BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 5 HASIL PENGOLAHAN DATA. 5.1 Analisa Potensi Industri Kreatif melalui Struktur Penawaran dan Permintaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi beserta penemuan-penemuan baru menyebabkan perubahan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin sulitnya keadaan perekonomian dunia saat ini yang diakibatkan krisis

BAB I PENDAHULUAN. untuk dapat memenuhi kebutuhannya yang tidak terbatas sehingga tidak

BAB PENDAHULUAN. Kreativitas ditemukan di semua tingkatan masyarakat. Kreativitas adalah ciri

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan teknologi yang semakin pesat di era globalisasi akan

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1. Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. tersebut pada saat ini dikatakan sebagai era ekonomi kreatif yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan usaha peningkatan kualitas manusia, yang

Strategi Pemasaran Produk Industri Kreatif Oleh Popy Rufaidah, SE., MBA., Ph.D 1

Industri Kreatif Jawa Barat

BAB I PENDAHULUAN. Di era modern ini, fashion menjadi gaya hidup (life style) yang sangat di

BAB I PENDAHULUAN. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (2007) ekonomi gelombang ke-4 adalah

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun masehi, berkembang melalui penemuan mesin-mesin

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berpenduduk terbanyak didunia. Dan juga

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi kreatif atau industri kreatif. Perkembangan industri kreatif menjadi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., MA. Pertemuan 12: Industri kreatif

BAB I PENDAHULUAN. Pada awalnya, perekonomian Indonesia lebih mengandalkan dalam sektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Tingginya tingkat pengangguran di Indonesia sampai saat ini adalah salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Industri Kecil Menengah (IKM). Sektor industri di Indonesia merupakan sektor

LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam suatu bisnis terdapat 2 fungsi mendasar yang menjadi inti dari

GUBERNUR RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF DAERAH PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEDOMAN RETENSI ARSIP SEKTOR KESEJAHTERAAN RAKYAT URUSAN PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF. No Jenis/Series Arsip Retensi Keterangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia menyadari bahwa ekonomi kreatif memiliki peran penting

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan industri baik dari segi manufaktur maupun jasa. Salah satu strategi

2017, No Peraturan Kepala Badan Ekonomi Kreatif Nomor 1 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Ekonomi Kreatif (Berita Negara R

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan rencana..., Rabiah Amalia, FE UI, 2008.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk perusahaan yang menjual jasa kepada wisatawan. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pemerataan distribusi hasil-hasil pembangunan, UMKM juga berperan dalam penyerapan tenaga kerja.

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Industri kreatif saat ini sangat berkembang pesat dan dapat memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai industri gelombang ke-4 setelah pertanian, industri dan teknologi

KESIMPULAN DAN SARAN

Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

PENDAHULUAN BAB I. Latar belakang

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG

PROGRAM STRATEGIS KEMENTERIAN KOPERASI DAN UKM 2015

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat serta pengaruh perekonomian global. pemerintah yaitu Indonesia Desain Power yang bertujuan menggali

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan pada pengembangan dan peningkatan laju pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1. Komoditi Makanan dan minuman

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG EKONOMI KREATIF

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN EKONOMI KREATIF PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

mutualisme begitupun dengan para pelaku industri marmer dan onix di Tulungagung, Jawa Timur. Tentunya dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN ALAT ANALISIS

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 32 TAHUN 1998 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN USAHA KECIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. dalam peningkatan perekonomian daerah, peningkatan pendapatan devisa nasional

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

minimal 1 (satu) kali, sedangkan pada tahun 2013 tidak dilaksanakan pameran/ekspo.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keempat, yaitu industri ekonomi kreatif (creative economic industry). Di

BAB I Pendahuluan. Gambar 1.1 Gelombang Perekonomian Dunia. (sumber:

PEMERINTAH KABUPATEN GIANYAR DINAS PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN Jalan Erlangga Gianyar, Telp (0361) G i a n y a r

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengenai dampak investasi pemerintah di sektor perdagangan sebesar Rp27

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi adalah usaha atau kebijakan yang bertujuan untuk

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga bisa mengurangi tingkat pengangguran. Selain UMKM ada juga Industri

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. Kesimpulan yang dapat dikemukakan terkait hasil penelitian, yaitu.

