dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan protein yang ada di dalam bahan makanan (Almatsier,2004).

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Hakikat Kebugaran / Kesegaran Jasmani. tugas fisik yang memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas.

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. sebelum berangkat melakukan aktivitas sehari-hari (Utter dkk, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat. Terciptanya SDM yang berkualitas ditentukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani di sekolah merupakan suatu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. dan dewasa sampai usia lanjut. Dari seluruh siklus kehidupan, program perbaikan

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. mengandung zat gizi, yaitu karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral dan air. Jika tubuh tidak cukup mendapatkan zat-zat gizi

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB 1 PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan gizi yang dialami Indonesia saat ini, baik gizi kurang

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. pengukuran Indeks Pembangunan Manusia ( IPM ), kesehatan adalah salah

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Usia sekolah dasar disebut juga sebagai masa pengembangan. intelektual, dikarenakan pada masa itu anak memiliki keinginan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pelaksanaan pendidikan jasmani disekolah merupakan satu bentuk pembinaan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Djoko Pekik Irianto (2004: 2), kesegaran fisik (physical fitness)

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

I. PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Remaja merupakan sumber daya manusia bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hidup anak sangat tergantung pada orang tuanya (Sediaoetama, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. global. 1 Aktivitas fisik telah diidentifikasi sebagai faktor risiko keempat untuk

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan untuk melaksanakan pembangunan nasional. Untuk mencapai SDM

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama


BAB I PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk kesehatan dan perkembangan bagi anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAAN. Semua makhluk hidup memerlukan makanan, demikian pula dengan. manusia. Makanan akan memberikan zat-zat yang akan digunakn untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Prestasi belajar siswa Sekolah Menengah Atas. mengalami penurunan beberapa tahun terakhir.

BAB I PENDAHULUAN. lebih di Indonesia terjadi di kota-kota besar sebagai akibat adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. (SDM) yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). bangsa bagi pembangunan yang berkesinambungan (sustainable

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Tujuan. penerus harus disiapkan sebaik-baiknya. Salah satu faktor yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan kelompok peralihan dari masa anak-anak. menuju dewasa dan kelompok yang rentan terhadap perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB. IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. DESKRIPSIS DATA. 1. Gaya Hidup (X1) yang berasal dari data responden

TINJAUAN STATUS GIZI DAN TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA SEKOLAH DASAR NEGERI 05 AIR TAWAR BARAT KECAMATAN PADANG UTARA JURNAL

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hari dalam jumlah tertentu sebagai sumber energy dan zat-zat gizi. Kekurangan

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

BAB I PENDAHULUAN. bidang lainnya yang telah memberikan kemudahan dan perubahan pada pola

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi medis dimana kadar hemoglobin kurang dari

sebagainya. Menurut Susan M Sawyer et al, 2012 masa remaja merupakan salah satu fase kehidupan saat fungsi fisik hampir mencapai puncaknya.

Tes Kebugaran Jasmani Indonesia (TKJI)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dikonsumsi sehari-hari yang berfungsi untuk proses-proses didalam tubuh.

