JURNAL ILMU-ILMU PERAIRAN DAN PERIKANAN INDONESIA

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN TEMBANG (Clupea platygaster) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

ASPEK REPRODUKSI IKAN KAPASAN (Gerres kapas Blkr, 1851, Fam. Gerreidae) DI PERAIRAN PANTAI MAYANGAN, JAWA BARAT

STUDI ISI LAMBUNG IKAN OPUDI (Telmatherina celebensis) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

KEMATANGAN GONAD DAN KEBIASAAN MAKANAN IKAN JANJAN BERSISIK (Parapocryptes sp) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Reproduksi ikan beloso (Glossogobius giuris) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur

Tingkat Kematangan Gonad Ikan Tembang (Clupea platygaster) di Perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur

Beberapa contoh air, plankton, makrozoobentos, substrat, tanaman air dan ikan yang perlu dianalisis dibawa ke laboratorium untuk dianalisis Dari

Reproduksi ikan rejung (Sillago sihama Forsskal) di perairan Mayangan, Subang, Jawa Barat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN JUARO (Pangasius polyuranodon) DI DAERAH ALIRAN SUNGAI MUSI, SUMATERA SELATAN ABDUL MA SUF

STUDI BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYUR (Superfamili Trichiuroidea) DI PERAIRAN PALABUHANRATU, KABUPATEN SUKABUMI, JAWA BARAT DEVI VIANIKA SRI AMBARWATI

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN PELANGI MERAH (Glossolepis incisus Weber, 1907) DI DANAU SENTANI LISA SOFIA SIBY

JOURNAL OF MANAGEMENT OF AQUATIC RESOURCES. Volume 2, Nomor 2, Tahun 2013, Halaman Online di :

KEBIASAAN MAKANAN IKAN BELOSO (Glossogobius giuris, Hamilton-Buchanan, 1822) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR TRI PRIHARTATIK

3. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Gambar 2. Peta lokasi penangkapan ikan kembung perempuan (R. brachysoma)

3. METODE PENELITIAN. Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan kuniran di perairan Selat Sunda Sumber: Peta Hidro Oseanografi (2004)

POLA PERTUMBUHAN DAN REPRODUKSI IKAN KUNIRAN Upeneus moluccensis (Bleeker, 1855) DI PERAIRAN LAMPUNG ABSTRAK

oaj STUDI PERTUMBUHAN DAN BEBERAPA ASPEK REPRODUKSI

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

3. METODE PENELITIAN

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Ciri Morfologis Klasifikasi

ABSTRACT CHARLES P. H. SIMANJUNTAK

3.3. Pr 3.3. P os r ed e u d r u r Pe P n e e n l e iltiitan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

ASPEK REPRODUKSI IKAN LELAN (Osteochilus vittatus C.V) Di SUNGAI TALANG KECAMATAN LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM

LIRENTA MASARI BR HALOHO C SKRIPSI

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LAYANG (Decapterus russelli) DAN IKAN BANYAR (Rastrelliger kanagurta) YANG DIDARATKAN DI REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN

ASPEK REPRODUKSI IKAN LIDAH, Cynoglossus lingua H.B DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR

Jurnal Ilmiah Platax Vol. I-1, September 2012 ISSN:

Indeks Gonad Somatik Ikan Bilih (Mystacoleucus padangensis Blkr.) Yang Masuk Ke Muara Sungai Sekitar Danau Singkarak

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Desember 2013 di Sungai

KEBIASAAN MAKANAN IKAN KRESEK (Thryssa mystax) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, JAWA TIMUR

3 HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Pengambilan Data

II. TINJAUAN PUSTAKA. : Octinopterygii. : Cypriniformes. Spesies : Osteochilus vittatus ( Valenciennes, 1842)

Aspek biologi reproduksi ikan layur, Trichiurus lepturus Linnaeus 1758 di Palabuhanratu

KEBIASAAAN MAKANAN IKAN LIDAH (Cynoglossus lingua) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR

Berk. Penel. Hayati: 15 (45 52), 2009

MORFOMETRI DAN KOMPOSISI ISI LAMBUNG IKAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacares) YANG DIDARATKAN DI PANTAI PRIGI JAWA TIMUR

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN LEMEDUK (Barbodes schwanenfeldii) DI SUNGAI BELUMAI KABUPATEN DELI SERDANG PROVINSI SUMATERA UTARA

POTENSI UDANG DOGOL (Metapenaeus ensis) DI KABUPATEN KEBUMEN JAWA TENGAH. Abstrak

Jurnal Perikanan (J. Fish. Sci.) VII (1): ISSN:

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI DAN PERTUMBUHAN IKAN LEMURU (Sardirtella lortgiceps C.V) DI PERAIRAN TELUK SIBOLGA, SUMATERA-UTARA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat Prosedur Penelitian

PARAMETER POPULASI DAN ASPEK REPRODUKSI IKAN KUNIRAN (Upeneus sulphureus) DI PERAIRAN REMBANG, JAWA TENGAH

3. METODE PENELITIAN

KEBIASAAAN MAKANAN IKAN LIDAH (Cynoglossus lingua) DI PERAIRAN UJUNG PANGKAH, GRESIK, JAWA TIMUR 1

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 4(1) :22-26 (2016) ISSN :

Biologi Reproduksi Ikan Belida (Notopterus notopterus Pallas, 1769) di Kolong-Bendungan Simpur, Pulau Bangka

Gambar 4. Peta lokasi pengambilan ikan contoh

STUDI ASPEK REPRODUKSI IKAN BAUNG (Mystus nemurus Cuvier Valenciennes) DI SUNGAI BINGAI KOTA BINJAI PROVINSI SUMATERA UTARA

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

Naskah Publikasi TINGKAT KEMATANGAN GONAD IKAN WADER. (Rasbora argyrotaenia) DI SEKITAR MATA AIR PONGGOK KLATEN JAWA TENGAH

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

3 METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan lokasi

Yuli Hendra Saputra, M. Syahrir R. dan Anugrah Aditya B.

