Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro

Transkripsi

1 Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. No. : 0, Oktober 00 Daya Antihelmintik Nanas (Ananas comocus) terhadap Ascaris lumbricoides secara In Vitro Antihelmintic Effect of Pineapple (Ananas comocus) for Ascaris lumbricoides In Vitro Study Jeri Adli, Sri Sundari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Bagian Parasitologi Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Abstract Ascariasis is one disease with high risk. In long time ago, Indonesian people was using traditional medicine from plant and animal, but nothing study to research it. The aim of this study is to determine the antihelmintic effect of pineapple for Ascaris. The method of this study is experimental, the collected data with cohort. The sample is ascaris with same size, the gender is woman. The study using Pyrantel Pamoat, NaCl 0,% and pineapple with any concentration.this research used groups of experiment, they were 6 groups consisted of pineapple in 00%,%,0,%,0% and % and groups of control used physiological salt and pirantel pamoat 0,6%. Result of this research showed that concentration of pineapple extract 00% there was non significant difference(p>0,0) within pirantel pamoat. Concentration of pineapple extract %,0%,%,0% and % had significant difference(p<0,0) with pirantel pamoat. Probhit analyze is got LD 0 pineapple extract (ananas comocus) is 0.0% with the boundary gyration of under. and boundary gyration to the 0..LD 0 Pineapple extract is.0 with the boundary gyration of under 0.06 and boundary gyration to the 60..While LD from Pineapple extract is.6 with the boundary gyration of under.6 and boundary gyration to the.. In conclusion, Pineapple (Ananas comocus) have antihelminthic effect for Ascaris but the dose more better than Pyrantel Pamoat. Key words: Antihelmintic, Ascaris lumbricoies, Ananas comocus, in vitro Abstrak Ascariasis adalah salah satu penyakit dengan resiko tinggi. Sejas dahulu kala orang Indonesia memakai obat tradisional dari tanaman dan hewan tetapi belum ada penelitian yang mengkaji hal tersebut. Tujuan penelitian ini ádalah untuk mengkaji efek antihenmintik buah nanas terhadap Ascaris lumbricoies. Desain penelitian adalah eksperimental dengan data dikoleksi secara cohort. Sampel adalah Ascaris dengan ukuran dan jenis kelamin sama yaitu betina. Penelitian dengan Pyrantel Pamoat, NaCl 0,% dan buah nanas dalam beberapa konsentrasi. Ada kelompok yaitu 6 kelompok buah nanas dengan konsentrasi 00%,%,0,%,0% dan %, serta kelompok control dengan garam fisiologis dan pirantel pamoat 0,6%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa buah nanas 00% tidak berbeda bermakna (p>0,0) dengan pirantel pamoat, buah nanas konsentrasi %,0%,%,0% dan % berbeda bermakna (p<0,0) dengan pirantel pamoat. Hasil analisis Probit menunjukkan bahwa. Lethal Dosis 0 (LD 0

