Penelitian dilaksanakan selama satu siklus (4 musim) mulai Agustus sampai dengan Juli 2001 dan dibagi dalam dua tahapan kegiatan.

dokumen-dokumen yang mirip
3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

HUBUNGAN KONDlSl OSEANOGRAFI (SUHU PERMUKAAN LAUT, KLOROFIL-A DAN ARUS) DENGAN HASlL TANGKAPAN IKAN PELAGIS KEClL Dl PERAIRAN SELAT SUNDA

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang

METODE PENELITIAN Bujur Timur ( BT) Gambar 5. Posisi lokasi pengamatan

BAB III METODE PENELITIAN

3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT

PENENTUAN POLA SEBARAN KONSENTRASI KLOROFIL-A DI SELAT SUNDA DAN PERAIRAN SEKITARNYA DENGAN MENGGUNAKAN DATA INDERAAN AQUA MODIS

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari

PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

BAB III BAHAN DAN METODE

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Daerah penangkapan ikan pelagis kecil di Selat Sunda yang diamati dalam

PENENTUAN ARUS PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT NOAA DAN METODE MAXIMUM CROSS CORRELATION

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR

Endang Prinina 1, Lalu Muhamad Jaelani 1, Salam Tarigan 2 1

3. METODOLOGI. Gambar 7 Peta lokasi penelitian.

JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2016) ISSN: ( Print) 1

2. TINJAUAN PUSTAKA. sebaran dan kelimpahan sumberdaya perikanan di Selat Sunda ( Hendiarti et

2. TINJAUAN PUSTAKA. Suhu permukaan laut Indonesia secara umum berkisar antara O C

OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO

APLIKASI SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DALAM PENELITIAN PERIKANAN DAN KELAUTAN 1) oleh Dr. Ir. Mukti Zainuddin, MSc. 2)

Muchlisin Arief Peneliti Bidang Aplikasi Penginderaan Jauh, LAPAN ABSTRACT

Sistem Pengolahan Data NOAA dan METOP

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. Diagram TS

PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN DI PERAIRAN BINUANGEUN, BANTEN TOPAN BASUMA

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT

Bambang Sukresno*) Abstract

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

3 BAB III DATA DAN METODOLOGI

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Umum Perairan Mentawai

4 METODOLOGI. Gambar 9 Cakupan wilayah penelitian dalam informasi spasial ZPPI

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DARI CITRA AQUA MODIS SERTA HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELAT SUNDA

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA SATELIT TERRA MODIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Distribusi Klorofil-a secara Temporal dan Spasial. Secara keseluruhan konsentrasi klorofil-a cenderung menurun dan

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada Gambar 7 tertera citra MODIS level 1b hasil composite RGB: 13, 12

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMANPEMBUATAN INFORMASI SPASIAL ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2 Kapal Survei dan Instrumen Penelitian

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS

APLIKASI TEKNOLOGI REMOTE SENSING (NOAA) DALAM PENENTUAN FISHING GROUND

Pengaruh Sebaran Konsentrasi Klorofil-a Berdasarkan Citra Satelit terhadap Hasil Tangkapan Ikan Tongkol (Euthynnus sp) Di Perairan Selat Bali

BAB III METODOLOGI. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam studi ini meliputi :

J. Sains & Teknologi, Agustus 2008, Vol. 8 No. 2: ISSN

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

APLIKASI TEKNOLOGI REMOTE SENSING (NOAA) DALAM PENENTUAN FISHING GROUND

V. GAMBARAN UMUM PERAIRAN SELAT BALI

Lampiran 1. Peta klasifikasi penutup lahan Kodya Bogor tahun 1997

PENGARUH SUHU PERMUKAAN LAUT TERHADAP HASIL TAGKAPAN IKAN CAKALANG DI PERAIRAN KOTA BENGKULU

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

Pendugaan DPI berdasarkan analisis jumlah dan hasil tangkapan Pendugaan DPI berdasarkan frekuensi panjang ikan Penentuan DPI melalui interpretasi

PERHITUNGAN VOLUME DAN SEBARAN LUMPUR SIDOARJO DENGAN CITRA IKONOS MULTI TEMPORAL 2011

PEMETAAN ZONA TANGKAPAN IKAN (FISHING GROUND) MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA MODIS DAN PARAMETER OSEANOGRAFI DI PERAIRAN DELTA MAHAKAM

3. METODOLOGI PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pola Sebaran Suhu Permukaan Laut dan Salinitas pada Indomix Cruise

Prakiraan Daerah Penangkapan Ikan Laut di Laut Banda Berdasarkan Data Citra Satelit. Forecasting Fishing Areas in Banda Sea Based on Satellite Data