Stomach Content Analysis of Mystacoleucus padangensis in Waters Naborsahan River and Toba Lake, Tobasa Regency, North Sumatra Province.

POTENSI REKRUT IKAN BONTI-BONTI (Paratherina striata Aurich) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN TUNA MATA BESAR (Thunnus obesus) DI PERAIRAN SAMUDERA HINDIA RIA FAIZAH

ASPEK REPRODUKSI IKAN PARANG-PARANG (Chirocentrus dorab Forsskal 1775) DI PERAIRAN LAUT BENGKALIS KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN GABUS (CHANNA STRIATA BLOCH, 1793) DI DANAU TEMPE, KABUPATEN WAJO

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

CIRI - CIRI FISIK TELUR TETAS ITIK MANDALUNG DAN RASIO JANTAN DENGAN BETINA YANG DIHASILKAN ABSTRACT ABSTAAK

BEBERAPA ASPEK BIOLOGI IKAN PETEK (Leiognathus splendens Cuv.) DI PERAIRAN TELUK LABUAN, JAWA BARAT SKRIPSI

FEKUNDITAS DAN DIAMETER TELUR IKAN GABUS (Channa striata BLOCH) DI DAERAH BANJIRAN SUNGAI MUSI SUMATERA SELATAN

HUBUNGAN PANJANG BOBOT DAN REPRODUKSI IKAN KEMBUNG LELAKI

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan di Suaka Margasatwa Muara Angke yang di

BIOLOGI REPRODUKSI IKAN SEPATUNG, Pristolepis grootii Blkr (NANDIDAE) DI SUNGAI MUSI

Biologi reproduksi ikan belanak (Moolgarda engeli, Bleeker 1858) di Pantai Mayangan, Jawa Barat

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 di Laboratorium

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1 : Ikan tembang (S. fimbriata)

Gambar 3. Peta Lokasi Penelitian Sumber Dinas Hidro-Oseanografi (2004)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Studi makanan ikan tembang (Clupea fimbriata) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur

Febyansyah Nur Abdullah, Anhar Solichin*), Suradi Wijaya Saputra

Reproductive Biology of Featherback Fish (Notopterus notopterus Pallas, 1769) from the Sail River, Pekanbaru Regency, Riau Province

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINGKAT KEMATANGAN GONAD KEPITING BAKAU (Scylla serrata Forskal) DI HUTAN MANGROVE TELUK BUO KECAMATAN BUNGUS TELUK KABUNG KOTA PADANG

ANALISIS ISI LAMBUNG IKAN HIDUNG BUDAK Ceratoglanis scleronema (Bleeker 1862) DI DESA MENTULIK SUNGAI KAMPAR KIRI PROVINSI RIAU

METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Metode dan Desain Penelitian

IKAN DUI DUI (Dermogenys megarrhamphus) IKAN ENDEMIK DI DANAU TOWUTI SULAWESI SELATAN

HUBUNGAN PERUBAHAN JENIS KELAMIN DAN UKURAN TUBUH IKAN BELUT SAWAH (Monopterus albus)

KEBIASAAN MAKAN DAN HUBUNGAN PANJANG BOBOT IKAN GULAMO KEKEN (Johnius belangerii) DI ESTUARI SUNGAI MUSI

Titin Herawati, Ayi Yustiati, Yuli Andriani

III. METODE PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ikan Swanggi Priacanthus tayenus Klasifikasi dan tata nama

ASPEK BIOLOGI IKAN LAYUR (Trichiurus lepturus) BERDASARKAN HASIL TANGKAPAN DI PPP MORODEMAK

KAJIAN MAKANAN DAN KAITANNYA DENGAN REPRODUKSI IKAN SENGGARINGAN (Mystus nigriceps) DI SUNGAI KLAWING PURBALINGGA JAWA TENGAH BENNY HELTONIKA

GONAD MATURATION OF SEPAT RAWA (Trichogaster trichopterus Blkr) WITH DIFFERENT FEEDING TREATMENTS. By Rio Noverzon 1), Sukendi 2), Nuraini 2) Abstract

ASPEK BIOLOGI REPRODUKSI IKAN HIDUNG BUDAK (Ceratoglanis scleronema Bleeker, 1862) DI SUNGAI MENTULIK, KAMPAR KIRI PROVINSI RIAU

Transkripsi:

ISSN 0854-3194 Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1 JURNAL ILMU-ILMU PERAIRAN DAN PERIKANAN INDONESIA INDONESIAN JOURNAL OF AQUATIC SCIENCES AND FISHERIES Diterbitkan oleh: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor JIPPI Jilid 14 No. 1 Hal. 1-85 Bogor, Juni 2007 ISSN 0854-3194

JURNAL ILMU-ILMU PERAIRAN DAN PERIKANAN INDONESIA Terbit dua kali setahun pada bulan Juni dan Desember. Berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan kajian analitis-kritis dalam ilmu-ilmu perairan dan perikanan. ISSN 0854-3194. Ketua Penyunting Mennofatria Boer Penyunting Pelaksana Kadarwan Soewardi Kiagus Abdul Aziz Ridwan Affandi Penelaah (Mitra Bestari) Etty Riani Fredinan Yulianda M. F. Rahardjo Mukhlis Kamal Luky Adrianto Rahmat Kurnia Sigid Hariyadi Sutrisno Sukimin Yusli Wardiatno Pelaksana Rahmat Kurnia Nurlisa A. Butet Ari Maria Dedi Alamsyah Administrasi dan Iklan Wahju Widijati Alamat Penyunting dan Tata Usaha: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor - Jl. Lingkar Akademik, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680, Wing C, Lantai 4 Telepon (0251) 622912, Fax. (0251) 622932. E-mail: jippi@centrin.net.id JURNAL ILMU-ILMU PERAIRAN DAN PERIKANAN INDONESIA diterbitkan sejak Juni 1994 oleh Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penyunting menerima sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitkan dalam media lain. Naskah diketik di a- tas kertas HVS A4 spasi ganda sepanjang lebih kurang 10 halaman, dengan format seperti tercantum pada halaman kulit dalam-belakang (Persyaratan Naskah untuk JIPPI). Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan tata cara lainnya. Dicetak di Percetakan Intra Media, Bogor. Isi di luar tanggung jawab Percetakan.