2 Jeri Adli, Sri Sundari, Daya Antihelmintik Nanas... 0) perasan nanas adalah 0.0%. Lethal Dosis 0 (LD 0) perasan nanas adalah.0%. Lethal Dosis (LD ) perasan nanas adalah 6.6. Dapat disimpulkan bahwa perasan nanas (Ananas comocus) mempunyai daya antihelmintik terhadap Ascaris lumbricoides. Kata kunci : antihelmintik, Ascaris Lumbricoides, nanas (Ananas comocus) Pendahuluan Penyakit kecacingan terutama yang disebabkan oleh cacing yang termasuk Soil Transmitted Helminths merupakan salah satu penyakit yang banyak terdapat di Negara negara berkembang di daerah tropis. Prevalensi penyakit kecacingan ini cukup tinggi sehingga senantiasa menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting terutama masyarakat di daerah pedesaan atau daerah kumuh perkotaan dengan sanitasi lingkungan kurang baik. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), paling tidak seperempat penduduk dunia terinfeksi penyakit cacingan kronis. diperkirakan, milyar orang terinfeksi cacing Ascaris Lumbricoides, milyar oleh Trichuris trichiura dan, milyar akibat infeksi cacing Ancylostoma duodenale. Prevalensi kecacingan di Indonesia, menurut Perkumpulan Pemberantasan Penyakit Parasit Indonesia untuk cacing gelang 00 persen, cacing cambuk persen, dan cacing tambang 0 persen. Data ini ternyata tidak berubah. Departemen Kesehatan menyebutkan, prevalensi pada anak usia SD 60 persen dan dewasa 060 persen. Tingginya prevalensi penyakit cacing seringkali belum dianggap suatu masalah kesehatan yang penting padahal kerugian yang ditimbulkannya sangat besar. Dari sisi kesehatan, infeksi cacing menyebabkan kekurangan gizi (malnutrisi), anemia, pertumbuhan terhambat serta gangguan kognitif anak. Pengobatan secara tradisional dengan menggunakan bahan tumbuhan dan binatang telah dikenal sejak dulu oleh bangsa Indonesia. Beberapa obat tradisional yang bisa digunakan antara lain labu merah, biji papaya, temu giring dan lain lain. Tujuan penelitian ini adalah untuk membuktikan apakah benar bahwa nanas (Ananas comocus) memiliki daya antihelmintik terhadap Ascaris lumbricoides. Bahan dan Cara Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan pengambilan data secara cohort. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Parasitologi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Adapun waktu penelitian adalah tanggal 0 Oktober 00. Penelitian ini menggunakan cacing Ascaris lumbricoides yang diperoleh dari tempat pemotongan hewan. Dipilih cacing dengan berat dan ukuran yang sama agar terjadi keseragaman. Jenis kelamin cacing adalah betina agar terjadi keseragaman. Nanas dipilih yang masih muda dan berasal dari segar, diparut dan diambil perasannya. Variabel bebas adalah perlakuan coba dengan perendaman cacing dalam air perasan nanas (ananas comocus) dengan konsentrasi yang berbeda dan perlakuan banding dengan perendaman cacing dalam larutan garam fisiologis sebagai kontrol negatif serta perendaman cacing dalam pirantel pamoat 0,6% sebagai kontrol positif. Variabel terikat yaitu jumlah Ascaris lumbricoides yang mati dalam tiap rendaman pada waktu tertentu setelah diberikan perlakuan, dengan criteria mati bila cacing tidak bergerak ketika disentuh. Cara mendapatkan Ascaris lumbricoides. Ascaris lumbricoides diperoleh dari tempat pemotongan hewan dipilih yang sesuai dengan kriteria yang diinginkan peneliti. Cacing dimasukkan dalam toples yang berisi larutan garam fisiologis 0,%. 0

3 Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. No. : 0, Oktober 00 Cara pembuatan perasan nanas. Dipilih buah nanas yang masih muda dan segar. Kemudian dipotong kecilkecil dan diparut. Hasil perasan disaring dengan menggunakan kain kasa yang menghasilkan perasan nanas dengan konsentrasi 00%. Perasan nanas diencerkan dengan menggunakan aquades untuk mendapatkan konsentrasi 00%, %, 0%, %, 0% dan %. Cara kerja uji daya antihelmintik ) Disiapkan buah cawan petri, Cawan petri I : diisi larutan garam fisiologis 0,%, Cawan petri II :diisi pirantel pamoat 0,6%, Cawan petri III : diisi perasan nanas 00%, Cawan petri IV : diisi perasan nanas %, Cawan petri V : diisi perasan nanas 0%, Cawan petri VI : diisi perasan nanas %, Cawan petri VII : diisi perasan nanas 0%, Cawan petri VIII : diisi perasan nanas %, Masing masing cawan berisi ml. ) Dimasukkan ekor cacing ke dalam masingmasing cawan petri. ) Diamati jumlah cacing yang mati (%) dalam waktu tertentu setelah perendaman. ) Percobaan diulangi kali. Uji validitas dan reliabilitas. Validitas dijaga dengan a. Matching yaitu menyamakan ukuran, kondisi dan jenis kelamin cacing, b. Menggunakan alat pengukur waktu yang tepat dan yang sama untuk semua sampel, c. Menggunakan kriteria standar penilaian kematian cacing. Reliabilitas dijaga dengan mengulang percobaan sebanyak kali. Data yang diperoleh dari tiap kelompok rendaman akan diuji dengan menggunakan analisis probit. Hasil Jangka waktu pengamatan percobaan daya antihelmintik perasan nanas (ananas comocus) ditetapkan dari percobaan pendahuluan lama hidup cacing kait diluar tubuh hospes dalam larutan garam fisiologis. Waktu yang diperoleh ditetapkan sebagai waktu maksimal pengamatan. Penentuan lama hidup cacing kait ditetapkan dari saat cacing kait direndam dalam larutan garam fisiologis sampai semua cacing dalam rendaman mati. Hasil pengamatan hidup cacing kait dalam larutan garam fisiologis diperlihatkan pada tabel. Tabel. Ratarata Lama Hidup Cacing dalam Larutan Garam Fisiologis Percobaan Lama hidup (jam) Rata rata ± SD, ± 0, Dari tabel dapat diketahui bahwa ratarata hidup cacing dalam larutan garam fisiologis adalah selama, ± 0, jam, sehingga waktu pengamatan daya antihelmintik perasan nanas dilakukan maksimal jam dan diamati setiap jam. Percobaan pendahuluan untuk menentukan LD0 pirantel pamoat tidak dilakukan dan hanya merujuk kepada penelitian terdahulu yaitu sebesar 0,6% 6. Pengukuran daya antihelmintik perasan nanas (ananas comocus) menggunakan parameter jumlah cacing kait yang mati dalam tiap kelompok perlakuan yang diamati setiap jam. Hasil pengamatan jumlah kematian cacing kait dalam perasan nanas (ananas comocus) dengan konsentrasi 00%, %, 0%, %, 0% dan % dapat dilihat pada tabel. 0