BAB I PENDAHULUAN. ternyata berhubungan dengan penurunan resiko terkena penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Titik berat tujuan pembangunan Bangsa Indonesia dalam pembangunan jangka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. diemban. Kebugaran jasmani dipertahankan dengan berbagai bentuk latihan.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Kesegaran Jasmani 2.1.1. Definisi Kesegaran Jasmani Kesegaran jasmani sering juga disebut kebugaran jasmani atau physical fitness. Kesegaran jasmani merupakan hal yang rumit dan kompleks. Ada beberapa pendapat tentang pengertian kesegaran jasmani dari para ahli, kebugaran = kebugaran jasmani yaitu kemampuan seseorang untuk malakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan rasa lelah yang berarti sehingga masih bisa menikmati waktu luangnya (Rini dan Sri, 2008). Kesegaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan seseorang untuk melakukan pekerjaan dengan efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti (A. Kamisno: dalam Krisna, 2010). Kesegaran jasmani didefinisikan oleh beberapa organisasi sebagai suatu keadaan yang dimiliki atau dicapai seseorang dalam kaitannya dengan kemampuan untuk melakukan aktivitas fisik. Istilah kesegaran jasmani juga meliputi kemampuan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan kelelahan berlebih dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit. Kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan mengacu pada beberapa aspek fungsi fisiologis dan psikologis yang dipercaya memberikan perlindungan kepada seseorang dalam melawan beberapa tipe penyakit degeneratif seperti penyakit jantung koroner, obesitas dan kelainan muskuloskeletal. Komponen kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kesehatan termasuk kesegaran aerobik atau kardiovaskuler, komposisi tubuh, dan kesegaran muskuloskeletal (termasuk kekuatan, daya tahan dan kelenturan otot) (Agustini, 2007). 6

7 2.1.2. Komponen Kesegaran Jasmani Komponen-komponen kesegaran jasmani perlu dipahami, karena komponen-komponen kesegaran jasmani sebagai penentu baik buruknya kondisi fisik atau tingkat kesegaran jasmani seseorang. Pengelompokan komponen kesegaran jasmani menjadi dua macam (Utomo, 2008), yaitu: a. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan meliputi : 1) Daya tahan 2) Kekuatan otot 3) Daya tahan otot 4) Kelentukan 5) Komposisi tubuh b. Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan meliputi : 1) Kelincahan 2) Keseimbangan 3) Koordinasi 4) Daya ledak 5) Kecepatan Pendapat di atas mengenai komponen kesegaran jasmani dapat disimpulkan bahwa komponen kesegaran jasmani terdiri dari: kecepatan, kekuatan, daya tahan otot, daya tahan kardiorespirasi, daya ledak, dan komposisi tubuh. 2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani dengan Kesehatan Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan, antara lain : 1. Umur Terdapat bukti yang berlawanan antara umur dan kelenturan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kelenturan meningkat sampai remaja awal dan sesudah itu menurun. Penurunan kelenturan dimulai sekitar usia 10 tahun pada anak laki-laki dan 12 tahun pada anak

8 perempuan dan bukti menunjukkan bahwa dewasa yang lebih tua mempunyai kelenturan kurang dibanding dewasa muda. 2. Jenis Kelamin Secara umum anak perempuan lebih lentur daripada anak laki-laki. Perbedaan anatomis dan pola gerak serta aktivitas yang teratur pada kedua jenis kelamin mungkin menyebabkan perbedaan kelenturan ini. Kekuatan otot juga berbeda antar jenis kelamin. Penelitian di Oman (2001) pada anak berusia 15-16 tahun menunjukkan bahwa kesegaran aerobik lebih tinggi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. 3. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik didefinisikan sebagai setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot-otot skeletal dan menghasilkan peningkatan resting energy expenditure yang bermakna. Aktivitas fisik juga dapat didefinisikan sebagai suatu gerakan fisik yang menyebabkan terjadinya kontraksi otot. Aktivitas fisik di luar sekolah termasuk aktivitas fisik di waktu luang, dimana aktivitas dilakukan pada saat yang bebas dan dipilih berdasarkan kebutuhan dan ketertarikan masing-masing individu. Hal ini termasuk latihan dan olah raga. Latihan merupakan bagian dari aktivitas fisik yang terencana, terstruktur, berulang dan bertujuan untuk meningkatkan atau menjaga kesegaran jasmani, sedangkan olahraga termasuk sebuah bentuk aktivitas fisik yang melibatkan kompetisi. Aktivitas fisik pada anak dan remaja dipengaruhi oleh berbagai hal, diantaranya adalah faktor fisiologis/ perkembangan (misalnya pertumbuhan, kesegaran jasmani, keterbatasan fisik), lingkungan (fasilitas, musim, keamanan) dan faktor psikologis, sosial dan demografi (pengetahuan, sikap, pengaruh orang tua, teman sebaya, status ekonomi, jenis kelamin, usia). Gambaran aktivitas fisik harus mempertimbangkan kemungkinan aspek-aspek (1) tipe dan tujuan aktivitas fisik (misal: rekreasi atau kewajiban, aerobik atau anaerobik, pekerjaan), (2) intensitas (beratnya),