ASPEK BIOLOGI IKAN BUTINI (Glossogobius matanensis) DI DANAU TOWUTI, SULAWESI SELATAN 1 ABSTRAK (Biological Aspect of Butini Fish (Glossogobius matanensis) in Towuti Lake, South Sulawesi) Sulistiono 2, Akhmad Firmansyah 3, Siti Sofiah 3, Murniarti Brojo 2, Ridwan Affandi 2 dan Jack Mamangke 4 Penelitian aspek biologi ikan butini (Glossogobius matanensis) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan dilakukan sejak Maret 2002 sampai April 2004 dengan menggunakan contoh yang diambil dengan eksperimental jaring insang (ukuran mata jaring ¾, 1, 1¼, dan 1½ inci). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui beberapa aspek biologi yang meliputi tingkat kematangan gonad, indeks somatik gonad, fekunditas, diameter telur dan kebiasaan makanan. Kematangan gonad diduga secara morfologi, dan fekunditas dihitung secara gravimetrik. Isi lambung diamati dengan menggunakan mikroskop pembesaran 50 kali. Analisis dilakukan untuk mengetahui nisbah kelamin (J/B), indeks somatik gonad (GSI), Indeks isi lambung (ISC), indeks kesukaan (IP) dan indeks similaritas. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa ikan butini yang tertangkap terdiri atas 193 jantan dan 219 betina. Nilai nisbah kelamin bervariasi, namun secara umum tidak berbeda nyata dengan 1:1 (α = 0.05). Musim pemijahan diduga sekitar Maret-April dan Oktober-Desember, dengan puncak sekitar Maret dan November. Fekunditas berkisar antara 20 667 178 133. Diameter telur berkisar antara 0.04 sampai 0.65 mm. Berdasarkan pola distribusi diduga pola pemijahan ikan ini adalah pemijah sebagian-sebagian. Nilai ISC ikan butini berdasarkan bulan pengambilan contoh berkisar antara 0.02-2.93% (jantan) dan 0.02-3.20 (betina), dan keduanya diperkirakan lebih aktif mencari makan pada bulan April dan Oktober. Berdasarkan nilai IP, makanan utama ikan butini adalah udang baik pada ikan jantan (77.54%) maupun betina (68.74%). Berdasarkan Indeks similaritas, jenis makanan ikan butini jantan dan betina adalah serupa (0.91). Kata kunci: kematangan gonad, kebiasaan makan, ikan butini, danau Towuti, Sulawesi Selatan. ABSTRACT Study on the biological aspect of butini fish (Glossogobius matanensis) in Towuti Lake, South Sulawesi was conducted since March 2002 to April 2004 using sample collected by experimental gill net (mesh size ¾, 1, 1¼, and 1½ inches). The objective of this study was to investigate some biological aspect of the fish including gonad maturity, gonado somatic index, fecundity, oocyte diameter and food habits. Gonad maturity was estimated morphologically, while fecundity was counted by gravimetric method. Stomach contents was observed using binocular microscope (50 magnification). Analysis was done to investigate sex ratio (M/ F), gonado somatic index (GSI), index stomach contents (ISC), index of preponderance (IP) and similarity index. Fish collected during the study was 412 individual, consisted of male (193) and female (219). Sex ratio (male/female) of the fish varied according to sampling month. The sex ratio was unsignificantly different from 1:1 (α = 0.05). Spawning season was March-April and October-December, with peak of the spawning on March and November. Fecundity varied from 20 667 to 178 133. Oocyte diameter varied from 0.04 to 0.65 mm. According to the oocyte diameter which was more than one mode, the fish was classified to be a partial spawner. Index of stomach content (ISC) varied from 0.02 to 2.93% (for male) and from 0.02 to 3.20 (for female) according to the sampling month. The fish was estimated to be more active in feeding around April and October according to the ISC. Based on index of preponderance (IP), main food of the fish was shrimp (77.54% for male, and 68.74% for female). Food habits of the fish was accoring to the simmilarity index (0.91). Key words: gonad maturity, food habits, butini fish, Towuti Lake, South Sulawesi. 1 2 3 4 Diterima 7 April 2006 / Disetujui 2 Agustus 2006. Bagian Ekobiologi, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mahasiswa Strata 1, Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Mahasiswa Strata 3, Program Studi Ilmu Perairan, Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. PENDAHULUAN Danau Towuti yang terletak di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan termasuk kedalam kelompok Danau Malili (Matano, Mahalona dan Towuti) dan merupakan danau tektonik terbesar kedua di Indonesia, dengan kedalaman maksimum mencapai 203 m dan luas a- rea 560 km 2 (Haffner et al., 2001). Danau ini 13