4 Jeri Adli, Sri Sundari, Daya Antihelmintik Nanas... Tabel. Jumlah dan Persentase Kematian Cacing Kait dalam Perasan Nanas (ananas comocus) Jam Perasan bawang putih 00% % 0% % 0% % % % % % % % 6,6 0 6,6 00 0, 6,6 00 6,6, 00 0, 66,6 66,6,, 00 6,6 6,6 6,6 0,,, 00 6,6, 6,6 6,6 6,6 6, ,6 66,6 00 Dari tabel dapat ditunjukan bahwa pada semua konsentrasi perasan buah nanas menunjukkan perbedaan waktu kematian cacing yang berbeda. Dalam konsentrasi 00% semua cacing mati dalam jam setelah perendaman, konsentrasi % dan 0% cacing mati dalam jam setelah perendaman, konsentrasi % cacing mati dalam 0 jam setelah perendaman, konsentrasi 0% dan % cacing mati dalam dan 6 jam setelah perendaman. Hasil percobaan yang menunjukkan pengaruh pirantel pamoat 0,6% dan larutan garam fisiologis terhadap cacing kait dapat dilihat pada tabel. Tabel. Jumlah dan Persentase Kematian Cacing Kait dalam Larutan Garam Fisiologis dan Pirantel Pamoat 0,6% Waktu Garam fisiologis Pirantel pamoat 0,6% (jam) % % 6 0 6,,. 6,6,, 60,00,,,

5 Mutiara Medika Edisi Khusus Vol. No. : 0, Oktober 00 Dari tabel dapat dilihat bawa pirantel pamoat 0,6% dapat membunuh semua cacing setelah perendaman selama empat jam. Dalam perendaman larutan garam fisiologis, kematian baru terjadi pada jam ketujuh setelah perendaman dan semua cacing mati setelah perendaman selama jam. Hasil analisis probit untuk pengujian daya antihelmintik perasan nanas (ananas comocus) dapat dilihat pada TABEL. Tabel. Hasil Analisis Probit terhadap Perasan Nanas (ananas comocus) Berbagai Konsentrasi % mortalitas Konsentrasi perasan Batas bawah Batas atas Slope of line (B) =.06 Intersept (a) =. Chi square =. Dosages (ppm) = 0 0 Replikasi = Heterogenitas insignificant Dari analisis probit didapatkan LD 0 perasan nanas (ananas comocus) adalah 0.0% dengan kisaran batas bawah. dan kisaran batas atas 0.. LD 0 perasan nanas (ananas comocus) adalah.0% dengan kisaran batas bawah 0.06 dan kisaran batas atas 60., sedangkan LD dari perasan nanas (ananas comocus) adalah.6 dengan kisaran batas bawah.6 dan kisaran batas atas.. Diskusi Dalam penelitian daya antihelmintik perasan nanas (ananas comocus) ini dilakukan percobaan pendahuluan penentuan lama hidup cacing kait dalam larutan garam fisiologis untuk mengetahui sejauh mana cacing kait mampu hidup diluar tubuh hospes. Larutan garam fisiologis bersifat isotonis sehingga tidak merusak membran sel tubuh cacing. Dari hasil penelitian diketahui bahwa cacing mulai mati setelah perendaman jam dalam larutan garam fisiologis dan semua cacing mati setelah perendaman, ± 0, jam. Daya antihelmintik perasan nanas (ananas comocus) diukur dengan mengamati jumlah dan prosentase kematian cacing dalam setiap jam dalam waktu maksimal jam. Berdasarkan percobaan yang dilakukan ternyata konsentrasi 00% semua cacing mati jam setelah perendaman, konsentrasi % dan 0% semua cacing mati jam setelah perendaman, konsentrasi %, 0% dan % semua cacing mati dalam 0,, 6 jam setelah perendaman. Dari analisa didapatkan LD 0 yaitu sebesar 0.0%, sedangkan LD0 pirantel pamoat yang digunakan sebagai pembanding adalah 0,6%. Dari hasil ini bisa dilihat bahwa perasan nanas (ananas comocus) mempunyai pengaruh sebagai antihelmintik terhadap cacing kait secara invitro, walaupun jika dibandingkan dengan pirantel pamoat (LD 0 0,6%) konsentrasi yang dibutuhkan jauh lebih besar.

