BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode

dokumen-dokumen yang mirip
2015 PENGARUH PELATIHAN DAN PENGALAMAN KERJA TERHADAP PRODUKTIVITAS TENAGA KERJA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Peranan UMKM dan Usaha Besar terhadap PDRB Non Migas Jawa Barat tahun tergambar dalam tabel 1.1 berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Jumlah Unit Usaha di Kota Bandung Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Perkembangan Jumlah Usaha Kecil, Menengah (UKM) dan Usaha Besar (UB) di Jawa Barat Tahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Jumlah Unit Usaha Kota Bandung Tahun Sektor / Kegiatan UKM Usaha Kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kawasan Industri Utama Kota Bandung. Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Perkembangan UMKM Jawa Barat

1.1 Tinjauan Terhadap Objek Studi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan sektor industri tetapi banyak berkembangnya sektor industri kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: BPS Jawa Barat (2013)

2015 PERKEMBANGAN USAHA KECIL MENENGAH (UKM) BONEKA KAIN DI KELURAHAN SUKAGALIH KECAMATAN SUKAJADI KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Data Perkembangan UMKM Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Nilai PDRB (dalam Triliun) Sumber :Data nilai PDRB Pusdalisbang (2012)

2015 PENGARUH PERILAKU KEWIRAUSAHAAN DAN DAN LOKASI USAHA TERHADAP PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Daya saing Indonesia menurut World Economic Forum tahun 2008/2009 berada

BAB I PENDAHULUAN. dan peningkatan ekspor non-migas. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa industri

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang. Salah

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

BAB I PENDAHULUAN. omzet, namun karena jumlahnya cukup besar, maka peranan UMKM cukup

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari perekonomian negara yang sedang berkembang, meskipun UKM sering

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Bandung menjadi kota yang memiliki daya saing paling kompetitif dibanding kota-kota lainnya

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang besar.

BAB I PENDAHULUAN. berkembang seperti di Indonesia, tetapi juga di negara-negara yang sudah

BAB I PENDAHULUAN ,83 % , ,10 13,15 % Sumber :

perlu emberikan perhatian yang besar untuk mendorong pengembangannya. Pengembangan UKM melalui pendekatan pemberdayaan usaha, perlu

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Ketika krisis melanda Indonesia sejak tahun 1997 usaha kecil berperan

wbab I PENDAHULUAN No Indikator Satuan Tahun 2011 *) TAHUN 2012 **) PERKEMBANGAN TAHUN Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Perkembangan Indikator Makro Usaha Kecil Menengah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung dengan luas 167,67 km 2 ini berpenduduk jiwa

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

BAB 1 PENDAHULUAN. (UMi), Usaha Kecil (UK), Usaha Menengah (UM) dan Usaha Besar (UB) berdasarkan ketiga alat ukur ini berbeda di setiap negara.

I. PENDAHULUAN. dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dengan kata lain, perkembangannya

Statistik KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses

Sumber: Data Biro Perencanaan Stratistik UMKM tahun 2011 (data diolah)

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

Statistik KATA PENGANTAR

Tabel PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kecamatan Ngadirejo Tahun (Juta Rupiah)

BPS PROVINSI MALUKU PERTUMBUHAN EKONOMI MALUKU PDRB MALUKU TRIWULAN IV TAHUN 2013 TUMBUH POSITIF SEBESAR 5,97 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB IV INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN BOGOR Perkembangan Industri Kecil dan Menengah

TABEL - IV.1 PERKEMBANGAN NILAI PRODUK DOMESTIK BRUTO (PDB) MENURUT SKALA USAHA ATAS DASAR HARGA KONSTAN 1993 TAHUN

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

Potret Kluster Industri Boneka di Kelurahan Cijerah Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Industri kecil merupakan salah satu penggerak utama dalam perekonomian

Statistik Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki peranan yang penting bagi pertumbuhan pembangunan

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia Atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. atau kontribusi dari masing-masing sektor perekonomian. Pada tahap-tahap

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1: Lokasi Kampung Tahu Citeureup