IV. METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambar 1. Hotel Des Indes (kiri) yang Menjadi Komplek Duta Merlin (kanan) Sumber:google.co.id, 5 Maret 2015

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

Perkembangan Industri Kreatif

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

PENTINGNYA PEMETAAN DAN HARMONISASI REGULASI EKONOMI KREATIF

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan bisnis di era globalisasi ini mendorong banyak individu

PERAN PERGURUAN TINGGI DALAM TRIPLE HELIX SEBAGAI UPAYA PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF. Dewi Eka Murniati Jurusan PTBB FT UNY ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Tahun

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara ataupun daerah, termasuk di Indonesia. Suatu usaha

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

SURAT PERNYATAAN STRUKTUR EKONOMI DAN KESEMPATAN KERJA SEKTOR PERTANIAN DAN NON PERTANIAN SERTA KUALITAS SUMBERDAYA MANUSIA DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Secara umum tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk mencapai

Transkripsi:

BAB 6 KESIMPULAN dan SARAN 6.1 Kesimpulan A. Dari hasil Analisa Input Output 1. Dari analisa input output yang dilakukan, maka nilai Industri Kreatif di DKI Jakarta pada Tahun 2007 memberikan kontribusi sebesar 89,813 trilyun atau 15,52 % terhadap PDRB DKI Jakarta. Dibandingkan dengan nilai industri kreatif nasional pada tahun 2006 sebesar Rp 104,638 trilyun, maka nilai industri kreatif Indonesia paling besar berasal dari Provinsi DKI Jakarta. 2. Industri Kreatif di DKI Jakarta yang mempunyai nilai angka pengganda tinggi, sehingga sektor tersebut dapat dinyatakan sebagai sektor yang berpotensi meningkatkan pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta, adalah : 1) jasa periklanan, 2) jasa multi media dan komputer, 3) jasa radio dan televisi, 4) jasa perdagangan besar fesyen, kerajinan dan produk kreatif lainnya, 5) jasa perdagangan eceran fesyen, kerajinan dan produk kreatif lainnya, 6) jasa impresariat, 7) jasa drama, musik, bioskop, yaitu pada pada angka pengganda NTB 8) jasa museum, 9) jasa riset dan pengembangan, 10) jasa riset pemasaran, 11) jasa konsultan arsitek, 12) perdagangan eceran barang antik, 13) industri pakaian jadi, 14) industri batik, 15) industri kemasan dan kotak dari kertas dan karton, 103

104 16) industri mainan 17) industri barang perhiasan, 18) Industri macam-macam wadah dari logam, 3. Sektor industri kreatif yang memiliki dampak pengganda tinggi, sehingga sektor tersebut dapat dinyatakan sebagai sektor yang berpotensi mempercepat pertumbuhan perekonomian DKI Jakarta, adalah : 1) Perdagangan besar fesyen, kerajinan dan produk kreatif lainnya 2) Perdagangan eceran fesyen kerajinan dan produk kreatif lainnya 3) Perdagangan eceran barang antik 4) Jasa kegiatan radio dan televisi 5) Jasa konsultan arsitek 6) Jasa multi media dan komputer 7) Jasa riset dan pemasaran 4. Sektor-sektor yang mempunyai angka pengganda tinggi tetapi belum mempunyai dampak pengganda tinggi perlu dilakukan pembinaan. Pembinaan tersebut dilakukan selain untuk memberikan dampak yang lebih tinggi sehingga dapat menumbuhkan perekonomian, tetapi juga dapat membuat perekonomian lebih berimbang dan merata. Sektor tersebut adalah : 1) Jasa drama, musik, film, bioskop dan hiburan lainnya 2) Jasa museum 3) Jasa riset dan pengembangan 4) Jasa periklanan 5) Jasa impresariat 6) Industri macam-macam wadah dari logam 7) Industri mainan 8) Industri pakaian jadi 9) Industri barang perhiasan 10) Industri kemasan dan kotak dari kertas dan karton

105 11) Industri batik 5. Agar terjadi peningkatan pertumbuhan perekonomian, pemerintah dapat mempengaruhi variabel perekonomian utama dengan : a) Dilakukan peningkatan konsumsi rumah tangga : Jasa kegiatan radio dan televisi karena dapat menggandakan output, nilai tambah bruto, pendapatan, tenaga kerja Jasa multi media dan komputer karena dapat menggandakan output,nilai tambah bruto, Perdagangan eceran fesyen, kerajinan dan produk kreatif lainnya karena b) Dilakukan peningkatan konsumsi pemerintah : c) Dilakukan peningkatan investasi : Jasa riset pemasaran karena dapat menggandakan output, nilai tambah bruto, pendapatan, tenaga kerja Jasa konsultan arsitek karena dapat menggandakan output, ntb, pendapatan, tenaga kerja Jasa kegiatan radio dan televisi karena dapat menggandakan output. Jasa multi media dan komputer karena dapat menggandakan output. dapat menggandakan (output, nilai tambah bruto, pendapatan, tenaga kerja Perdagangan eceran fesyen, kerajinan dan produk kreatif lainnya karena dapat menggandakan (nilai tambah bruto, tenaga kerja, d) Dilakukan peningkatan ekspor :