14 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 13-22 memiliki fungsi multiguna bagi masyarakat sekitarnya, antara lain sebagai sumber air minum, pariwisata, pembangkit tenaga listrik dan perikanan. Danau ini memiliki nilai konservasi yang tinggi karena banyak jenis organisme yang ditemukan bersifat endemik yang hanya ditemukan di daerah tersebut dengan penyebaran yang sempit. Salah satu organisme yang ditemukan di Danau Towuti adalah ikan butini (Glossogobius matanensis) dari famili Gobiidae. Penyebaran i- kan butini meliputi kompleks perairan Malili, sehingga ikan ini kurang dikenal masyarakat Indonesia. Ikan butini memiliki daging yang tebal serta rasa yang gurih dan lezat, oleh karenanya sangat digemari dan banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk dikonsumsi sehari-hari. Informasi mengenai potensi, produksi dan pemanfaatan sumberdaya ikan ini masih minim sehingga pengelolaan yang dilakukan pun masih kurang. Oleh karena itu, dengan mempelajari beberapa aspek biologinya, seperti kebiasaan makanannya diharapkan dapat membantu dalam memberikan informasi yang akan menunjang pengelolaan ikan butini di Danau Towuti yang lebih baik sehingga dapat dimanfaatkan secara optimum dan lestari. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui beberapa aspek biologi ikan butini (G. Matanensis) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk kegiatan perikanan di danau tersebut. BAHAN DAN METODA Penelitian ini dilaksanakan sepuluh bulan (Maret 2002 - April 2003) di Danau Towuti, Sulawesi Selatan (Gambar 1). Ikan contoh diambil dengan menggunakan alat tangkap experimental gillnet yang mempunyai ukuran mata jaring 0.75; 1.00; 1.25 dan 1.50 inci. Contoh ikan yang tertangkap diberi larutan formalin 10%, diukur panjang totalnya dengan menggunakan penggaris (ketelitian 0.1 cm) dan beratnya dengan menggunakan timbangan digital (ketelitian 0.01 gram). Pengamatan jenis kelamin dilakukan dengan cara pembedahan, dan selanjutnya nisbah kelamin antara jantan dan betina diuji dengan menggunakan uji khi kuadrat (Steel dan Torie, 1980). Tingkat kematangan gonad ditentukan secara morfologi (Effendie, 1979). Gonado somatic index ditentukan berdasarkan perbandingan berat gonad dengan berat tubuh termasuk gonad GW ( IKG = 100%, dimana GW adalah berat BW gonad dan BW adalah berat tubuh). Fekunditas diamati dengan metode gravimetrik, sedangkan diameter telur diukur dari ± 90 butir. Gambar 2. Lokasi Pengambilan Ikan Contoh Danau Towuti, Kabupaten Luwu U- tara, Sulawesi Selatan. Jenis makanan diketahui melalui pembedahan usus dan lambung ikan. Pengamatan dilakukan dengan menggunakan mikroskop binokuler (pembesaran 50x). Aktivitas makan dilihat melalui indeks isi lambung ISC = SCW BW 100%, (SCW adalah berat isi lambung dan BW adalah berat total ikan); dan indeks bagian terbesar), IPi = 100%, (V Vi Oi n i adalah per- V O i= 1 i i sentase volume satu macam makanan, O i adalah persentase frekuensi kejadian satu macam makanan dan V i xo i adalah jumlah persentase frekuensi kejadian satu macam ikan). Kesamaan jenis makanan antara jantan dan betina dapat diketahui melalui indeks similaritas, 2C IS =, A + B

Sulistiono, A. Firmansyah, S. Sofiah, M. Brojo, R. Affandi, dan J. Mamangke, Aspek Biologi Ikan Butini... 15 (A dan B adalah jumlah jenis makanan yang terdapat pada masing-masing kelompok ikan A dan B, dan C adalah jumlah jenis makanan yang terdapat pada kelompok ikan A dan B). HASIL DAN PEMBAHASAN Nisbah kelamin Ikan butini yang diamati selama penelitian adalah 412 ekor yang terdiri dari 193 ekor jantan dan 219 ekor ikan betina. Perbandingan jumlah ikan butini jantan dan betina antara Bulan Maret 2002 sampai Bulan April 2003 adalah 1:1 (46.8% ikan jantan dan 53.2% ikan betina). Berdasarkan uji khi kuadrat pada taraf nyata 0.05 diperoleh hasil bahwa nisbah antara ikan jantan dan betina adalah seimbang (Gambar 2). Untuk mempertahankan kelangsungan hidup suatu populasi, perbandingan ikan jantan dan ikan betina diharapkan dalam keadaan seimbang atau setidaknya ikan betina lebih banyak (Purwanto et al., 1986). Dengan melihat nisbah kelamin a- kan didapatkan pendugaan keberhasilan pemijahan suatu populasi. Jenis G. giuris yang tertangkap di Ujung Pangkah memiliki perbandingan jantan dan betina 0.4-1.4 (Febriani, 2003), sedangkan G. matanensis di Danau Matano memiliki kisaran nisbah kelamin sekitar 0.2-1.3 (Hutabarat, 2003). Nisbah kelamin (J/B) 1.5 1 0.5 0 M A J S O N D F M A 2002 2003 Bulan Gambar 2. Nisbah Kelamin Ikan Butini G. matanensis Di Danau Towuti, Sulawesi Selatan Dari Bulan Maret 2002 Sampai April 2003. Berdasarkan pengamatan nisbah kelamin selama penelitian cenderung fluktuatif setiap bulannya (Gambar 2). Perbandingan nisbah kelamin ikan jantan dan betina berdasarkan selang kelas panjang menunjukkan bahwa ikan betina mempunyai ukuran panjang total yang lebih kecil dibandingkan ikan jantan yaitu pada kisaran 310-337 mm (Gambar 3). Nisbah kelamin (J/B) 2 1.5 1 0.5 0 100 128 156 184 212 240 268 296 324 Selang kelas panjang (mm) Gambar 3. Nisbah Kelamin Ikan Butini G. matanensis Berdasarkan Ukuran Selang Kelas Panjang. Perbandingan nisbah kelamin menunjukkan bahwa ikan jantan dan betina banyak ditemukan pada selang ukuran 86-113 mm. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan ukuran ikan jantan dan betina yang ada di perairan Danau Towuti. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Febrianni (2003) terhadap ikan belosoh G. giuris di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Di Danau Tempe dan Danau Sidenreng, Sulawesi Selatan, ikan bungo G. Cf. aureus, yang berukuran kecil umumnya berjenis kelamin betina, sedangkan yang besar berjenis kelamin jantan. Hal yang agak berbeda dijumpai pada G. matanensis yang tertangkap di Danau Matano, yang mana pada ukuran besar ikan jantan ditemukan dalam jumlah yang lebih banyak (Hutabarat, 2003). Tingkat kematangan Gonad Tahapan tingkat kematangan gonad merupakan proses yang penting dalam reproduksi ikan. Pencatatan perubahan atau tahap-tahap kematangan gonad diperlukan untuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad juga akan dapat diketahui kapan ikan itu akan memijah, baru memijah atau sudah memijah. Persentase tingkat kematangan gonad i- kan butini pada setiap pengambilan contoh (Gambar 4), pada ikan jantan ditemukan setiap bulannya kecuali pada Bulan Oktober 2002, November 2002 dan April 2003. Sedangkan pada ikan betina juga hampir ditemukan setiap bulan kecuali pada Bulan Oktober 2002 dan April 2003. Berdasarkan hal tersebut dapat diduga pada Bulan Maret sampai April dan Oktober sampai Desember merupakan musim pemijahan i- kan butini. G. matanensis yang tertangkap di