99,37 % Kecil dan Menengah Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Bandung

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

KATA PENGANTAR. Lubuklinggau, September 2014 WALIKOTA LUBUKLINGGAU H. SN. PRANA PUTRA SOHE

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

Pemerintah Kabupaten Bantul. Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Akhir TA 2007 Kabupaten Bantul

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN ,71 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN SIMALUNGUN TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan merupakan suatu proses perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

No. 64/11/13/Th.XVII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA BARAT TRIWULAN III 2014

BAB I PENDAHULUAN. namun sektor industri adalah satu dari beberapa yang bertahan dari krisis

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, peranan Industri Kecil Menengah (IKM) dikaitkan dengan

Analisis Isu-Isu Strategis

Tabel-Tabel Pokok TABEL-TABEL POKOK. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

Pendapatan Regional / Product Domestic Regional Bruto

Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah dalam mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan potensi, aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian global tetap rapuh, pertumbuhan di Negara-negara yang

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia terus mengalami perkembangan. Perkembangan UMKM di Indonesia dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini. Tabel 1.1 Perkembangan Data UMKM Indonesia Periode 2011-2012 Indikator Satuan Tahun 2011 Tahun 2012 Unit Usaha (UMi + UK + UM) Unit 55.206.444 56.534.591 - Usaha Mikro (UMi) Unit 54.559.969 55.856.176 - Usaha Kecil (UK) Unit 602.195 629.418 - Usaha Menengah (UM) Unit 44.280 48.997 Tenaga Kerja (UMi + UK +UM) Orang 101.722.458 107.657.510 - Usaha Mikro (UMi) Orang 94.957.797 99.859.517 - Usaha Kecil (UK) Orang 3.919.992 4.535.970 - Usaha Menengah (UM) Orang 2.844.669 3.262.023 PDB Atas Dasar Harga Berlaku (UMi + UK + UM) Rp. Milyar 4.303.571,50 4.869.568,10 - Usaha Mikro (UMi) Rp. Milyar 2.579.388,4 2.951.120,6 - Usaha Kecil (UK) Rp. Milyar 740.271,3 798.122,2 - Usaha Menengah (UM) Rp. Milyar 1.002.170,3 1.120.325,3 PDB Atas Dasar Harga Konstan (UMi + UK + UM) Rp. Milyar 1.369.386,00 1.451.460,20 - Usaha Mikro (UMi) 761.288,8 790.825,6 - Usaha Kecil (UK) Rp. Milyar 261.315,8 294.260,7 - Usaha Menengah (UM) Rp. Milyar 346.781,4 366.373,9 Sumber: www.depkop.go.id (2013) Tabel 1.1 menunjukkan perkembangan UMKM di Indonesia yang meliputi perkembangan unit usaha, tenaga kerja, Produk Domestik Bruto (PDB) atas harga berlaku dan PDB atas harga konstan. Perkembangan unit usaha mikro mengalami peningkatan dari 54.559.969 unit usaha pada tahun 1