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : APLIKASI DATA CITRA SATELIT NOAA-17 UNTUK MENGUKUR VARIASI SUHU PERMUKAAN LAUT JAWA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

6 PEMBAHASAN. 6.1 Kondisi Selat Madura dan Perairan Sekitarnya

METODOLOGI PENELITIAN

Oleh : HARDHANI EKO SAPUTRO C SKRIPSI

5 HASIL PENELITIAN 5.1 Jumlah Produksi YellowfinTuna

Arum Sekar Setyaningsih Sudaryatno, Wirastuti Widyatmanti

PERAIRAN UTARA JAWA DENGAN CITRA SATELIT NOAiVAVHRR DAN PARAMETER OCEANOGRAFI SERTA DATA HASIL TANGKAPAN PADA

2. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda tergantung pada jenis materi dan kondisinya. Perbedaan ini

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemetaan Distribusi Spasial Konsentrasi Klorofil-a dengan Landsat 8 di Danau Towuti dan Danau Matano, Sulawesi Selatan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

APLIKASI DATA INDERAAN MULTI SPEKTRAL UNTUK ESTIMASI KONDISI PERAIRAN DAN HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN PELAGIS DI SELATAN JAWA BARAT

Safruddin*, Nur Indah Rezkyanti, Angraeni, M. Abduh Ibnu Hajar, St. Aisjah Farhum, Mukti Zainuddin

MODUL PELATIHAN PEMBANGUNAN INDEKS KERENTANAN PANTAI

ANALISIS SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KLOROFIL-A DATA INDERAJA HUBUNGANNYA DENGAN HASIL TANGKAPAN IKAN TONGKOL

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

CONTENT BY USING AQUA MODIS SATELLITE IMAGERY IN MARINE WATERS OF ROKAN HILIR REGENCY RIAU PROVINCE

Sebaran Arus Permukaan Laut Pada Periode Terjadinya Fenomena Penjalaran Gelombang Kelvin Di Perairan Bengkulu

FENOMENA UPWELLING DAN KAITANNYA TERHADAP JUMLAH TANGKAPAN IKAN LAYANG DELES (Decapterus Macrosoma) DI PERAIRAN TRENGGALEK

Jurnal Geodesi Undip Januari 2015

III. METODOLOGI. Gambar 1. Peta Administrasi Kota Palembang.

Universitas Sumatera Utara, ( 2) Staff Pengajar Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

VARIABILITAS SPASIAL DAN TEMPORAL SUHU PERMUKAAN LAUT DAN KONSENTRASI KLOROFIL-a MENGGUNAKAN CITRA SATELIT AQUA MODIS DI PERAIRAN SUMATERA BARAT

Di zaman modern seperti sekarang ini, semakin sering. DNB/VIIRS: Menatap Bumi di Malam Hari AKTUALITA

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

3. METODE PENELlTlAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Selat Sunda pada posisi 05:00:00 O LS sampai 07:00:00 O LS dan 104:OO:OO O BT sampai 106:30:00 O BT (Gambar 1). Peta Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan selama satu siklus (4 musim) mulai Agustus 2000 sampai dengan Juli 2001 dan dibagi dalam dua tahapan kegiatan. Pertama, pengarnbilan data lapangan (in-situ). Data lapangan yang diambil adalah: 1) data oseanografi (suhu, salinitas, arus); 2) data hasil tangkapan ikan pelagis kecil, dan 3) data pcmdukung lainnya seperti data curah hujan. Kedua, pengolahan dan analisa data dilakukan di di Lab. Remote Sensing & GIs (TISDA Terpadu), Pusat Pengkajian dan Penera~pan Teknologi lnventarisasi Sumberdaya Alam (P3-TISDA), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta. Data yang diolah adalah data oseanografi hasil pengukuran lapangan dan hasil pengukuran sensor satelit, serta data hasil tangkapan ikan pelagis kecil.

