Cacing Gelang Babi (Ascaris suum Goeze) Secara In Vitro. Ariani, N. K. M. 1, Astuti, K.W. 1, Yadnya-Putra, A.A. G. R. 1

dokumen-dokumen yang mirip
Astuti dkk. Korespondensi: Ni Putu Erikarnita Sari

BAB I PENDAHULUAN. cacing Ascaris suum Goeze yang menyerang ternak, terutama pada babi muda

UJI AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA PADA CACING GELANG BABI

UJI IN VITRO EKSTRAK ETANOL BUAH NANAS (Ananas comosus (L.) Merr) TERHADAP DAYA MORTALITAS CACING GELANG BABI (Ascaris suum Goeze)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

JURNAL FARMASI UDAYANA

S. Ainnurrahmah, K. Widnyani Astuti, dan P. Oka Samirana

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL DAUN LAMTORO

UJI AKTIVITAS VERMISIDAL EKSTRAK ETANOL KULIT BATANG LAMTORO

I. PENDAHULUAN. menyerang unggas, termasuk ayam (Suripta, 2011). Penyakit ini disebabkan

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS BIJI DAN INFUS DAUN PETAI CINA (Leucanea leucocephala) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

UJI EFEKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK RIMPANG BANGLE (Zingiber purpureum Roxb.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Vermisidal dan Ovisidal Ekstrak Daun Pepaya Terhadap Cacing Ascaris suum Secara In Vitro

Uji Efektivitas Daya Anthelmintik Ekstrak Biji Mentimun (Cucumis sativum, L) Terhadap Cacing Ascaridia galli secara In Vitro

BAB I PENDAHULUAN. menyerang hewan jenis unggas. Ascaridia galli merupakan cacing parasit yang

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Soil-transmitted helminthiasis merupakan. kejadian infeksi satu atau lebih dari 4 spesies cacing

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ascaris lumbricoides merupakan cacing gelang yang. termasuk ke dalam golongan Soil Transmitted Helminths

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PERCOBAAN 6

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan the post test only controlled group design (Taufiqurahman, 2004).

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,

UJI EFEKTIVITAS DAYA ANTHELMINTIK JUS BIJI MENTIMUN (Cucumis Sativum, L) TERHADAP CACING ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO

DAYA VERMISIDAL DAN OVISIDAL BIJI PINANG (Areca catechu L) PADA CACING DEWASA DAN TELUR Ascaris suum SECARA IN VITRO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi adalah salah satu ruminansia yang paling banyak di ternakkan di

JURNAL FARMASI UDAYANA

BAB III METODE PENELITIAN

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi persyaratan dalam menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian bulan Desember 2011 hingga Februari 2012.

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Aktivitas Anthelmintik Ekstrak Tanaman Putri Malu (Mimosa Pudica l) Terhadap Cacing Gelang Babi (ascaris suum. L)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. lumbricoides) yang ditularkan melalui tanah (Soil Transmitted

DAYA MEMBUNUH CACING EKSTRAK BIJI PEPAYA (CARICA PAPAYA) PADA AYAM BURAS

Uji Toksisitas Potensi Insektisida Nabati Ekstrak Kulit Batang Rhizophora mucronata terhadap Larva Spodoptera litura

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. post test only controlled group design. Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah.

BAB III METODE PENELITIAN. laboratoris murni yang dilakukan secara in vitro. Yogyakarta dan bahan uji berupa ekstrak daun pare (Momordica charantia)

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

UJI EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (ARECA CATECHU) TERHADAP CACING ASCARIS LUMBRICOIDES DAN ASCARIDIA GALLI SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan bulan Juli 2013.

BAB V PEMBAHASAN. Linn. var. Assamica) terhadap mortalitas cacing Ascaris suum, Goeze dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUS DAUN DAN INFUS BIJI PARE (Momordica charantia) TERHADAP CACING GELANG AYAM (Ascaridia galli) SECARA IN VITRO

IDENTITAS DOKUMEN (Preview)

Prosiding Farmasi ISSN:

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Departemen Farmasi FMIPA UI dari Januari 2008 hingga Mei 2008.

