ini perlu dibicarakan secara terinci.

BAB II. Telaah Morfologis terhadap Ragam Bahasa Remaja. dalam Media Jejaring Sosial Facebook

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah ide-ide, penggambaran hal-hal atau benda-benda ataupun

PROSES MORFOLOGIS KATA MAJU BESERTA TURUNANNYA INTISARI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu alat komunikasi pada manusia untuk menyatakan

PROSES MORFOLOGIS PEMAKAIAN KATA HANCUR DALAM MEDIA ONLINE

Jurnal Kata (Bahasa, Sastra, dan Pembelajarannya) Januari 2014 KATA BERIMBUHAN DALAM LAPORAN PRAKERIN SISWA SMK NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

URUTAN PEMEROLEHAN MORFEM TERIKAT BAHASA INDONESIA SISWA SEKOLAH DASAR NURHAYATI FKIP UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORETIS. jadian. Dalam proses tersebut, ada empat komponen yang terlibat, yaitu (i) masukan

BAB I PENDAHULUAN. mahasiswa dalam berbahasa Perancis yang baik dan benar. Selayaknya

BAB 3 METODOLOGI 3.1 Analisis Kebutuhan dan Masalah Analisis Kebutuhan Analisis Masalah

INTERFERENSI MORFOLOGI BAHASA OGAN DALAM PEMAKAIAN BAHASA INDONESIA MURID SEKOLAH DASAR. Oleh: Dewi Sri Rezki Cucu Sutarsyah Nurlaksana Eko Rusminto

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai alat interaksi sosial peranan bahasa besar sekali. Hampir tidak ada

Penggunaan Ejaan yang Disempurnakan (EYD) pada Makalah Mahasiswa Non-PBSI 1 Nuryani 2

Transkripsi:

Nama : Irine Linawati NIM : 1402408306 BAB V TATARAN LINGUISTIK (2) = MORFOLOGI Fonem adalah satuan bunyi terkecil dari arus ujaran. Satuanfonem yang fungsional itu ada satuan yang lebih tinggi yang disebut silabel. Di atas satuan silabel itu secara kualitas ada satuan lain yang fungsional yang disebut morfem. 5.1 MORFEM 5.1.1 Identifikasi Morfem Untuk menentukan sebuah satuan morfem atau bukan, kita harus membandingkan bentuk tersebut di dalam kehadirannya dengan bentukbentuk lain. Apabila bentuk tersebut ternyata bisa hadir secara berulangulang dengan bentuk lain dan mempunyai makna yang sama, maka bentuk tersebut adalah morfem. Contoh: kedua "ke" disini dapat disegmentasikan sebagai satuan ketiga tersendiri dan mempunyai makna yang sama kelima (tingkat/derajat) maka "ke" disini disebut sebagai ketujuh morfem. Jadi, kesamaan arti dan kesamaan bentuk merupakan ciri atau identitas sebuah morfem. Dalam studi morfologi, morfem biasanya dilambangkan dengan mengapitnya pada kurung kurawal. Misal: masjid {masjid} kedua ({ke} + {dua}) 5.1.2 Morf dan Alomorf Morf dan Alomorf adalah dua buah nama untuk sebuah bentuk yang sama. Morf adalah nama untuk semua bentuk yang belum diketahui statusnya.