16 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 13-22 Danau Matano berdasarkan nilai tingkat kematangan gonadnya berkisar antara Maret dan Juli (Hutabarat, 2003). Ikan G. giuris di Ujung Pangkah cukup banyak yang matang gonad pada bulan Februari-Maret (Febrianni, 2003). Tingkat kematangan gonad (%) 100% Jantan 80% 60% 40% 20% 0% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Betina M A J S O N D F M A 200 2003 Bulan tidak matang awal matang sedang matang matang spent Gambar 4. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Butini G. matanensis di Danau Towuti, Sulawesi Selatan Berdasarkan Kelas Ukuran Panjang. Berdasarkan hasil pengamatan pendugaan panjang ikan butini yang pertama kali matang gonad menunjukkan bahwa ikan butini jantan pertama matang gonad pada panjang 142-169 mm dan ikan betina pertama kali matang gonad pada panjang 114-141 mm (Gambar 5). Hal ini menunjukkan bahwa ikan butini betina cenderung lebih cepat matang gonad dibandingkan ikan jantan. Baik ikan jantan maupun ikan betina, pertama kali matang gonad berada pada ukuran 150 mm dan 140 mm. Ukuran ikan pertama kali matang gonad berhubungan erat dengan pertumbuhan ikan dan pengaruh lingkungannya. Ikan belosoh di Perairan Ujung Pangkah mengalami matang gonad pertama kali pada u- kuran panjang 83-102 mm untuk ikan jantan dan betina (Febrianni, 2003). Berdasarkan komposisi ikan tiap TKG di Danau Tempe, semakin tinggi TKG semakin sedikit jumlahnya, sehingga dapat diduga secara alamiah, ikan bungo G. Cf. aureus pada awal perkembangan selanjutnya terjadi gangguan dari lingkungan, misalnya hujan, fluktuasi permukaan air dan kekeruhan, yang dapat menyebabkan hambatan terhadap perkembangan gonad, baik jantan maupun betina (Tamsil, 2000). Di Danau Matano, ikan G. Matanensis pertama kali matang gonad terdapat pada nilai tengah panjang total 115 mm (Hutabarat, 2003). TKG 100% 80% 60% 40% 20% 0% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Jantan Betina 100 128 156 184 212 240 268 296 324 Panjang total (mm) tidak matang awal matang sedang matang matang spent Gambar 5. Tingkat Kematangan Gonad Ikan Butini (G. matanensis) yang Tertangkap di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Indeks Kematangan Gonad Tahapan perkembangan tingkat kematangan gonad secara kuantitatif dapat dinyatakan dengan indeks kematangan gonad (IKG) yaitu sebagai hasil perbandingan antara berat gonad dengan berat tubuh dikalikan 100%. Indeks kematangan gonad mencapai puncaknya sesaat sebelum ikan memijah dan menurun setelah terjadi pemijahan (Effendie, 1997). Nilai indeks kematangan gonad (IKG) ikan butini berfluktuasi setiap bulannya. Pada ikan butini jantan nilai IKG rata-rata berkisar antara 0.149% - 0.554%, sedangkan ikan betina berkisar antara 0.068% - 1.342% (Gambar 6). Nilai IKG tergantung dari tingkat kematangan gonadnya. Nilai IKG ikan butini betina lebih besar dibandingkan ikan jantan, hal ini disebabkan bobot gonad ikan betina lebih besar dibandingkan ikan jantan. Jenis G. matanensis yang tertangkap di Danau Matano, Sulawesi Selatan diperkirakan banyak matang gonad pada bulan Maret dan Juni (Hutabarat, 2003). Berdasarkan hasil analisis IKG ikan butini mengalami puncak pemijahan pada bulan Maret dan November. Pada ikan janjan bersisik, nilai IKG berkisar antara 0.05% - 0.25% untuk i- kan jantan dan 0.40% - 1.64% untuk ikan betina. Indeks kematangan gonad maksimum ditemukan pada bulan Juni pada ikan jantan mau-