3.2. Bahan dan Alat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : (1) Data oseanografi hasil pengukuran lapangan, (2) Citra SPL hasil pengukuran sensor AVHRR satelit NOAA, (3) Citra klorofil-a hasil pengukuran sensor SeaWiFS satelit Seastar, (4) Pola arus (arah dan kecepatan) dan tinggi muka laut (TML) satelit TopexPoseidon, (5) Data hasil tangkapan ikan pelagis kecil (mini purse seine), (6) Data curah hujan, (7) Peta LLN Perairan Selat Sunda skala 1 :500.000. Alat yang digunakan terdiri dari : (1) Seperangkat komputer PC-IBM Compatible; (2) Software pengolah data satelit yaitu E.R. MAPPER 6.0 untuk pengolahan citra SPL; SEADAS untuk pengolahan citra klorofil-a; Adobe Photoshop/Paintshop Pro 5.5 untuk mengedit data pola arus dan TML simula!si POM; Surfer 6 untuk mengolah data hasil pengukuran CTD dan current meter serta data citra SPL menjadi data kontur SPL; (3) program basic untuk mempermudah pengolahan raw data; serta (4) GPS (Global Positioning System) untuk menentukan posisi geografis. 3.3. Metode Pengumpulan Data 3.3.1. Data oseanografi a. Pengukuran lapangan - ldata hasil pengukuran selama pelayaran Pre-JIGSE (Joint Indonesia-Germany :Sumatera Expedition) KAL Baruna Jaya IV BPPT 25 Oktober s.d 10 November :2000 (di Selat Sunda 25-28 Oktober) sebanyak 13 stasiun (periode musim lperalihan 11). Posisi stasiun pengukuran CTD pelayaran Pre-JIGSE ini dapat rclilihat pada Lampiran 1.

- Data hasil pengukuran pelayaran KR Baruna Jaya Vlll LIP1 10-23 Juli sebanyak 2!3 stasiun pengamatan 2001 (periode musim timur). Posisi stasiun pengukuran CTD pelayaran KR Baruna Jaya Vlll ini dapat dilihat pada Lampiran 2. b. Data satelit - Citra SPL dari data sensor AVHRR Satelit NOAA-12 hasil rekaman stasiun bumi E3PPT Jakarta. Citra dipilih mewakili setiap 10 (sepuluh) harian selama bulan pengamatan dalam format LAC (Local Area Coverage) dengan resolusi spasial 1.1 km. - Citra klorofil-a merupakan data dokumentasi (hasil proses) peneliti P3 TlSDA - E3PPT (Ir. Nani Hendiarti, M.Sc) yang berasal dari hasil rekaman sensor SeaWiFS satelit Seastar yang diterima HRPT (High Resolution Picture Transmision) Centre Remote Imaging, Sensing and Processing (CRISP) Singapura. Format data LAC (Local Area Coverage) dengan resolusi spasial 1 km. Data yang digunakan adalah data citra permusim masing-masing 1 citra mewakili musim peralihan II, rnusim barat, dan musim peralihan I, serta 2 citra mewakili musim timur. - F'ola arus (arah dan kecepatan) serta TML hasil pengukuran Satelit 1-opex.Poseidon di-download dari internet perbulan (tiga data per musim) berupa hasil simulasi POM (Princeton Ocean Model)-NPACNFS (North Pacific FJowcast/Forecast System). Data ini di-download dari Website: htttp;//www. 7320. nrlssc. navy. mivnpacnfs-www. 3.3.2. Data hasil tangkapan Data hasil tangkapan ikan pelagis kecil dan lokasi penangkapan (fishing ground) diperoleh dari hasil wawancara dengan nelayan mini purse seine dan data catatan Tempat Pelelangan lkan (TPI) Labuan yang menjadi pangkalan utama pendaratan mini

purse seine yang beroperasi di Selat Sunda. Data hasil tangkapan ikan pelagis yang diperohsh adalah berupa data hasil tangkapan seluruh jenis ikan pelagis yang tertangkap kapal mini purse seine selama Agustus 2000 s.d Juli 2001. Dari keseluruhan hasil tangkapan, diambil 6 jenis ikan pelagis yang dominan tertangkap yakni ikan kembu ng, banyar, tongkol, bentong, tem bang dan layang (Gambar 2). 3.4. Metode Analisis Data 3.4.1. Data in-situ Data oseanografi hasil pengukuran in-situ (suhu dan salinitas) diolah dan disajiken dalam bentuk sebaran mendatar dan menegak berdasarkan kedalaman perairan. Sebaran mendatar dilakukan terhadap seluruh data pada stasiun pengamatan sementara sebaran menegak dilakukan dengan meng-overlay beberapa stasiun tertentu. Dari kontur sebaran mendatar dilakukan analisa untuk melihat pola sebaran SPL dian salinitas sementara dari grafik sebaran menegak dilakukan analisa untuk melihat kedalaman lapisan tercampur dan kemungkinan adanya lapisan termoklin. 3.4.2. Citra Satelit 3.4.2.1. Citra SPL Penghitungan SPL dilakukan dengan pemrosesan citra kanal 3, 4 dan 5 dari data sensor AVHRR. Metode penghitungan menggunakan formula McMillin and Crosby (1 984) dengan metode sbb : - Split window ; SPL=T4+2.702 (T4-T5)-0.582-273.0 - Triple window ; SPL=1.0239 T4+(0.9936 (T3-T5)-278.46) Dimana : T3 = brightness temperature channel 3 T4= brightness temperature channel 4 T5= brightness temperature channel 5