9 (3) efisiensi, (4) durasi (waktu), (5) frekuensi (misalnya waktu per minggu), (6 )pengeluaran kalori dari aktivitas yang dilakukan. Aktivitas fisik akan mengubah komposisi tubuh yakni menurunkan lemak tubuh dan meningkatkan massa tubuh tanpa lemak. Secara khusus dengan latihan akan menurunkan lemak abdominal. Penurunan aktivitas fisik menyebabkan rendahnya tingkat kesegaran jasmani dengan berkurangnya kekuatan, kelenturan, tenaga aerobik dan ketrampilan atletik. Aktivitas fisik terutama latihan dapat memperbaiki kelenturan, kekuatan otot, daya tahan otot dan kesegaran kardiorespirasi. Sebuah penelitian di Inggris menunjukkan adanya korelasi positif yang bermakna antara aktivitas fisik dan kesegaran jasmani pada anak berusia 8-10 tahun. Penelitian di Yunani (2003) menyatakan bahwa aktivitas fisik di sekolah melalui kurikulum pendidikan jasmani mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani yang berkaitan dengan kardiovaskuler dan motorik. Penelitian di Oman menyimpulkan bahwa kesegaran aerobik berkorelasi negatif dengan aktivitas fisik sedentari seperti menonton televisi, main komputer dan video games. Latihan merupakan salah satu aktivitas fisik penting yang mempengaruhi kesegaran jasmani seseorang. Beberapa penelitian mengamati perubahan VO2 maks selama program latihan jangk panjang. Paling tidak setengahnya menyatakan bahwa tidak ada perbaikan dalam VO2 maks, namun kebanyakan program latihan ini tidak terlalu bugar ataupun jangka waktunya sangat pendek. Salah satu penelitian menyimpulkan bahwa kesegaran kardiovaskuler remaja obesitas secara bermakna dipengaruhi oleh latihan fisik, khususnya latihan fisik dengan intensitas tinggi. Penelitian lain mendukung konsep bahwa kekuatan dan daya tahan otot dapat diperbaiki selama masa anak-anak dengan program latihan intensitas sedang dan berulang. 4. Makanan Makanan dan gizi sangat berpengaruh pada tubuh manusia karena makanan yang telah dimakan akan diproses untuk dijadikan kalori sebagai sumber zat tenaga dan zat pembangun yang dibutuhkan tubuh.

10 Daya tahan yang tinggi bila mengkonsumsi tinggi karbohidrat (60-70 %). Diet tinggi protein terutama untuk memperbesar otot dan untuk olah raga yang memerlukan kekuatan otot yang besar (Karim, 2002; dalam penelitian Ratri, 2011). Berdasarkan hasil penelitian Ambler. (2010) bahwa ada hubungan kesegaran jasmani dengan asupan energi. 5. Status Kesehatan Status kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dari pengertian ini, maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur-unsur fisik, mental, dan sosial. Pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang dinamis di mana individu menyesuaikan diridengan perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual, spiritual, dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya (Depkes RI, 2009). Keadaan sakit akan menurunkan kondisi tubuh seseorang sehingga kebugaran jasmani orang yang sakit akan lebih rendah dari pada orang yang sehat. 2.1.4. Pengukuran Tingkat Kesegaran Jasmani Terdapat berbagai variasi tes kesegaran jasmani untuk menetapkan tingkat kesegaran jasmani seseorang. Ada beberapa tes yang sering dipergunakan, antara lain: 1. Harvard Step Test Harvard Step test merupakan tes kesegaran jasmani yang sederhana. Tes ini bertujuan untuk mengukur kesegaran jasmani untuk kerja otot dan kemampuannya pulih dari kerja. Caranya adalah dengan naik turun bangku terus menerus selama 5 menit dengan kecepatan 30 langkah/menit atau sampai seseorang tak mampu bertahan dalam kecepatan 30 langkah/menit. Setelah 5 menit denyut jantung diukur dalam menit ke-1, menit ke-2 dan menit ke-3 yang menunjukkan waktu pemulihan setelah latihan (Arisman, 2004).