Sulistiono, A. Firmansyah, S. Sofiah, M. Brojo, R. Affandi, dan J. Mamangke, Aspek Biologi Ikan Butini... 17 pun betina, sehingga diduga ikan jantan bersisik di Perairan Ujung Pangkah mengalami puncak pemijahan pada bulan Juni (Hapsari, 2003). Sedangkan pada ikan belosoh di Perairan Ujung Pangkah mengalami puncak pemijahan pada bulan Maret berdasarkan analisis indeks kematangan gonad dari bulan Januari sampai Juni (Febrianni, 2003). G. matanensis yang ditemukan di Danau Matano mengalami puncak pemijahan sekitar Bulan Maret dan Juli (Hutabarat, 2003). 20 667 178 133 butir (Gambar 7). Fekunditas ikan berhubungan erat dengan lingkungannya (Nikolsky, 1963). Fekunditas lebih sering dihubungkan dengan panjang daripada berat. Fekunditas ikan G. giuris yang tertangkap di Ujung Pangkah berdasarkan pengamatan Febrianni (2003) berkisar antara 10 616 sampai 177 315. Jenis ikan G. matanensis yang ditemukan di Danau Matano, Sulawesi Selatan memiliki fekunditas sekitar 16 011-13 518 (Hutabarat, 2003). 2.5 Jantan 200000 TKG III 2 150000 1.5 100000 1 50000 IKG (%) 0.5 0 2.5 Betina Fekunditas 0 200000 150000 TKG IV 2 100000 1.5 50000 1 0.5 0 M A J S O N D F M A 2002 Bulan 2003 Gambar 6. Indeks Kematangan Gonad (IKG) Ikan Butini (G. Matanensis) yang Tertangkap Di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Beberapa spesies ikan tropis, musim penghujan atau banjir mempengaruhi perkembangan gonad, walaupun belum jelas apakah karena pertukaran kimia air, aliran air atau pasokan pakan akibat banjir yang menyebabkan terjadinya perkembangan gonad (Scott, 1979 in Tamsil, 2000). Fekunditas Jumlah telur yang dikeluarkan pada saat ikan memijah merupakan fekunditas mutlak a- tau fekunditas individu (Effendie, 1992). Fekunditas ikan butini dihitung dari 58 ekor yang terdiri dari 32 ekor ikan TKG III dan 26 ekor ikan TKG IV. Jumlah telur yang didapat selama penelitian bervariasi dan mempunyai kisaran antara Gambar 7. 0 100 150 200 250 300 350 Panjang Total (mm) Hubungan antara Fekunditas dengan Panjang Total Ikan Butini (G. Matanensis) yang Tertangkap di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Fekunditas mutlak sering dihubungkan dengan berat, karena berat lebih mendekati kondisi ikan daripada panjangnya, walupun berat dapat berubah setiap saat, apabila tejadi perubahan lingkungan dan kondisi fisiologis pada ikan. Hubungan antara fekunditas dengan panjang total pada TKG IV adalah F = 2.2170 L 0.3476 (r = 0.6808). Berdasarkan persamaan tersebut diperoleh nilai koefisien korelasi (r) yang agak tinggi (r = 0.6808 pada TKG IV). Hal ini menunjukkan bahwa ada korelasi antara fekunditas dengan panjang total pada ikan butini. Pada ikanikan di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur mempunyai fekunditas yang hampir sama. Ikan jantan bersisik mempunyai jumlah telur antara 10 100 23 485 butir telur (Hapsari, 2003). Ikan belodok fekunditasnya berkisar antara 15 590-117 720 butir telur (Hawa et al., 2000). Hubungan antara fekunditas dengan panjang tubuh

18 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 13-22 pada ikan belodok juga tidak menunjukkan keeratan (r = 0.28). Ikan belosoh (G. giuris) memiliki fekunditas yang sangat besar berkisar antara 10 616 sampai 177 135 butir telur pada TKG III dan TKG IV (Febrianni, 2003). Diameter Telur Diameter telur ikan butini bervariasi dari 0.0404 mm sampai dengan 0.6531 mm berdasarkan tingkat kematangan gonad. Pada TKG I, diameter telur puncaknya pada selang 0.0404-0.103 mm, sedangkan TKG II mengalami dua puncak yaitu pada selang 0.0404-0.103 mm dan 0.1444-1.207 mm dengan kisaran diameter telur antara 0.0404-0.3351 mm (Gambar 8). Gambar 8. Sebaran Diameter Telur Ikan Butini (G. Matanensis) yang Tertangkap di Danau Towuti, Sulawesi Selatan Dari sebaran frekuensi diameter telur ternyata TKG III dan TKG IV mempunyai dua modus, sedangkan pada TKG II dan TKG I hanya satu modus. Adanya dua modus dapat menandakan bahwa paling sedikit terdapat dua kali pemijahan dalam satu tahun, sebab kedua modus itu mewakili telur yang masak (mature) dan telur yang sedang mengalami pematangan (maturing). Dengan demikian, dari analisa diameter telur menunjukkan bahwa ikan butini termasuk ikan yang memijah sebagian demi sebagian (partial spawner). Hal ini sama dengan ikan belosoh G. Giuris di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur (Febriani, 2003). Ikan bungo G. Cf. aureus di Danau Tempe dan Danau Sidenreng (Tamsil, 2000). Dan ikan belodok di Ujung Pangkah, Jawa Timur (Hawa, 2000). Konsumsi Pakan Relatif Nilai persentase konsumsi pakan relatif i- kan butini berdasarkan bulan pengambilan contoh berkisar antara 0.02-2.93% (ikan jantan) dan 0.02-3.20% (ikan betina) (Gambar 9). Ikan butini jantan mengalami kenaikan ISC yang tinggi dari bulan Maret ke bulan April 2002 (0.25, 1.56) dan dari bulan Juli ke September dan Oktober 2002 (0.19, 0.79, dan 1.03) serta penurunan ISC di bulan November 2002 (0.13). Begitu juga dengan ikan betina, mengalami kenaikan ISC yang tinggi dari bulan Maret ke bulan April 2002 (0.32, 1.66) dan dari bulan Juli ke September dan Oktober 2002 (0.67, 0.79, dan 1.14) serta penurunan di bulan November 2002 (0.18). Kenaikan ISC yang tinggi pada bulan April 2002 diduga karena ketersediaan makanan di Danau Towuti yang melimpah. Sedangkan penurunan ISC pada bulan November 2002 diduga pada bulan tersebut terjadi pemijahan dan perubahan kondisi lingkungan dari musim hujan ke musim kemarau, dimana tinggi permukaan air menjadi turun atau danau menjadi surut. Menurut Effendie (2002), jika kondisi lingkungan menjadi buruk, maka aktivitas makan dapat berubah-ubah bahkan dapat menyebabkan terhentinya proses pengambilan makanan. Dari nilai ISC ini terlihat bahwa ikan butini jantan dan betina keduanya diperkirakan lebih aktif mencari makan pada bulan April dan Oktober 2002. Ikan beloso (G. giuris) yang ditemukan di daerah Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur memilki nilai ISC yang cukup tinggi pada februari (Risnawati, 2003), sedangkan jenis G. matanensis yang tertangkap di Danau Matano memiliki nilai ISC yang cukup tinggi pada bulan Maret-April (Irma, 2003). Jenis Makanan Hasil analisa jenis makanan dari lambung ikan butini di Danau Towuti dapat dilihat pada