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian eksperimental

BAB III METODE PENELITIAN. salam dan uji antioksidan sediaan SNEDDS daun salam. Dalam penelitian

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Infeksi Trichuris trichiura adalah salah satu penyakit cacingan yang banyak

UJI AKTIVITAS EKSTRAK ETANOL DAUN PEPAYA (Carica papaya) TERHADAP WAKTU KEMATIAN CACING Ascaridia galli Schrank SECARA IN VITRO

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode eksperimental laboratorium. dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) atau completely randomized

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Zoologi Jurusan Biologi Fakultas

Identifikasi dan Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Anak Babi di Bali

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian RAL (Rancangan Acak Lengkap), dengan 7 perlakuan

AKTIVITAS ANTI CACING EKSTRAK ETANOL BIJI PINANG (Areca catechu L.) TERHADAP Ascaridia galli. Yessi Febriani, Saeful Hidayat, Serry Seftiana

BAB III METODE PENELITIAN. Subyek pada penelitian ini adalah bakteri Enterococcus faecalis yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

UJI EFEKTIFITAS DAYA ANTELMINTIK INFUS DAUN KETEPENG CINA (Cassia alata L.) TERHADAP CACING GELANG (Ascaris lumbricoides) SECARA IN VITRO ABSTRAK

Lampiran 1. Pengujian Total Fenolik

Lampiran 1. Hasil Identifikasi hewan Teripang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

The Efficacy of Anthelmintic of Carrot Juice (Daucus carota) Against Ascaridia galli

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

EFEK ANTELMINTIK EKSTRAK ETANOL RIMPANG JAHE MERAH. (Zingiber officinale Roscoe var. rubrum) TERHADAP CACING. Ascaris suum Goeze SECARA IN VITRO

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN BUAH SEGAR PACE (Morinda citrifolia) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1.Identifikasi tumbuhan

BAB III METODE PENELITIAN

UJI DAYA ANTHELMINTIK PERASAN UMBI BAWANG PUTIH (Allium sativum) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA IN VITRO ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH

BAB IV PROSEDUR KERJA

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian the post test only control group design. Yogyakarta pada tanggal 21 Desember Januari 2016.

III. METODE PENELITIAN. Desain Penelitian pada penelitian ini adalah eksperimental dengan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. ton), dan itik/itik manila ( ton). ayam untuk berkeliaran di sekitar kandang membuat asupan makanan ayam

Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro

BAB III. METODE PENELITIAN

LAMPIRAN LAMPIRAN 1. Alur Kerja Ekstraksi Biji Alpukat (Persea Americana Mill.) Menggunakan Pelarut Metanol, n-heksana dan Etil Asetat

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian Jumlah Bakteri Staphyloccus aureus dan Skor California Mastitis

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN

UJI DAYA ANTHELMINTIK INFUSA BAWANG PUTIH (Allium sativum Linn.) TERHADAP CACING GELANG BABI (Ascaris suum) SECARA IN VITRO SKRIPSI

PENAPISAN FITOKIMIA DAN UJI AKTIVITAS ANTHELMINTIK EKSTRAK DAUN JARAK (Jatropha curcas L.) TERHADAP CACING Ascaridia galli SECARA in vitro

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November Proses ekstraksi

PERAN OVISIDAL HERBAL SERBUK BIJI PEPAYA MATANG DAN ALBENDAZOL TERHADAP DAYA BEREMBRIO TELUR CACING Ascaris suum SECARA IN VIVO

AKURASI METODE RITCHIE DALAM MENDETEKSI INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA BABI

I. MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2014 di Laboratorium. Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Asam Jawa (Tamarindus indica L) yang diujikan pada bakteri P. gingivalis.

BAB III METODE PENELITIAN. adalah dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 95%. Ekstrak yang

Transkripsi:

Uji Aktivitas Vermisidal Ekstrak Etanol Biji Lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) Pada Cacing Gelang Babi (Ascaris suum Goeze) Secara In Vitro Ariani, N. K. M. 1, Astuti, K.W. 1, Yadnya-Putra, A.A. G. R. 1 1 Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Korespondensi: Ni Kadek Meta Ariani Jurusan Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana Jalam Kampus Unud-Jimbaran, Jimbaran-Bali, Indonesia 80364 Telp/Fax: 703837 Email: metaariani12@gmail.com ABSTRAK Askariasis adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing Ascaris suum Goeze. Penanggulangan askariasis pada babi dilakukan dengan memberikan antelmintik. Albendazole merupakan antelmintik spektrum luas, tetapi mudah menimbulkan resisten dan harga yang relatif mahal. Oleh sebab itu, diperlukan pengembangan potensi tanaman obat tradisional sebagai antelmintik. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui apakah ekstrak etanol biji lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki aktivitas sebagai vermisidal terhadap cacing Ascaris suum Goeze secara in vitro serta menentukan LC 100 dan LT 100. Penelitian ini meliputi beberapa tahap, yaitu ekstraksi, uji aktivitas vermisidal, dan analisis data. Uji aktivitas vermisidal dilakukan pada 7 kelompok perlakuan yaitu, kelompok kontrol negatif (suspensi CMC-Na 0,5% b/v); kelompok kontrol positif (suspensi albendazole 0,025% b/v); serta kelompok yang diberikan suspensi ekstrak etanol biji lamtoro 0,25% b/v; 0,5% b/v; 1% b/v; 2% b/v; dan 4% b/v secara berturut-turut. Semua perlakuan diinkubasi pada suhu 37 C, diamati setiap 2 jam selama 40 jam. Data persentase mortalitas cacing dianalisis menggunakan uji Kruskal-Wallis diikuti uji Mann-Whitney. Untuk mengetahui nilai LC 100 dan LT 100 ekstrak etanol biji lamtoro dilakukan analisis probit. Ekstrak etanol biji lamtoro konsentrasi 1%b/v; 2%b/v; dan 4%b/v dapat menyebabkan kematian terhadap cacing Ascaris suum Goeze secara bermakna dibandingkan dengan kontrol negatif (p<0,05). Berdasarkan analisis probit ekstrak etanol biji lamtoro memiliki nilai LC 100 sebesar 4,24% b/v dan nilai LT 100 sebesar 34,7 jam. Kata kunci: Vermisidal, Lamtoro, LC 100, LT 100 1. PENDAHULUAN Peternakan babi di daerah Bali memegang peranan yang sangat penting, terutama dalam hubungannya dengan kebiasaan masyarakat serta adat istiadat di Bali (Agustina, 2013). Berdasarkan statistik peternakan, Bali merupakan daerah dengan populasi babi tertinggi kedua di Indonesia setelah Nusa Tenggara Timur, populasi babi di Bali pada tahun 2013 tercatat sebanyak 860.117 ekor (Badan Pusat Statistik, 2013), sehingga perlu pencegahan penyakit pada babi agar penyakit tidak menular secara luas. 33 Parasit cacing merupakan penyakit yang banyak menyerang babi. Parasit cacing dapat menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak babi. Cacing pada babi akan menurunkan kesehatan tubuh dengan menyerap bahan nutrisi penting dan mengganggu berbagai organ vital sehingga babi akan lebih peka terhadap berbagai penyakit (Agustina, 2013). Parasit cacing yang banyak ditemukan pada ternak babi adalah cacing gelang (Ascaris suum Goeze), cacing nodul (Oesophagostomum spp.), cacing cambuk (Trichuris suis), cacing Strongyloides