11 Tes ini berdasarkan tinggi bangku dan tinggi seseorang yang bervariasi, juga dipengaruhi berat badan. Hal ini menyebabkan seseorang yang lebih berat badannya akan bekerja lebih keras dari pada yang lebih kurus sehingga mempengaruhi hasil. 1. Cara Lambat = Nadi dihitung sebanyak 3 kali, dengan lama perhitungan masing-masing 30 detik. Nadi dihitung pada 1 menit sampai 1 menit 30 detik, 2 menit sampai 2 menit 30 detik, dan 3 menit sampai 3 menit 30 detik. Kemudian hasil perhitungan denyut nadi dimasukkan ke dalam rumus kesegaran jasmani. Hasil perhitungan kemudian disesuaikan dengan standar kategori kesegaran jasmani dengan cara lambat. Kesegaran Jasmani waktu yang dibutuhkan (detik)x 100 2 x (denyut nadi perhitungan 1 + perhitungan 2 + perhitungan 3) Tabel 2.1. Standar Kategori Kesegaran Jasmani pada Perhitungan Denyut Nadi dengan cara lambat Hasil Perhitungan 90 Kesegaran Jasmani Amat Baik 80 89 Baik 65 79 Cukup 55 64 Sedang 54 Kurang 2. Cara Cepat Kesegaran Jasmani = waktu yang dibutuhan (detik)x 100 2 x 5,5 x denyut nadi perhitungan 1 Tabel 2.2. Standar Kategori Kesegaran Jasmani pada Perhitungan Denyut Nadi dengan Cara Cepat Hasil Perhitungan Kesegaran Jasmani 80 Amat Baik 50 80 Sedang 50 Kurang

12 2. Treadmill dan Ergometer Sepeda Keduanya merupakan tes untuk melihat respon kardiorespirasi. Pada tes Treadmill, konsumsi oksigen tergantung pada berat badan subyek, dan juga kecepatan dan kemiringan alatnya. Pada ergometer sepeda, perubahan tingkat latihan fisik diperoleh dengan cara mengubah beban pada roda sepeda. Keduanya membutuhkan alat khusus yang sulit dilakukan di lapangan. 3. Tes ACSPFT Tes kesegaran jasmani ACSPFT (Asian Commitee on the Standardization of Physical FitnessTest) merupakan tes kesegaran jasmani di lapangan yang sudah diakui secara internasional dan dibakukan di Asia. Tes ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kesegaran jasmani seseorang. Tes inirelatif murah dan mudah dikerjakan. Tes ACSPFT merupakan rangkaian tes yang terdiri dari (1) Lari 50 meter untuk mengukur kecepatan, (2) Lompat jauh tanpa awalan untuk mengukur gerak eskplosif tubuh/ daya ledak otot, (3)Bergantung angkat badan (putra) atau bergantung siku tekuk (putri) untuk mengukur kekuatan statisdan daya tahan lengan serta bahu, (4) Lari hilir mudik 4 x 10 m untuk mengukur ketangkasan, (5)Baring duduk 30 detik untuk mengukur daya tahan otot-otot perut, (6) Lentuk togok ke muka (forwardflexion of trunk) mengukur kelenturan, (7)Lari jauh 800 m (putri) dan 1000 m (putra) untuk mengukur daya tahan kardiorespirasi. 2.2.Tingkat Absensi Sakit 2.2.1. Pengertian Status Kesehatan Masalah kesehatan merupakan salah satu faktor yang berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas. Melalui pembangunan di bidang kesehatan diharapkan akan semakin meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat dan pelayanan kesehatan dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat secara memadai (Dinas Kesehatan, 2007).