Sulistiono, A. Firmansyah, S. Sofiah, M. Brojo, R. Affandi, dan J. Mamangke, Aspek Biologi Ikan Butini... 19 Gambar 10. Dari Gambar 10 terlihat bahwa makanan utama ikan jantan adalah udang (77.54%) serta makanan tambahannnya ikan (3.51%), kepiting (0.35%), insekta (0.05%) dan serasah (18.56%). Demikian juga yang menjadi makanan utama ikan butini betina adalah udang (68.74%) serta makanan tambahannya berupa ikan (2.54%), kepiting (0.62%), insekta (0.004%), keong (0.003%) dan serasah (28.09%). Jenis makanan yang dimakan oleh ikan butini diperkirakan karena selera ikan terhadap jenis makanan dan disesuaikan dengan kondisi habitatnya. Gambar 9. Persentase Konsumsi Pakan Relatif Ikan Butini (G. Matanensis) Jantan dan Betina Setiap Bulan di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Gambar 10. IP Makanan Ikan Butini (G. matanensis) Berdasarkan Jenis Kelamin di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. (Keterangan: U-Udang; I-Ikan; Kep-Kepiting; In-Insekta; Keo-Keong; S- Serasah). Jika dibandingkan dengan ikan beloso (G. giuris), ikan butini memiliki kesamaan dalam hal makanan utama, dimana makanan utama ikan beloso jantan dan betina adalah krustase, yaitu masing-masing 92.01% dan 90.96% serta yang menjadi makanan tambahannya adalah ikan, Bacillariophyceae, Chlorophyceae dan serasah (Risnawati, 2003). Demikian juga yang menjadi makanan utama G. giuris di Danau Tempe, Sulawesi Selatan adalah krustase dan alga (Suwarni et al., 1998). Berdasarkan waktu pengambilan contoh (Gambar 11), hampir disetiap bulannya organisme udang ditemukan dengan nilai IP yang lebih besar dari organisme yang lain, kecuali di bulan Desember 2002 pada ikan jantan. Hal ini diduga kelimpahan dan selera atau kesukaan ikan terhadap udang yang begitu tinggi. IP tertinggi ikan jantan setiap bulannya adalah udang dengan perincian bulan Maret (52.93%), April (53.71%), Juli (80%), September (77.79%), Oktober (92.75%), November 2002 (42.86%), Februari (71.07%), Maret (94.60%) dan April 2003 (73.58%). Pada bulan Desember 2002, IP makanan tertinggi adalah ikan sebesar 51.37% (Gambar 12). Demikian juga ikan betina, IP tertinggi tiap bulannya adalah udang. IP udang di bulan Maret (63.00%, April (59.36%), Juli (82.37%), September (48.00%), Oktober (93.11%), November (63.63%), dan Desember 2002 (54.04%), bulan Maret 2003 sebesar 94.12% dan bulan April 2003 sebesar 54.24% (Gambar 12). Berdasarkan selang kelas panjang (Gambar 12), hampir seluruh selang kelas atau kelompok ukuran ikan butini jantan memanfaatkan udang sebagai makanan utama. Hanya satu kelompok ukuran yang memanfaatkan jenis lain sebagai makanan utama, yaitu kelompok ukuran

20 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 13-22 I (310-337 mm) yang makanan utamanya berupa kepiting. Berbeda dengan ikan jantan, pada ikan butini betina seluruh kelompok ukuran memanfaatkan udang sebagai makanan utama. Gambar 11. IP Makanan Ikan Butini (G. matanensis) Jantan dan Betina Berdasarkan Waktu Pengambilan Contoh di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. (Keterangan: U-Udang; I-Ikan; Kep-Kepiting; In-Insekta; Keo-Keong; S-Serasah). Gambar 12. IP Makanan Ikan Butini (G. matanensis) Jantan dan Betina Berdasarkan Selang Kelas Panjang di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Keterangan: A (86-113 mm); B (114-141 mm); C (142-169 mm); D (170-197 mm); E (198-255 mm); F (226-253 mm); G (254-281 mm); H (282-309 mm); I (310-337 mm). Gambar 13. Indeks Similaritas Ikan Butini (G. matanensis) Jantan dan Betina Berdasarkan Waktu Pengambilan Contoh di Danau Towuti, Sulawesi Selatan. Kesamaan udang sebagai makanan utama ikan butini pada hampir seluruh kelompok u- kuran di Danau Towuti diduga kerena selera a- tau kesukaan ikan terhadap udang yang tinggi, ketersediaannya yang melimpah, ukuran bukaan mulut ikan yang tidak besar dan disesuaikan dengan habitat ikan butini sendiri yang hidup di dasar perairan. Indeks Similaritas Perbedaan konsumsi makanan antara ikan jantan dan betina dilihat dari nilai indeks similaritas yang dihitung setiap bulannya. Hasil analisa diperoleh bahwa tingkat kesamaan konsumsi makanan antara ikan jantan dan betina adalah tidak jauh berbeda, yaitu sebesar 0.91.