2011 menjadi 55.856.176 unit usaha pada tahun 2012. Perkembangan unit usaha kecil juga mengalami peningkatan dari 602.195 unit usaha pada tahun 2011 menjadi 629.418 unit usaha pada tahun 2012, dengan kata lain unit usaha kecil meningkat sebesar 27.223 unit. Sementara itu unit usaha menengah mengalami peningkatan dari 44.280 unit usaha pada tahun 2011 menjadi 48.997 unit usaha pada tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 4.717 unit. Perkembangan tenaga kerja untuk usaha mikro mengalami peningkatan dari 94.957.797 orang pada tahun 2011 menjadi 99.859.517 orang pada tahun 2012. Perkembangan tenaga kerja untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari 3.919.992 orang pada tahun 2011 menjadi 4.535.970 orang pada tahun 2012, sementara itu untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari 2.844.669 orang pada tahun 2011 menjadi 3.262.023 orang pada tahun 2012. Sama halnya dengan perkembangan unit usaha dan tenaga kerja, PDB atas harga berlaku dan harga konstan juga mengalami perkembangan. PDB atas harga berlaku untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari 740.271,3 Milyar pada tahun 2011 menjadi 798.122,2 Milyar pada tahun 2012, mengalami peningkatan sebesar 57.851 Milyar. Sementara itu PDB atas dasar harga konstan untuk usaha kecil mengalami peningkatan dari 261.315,8 Milyar pada tahun 2011 menjadi 294.260,7 Milyar pada tahun 2012. PDB atas dasar harga berlaku untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari 1.002.170,3 Milyar pada tahun 2011 menjadi 1.120.325,3 Milyar pada tahun 2012, sementara itu PDB atas dasar harga konstan untuk usaha menengah mengalami peningkatan dari 346.781,4 Milyar pada tahun 2011 dan 366.373,9 Milyar pada tahun 2012, meningkat sebesar 19.593 Milyar. Tidak hanya di Indonesia, di Jawa Barat UMKM juga mengalami perkembangan pada tahun 2011-2012, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar). Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan tabel 1.2, tabel 1.3 dan tabel 1.4 dibawah ini. 2

Tabel 1.2 Jumlah Unit Usaha Jawa Barat Periode 2011-2012 Tahun Mikro Kecil Menengah Total 2011 8.626.671 116.062 8.181 8,752,642 2012 9.042.519 115.749 8.235 9,168,356 Sumber: www.bps.go.id (2013) Tabel 1.2 menunjukkan jumlah unit usaha Jawa Barat yang meliputi unit usaha mikro, kecil dan menengah periode 2011-2012. Unit usaha mikro mengalami peningkatan dari 8.626.671 unit usaha pada tahun 2011, menjadi 9.042.519 pada tahun 2012. Unit usaha menengah mengalami peningkatan dari 8.181 unit usaha pada tahun 2011 menjadi 8.235 unit pada tahun 2012. Sementara itu, usaha kecil mengalami penurunan dari 116.062 unit usaha pada tahun 2011 menjadi 115.749 unit pada tahun 2012. Penurunan dialami unit usaha kecil sebesar 313 unit dari tahun 2011 ke tahun 2012. Tabel 1.3 Serapan Tenaga Kerja (Jiwa) Jawa Barat Periode 2011-2012 Tahun Mikro Kecil Menengah Total 2011 13.172.794 607.236 498.372 16.549.165 2012 13.861.814 623.556 522.325 17.382.500 Sumber: www.bps.go.id (2013) Tabel 1.3 menunjukkan serapan tenaga kerja Jawa Barat Periode 2011-2012. Serapan tenaga kerja Jawa Barat untuk usaha mikro meningkat dari 13.172.794 jiwa pada tahun 2011 menjadi 13.861.814 jiwa pada tahun 2012, untuk usaha kecil meningkat dari 607.236 jiwa pada tahun 2011 menjadi 623.556 jiwa pada tahun 2012. Sementara itu, serapan tenaga kerja dari unit usaha menengah mengalami peningkatan dari 498.372 jiwa pada tahun 2011 menjadi 522.325 jiwa pada tahun 2012. 3

