BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Proses persalinan hampir 90% yang mengalami robekan perineum, baik dengan atau tanpa episiotomi. Biasanya penyembuhan luka pada robekan perineum ini akan sembuh bervariasi, ada yang sembuh normal (6-7 hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki, 2010; Saleha, 2009). Penyembuhan luka pada ibu pasca bersalin dipengaruhi oleh berbagai faktor diantaranya mobilisasi dini, nutrisi, dan perawatan perineum ( kebersihan diri) (Anggraeni, 2010). Luka-luka pada jalan lahir yang telah dijahit, luka pada vagina dan serviks umumnya bila tidak disertai infeksi akan sembuh per primam (Prawirohardjo, 2005). Ibu yang baru melahirkan, banyak komponen fisik normal pada masa postnatal membutuhkan penyembuhan dengan berbagai tingkat. Seluruh alat genetalia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Prawirohardjo, 2005). Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (ruptura uteri). Robekan jalan lahir
banyak dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan risiko rendah mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menurunkan angka kematian ibu (AKI) maupun perinatal (Manuaba, 1998). Berdasarkan data Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2007, angka nasional untuk angka kematian ibu (AKI) di Indonesia adalah 228/100.000 kelahiran hidup. Angka ini lebih rendah dibandingkan AKI hasil SDKI tahun 2002 2003 yang mencapai 307/100.000 kelahiran hidup (Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2009). Angka kematian ibu provinsi Jawa Tengah untuk tahun 2009 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 117,2/100.000 kelahiran hidup. Angka tersebut telah memenuhi target dalam indikator Indonesia sehat 2010 sebesar 150/100.000 dan mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada tahun 2008 sebesar 114,42/100.000 kelahiran hidup. Kejadian maternal paling banyak adalah pada waktu nifas sebesar 49,12%, disusul kemudian pada waktu bersalin sebesar 26,99% dan pada waktu hamil sebesar 23,89%. Penyebab kematian adalah perdarahan 22,42%, eklampsi sebesar 28,76%, infeksi sebesar 3,45%, dan lain-lain sebesar 45,28% (Profil Kesehatan Jawa Tengah 2009). Angka kematian di kabupaten Grobogan tahun 2009 adalah 191,61/100.000 kelahiran hidup, sedangkan AKI tahun 2010 adalah 80,02/100.000 kelahiran hidup. Artinya pada tahun 2010 angka kematian ibu mengalami penurunan. Penyebab kematian yaitu perdarahan 27,78%,
infeksi 5,56%, eklamsi 11,11%, hipertensi 11,11%, dan lain-lain 44,44% (Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan, 2010). Penyebab kematian ibu pada masa nifas adalah perdarahan. Salah satu penyebab perdarahan postpartum adalah perlukaan jalan lahir. Perlukaan ringan berupa luka lecet, yang berat berupa suatu robekan yang disertai perdarahan hebat. Robekan perineum terjadi pada hampir persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Pada seorang primipara atau orang yang baru pertama kali melahirkan terjadi ketika kepala janin keluar. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan, biasa timbul luka pada vulva disekitar introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang bisa timbul perdarahan banyak. Robekan jalan lahir bisa terjadi karena partus precipitatus, kepala janin besar dan janin besar, serta perluasan episiotomi (Mochtar, 2002). Hal ini berisiko menyebabkan infeksi postpartum karena adanya luka pada bekas perlukaan plasenta, laserasi pada saluran genital termasuk episiotomi pada perineum, dinding vagina dan serviks. Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptur uteri atau laserasi merupakan daerah yang tidak mudah kering. Pengamatan dan perawatan khusus diperlukan untuk menjamin agar daerah tersebut sembuh dengan cepat dan mudah. Pencucian daerah perineum memberikan kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama pada daerah tersebut dan mengurangi rasa sakit. Perawatan luka jahit pada perineum dilakukan dengan cara mencuci daerah genital dengan
lembut dengan air sabun dan air desinfektan tingkat tinggi, kemudian keringkan (APN, 2007). Sementara itu perlukaan jalan lahir lahir dapat menyebabkan infeksi. Penyebab infeksi diantaranya adalah bakteri eksogen (kuman dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh), endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Gorback mendapatkan dari 70% dari biakan serviks normal dapat pula ditemukan bakteri anaerob dan aerob yang patogen. Secara umum frekuensi infeksi puerperalis adalah sekitar 1-3%. Sehingga perlu dilakukan perawatan dengan baik. Perawatannya dengan merawat luka dengan baik jangan sampai terkena infeksi, begitu pula alat alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril. Laserasi perineum juga mengakibatkan perdarahan sehingga harus ditangani dengan cepat dan tepat karena berpotensi terjadi syok hipovolemik (Soepardiman, 2007). Luka dapat sembuh melalui proses utama (primary intention) yang terjadi ketika tepi luka disatukan (approximated) dengan menjahitnya. Jika luka dijahit, terjadi penutupan jaringan yang disatukan dan tidak ada ruang yang kosong. Oleh karena itu, dibutuhkan jaringan granulasi yang minimal dan kontraksi sedikit berperan. Penyembuhan yang kedua yaitu melalui proses sekunder (secondary intention) terdapat defisit jaringan yang membutuhkan waktu yang lebih lama (Boyle, 2008).
