BAB 1 PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Di Indonesia salah satu penyebab dimana mayat korban susah untuk dapat diidentifikasi yaitu adalah bencana alam. Kejadian bencana massal akan menghasilkan keadaan jenazah yang mungkin dapat intak, separuh intak, membusuk, tepisah berfragmen-fragmen, terbakar menjadi abu, separuh terbakar, terkubur ataupun kombinasi dari bermacam-macam keadaan (Blau, 2006). Banyaknya korban yang tidak dikenal pada bencana alam menyebabkan kesulitan dalam membangun identitas mayat seseorang dalam identifikasi forensik. Saat ini yang sering digunakan dalam penggunaan metode identifikasi adalah sidik jari dan beberapa bagian-bagian tubuh yang bisa digunakan sebagai identifikasi seperti gigi dan tes DNA (Caldas et al.,2007). Identifikasi menggunakan catatan gigi juga mungkin tidak meyakinkan, karena banyak catatan gigi antemortem mungkin yang tidak akurat atau tidak lengkap (Buchner, 1985). Tambahan perawatan gigi yang mungkin telah dilakukan dan 1
2 interval waktu antara pembuatan catatan gigi dan kematian individu (Chester, 2002), mayat korban yang telah mengalami dekomposisi, atau pada korban dengan rahang edentulous (kehilangan gigi) yang tidak memungkinkan identifikasi menggunakan gigi geligi. Kandungan DNA yang terdapat pada tulang, gigi maupun saliva dapat membantu dalam proses identifikasi, tetapi analisanya memerlukan keahlian dan teknologi yang canggih (Auerkari, 2008). Selain itu, pada kasus tertentu yang tidak memungkinkan identifikasi menggunakan sidik jari seperti pada kasus mayat yang terbakar. Maka harus memilih metode lain untuk mengidentifikasi. Metode lain yang sering dijadikan alternatif adalah analisa rigi palatum (Shamim et al.,2006; Liebgott, 2001). Pola rigi merupakan yang mungkin spesifik untuk mengidentifikasi identitas manusia. Bentuk nya khas, kestabilannya, dan biaya yang rendah membuat rigi palatum menjadi parameter identifikasi forensik yang ideal (Nayak et al.,2007 ; Shamin et al.,2006 ; Liebgott, 2001). Posisi anatomi rigi palatum dalam rongga mulut
3 dikelilingi oleh pipi, bibir, lidah, dan gigi. Dalam kasus kebakaran akan memberikan perlindungan yang menyebabkan dampak trauma yang tinggi. Rigi terlindungi dengan baik karena morfologi nya berada pada struktur jaringan lunak dalam tubuh, sehingga dapat diakses setelah orang tersebut meninggal dan juga dapat diakses selama orang tersebut masih hidup (English et al.,1988). Menurut klasifikasi Thomas CF dan Kotze TFW tahun 1983 ada beberapa aspek dalam membedakan pola rigi tiap individu, klasifikasi tersebut meliputi jumlah, panjang, bentuk, dan unifikasi dari rigi. Panjang rigi dibagi atas lebih dari 10 mm, 5-10 mm, dan kurang dari 5 mm (fragmented rugae). Bentuk rigi juga diklasifikasikan menjadi bergelombang (wavy), busur (curved), sirkular (circular) dan lurus (straight). Unifikasi dibagi menjadi konvergen dimana dua rigi berasal jauh dari bagian tengah atau pusat dan menyatu saat menuju bagian tengah, dan divergen dimana rigi berasal dari pusat dan menyebar saat menjauh dari pusat (Thomas & Kotze, 1983).
4 Rigi palatum dikatakan dapat mendeterminasi ras atau jenis kelamin (Pretty & Sweet, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Hauser et al.,1989 membandingkan pola rigi populasi Swazi dan Yunani dan menemukan perbedaan yang pasti dalam pola rigi antara 2 populasi. Thomas dan Kotze (1983) mempelajari pola rigi dari 6 populasi di Afrika Selatan untuk menganalisis perbedaan ras. Mereka menemukan bahwa rigi yang unik untuk masing-masing kelompok etnis. Berdasarkan fakta-fakta diatas memberikan gambaran bahwa pola rigi palatum dapat digunakan dalam identifikasi ras etnik. Ciri kualitatif pada rigi yang akan diteliti adalah bentuk rigi palatum. Peneliti akan mendeskripsikan ciri kualitatif berdasarkan bentuk rigi. Bentuk rigi palatum yang akan dilihat adalah bentuk bergelombang (wavy), busur (curved) dan bentuk lain. Data diambil pada populasi mahasiswa Indonesia dan India pada usia pertumbuhan optimal yaitu usia 18 tahun sampai 25 tahun di Yogyakarta.
5 I.2. Perumusan Masalah Apakah ada perbedaan pada ciri bentuk rigi palatum yang terpotong oleh garis antar insisivus yang sejajar dengan raphe mediana palatinae antara mahasiswa Indonesia dengan India? I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pada ciri bentuk rigi palatum yang terpotong oleh garis antar insisivus yang sejajar dengan raphe mediana palatinae antara mahasiswa Indonesia dengan India. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada mahasiswa dan para akademisi lainnya bahwa untuk melakukan identifikasi manusia selain menggunakan sidik jari dan tes DNA adalah dengan pemeriksaan rigi palatum. Rigi palatum yang dimiliki oleh tiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda sehingga diharapkan dapat membantu dalam melakukan identifikasi manusia. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai data penunjang untuk
6 membantu penelitian selanjutnya. Serta dapat memacu peneliti lain dalam mengembangkan informasi yang sudah ada sehingga akan lebih banyak pengetahuan yang akan diketahui. I.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang rigi palatum sebagai identifikasi forensik telah banyak dilakukan, antara lain penelitian dengan judul Palatal rugae patterns in Australian Aborigines and Caucasians. Penelitian ini menjelaskan pengaruh umur dan ras terhadap pola rigi palatum. Data dianalisis menggunakan metode analisis chi-square. Hasil penelitian ini adalah bentuk lurus dari rigi palatum lebih banyak ditemukan pada Caucasians dan bentuk bergelombang lebih banyak pada Aborigines (Kapali et al., 1997). Penelitian lainnya adalah Difference in the palatal rugae shape in two population of India. Tujuan penelitian ini untuk menyelidiki perbedaan bentuk rigi palatum di dua populasi dan membangun diskriminan identitas pada populasi berdasarkan bentuk rigi palatum. Untuk melihat hubungan antara bentuk rigi dan ras etnik penelitian ini menggunakan analisis chi-square.
7 Hasil analisis chi-square bentuk rigi palatum antara populasi kelompok menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam bentuk lurus dan busur (Nayak et al.,2007).