Tabel 1.4 Peranan Terhadap PDRB (Persen) Jawa Barat Tahun Skala Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Besar 2011 54,20% 45,80% 2012 54,55% 45,45% Sumber: www.bps.go.id (2013) Berdasarkan tabel 1.4 dapat dilihat peranan UMKM terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Jawa Barat. Usaha mikro, kecil dan menengah memiliki peranan terhadap PDRB pada tahun 2011 sebesar 54,20% meningkat menjadi 54,55% pada tahun 2012. Namun UMKM di Jawa Barat juga menghadapi beberapa permasalahan. Permasalahan yang dihadapi pelaku UMKM Jawa Barat adalah akses terhadap pemodalan, kualitas sumber daya manusia, kualitas dan kontinuitas produk dan akses pasar serta jaringan usaha. Untuk mengatasi permasalahan tersebut dilakukan berbagai upaya seperti permodalan melalui bantuan sosial dan bantuan kredit bunga ringan, sedangkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dilakukan pelatihan-pelatihan baik yang bersifat managerial maupun substantif serta melalui bimbingan teknis bekerjasama dengan asosiasi pengusaha dan asosiasi profesi (Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Jabar, 2012). UMKM dibagi kedalam sembilan penggolongan berdasarkan sektor ekonomi yang meliputi: (i) pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, (ii) pertambangan dan penggalian, (iii) industri pengolahan, (iv) listrik, gas dan air bersih, (v) bangunan, (vi) perdagangan, hotel dan restoran, (vii) pengangkutan dan komunikasi, (viii) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dan (ix) jasa-jasa (www.depkop.go.id, diakses pada 18 Februari 2015). Industri merupakan salah satu dari bagian penggolongan UMKM berdasarkan sektor ekonomi. UMKM memiliki pengertian yang lebih luas, sementara itu industri, khususnya Industri Kecil Menengah (IKM) memiliki 4

pengertian yang lebih sempit. Disebabkan IKM merupakan bagian dari UMKM. Berdasarkan data, saat ini Bandung telah memiliki 30 sentra industri aktif (Sentraindustribandung.com, diakses pada 3 September 2014). Setiap sentra industri terdiri dari beberapa unit usaha yang telah terdaftar di Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung. Adapun 30 sentra industri aktif Bandung dapat dilihat pada tabel 1.5 dibawah ini. Tabel 1.5 Sentra Industri Bandung Tahun 2012 No Sentra Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi/Tahun 1 Sentra Industri Rajut Binong Jati 293 2143 852200 Lusin 2 Sentra Industri Pakaian Bayi Hantap 23 65 362900 Lusin 3 Sentra Industri Pakaian Anak Pagarasih 84 186 852200 Lusin 4 Sentra Industri Tas Kebonlega 53 472 1271760 Pcs 5 Sentra Industri Rajut Margasari 13 103 105820 Lusin 6 Sentra Industri Jeans Cihampelas 59 352-7 Sentra Industri Pakaian Jadi Cigondewah 43 116 483000 Lusin 8 Sentra Industri Produk Tekstil 313 567 - Cigondewah 9 Sentra Industri Sepatu Cibaduyut 577 3008 3114022 Pcs 10 Sentra Industri Sablon Kaos Suci 409 2721 177300 Lusin 11 Sentra Industri Telur Asin Derwati 10 49 138300 Lusin 12 Sentra Industri Ikan Pindang Cijaura 15 38 3768000 Ekor 13 Sentra Industri Opak Cigondewah 8 30 108000 Kg 14 Sentra Industri Roti Kopo 13 115 12698050 Pcs 15 Sentra Industri Tahu Cibuntu 408 1518 2160,6 Juta Pcs 16 Sentra Industri Tahu dan Oncom Situ 29 98 1486400 Pcs Saeur 17 Sentra Industri Gorengan Tempe leuwi Panjang 21 143 1544400 Kg 18 Sentra Industri Kerupuk Palembang 12 219 2568000 Pcs Madesa 19 Sentra Industri Boneka Warung 48 175 792300 Pcs Muncang 20 Sentra Industri Boneka Sukamulya 17 212 768940 Lusin 21 Sentra Industri Knalpot Sadakeling 15 47 270 Lusin 22 Sentra Industri Peralatan Dapur Warung 40 47 74950 Lusin Muncang 23 Sentra Industri Percetakan Pagarasih 21 68 11900 Rim 24 Sentra Industri Suku Cadang Kiara Condong 69 301 8197535 unit 5 (Bersambung)