Sulistiono, A. Firmansyah, S. Sofiah, M. Brojo, R. Affandi, dan J. Mamangke, Aspek Biologi Ikan Butini... 21 Berdasarkan waktu pengambilan contoh (Gambar 13), ikan butini jantan memiliki nilai similaritas tertinggi pada bulan April-Oktober- Desember 2002 - Maret 2003 dan November 2002 - April 2003. Sedangkan pada ikan betina, nilai similaritas tertinggi terdapat pada bulan A- pril Oktober - Desember 2002 dan Juli 2002- Februari 2003. Dari Gambar 13 terlihat bahwa pengaruh musim tidak begitu mempengaruhi kebiasaan makanan ikan butini di Danau Towuti. Antara musim hujan dan kemarau, jenis makanan yang dikonsumsi oleh ikan butini tidak jauh berbeda. Hanya pada ikan jantan saja yang sedikit berbeda, yaitu bulan Juli 2002 yang hanya mengkonsumsi kepiting saja. Adanya hubungan kesamaan jenis makanan diperkirakan lebih karena faktor fisiologi, kesukaan ikan terhadap jenis makanan dan kondisi lingkungan, seperti ketersediaan makanan. KESIMPULAN Rasio kelamin ikan butini Glossogobius matanensis jantan dan betina secara total seimbang yaitu 1:1. Ikan butini jantan dan betina diduga mengalami pertama kali matang gonad pada ukuran panjang total 150 mm dan 140 mm. Pemijahan ikan butini diduga terjadi pada bulan Maret-April dan Oktober-Desember, dan puncak pemijahan diduga terjadi pada bulan Maret dan November berdasarkan hasil analisis tingkat kematangan gonad dan indeks kematangan gonad. Fekunditas ikan butini sebanyak 20 677 178 133 ekor. Ikan butini memijah sepanjang tahun dengan pola pemijahan yang sebagian demi sebagian (partial spawner). Berdasarkan hasil pengamatan nilai indeks isi lambung diperoleh bahwa ikan butini jantan dan betina diperkirakan lebih aktif mencari makan pada bulan April dan Oktober 2002. Komposisi jenis makanan yang dilihat dengan Index of Preponderance menunjukkan bahwa i- kan butini merupakan jenis ikan karnivora dengan makanan utama adalah udang serta makanan tambahannya ikan, kepiting, insekta, keong dan serasah. Analisa tingkat kesamaan konsumsi makanan dengan menggunakan Indeks Similaritas menunjukkan bahwa antara ikan jantan dan betina memiliki tingkat kesamaan yang tinggi, yaitu sebesar 0.91. UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Dr. Soetikno Wirjoatmodjo dan Dra. Renny K. Hadiaty yang banyak memberikan bantuan selama penelitian serta seluruh Tim ARCBC atas kerja sama dan informasinya sehingga laporan dapat diselesaikan. Penelitian ini merupakan salah satu bagian dari penelitian besar mengenai distribusi dan e- kobiologi ikan endemik di Danau Matano, Towuti dan Kompleks Malili yang didanai ARCBC dengan No. Proyek RE/IDN/006. PUSTAKA Caillet, M. G., M. S. Love and A. W. Ebeling. 1986. Fishes: A Field and Laboratory Manual on Their Structure, Identification and Natural History. Wadsworth Publ. Comp., Bellmont. California. 193p. Effendie, M. I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri. Bogor. 112 hal. -----------------. 2002. Biologi Perikanan. Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta. 163p. Febrianni, F. 2003. Beberapa aspek reproduksi ikan belosoh (Glossogobius giuris) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Skripsi. PS manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan ilmu kelautan, IPB. Bogor. 45p. Tidak dipublikasikan. Haffner, G. D., D. Hartono and P. E. Hehanussa. 2001. The Biology and Physical Processes of Large Lakes of Indonesia: Lakes Matano and Towuti. Backuys The Great Lakes of the World (GLOW): Food-web, health and integrity, pp. 183-192. Publisher. Leiden, Netherland. Hapsari, K. 2003. Beberapa aspek reproduksi ikan janjan bersisik (Parapocryptes serperaster) (Famili Gobiidae) di perairan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. Skripsi. PS Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, IPB. Bogor. 50p. Tidak dipublikasikan. Hawa, S., Sulistiono dan D. S. Sjafei. 2001. Studi kematangan gonad ikan blodok (Boleopthalmus boddartii) di perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Prosiding Seminar Nasional Keanekaragaman Hayati Ikan, Pusat Studi ilmu hayati, IPB-Pusat Penelitian biologi-lipi-japan International Cooperation Agency. Bogor Hutabarat, L. C. 2003. Aspek biologi reproduksi ikan butini (Glossogobius matanensis Weber., 1913) di danau Matano, Sulawesi Selatan. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 67p. Irma, 2003. Studi kebiasaan makanan ikan butini Glossogobius matanensis Weber., 1913 di Danau Matanao, Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. 74p. Nikolsky, G. V. 1963. The Ecology of Fishes. Acadenic Press. New York. 352p.

22 Jurnal Ilmu-ilmu Perairan dan Perikanan Indonesia, Juni 2007, Jilid 14, Nomor 1: 13-22 Purwanto, G., W. N. Bob. dan S. Bustaman. 1986. Studi pendahuluan keadaan reproduksi dan perbandingan kelamin ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) di perairan sekitar Teluk Biru dan elpaputih Pulau Seram. Jurnal Penelitian Perikanan Laut (34): 69-78. Risnawati, R. 2003. Studi Kebiasaan Makanan Ikan Beloso (Glossogobius giuris) di Perairan Ujung Pangkah, Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor. 39p. (Tidak Dipublikasikan). Steel, R. G. D dan J. H. Torrie. 1980. Prinsiples and procedure of statistic. Second Edition. Mc Grow Hill Book Company, Inc. New York. 784p. Sulistiono. 1998. Fishery Biology of The Whiting Silago japonica and Silago sihama. Thesis. Tokyo University of Fisheries. 168 p. Suwarni, I. Muchsin, S. Sukimin dan K. A. Aziz. 1998. Biological aspects of belosoh (Glossogobius giuris H. B.) in Lake Tempe, South Sulawesi. 367-371. In Suistainable fisheries in Asia in the New Millennium. Proceedings of the JSPS-DGHE international symposium on fisheries science in tropical area, 21-25 August 2000, Bogor, Indonesia. Faculty of fisheries and marine science IPB, Bogor, Indonesia. Tamsil, A. 2000. Studi beberapa karakteristik reproduksi prapemijahan dan kemungkinan pemijahan buatan ikan bungo (Glossogobius Cf. aureus) di danau Tempe dan Danau Sidenreng, Sulawesi selatan. Disertasi. Program Pasca Sarjana. IPB. Bogor.