Alomorf adalah nama untuk bentuk tersebut kalau sudah diketahui status morfemnya, atau dapat disebut juga bentuk-bentuk realisasi yang berlainan dari morfem yang sama. Contoh: melihat, membawa, mendengar, menyanyi, menggali, mengelas. Pada contoh tersebut terdapat kesamaan makna walaupun bentuk agak berbeda dari bentuk me, mem, men, meny, meng, menge. Bentuk-bentuk ini disebut sebagai alomorf dan disebut morfem men (dibaca: me nasal; N besar melambangkan nasal). Partikel {Al} dalam bahasa Arab mempunyai dua bentuk alomorf: tetap berbentuk {al}: al hilal, al qur'an, an insan. berubah/berasimilasi dengan fonem awal bentuk dasarnya: ar rahman, an nisa, at taqwa. 5.1.3 Klasifikasi Morfem Morfem Bebas dan Morfem Terikat (Kebebasannya) Morfem Bebas adalah morfem yang tanpa kehadiran morfem lain dapat muncul dalam pertuturan. contoh: pulang, makan, rumah, dan bagus. Morfem Terikat adalah morfem yang tanpa digabung dulu dengan morfem lain tidak dapat muncul dalam penuturan. Contoh: semua afiks dalam bahasa Indonesia. Morfem Utuh dan Morfem Terbagi (Bentuk Formalnya) Morfem Utuh adalah morfem yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Contoh: {meja}, {kursi}, {kecil}, {ter }, {ber }, {henti}. Morfem Terbagi adalah sebuah morfem yang terdiri dari dua buah bagian yang terpisah. Contoh: kesatuan terdiri dari satu morfem utuh yaitu {satu} dan satu morfem terbagi yakni {ke / an} Morfem Segmental dan Suprasegmental (Jenis Fonem Pembentuknya)

Morfem Segmental adalah morfem yang dibentuk oleh fonem-fonem segmental atau semua morfem yang berwujud bunyi. Contoh: {lihat}, {lah}, {sikat}, {ber} Morfem Suprasegmental adalah morfem yang dibentuk oleh unsureunsur suprasegmental seperti tekanan, nada, durasi, dan sebagainya. Contoh: Bahasa Ngbaka dari Kongo Utara, verbenya diikuti kala (tense) berupa nada. Kala kini = à, kala lampau = ā, kala nanti = ǎ, imperatif = á. Morfem Beralomorf Zero Morfem beralomorf zero adalah morfem yang salah satu alomorfnya tidak berwujud bunyi segmental maupun berupa prosodi (unsur suprasegmental) melainkan berupa kekosongan. Lambangnya: ø. Morfem Bermakna Leksikal dan Morfem Tidak Bermakna Leksikal Morfem bermakna leksikal adalah morfem-morfem yang secara inheren telah memiliki makna pada dirinya sendiri tanpa harus berproses dulu dengan morfem lain. Morfem tak bermakna leksikal tidak mempunyai makna apa-apa pada dirinya sendiri, baru bermakna dalam gabungannya dengan morfem lain. 5.1.4 Morfem Dasar, Bentuk Dasar, Pangkal (Stem) dan Akar (Root) a. Morfem dasar biasanya digunakan sebagai dikotomi dengna morfem afiks, dan terdiri atas morfem nenas dan terikat. b. Bentuk Dasar atau Dasar (Base) biasa digunakan untuk menyebut sebuah bentuk yang menjadi dasar dalam suatu proses morfologi, bentuk dasar dapat berupa morfem tunggal atau gabungan. c. Pangkal (Stem) digunakan untuk menyebut bentuk dasar dalam proses infleksi, atau proses pembubuhan afiks inflektif. Contoh: books pangkalnya adalah book.

d. Akar (Root) digunakan untuk menyebut bentuk yang tidak dapat dianalisis lebih jauh lagi. Contoh: touch (akar yang tidak dapat dianalisis lagi) able (sufiks derivasional) touchable (akar yang dapat dianalisis lagi) un (prefiks derivasional) untouchable (pangkal (stem)) s (sufiks infleksional) untouchables 5.2 KATA 5.2.1 Hakikat Kata Kata adalah satuan bahasa yang memiliki satu pengertian; atau kata adalah deretan huruf yang diapit oleh dua buah spasi dan mempunyai satu arti. Menurut Bloomfield, kata adalah satuan bebas terkecil yang tidak pernah diulas atau dikomentari, seolah-olah batasan itu sudah bersifat final. Pada buku Linguistik Eropa, kata merupakan bentuk yang, kedalam mempunyai susunan fonologis, yang stabil dan tidak berubah dan keluar mempunyai kemungkinan mobilitas di dalam kalimat. 5.2.2 Klasifikasi Kata Tata bahasawan strukturalis membuat klasifikasi kata berdasarkan distribusi kata itu dalam suatu struktur atau konstruksi. Kelompok linguis menggunakan kriteria fungsi sintaksis sebagai patokan untuk menentukan kelas kata. 5.2.3 Pembentukan Kata Untuk dapat digunakan di dalam kalimat atau pertukaran tertentu, maka setiap bentuk dasar, terutama dalam bahasa fleksi dan aglutunasi, harus dibentuk lebih dahulu menjadi sebuah kata gramatikal, baik