6 Jeri Adli, Sri Sundari, Daya Antihelmintik Nanas... Kemampuan membunuh cacing kait oleh pirantel pamoat adalah dengan menimbulkan depolarisasi otot cacing dan meningkatkan frekuensi impuls sehingga cacing akan mati dalam keadaan spastik. Kemampuan membunuh cacing oleh perasan mungkin disebabkan kandungan senyawa aktif didalamnya. Menurut Sastroamijoyo, nanas mengandung dextrose, leavulose, maniet, sakkarose, globulin dan bromelain. Enzim bromelin inilah yang diperkirakan bersifat letal terhadap parasit nematoda. Bromelin ini bekerja dengan cara melisiskan membran lipids dari cacing tersebut. LD 0 perasan nanas (ananas comocus) terhadap cacing kait jauh lebih besar jika dibandingkan dengan LD 0 pirantel pamoat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena pada konsentrasi 0.0% perasan nanas (ananas comocus) tidak hanya mengandung senyawa aktif yang diduga efektif sebagai antihelmintik, tetapi juga mengandung senyawa lain sehingga kadar senyawa aktif antihelmintik yang terdapat di dalamnya sedikit sekali jika dibandingkan dengan pirantel pamoat LD 0 yang sudah merupakan zat aktif. Dalam percobaan ini juga dapat dilihat bahwa semakin kecil perasan nanas (ananas comocus) yang digunakan, waktu yang dibutuhkan agar semua cacing kait mati dalam perendaman juga semakin panjang. Keadaan ini kemungkinan disebabkan kadar senyawa aktif yang berperan sebagai antihelmintik akan semakin sedikit jika konsentrasi perasan bawang putih semakin kecil. Kesimpulan Perasan nanas (ananas comocus) mempunyai daya antihelmintik terhadap Ascaris lumbricoides. Lethal Dosis 0 (LD 0) perasan nanas (ananas comocus) adalah 0.0%. Lethal Dosis 0 (LD 0) perasan nanas (ananas comocus) adalah.0%. Lethal Dosis (LD ) perasan nanas (ananas comocus) adalah 6.6 Daftar Pustaka. Soedarto. (0). Penyakitpenyakit Infeksi di Indonesia, Surabaya : Widya Medika.. International Relief and Development. (00). Laporan Pencegahan dan Pemberantasan Cacingan. Jakarta.. Bariah, S. (). Aspek Epidemiologi Infeksi Soil Transmitted Helminths di Indonesia. Seminar Sehari dan Penanggulangannya Infeksi Soil Transmitted Helminths. Surabaya.. Anonim a. (00, April). Pemberantasan Cacingan Harus Dilakukan Kontinu. Kompas Cyber Media, Artikel. Diakses April 00, dari Departemen Kesehatan RI. (). Pemanfaatan Tanaman Obat, Edisi II, Jakarta. 6. Mulyaningsih, B. (). Khasiat Rimpang Temulawak (Curcumae Rhizoma) Terhadap Cacing Tambang Anjing Secara In Vitro, Laporan Penelitian UGM, Yogyakarta.. Sastroamijoyo, S. (). Obat Aseli Indonesia. Jakarta: PT. Dian Rakyat.. Heyne, K. (). Tumbuhan Berguna Indonesia. Badan Litbang Departemen Kehutanan RI. Jakarta.