ransomi, dan cacing paru-paru (Metastrongylus spp.) (Zajac and Conboy, 2006). Askariasis merupakan infeksi oleh cacing Ascaris spp. Pada babi, Ascaris suum Goeze merupakan penyebab terjadinya askariasis terutama pada babi muda, yang hidup di usus halus sebagai parasit (Soulsby, 1982). Infeksi parasit cacing pada babi yang berumur 1-2 bulan dan induk babi bali umur 1-2 tahun masing-masing 60% dan 50%, dengan cacing yang mendominasi masing-masing Ascaris sp. dan Hyostrongylus sp. (Yasa et al., 2010). Hal ini menunjukkan bahwa askariasis yang terjadi cukup tinggi, untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan maka diperlukan pengendalian lebih lanjut (Ardana, 2012). Penanggulangan askariasis yang menyerang saluran pencernaan hewan ternak babi dilakukan dengan cara memberi obat cacing. Albendazole merupakan salah satu antelmintik modern yang bersifat vermisidal, larvasidal, dan ovisidal (Boes et al., 1998). Pengobatan secara rutin menggunakan antelmintik yang sama dapat menyebabkan risiko terjadinya resistensi. Keadaan tersebut dapat menyebabkan efikasi dan efektifitas obat sebagai antelmintik semakin menurun. Selain itu, pemberian albendazole dapat berdampak negatif bagi kesehatan manusia terutama yang memakan daging ternak yang telah diberi albendazole. Albendazole memiliki harga yang relatif mahal (Ardana dkk., 2012). Pengobatan dengan menggunakan tanaman herbal menjadi salah satu alternatif untuk mencegah terjadinya askariasis. Hal ini sebagai upaya mendapatkan pengobatan yang mudah didapat, harga yang lebih murah, dan apabila digunakan secara tepat maka efek samping yang ditimbukan lebih kecil. Salah satu tanaman yang memiliki aktivitas sebagai antelmintik adalah tanaman lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam) de Wit). Dengan demikian uji aktivitas vermisidal ekstrak etanol biji lamtoro pada cacing gelang babi perlu dilakukan untuk mengetahui aktivitas biji lamtoro sebagai vermisidal. 2. BAHAN DAN METODE 2.1 Bahan penelitian Terdiri dari biji lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) yang diperoleh 34 dari kawasan Bukit Jimbaran, bahan dasar dibuat ekstrak sebagai sediaan uji. Bahan habis pakai yang digunakan adalah etanol 96% (teknis, Brataco), akuades (Brataco), NaCl fisiologis 0,9% v/v (Otsu), CMC-Na (teknis, Brataco), dan Albendazole (Albenmer C.12 Oral Suspension ). 2.2 Alat penelitian Digunakan alat seperti toples, kain flannel, kain kasa, vaccum rotary evaporator (Eyela), neraca analitik (AND), cawan Petri, inkubator (JISICO), botol timbang, penangas air (IKA C-MAG HS 7), desikator, oven, beaker glass, tabung reaksi, pipet ukur, ballfiller, pinset, batang pengaduk, corong, kertas saring, serta pipet tetes. 2.3 Metode 2.3.1 Pembuatan Ekstrak Ditimbang 500 gram serbuk simplisia biji lamtoro dan dimaserasi dengan etanol 96% v/v sebanyak 5 L, diaduk, dan dibiarkan selama 24 jam pada suhu kamar, kemudian disaring hingga menghasilkan filtrat dan ampas. Ampas dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 96% sebanyak 3,75 L dan perlakuan perendaman kembali ini diulang sebanyak 2 kali. Diuapkan filtrat yang didapat dengan kecepatan 70 rpm, tekanan 0,6 psi menggunakan vaccum rotary evaporator suhu 50 C, sehingga diperoleh ekstrak kental. Ekstrak kental ditimbang dan ditentukan rendemennya. 2.3.2 Uji Aktivitas Vermisidal Uji aktivitas vermisidal secara in vitro menggunakan 7 perlakuan yaitu, kelompok kontrol negatif (suspensi CMC-Na 0,5% b/v); kelompok kontrol positif (suspensi albendazole 0,025% b/v); serta kelompok yang diberikan suspensi ekstrak etanol biji lamtoro 0,25% b/v; 0,5% b/v; 1% b/v; 2% b/v; dan 4% b/v secara berturut-turut. Sebanyak 20 ml larutan uji dipipet dan dimasukkan ke dalam cawan Petri dan diisi cacing sebanyak 5 ekor. Semua perlakuan diinkubasi pada suhu 37 C, diamati setiap 2 jam apakah cacing mati, paralisis atau masih normal. Pengamatan dilakukan selama 40 jam. Berdasarkan hasil uji aktivitas vermisidal ekstrak etanol biji lamtoro diperoleh data mortalitas cacing Ascaris suum Goeze. Data persentase mortalitas cacing Ascaris suum Goeze dianalisis secara statistik