106 Jasa kegiatan radio dan televisi karena dapat menggandakan output, dapat menggandakan nilai tambah bruto, pendapatan, tenaga kerja) Perdagangan eceran fesyen, kerajinan dan produk kreatif lainnya karena B. Rencana Ke Depan 1. Dengan terukurnya angka dan dampak pengganda dari sektor industri kreatif, maka gap dari perencanaan untuk mengembangkan industri kreatif dapat berkurang, sehingga pemerintah dapat merencanakan sektor mana saja dari industri kreatif yang harus dilibatkan agar pertumbuhan perekonomian dapat semakin cepat. Dengan memasukkan sektor industri kreatif yang mempunyai angka dan dampak pengganda tinggi dalam program pembangunan, maka pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi, lebih cepat, dan lebih berimbang dapat tercapai. Namun, juga perlu dilakukan sosialisasi tentang industri kreatif kepada seluruh perencana dan pelaksana program pembangunan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, sehingga perencanaan industri kreatif dapat lebih lengkap dan lebih detail, artinya tidak hanya dirumuskan untuk mengembangkan kota tua arsitekturnya saja. 2. Alternatif untuk membangun sentra industri kreatif di kota tua (terumuskan dalam RPJM dan RKPD DKI Jakarta) dan menghadirkan institusi pendidikan di kota tua (wacana dalam program 100 hari kerja Gubernur), adalah tepat. Karena dalam pengembangan industri kreatif dibutuhkan tempat atau kawasan yang mengandung nilai seni, sejarah dan budaya. Namun, pemanfaatan peluang industri kreatif di kota tua, tidak hanya terbatas pada program arsitektur saja. Agar terwujudnya kota tua sebagai kawasan industri kreatif, maka strategi yang direkomendasikan adalah :

107 Menyediakan fasilitas pamer di Kota Tua, terutama untuk usaha mikro kecil dan menengah yang menghasilkan output pada sektor yang mempunyai dampak pengganda tinggi. Alasannya, kesulitan dari industri kecil dan menegah (yang mendominasi industri kreatif) adalah pemasaran produk. 1 Meningkatkan event budaya di kota tua 3. Menciptakan iklim usaha yang kondusif, melalui penyusunan exit policy, intervensi pemerintah terutama tentang bantuan modal, promosi dan pemasaran, bantuan untuk mendapatkan Hak atas Kekayaan Intelektual. 4. Dan karena itu, perlu himbauan moral dari pemerintah kepada masyarakat untuk menggunakan produk kreatif dalam negeri, sehingga dapat mengurangi konsumsi import. Dengan memanfaatkan pasar dalam negeri untuk menggunakan produk dalam negeri, maka pertumbuhan perekonomian dapat meningkat, karena nilai import berkurang. 5. Selain itu, juga penting untuk mendorong kemampuan masyarakat (individu) agar mampu berkreasi dan menjadi bagian dari sektor industri kreatif. Maka, hal yang penting diperhatikan untuk mendorong tumbuhnya budaya kreatif, pertama, pemanfaatan internet dan saluran informasi (information tool) untuk dapat memetik dan mempelajari kreativitas dunia. Kedua, menciptakan pasar domestik dan pasar ekspor yang menyerap berbagai produk kreatif ini. Ketiga, menggandeng komunitas kreatif. Oleh karena itu, diperlukan partisipasi dari kaum cendekiawan untuk mengembangkan industri kreatif. Industri kreatif tak pernah mati karena menjadi bagian dari budaya masyarakat. 1 Edy Suandi Hamid. Dampak Krisis Ekonomi Terhadap Kinerja Sektoral. Yogyakarta : Universitas Atma Sjaya, 2008 halaman 190

108 6.2 Saran Dalam penulisan tesis ini masih banyak terdapat keterbatasan studi. Hal itu disebabkan adanya keterbatasan data dan waktu, terutama dalam keterbatasan penyusunan tabel input output. Hal ini disebabkan tabel input output yang terbaru belum terbit. Oleh karena itu, diperlukan penelitian selanjutnya dengan menggunakan tabel input output yang berdasarkan hasil survey khusus input output, sehingga penghitungan lebih sempurna.