13 Sehat adalah kondisi normal dimana seseorang bisa melakukan aktivitas hidupnya dengan lancar dan tanpa gangguan. World Health Organization (WHO) mendefinisikan universal yang menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental, dan sosial serta tidak hanya tebebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947 dalam Safira, 2011) Status kesehatan dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor perilaku, faktor lingkungan, faktor pelayanan kesehatan, dan faktor genetik (Mita, 2010). Faktor perilaku itu yang sangat berpengaruh bagi status kesehatan. Status kesehatan yang baik akan menurunkan tingkat absensi sakit pada anak. Semakin baik status kesehatan pada anak semakin berkurangnya kemungkinan absensi sakit pada anak sekolah. 2.3.Sarapan Pagi 2.3.1. Definisi Sarapan Visi Indonesia sehat 2015 bertujuan untuk mensejahterakan rakyat dalam peningkatan kesehatan termasuk gizi. Undang-undang nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa upaya perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk peningkatan mutu gizi perseorangan dan masyarakat (Dirjen Bina Gizi dan KIA, 2011). Sarapan pagi adalah makanan yang dimakan pada saat pagi hari sebelum memulai aktivitas. Yang terdiri dari makanan pokok lauk pauk dan sayuran. Energi yang dibutuhkan pada anak-anak adalah sekitar 20-25% dari total energi sehari. Sarapan pagi harus mengadung karbohidrat, protein, rendah lemak, tinggi serat dan cukup vitamin. Sarapan sangat penting untuk anak SD karena dengan sarapan maka kebutuhan zat gizi untuk aktivitas mereka saat di sekolah dapat terpenuhi, dengan terpenuhinya kebutuhan zat gizi maka kesegaran jasmani juga akan baik dan masa pertumbuhannya juga tidak terganggu. Hal ini nanti juga akan berpengaruh terhadap performa akademiknya. Menurut Maslow pada tingkatan yang pertama hirarki kebutuan merupakan bentuk pemenuhan kebutuhan dasar berupa kebutuhan fisik

14 (psychological needs) seperti pemenuhan terhadap rasa lapar, dan haus. Kemudian naik pada kebutuhan sosial afiliasi, kebutuhan intelektual berperestasi, kebutuhan keindahanan yang paling tinggi pada kebutuhan aktualisasi diri (Rifai, 2009). Asupan gizi saat pagi hari memiliki banyak manfaat yang dapat menunjang berbagai akatifitas anak seharian. Berikut beberapa manfaat makan pagi untuk anak yang adalah daya konsentrasi saat belajar dan beraktifitas, mendapatkan energi yang lebih saat bermain, terlihat aktif saat melakukan aktifitas, mampu melakukan segala hal dengan baik dan benar, merlihat ceria saat berada di sekolah dan tidak mudah mengantuk, lemas dan daya tahan tubuh terhadap penyakit akan lebih baik (Ade, 2011). Makan pagi yang terlalu banyak bagi anak selain dapat menyebabkan anak sakit perut, porsi makan pagi yang terlalu besar dapat mengakibatkan terlalu penuhnya perut sehingga anak mengantuk, karena aliran darah lebih banyak berpusat pada perut dari pada otak (Bening N, 2012). Pentingnya mengkonsumsi makanan selingan selama di sekolah adalah agar kadar gula tetap terkontrol baik, sehingga konsentrasi terhadap pelajaran dan aktivitas lainnya dapat tetap dilaksanakan. Kandungan zat gizi makanan selingan ditinjau dari besarnya kandungan energi dan protein sebesar 300 kkal dan 5 gram protein. Kebutuhan energi golongan umur 10-12 tahun relatif lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan relatif cepat, terutama penambahan tinggi badan. Mulai umur 10-12 tahun, kebutuhan gizi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Adapun jumlah energi dan protein yang dianjurkan oleh Angka Kecukupan Gizi 2013 bagi anak umur 10-12 tahun tertera pada tabel 2.1.