menggunakan perangkat lunak SPSS dengan uji nonparametrik yaitu Kruskal-Wallis dan uji Mann Whitney. Apabila p<0,05 maka dikatakan berbeda bermakna dan apabila berbeda bermakna dengan kontrol negatif maka dikatan memiliki aktivitas vermisidal. Data persentase mortalitas cacing juga dianalisis dengan analisis probit untuk mengetahui Lethal Concentration (LC 100 ) dan Lethal Time (LT 100 ). 3. HASIL 3.1 Ekstraksi Hasil dari ekstraksi dengan metode maserasi menggunakan etanol 96% v/v memperoleh ekstrak kental sebanyak 19,6275 gram. Rendemen ekstrak kental yang diperoleh adalah 6,5425%. 3.2 Uji Aktivitas Vermisidal Hasil uji aktivitas vermisidal ekstrak etanol biji lamtoro tersaji pada tabel 1. Hasil analisis data secara statistik menggunakan uji Kruskal-Wallis menunjukkan bahwa terdapat kelompok yang berbeda secara bermakna (p<0,05), selanjutnya dilakukan uji Mann-Whitney untuk mengetahui perbedaan antar kelompok dengan. Uji Mann-Whitney menyatakan bahwa ekstrak etanol biji lamtoro 1% b/v; 2% b/v; dan 4% b/v dapat menyebabkan kematian cacing Ascaris suum Goeze secara bermakna (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol negatif. Pada kelompok suspensi ekstrak etanol biji lamtoro konsentrasi 0,25%b/v dan 0,5%b/v tidak memberikan aktivitas sebagai vermisidal yang signifikan. Jadi, konsentrasi ekstrak etanol biji lamtoro 1%b/v; 2%b/v; dan 4% b/v memiliki aktivitas vermisidal Ascaris suum Goeze. Aktivitas ekstrak etanol biji lamtoro konsentrasi 0,025% b/v dan 4% b/v tidak sebanding dengan albendazole 0,025% b/v. Hal ini ditunjukkan dengan persentase mortalitas cacing yang berbeda bermakna terhadap kontrol positif (p<0,05). Ekstrak etanol biji lamtoro konsentrasi 0,25% b/v memiliki aktivitas vermisidal yang lebih rendah daripada albendazole 0,025% b/v, sedangkan konsentrasi 4% b/v memiliki aktivitas vermisidal yang lebih besar daripada albendazole 0,025% b/v. 35 Tabel 1. Persen mortalitas cacing Ascaris suum Goeze pada uji aktivitas vermisidal ekstrak etanol biji lamtoro pada jam ke-30. No Perlakuan 1 Kontrol negatif (CMC- Na 0,5% b/v) 2 Kontrol positif (Albendazole 0,025%b/v) Mortalitas ± SD (%) 0 ± 0 a 13,33 ± 11,50 cd 3 Ekstrak etanol biji lamtoro 0,25% b/v 20,00 ± 11,50 ab 4 Ekstrak etanol biji lamtoro 0,5% b/v 26,67 ± 20,00 ab 5 Ekstrak etanol biji lamtoro 1% b/v 46,67 ± 11,50 bc 6 Ekstrak etanol biji lamtoro 2% b/v 60,00 ±23,10 d 7 Ekstrak etanol biji lamtoro 4% b/v 100,00 ± 0 e Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf berbeda, menunjukkan berbeda bermakna (p<0,05) pada uji Mann-Whitney. Berdasarkan perhitungan, ekstrak etanol biji lamtoro memiliki nilai LC 100 sebesar 4,24% b/v. Nilai LT 100 ditentukan menggunakan data persentase mortalitas cacing dari ekstrak etanol biji lamtoro konsentrasi 4% b/v karena nilai LC 100 yang didapat mendekati konsentrasi 4% b/v. Hasil perhitungan LT 100, menunjukkan ekstrak etanol biji lamtoro dapat menyebabkan kematian 100% cacing Ascaris suum Goeze dalam waktu 34,7 jam. 4. PEMBAHASAN Ekstrak dari biji lamtoro telah dilaporkan memiliki aktivitas sebagai antelmintik. Ekstrak etanol biji lamtoro (Leucaena leucocephala) menunjukkan aktivitas antelmintik pada larva infektif Haemonchus contortus (Ademola and Idowu, 2013). Penelitian yang dilakukan oleh Amanullah (2008) menunjukkan bahwa infusa biji lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit) memiliki aktivitas antelmintik pada cacing gelang ayam (Ascaridia galli). Pada penelitian tersebut diperoleh hasil LC 100 dan LT 100 infusa biji lamtoro adalah 65,061 gram/100 ml dan 29,750 jam.