Salah satu hal yang penting diperhatikan dalam mempercepat penyembuhan luka perineum adalah kebersihan diri terutama vulva higiene atau perawatan perineum. Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah antar paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antara kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti pada waktu sebelum hamil. Di RB N pada bulan Januari-Desember tahun 2011 terdapat 315 persalinan, yang mengalami luka laserasi sebanyak 243 jiwa. Berdasarkan wawancara yang dilakukan dengan bidan di RB N, saat akan pulang pasien diajari bagaimana cara melakukan perawatan perineum dengan benar untuk dipraktekkan di rumah sehingga luka cepat sembuh. Dari 315 persalinan semuanya melakukan kunjungan pertama masa nifas. Khusus pada ibu nifas yang mengalami laserasi (77%), selain untuk mengetahui keadaan ibu dan bayi, kunjungan ini juga dilakukan untuk mengetahui penyembuhan laserasi ibu postpartum (Hamilton, 2002). Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan perawatan perineum dengan penyembuhan luka laserasi perineum. B. RUMUSAN MASALAH Apakah ada hubungan perawatan perineum dengan penyembuhan luka laserasi perineum pada ibu nifas?.
C. TUJUAN 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan perawatan perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. 2. Tujuan khusus a. Mendiskripsikan perawatan perineum pada ibu nifas b. Mendiskripsikan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas c. Menganalisis hubungan perawatan perineum dengan penyembuhan luka perineum pada ibu nifas. D. MANFAAT Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu: a. Bagi ibu postpartum Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada ibu postpartum mengenai manfaat perawatan perineum bagi penyembuhan luka perineum. b. Bagi Bidan Praktik Mandiri Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan masukan bagi bidan praktik mandiri untuk mengikutsertakan keluarga dalam pelaksanaan perawatan perineum guna mempercepat penyembuhan luka perineum. c. Bagi peneliti Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah informasi dan pengetahuan dalam penanganan laserasi perineum.
E. KEASLIAN PENELITIAN Tabel 1.1 Keaslian penelitian No Judul, Nama, Tahun Sasaran Variabel yang diteliti Metode Hasil 1 Hubungan antara Ibu nifas dengan Variabel dependen: Jenis penilitian Ada hubungan Kebiasaan jahitan perineum penyembuhan luka analitik yang signifikan Berpantang Makanan yang berpantang perinium pada ibu observasionalde antara kebiasaan Tertentu dengan dan yang tidak nifas ngan berpantang Penyembuhan Luka berpantang Variabel pendekatan makanan perinium pada ibu makanan tertentu independen : cross sectional tertentu dengan nifas. di Klinik Umum kebiasaan penyembuhan dan Rumah berpantang luka perineum Mas adah, Sukesi, Bersalin Medika makanan tertentu. pada ibu nifas. 2010 Utama Balongbendo Sidoarjo dengan sampel 38 orang 2 Pengaruh Pendidikan 30 responden Variabel dependen Penelitian Tidak ada Kesehatan tentang klien postpartum : kesembuhan luka eksperimen pengaruh yang Perawatan Perineum di BKIA episiotomi klien dengan signifikan antara terhadap Kesembuhan Aisyiyah, post partum. menggunakan pemberian Luka Episiotomi Karangkajen, DIY Variabel desain pendidikan Klien Post Partum di. independen : perbandingan kesehatan BKIA pendidikan kelompok statis dengan Aisyiyah, kesehatan tentang kesembuhan Karangkanjen, DIY. perawatan luka episiotomi. Novita Kurnia Sari, perineum. 2010
Lanjutan tabel 1.1 No Judul, Nama, Tahun sasaran Variabel yang Metode Hasil diteliti 3 Faktor-faktor yang Ibu yang Variabel dependen: Jenis penelitian Tidak ada berpengaruh pada melahirkan penyembuhan luka deskriptif hubungan yang penyembuhan luka dengan robekan perinium eksploratif, signifikan faktor perinium ibu pasca perineum yang pendekatan umur, penyakit persalinan di diakibatkan oleh yang digunakan yang diderita puskesmas Brangsong proses persalinan. adalah survey. status obstetri, dan Kaliwungu kondisi luka Kabupaten Kendal. jahitan, lingkar lengan atas, Sri Rejeki, Ernawati, besar luka, jenis 2010 luka, dan lama hari rawat dengan penyembuhan luka perineum.