15 Tabel 2.1. Angka Kecukupan Gizi 2013 untuk Anak 10-11 tahun Jenis Berat Tinggi Energi Protein Lemak Karbohidrat Kelamin (kg) (cm) (kkal) (gr) (gr) (gr) Laki-laki 34 142 2100 56 70 289 Perempuan 36 145 2000 60 67 275 Sumber: Kemenkes RI, 2013 2.3.2. Manfaat Sarapan Pagi Sarapan pagi sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, sarapan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan tubuh saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, sarapan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan penyerapan pelajaran sehingga prestasi belajar lebih baik (Khomsan, 2010). Manfaat yang diperoleh seseorang jika melakukan sarapan pagi, antara lain : 1. Sarapan pagi dapat menyediakan karbohidrat yang siap digunakan untuk meningkatkan kadar gula darah. Dengan kadar gula darah yang terjamin normal, maka semangat dan konsentrasi kerja bisa lebih baik sehingga berdampak positif untuk meningkatkan produktifitas. 2. Pada dasarnya sarapan pagi akan memberikan kontribusi penting akan beberapa zat gizi yang diperlukan tubuh seperti protein, lemak, vitamin dan mineral. Ketersediaan zat gizi ini bermanfaat untuk berfungsinya proses fisiologis dalam tubuh. Seseorang yang tidak sarapan pagi, pastilah tubuh tidak berada dalam keadaan yang sesuai untuk melakukan pekerjaan dengan baik. Hal ini dikarenakan tubuh akan berusaha menaikkan kadar gula darah dengan mengambil cadangan glikogen, dan jika ini habis, maka cadangan lemaklah yang diambil (Moehji, 2009) Sarapan pagi termasuk dalam Pedoman Umum Gizi Seimbang dalam pesan kedelapan. Makan pagi dengan makanan yang beraneka ragam akan memenuhi kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesegaran

16 tubuh dan meningkatkan produktifitas dalam bekerja. Pada anak-anak, makan pagi akan memudahkan konsentrasi belajar sehingga prestasi belajar bisa lebih ditingkatkan (Soekirman, 2000;dalam penelitian Ratri, 2011). 2.3.3. Kebiasaan Makan Anak Sekolah Kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap, kepercayaan dan pemilihan makanan. Membiasakan anak-anak yang belum biasa sarapan pagi untuk sarapan pagi perlu memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan sarapan pagi diberikan dalam takaran (porsi) sedikit hingga secara bertahap ditambah sesuai dengan anjuran. (Ratri,2011) 2.3.4. Faktor Resiko Meninggalkan Sarapan Sarapan juga berpengaruh untuk kerja sistem tubuh anak dan status gizi terutama dalam hal pemenuhan zat gizi yaitu melalui pemenuhan zat gizi dengan terpenuhinya zat gizi dalam tubuh maka dapat menunjang pertumbuhan fisik, pertumbuhan otak, dan kemampuan kerja otak. Cadangan energi yang rendah akan berdampak pada penurunan produktivitas, kesegaran jasmani dan daya tahan tubuh pada anak sekolah dasar sebagai akibat kekurangan gizi. Dilihat dari sudut pandang masalah kesehatan dan gizi, anak usia 0-6 tahun merupakan kelompok rentan gizi. Kelompok rentan gizi yaitu kelompok masyarakat paling mudah menderita kelainan gizi, sedangakan seperti yang kita ketahui pada usia tersebut pertumbuhan dan perkembangan anak sedang berkembang pesat dan memerlukan zat-zat gizi dalam jumlah relatif besar. Dilihat dari kebiasaan makan pagi, terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kebiasaan makan bagi indivudu yakni faktor perilaku, faktor lingkungan dan faktor ekonomi (Sentoso, 2009).