Data yang digunakan dalam analisis data adalah data persentase mortalitas rata-rata cacing Ascaris suum Goeze pada jam ke-30. Data tersebut digunakan karena pada jam ke- 30 terjadi kematian cacing sebanyak 100% pertama kali. Waktu pengamatan untuk uji aktivitas vermisidal dilakukan maksimal selama 40 jam, karena merupakan waktu bertahan hidup cacing di luar tubuh inangnya hanya bertahan hingga 40 jam (Faradila dkk., 2013). Mortalitas cacing Ascaris suum Goeze dalam ekstrak etanol biji lamtoro diduga disebabkan oleh kandungan metabolit sekunder yang terkandung di dalamnya seperti flavonoid, saponin (Amanullah, 2008), triterpenoid dan tanin (Ademola and Idowu, 2013). Senyawa flavonoid memiliki efek farmakologi pada pembuluh darah melalui terjadinya vasokontriksi kapiler dan menurunkan permeabilitas pembuluh darah. Hal ini menyebabkan adanya gangguan pembuluh darah sehingga aliran oksigen dan zat-zat makanan yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup cacing terganggu dan dapat mempercepat kematian cacing. Saponin dapat mengiritasi membran mukosa dan dapat menyebabkan terhambatnya asupan makanan sehingga cacing akan kekurangan energi dan mengakibatkan kematian (Faradila dkk., 2013). Triterpenoid dilaporkan memiliki efek antelmintik yaitu meningkatkan depolarisasi pada otot cacing dan impuls saraf yang berlebihan, sehingga menyebabkan kelumpuhan cacing (Peter, 2008). Senyawa tanin dapat mengikat enzim-enzim yang dihasilkan oleh cacing yang berfungsi untuk penyerapan nutrisi. Terikatnya enzim tersebut menyebabkan penyerapan nutrisi oleh cacing akan terganggu dan dapat menimbulkan defisiensi nutrisi. Akibatnya cacing akan kekurangan nutrisi sehingga cacing tidak dapat melakukan aktivitas hidup sehingga pertumbuhannya akan terhambat dan mengalami kematian (Faradila dkk., 2013). 5. KESIMPULAN Ekstrak etanol biji lamtoro (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) yang memiliki aktivitas vermisidal adalah konsentrasi 1% b/v; 2% b/v; dan 4% b/v. Nilai LC 100 sebesar 4,24% b/v dan nilai LC 100 yaitu 34,7 jam. DAFTAR PUSTAKA Ademola, I. O. and S. O. Idowu. (2013). Anthelmintic Activity of Leucaena leucocephala Seed Extract on Haemonchus contorts Infective Larvae. Veterinary record. Vol. 158: 485-486. Amanullah, A. (2008). Uji Daya Anthelmintik Infus Biji dan Infus Daun Petai Cina (Leucanea leucocephala) Terhadap Cacing Gelang Ayam (Ascaridia galli) Secara In Vitro. Skripsi. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. Agustina, K. K. (2013). Identifikasi dan Prevalensi Cacing Tipe Strongyle pada Babi di Bali. Buletin Veteriner Udayana. Vol. 6, No. 2: 131-138. Ardana, I. B. K., I. M. Bakta, dan I. M. Damriyasa. (2012). Peran Ovisidal Herbal Serbuk Biji Pepaya Matang dan Albendazole terhadap Daya Berembrio Telur Cacing Ascaris suum secara In Vivo. Jurnal Kedokteran Hewan. Vol. 6, No. 1: 52-53. Boes, J., L. Eriksen, and P. Nansen. (1998). Embryonisation and Infectivity of Ascaris suum Eggs Isolated from Worms expelled by Pigs Treated with Albendazole, Pyrantel Pamoat, Ivermectin or Piperazine Dihydro Chloride. Veterinary Parasitology. Vol. 75: 181-190. Badan Pusat Statistik. (2013). Populasi Ternak di Indonesia Tahun 2000-2013. Available from: http://www.bps.go.id/ [Accessed 20 th Januari 2015]. Faradila, A. T. E. Agustina, dan D. B. Aswin. (2013). Uji Daya Anthelmintik Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) terhadap Cacing Gelang (Ascaris suum) secara In Vitro. Malang: Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya. Hal. 8. Peter, F. (2008). Plant Systematics : A Phylogenetic Approach. Sunderland: Sinauer Associates Inc. pp. 128. 36

Soulsby, E. J. L. (1982). Helminths, Arthrophods and Protoza of Domesticated Animals 7 th Ed. London: Bailliere Tindall, pp. 145-148. Yasa, R., A. K. Wirawan dan I.N. Suyasa. (2010). Prevalensi Infeksi Parasit Cacing dan Eimeria sp pada Babi Bali Desa Sanggalangit Kecamatan Gerogak Buleleng Bali: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali. Zajac, A. M. and G. A. Conboy. (2006). Veterinary Clinical Parasitology 7 th Edition. Oxford: Blackwell Publising. pp: 108-111. 37