melalui proses afiksasi, proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Pembentukan kata ini mempunyai dua sifat, yaitu: bersifat infleksif dan derivatif. 5.3 PROSES MORFEMIS 5.3.1 Afiksasi Afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar atau bentuk dasar. Afiks adalah sebuah bentuk, biasanya berupa morfem terikat yang diimbuhkan pada dasae dalam proses pembentukan kata. Afiks dapat dibedakan menjadi: prefix, infiks, sufiks, konfiks, interfiks dan transfiks. Unsure yang terdapat pada afiksasi adalah dasar /bentuk dasar, afiks, dan makna gramatikal yang dihasilkan. 5.3.2 Reduplikasi Reduplikasi adalah proses morfemis yang mengulang bentuk dasar, baik secara keseluruhan, secara sebagian (parsial), maupun dengan perubahan bunyi. 5.3.3 Komposisi Komposisi adalah hasil dan proses penggabungan morfem dasar dengan morfem dasar, baik yang bebas maupun terikat, sehingga berbentuk sebuah konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau yang baru. 5.2.4 Konversi, Modifikasi Internal, dan Suplesi Konfersi sering jiga disebut derivasi zero, transmutasi dan transposisi adalah proses pembentukan kata dari sebuah kata menjadi kata lain tanpa perubahan unsur segmental. Misal: drink merupakan nomina pada kalimat: have a drink. drink merupakan verba pada kalimat: if you're thirsty, you must drink.

Modifikasi internal adalah proses pembentukan kata dengna penambahan unsur-unsur (yang biasanya berupa vokal) ke dalam morfem yang berkerangka tetap (yang biasanya berupa konsonan). Contoh: B. arab dengan kerangka k t b = tulis katab = dia laki-laki menulis maktaba = toko buku ka tib = penulis Suplesi merupakan modifikasi internal namun perubahannya sangat ekstrem karena ciri-ciri bentuk dasar tidak atau hampir tidak tampak lagi. Misal: bentuk kala lampau dari kata Inggris "go" yang menjadi "went". 5.3.4 Pemendekan Pemendekan adalah proses pemenggalan bagian-bagian leksem atau gabungan leksem sehingga menjadi sebuah bentuk singkat, tetapi maknanya tetap sama dengan makna bentuk utuhnya. Hasil proses pemendekan disebut kependekan. Contoh: laboratorium lab. 5.3.5 Produktifitas Proses Morfemis Produktifitas dalam proses morfemis ini adalah dapat tidaknya proses pembentukan kata itu, terutama afiksasi, reduplikasi dan komposisi, digunakan berulang-ulang yang secara relative tak terbatas; artinya, ada kemungkinan menambah bentuk baru dengan proses tersebut. 5.4 MORFOFONEMIK Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis,

baik afiksasi, reduplikasi maupun komposisi. Perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dapat berwujud: 1. Pemunculan fonem, contoh: me + baca = membaca (muncul konsonan sengau /m/). 2. Pelepasan fonem, contoh: sejarah + wan = sejarawan (fonem /h/ menjadi hilang). 3. Peluluhan fonem, contoh: me + sikat = menyikat (fonem /s/ diluluhkan dengan bunyi nasal /ny/). 4. Perubahan fonem, contoh: ber + ajar = belajar (fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/). 5. Pergeseran fonem yaitu pindahnya sebuah fonem dari silabel satu ke silabel yang lain, contoh: ja. wab + an ja. wa. ban.