25 Sentra Industri Oven Cimindi 7 21 37100 Unit 26 Sentra Industri Sikat dan Sapu Cibiru 9 42 7372 lusin 27 Sentra Industri Kasur Cigondewah 24 65 4100 Unit 28 Sentra Industri Bengkel Las dan Bubut 104 210 1001 Unit 29 Sentra Industri Las Ketok Karasak 21 95 1128 Unit 30 Sentra Industri Kusen Astana Anyar 15 56 2460 Unit Total 2773 13282 - Sumber: Sentraindustribandung.com (2014) Dari ke-30 senta industri aktif tersebut, Bandung memiliki tujuh kawasan industri dan perdagangan yang berpotensi menjadi pusat bisnis sekaligus tempat wisata industri berkelas internasional di masa yang akan datang (Sentraindustribandung.com, diakses pada 3 September 2014). Sentra industri tersebut yaitu Sentra Industri Sepatu Cibaduyut, Sentra Industri Rajut Binong Jati, Sentra Kaos dan Sablon Suci, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas, Sentra Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah, Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu dan Sentra Boneka Sukamulya. Tabel 1.6 (Sambungan) Tujuh Sentra Industri Berpotensi di Bandung Tahun 2012 No Sentra Industri Unit Usaha Tenaga Kerja Kapasitas Produksi/Tahun 1 Sentra Industri Rajut Binong Jati 293 2143 852200 Lusin 2 Sentra Industri Jeans Cihampelas 59 352-3 Sentra Industri Produk Tekstil Cigondewah 313 567-4 Sentra Industri Sepatu Cibaduyut 577 3008 3114022 Pcs 5 Sentra Industri Sablon Kaos Suci 409 2721 177300 Lusin 6 Sentra Industri Tahu Cibuntu 408 1518 2160,6 Juta Pcs 7 Sentra Industri Boneka Sukamulya 17 212 768940 Lusin Total 2076 10521 - Sumber: Sentraindustribandung.com (2014) Sentra Industri Rajut Binong Jati memiliki kurang lebih 293 pengrajin rajut dengan kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 852.200 Lusin dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 2.143 orang. Sentra Industri Jeans Cihampelas menyerap tenaga pekerja sebanyak 352 orang. Sentra Industri 6

Produk Tekstil Cigondewah memiliki kurang lebih 313 pengusaha tekstil dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 567 orang. Sentra Industri Sepatu Cibaduyut memiliki kurang lebih 577 pengrajin sepatu, kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 3.114.022 pasang dan menyerap tenaga kerja sebanyak 3.008 orang. Sentra Industri Kaos Sablon Suci memiliki kurang lebih 409 pengrajin sablon kaos, kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 177.300 Lusin dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 2.721 orang. Sentra Industri Tahu Cibuntu memiliki kurang lebih 408 produsen tahu, kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 2.161 Juta Pcs dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 1.518 Orang. Sentra Industri Boneka memiliki kurang lebih 17 pengrajin boneka, kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 768.940 unit dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 212 Orang. Ketujuh sentra industri tersebut memiliki perbedaan dan keunggulan dibandingkan dengan sentra industri lainnya yaitu: Sentra Industri Sepatu Cibaduyut memiliki keunggulan dalam pembuatan sepatu yakni dengan teknik handmade, Sentra Industri Rajut Binong Jati mampu menghasilkan pendapatan rata-rata per hari 600 800 juta rupiah, Sentra Kaos dan Sablon Suci memiliki jangkauan pasar yang luas dan dikenal hampir diseluruh kota di Indonesia, Sentra Perdagangan Jeans Cihampelas terkenal dengan model-modelnya yang selalu up to date, Sentra Tekstil dan Produk Tekstil Cigondewah memiliki daya tarik pada harga jualnya yang relatif murah, Sentra Tahu dan Tempe Cibuntu yang memiliki rasa yang khas dan berbeda dengan tahu dari daerah-daerah lain dan terakhir Sentra Boneka Sukamulya yang mempunyai keunggulan kualitas dan harga yang bersaing (ditjenpdn.kemendag.go.id, diakses pada 4 September 2014). Sentra Industri Cibaduyut yang mempunyai keunggulan dalam pembuatan sepatu dengan teknik handmade menjadi objek penelitian penulis. Sentra ini terletak di Jalan Raya cibaduyut, kecamatan Bojongloa Kidul, Bandung (Sentraindustribandung.com, diakses pada 3 September 2014). Fokus sentra ini adalah memproduksi berbagai macam jenis sepatu. Terdapat kurang lebih 577 pengrajin sepatu. Kapasitas produksi per tahunnya sebanyak 3.114.022 Pasang dengan nilai investasi Rp. 19 Milyar 7