17 Kekurangan gizi dapat mengakibatkan pada proses-proses pertumbuhan, produksi tenaga, struktur dan fungsi otak dan perilaku (Almatsier, 2010). Asupan gizi pada manusia memiliki peran yang sangat penting bagi beberapa aspek kehidupan manusia. Asupan gizi yang tepat seimbang akan mengoptimalkan pertumbuhan manusia dan aktifitas manusia sehari-hari dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit. 2.4.Hubungan Kebiasaan Sarapan Dengan Tingkat Kesegaran Jasmani Analisis mengenai aspek-aspek yang terkandung dalam sarapan pagi dengan kesegaran jasmani dapat memberikan kajian hubungan antara keduanya. Sarapan pagi adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada hari itu. Oleh karena itu, sarapan pagi sebaiknya mengandung unsur empat sehat lima sempurna, supaya tubuh siap untuk menghadapi segala aktivitas dengan energi yang tersedia (Khomsan, 2002; dalam penelitian Ratri, 2011). Sarapan pagi akan menyumbangkan gizi sekitar 25%, ini jumlah yang cukup signifikan. Apabila kecukupan energi adalah sekitar 2000 kalori dan protein 50 gram sehari untuk orang dewasa, maka sarapan pagi menyumbangkan 500 kalori dan 12,5 gram protein. Sisa kebutuhan energi dan protein lainnya dipenuhi oleh makan siang, makan makan malam dan makanan selingan di antara dua waktu makan (Khomsan, 2010). Kaitan sarapan pagi yang menyumbangkan gizi yang cukup signifikan, sehingga seseorang mampu melakukan kegiatan sehari-harinya tanpa mengalami kelelahan, maka dapat dikatakan bahwa sarapan pagi mempunyai hubungan dengan kesegaran jasmani (Ratri, 2011). 2.5.Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Tingkat Absensi Sakit Status gizi dipengaruhi oleh asupan gizi dan penyekit/ infeksi. Asupan gizi dipengaruhi oleh asupan makanan yang berhubungan dengan pola makan/ kebiasaan makan. Status gizi yang baik akan mempengaruhi status

18 kesehatannya (Dimas, 2015). Saat status kesehatan itu baik maka tingkat absensi sakit pada anak pun akan berkurang. Status gizi di pengaruhi oleh asupan dan infeksi. Jika asupan makanan tidak terpenuhi menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh yang menyebabkan anak mudah terkena penyakit dan akan mempengaruhi status gizinya (Soekirman, 2001). Saat anak terkena penyakit anak akan mudah sakit dan mempengaruhi tingkat absensi sakit. 2.6.Kerangka Teori ABSENSI SAKIT KESEGARAN JASMANI AKTIVITAS FISIK STATUS KESEHATAN STATUS GIZI ASUPAN GIZI PENYAKIT/ INFEKSI ASUPAN MAKANAN SANITASI LINGKUNGAN PELAYANAN KESEHATAN STATUS EKONOMI POLA MAKAN Kebiasaan Sarapan Kebiasaan Makan DAYA BELI PENGETAHUAN GIZI LINGKUNGAN ALAM Gambar 2.1. Kerangka teori faktor-faktor yang memperaruhi kebiasaan sarapan (Sumber: Soekirman (2001), Dimas (2015), Sentono (2009), Karim (2002), Ratri (2011), Depkes RI (2007), Rini (2008)

19 2.7.Kerangka Konsep Kesegaran Jasmani KEBIASAAN SARAPAN Tingkat Absensi Sakit Gambar 2.2. Kerangka Konsep Hubungan Kebiasaan Sarapan dengan Kesegaran Jasmani dan Tingkat Absensi Sakit 2.8.Hipotesis 1. Ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan kesegaran jasmani pada anak usia 10-11 tahun. 2. Ada hubungan antara kebiasaan sarapan dengan tingkat absensi sakit pada anak usia 10-11 tahun.