dan menyerap tenaga pekerja sebanyak 3.008 Orang (Sentraindustribandung.com, diakses pada 3 September 2014). Pemerintah menyatakan hasil dari Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung ini, memiliki potensi besar untuk berkembang di pasar internasional dimasa yang akan datang (www.kemenperin.go.id, diakses pada 14 Desember 2014). 1.2 Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2015, seluruh negara anggota Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) akan menghadapi Asean Economic Community (AEC). Untuk mewujudkan AEC pada tahun 2015, seluruh Negara ASEAN harus melakukan liberalisasi perdagangan barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil secara bebas dan arus modal yang lebih bebas, sebagaimana digariskan dalam AEC blueprint (Departemen Perdagangan Republik Indonesia, 2010). Terkait dengan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), belum setaranya kondisi ekonomi tiap negara ASEAN menuntut setiap negara ASEAN, termasuk Indonesia untuk meningkatkan kompetensi UMKM (Bank Indonesia, 2009). Peningkatan kompetensi perlu dilakukan agar UMKM Indonesia mampu atau setidaknya siap menghadapi era pasar keuangan bebas tersebut (Bank Indonesia, 2009). Keberadaan UMKM menjadi perhatian baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Perhatian khusus terhadap UMKM tidak terlepas dari perannya dalam pembanguan perekonomian, ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat. Keberadaan UMKM terbukti tahan uji mengadapi krisis, baik pada krisis ekonomi tahun 1998 maupun krisis global tahun 2008 (Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) Jabar, 2012). UMKM perlu mendapatkan perhatian karena (i) UMKM memiliki kontribusi pada ketahanan ekonomi Indonesia selama krisis keuangan 2008-2009 (OECD, 2012), (ii) memiliki kontribusi meliputi peningkatan aktivitas perekonomian sehingga mendorong penciptaan nilai tambah, penambahan lapangan kerja baru, sehingga lebih banyak menyerap tenaga kerja, 8

peningkatan pemberdayaan dan kesejahteraan masayarakat (Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, Menengah (KUMKM) Jabar, 2012). (iii) UMKM sangat penting untuk stabilitas ekonomi di dalam suatu negara (Henry, 2013). Beberapa peneliti telah melakukan penelitian dan mempelajari elemen-elemen kunci untuk kesuksesan UMKM, serta kriteria dan besarnya hambatan yang dihadapi UMKM (Loureiro dan Pedro, 2012). Elemen kunci yang berorientasi pada keunggulan bersaing dan peningkatan kompetensi UMKM telah diteliti dan dipelajari dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, namun pendekatan beragam seperti IC dibutuhkan (Loureiro dan Pedro, 2012). Intellectual Capital (IC), yang terdiri atas Human Capital (HC), Structural Capital (SC), dan Relational Capital (RC), menjadi penentu utama keberhasilan usaha kecil (Stewart, 1998) dalam Daou et al., (2014). IC merupakan bagian penting dalam sebuah bisnis untuk mencapai kesuksesan, namun sulit untuk mendefinisikan IC (Jurczak, 2008). IC muncul sebagai suatu kegiatan yang sangat kompleks dan dinamis (O'Donnell et al., 2000) dalam Maditinos et al., (2009). Terdapat perubahan yang cukup besar untuk para pengusaha, yakni terjadi pergeseran perekonomian dari basis keuangan kepada IC yang berbasis pengetahuan (Zimmerer dan Scarborough, 2009). Mengevaluasi IC pada bisnis menjadi salah satu hal yang paling penting dan merupakan topik yang relevan dalam strategi manajemen yang baru (Roos et al, 2005) dalam Molodchik et al., (2012). Misalnya, mengukur customer capital adalah penting untuk menilai bagaimana kesuksesan dalam bisnis dan bagaimana menjalin hubungan dengan pelanggan secara berkelanjutan untuk menciptakan keunggulan kompetitif (Duffy, 2000). Mengukur IC sangat penting untuk melakukan perbandingan terhadap perusahaan yang berbeda, untuk memperkirakan nilai riil perusahaan atau bahkan untuk mengontrol perbaikan-perbaikan yang dapat dilakukan perusahaan setiap tahunnya, melakukan pengukuran terhadap IC dapat meningkatkan cara perusahaan dalam mengelola sumber daya 9

intelektual, yang dapat menghasilkan nilai dan memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan (Jurczak, 2008). Berdasarkan hal tersebut diatas terkait dengan UMKM, mengukur IC pada UMKM juga menjadi hal yang sangat penting, seperti menilai bagaimana kesuksesan sebuah UMKM, melakukan perbandingan antara IC UMKM satu dengan lainnya, bagaimana menjalin hubungan dengan pelanggan, mengontrol perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan dan meningkatkan cara dalam mengelola sumber daya intelektual, yang dapat menghasilkan nilai dan memberikan keuntungan maksimal, terutama dalam rangka persiapan menghadapi AEC 2015. Penulis seperti Kaplan dan Norton (1996), Stewart (1997), dan Kerssens (1999) dalam Jurczak (2008), mengatakan "Jika Anda tidak dapat mengukurnya, Anda tidak bisa mengelolanya". Saat ini, metode pengukuran non keuangan banyak direkomendasikan menggantikan pengukuran keuangan di era ekonomi berbasis pengetahuan (Cumby dan Conrod, 2001; Kannan dan Aulbur,2004) dalam Hermawan (2010). UMKM di Jawa Barat yang memiliki kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) dan serapan tenaga kerja di Jawa Barat terus mengalami perkembangan. Sehingga, UMKM pada Sentra Industri sepatu di Cibaduyut Bandung yang turut berperan terhadap perkembangan UMKM di Jawa Barat, penting untuk dilakukan peningkatan standarisasi kualitas dan mutu produksi karena saat ini sudah berkembang pesat dan berpotensi untuk menjadi pusat bisnis yang berkelas dimasa yang akan datang (www.kemenperin.go.id. Diakses pada 14 Desember 2014). Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, menjadi latar belakang untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Intellectual Capital pada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung. 1.3 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah mengenai: 10

1. Bagaimanakah IC pada UMKM di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung? 2. Bagaimanakah posisi komponen IC pada UMKM di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh data dan informasi untuk menjawab masalah penelitian yang telah dirumuskan diatas. Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Mengetahui IC pada UMKM di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung. 2. Mengetahui posisi komponen IC pada UMKM di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung. 1.5 Kegunaan Penelitian Kegunaan dengan melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek teoritis: menambah pengetahuan teoritis mengenai IC pada UMKM di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung. 2. Aspek praktis: hasil penelitian IC pada UMKM di Sentra Industri Sepatu Cibaduyut Bandung dapat menjadi masukan kepada Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Bandung dan pemerintah untuk terus memberikan dukungan terkait pengembangan UMKM yang berhubungan dengan IC. 1.6 Sistematika Penulisan Untuk memberikan gambaran yang jelas mengenai penelitian yang dilakukan, maka disusun suatu sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut : BAB I Pendahuluan, Bab ini menjelaskan tentang gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan. 11

BAB II Tinjauan Pustaka dan Lingkup Penelitian, Bab ini mengemukakan tentang hasil kajian kepustakaan yang terkait dengan topik dan variabel penelitian. BAB III Metode Penelitian, Bab ini menegaskan pendekatan, metode dan teknik yang digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat menjawab atau menjelaskan masalah penelitian. BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, Bab ini menjelaskan tentang hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan hasil penelitiaan. BAB V Kesimpulan dan Saran, Bab ini menjelaskan kesimpulan dari penelitian yang telah dilaksanakan dan penulis memberikan saran mengenai masalah yang terjadi dalam penelitian. 12