Gambar 2. Jenis-jenis ikan pelagis kecil yang menjardi objek penelitian di Selat Sunda (Surnbsllvrrww.flshbase.org)

Nilai SPL yang ditampilkan pada citra berupa degradasi warna dari warna biru muda sebagai indikator perairan dengan suhu yang lebih rendah sampai ke warna merah tua yang menunjukkan suhu lebih tinggi. Warna hitam merupakan daratan dan warna putih merupakan awan. Untuk memudahkan pembacaan suhu secara kuantitatif, nilai suhu pada citra yang nnerupakan nilai angka digital (DNIDigital Number) dikonversi ke nilai suhu sebenarnya dengan menggunakan E.R. Mapper 6.0 untuk mendapatkan data dalam format xyz ASCII grid. Selanjutnya data (x,y,z) di-eksport ke format txt dan diolah pada Surfer 6.0 untuk menghasilkan kontur suhu (kontur isotermal). Untuk memudahkan pengotiahan, dari 50.000 line data suhu (250 x 200 pixel) di-croop menjadi hanya sekitar 8.000-10.000 line yang akan digunakan dengan jalan membuang data yang bernilai suhu < 26.0 OC dengan asumsi suhu yang lebih rendah merupakan suhu awan atau bayangan awan (awan tipis). Kontur suhu di-overlay dengan citra yang sama dan disajikan dengan format kartografi untuk memudahkan pembacaannya. Dari keseluruhan data hasil rekaman sensor AVHRR NOAA-12 selama periode Agustu!~ 2000 sampai dengan Juli 2001 yang bisa digunakan adalah sebanyak 30 citra. Citra tersebut dikelompokkan berdasarkan musim pengamatan yaitu: 7 citra mewakili musim peralihan I1 (Agustus=Z, Septembe~3, Oktobe~2); 6 citra mewakili musim barat (Novembe~2, Desembe~2, Januari=2); 8 citra mewakili musim peralihan I (Pebruari =2, Marst=3, April=3); dan 9 citra mewakili musim timur (Mei=2, Juni=3, Juli=4). Jika dilihat dari waktu akusisi data, 23 citra merupakan data sianglsore hari (ascentling orbit) dan 7 citra merupakan data malam harildini hari (descending orbit). Tanggal dan waktu akuisisi citra terpilih tersebut selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1 berikit ini.

Tabel 1. Citra SPL NOAA-AVHRR Terpilih Tahun 2000 Bulan Keterangan: Agustus September Oktober November Desember Waktu Akuisisi Tahun Tgl Jam 10 09.35 2001 22 10.15 09 10.10 14 09.33 27 10.00 03 22.05 13 10.22 13 18 04 20 10.18 10.09 2 1.12 09.22 - Waktu dalam GMT (WIB = + 7 jam) - Orbit sianglsore : ascending - Orbit malamlpagi: descending Catatan: - Proses overlay kontur suhu dengan citra tanpa melalui proses eliminasi awan sehingga beberapa kontur ada yang "menabrakn batas suhu yang berbeda pada citra. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Waktu Tgl 05 25 23 25 04 15 29 06 08 21 01 10 01 11 28 06 07 15 18 Akusisi Jam 10.07 21.30 09.25 21.21 22.12 10.10 09.35 10.08 22.04 22.02 10.15 10.14 10.10 09.25 09.12 10.12 09.20 09.17 10.11 3.4.2.2,, Citra klorofil-a Penghitungan produktifitas primer didasarkan pada analisa kandungan klorofil-a yang diukur sensor SeaWiFS. Pemrosesan awal, konversi data LAC dari level IIA ke 12 dengan~ software SEADAS. Keluarannya berupa file SeaWiFS 12 yang sudah terkoreksi dan tersimpan dalam format HDF (termasuk di dalamnya proses: a) koreksi navigasi ; b) perhitungan konsentrasi klorofil-a dan pigment dengan algoritma standard SEADAS yaitu SeaBAM (SeaWiFS Bio-optical Mini-workshop) ; c) proses konversi ke normalize water-leaving radiance (nlw) untuk panjang gelombang 412 (band I), 443 (band 2), 490 (band 3), 510 (band 4) dan 555 (band 5) nm. Pembuatan program dengan IDL untuk lnenghasilkan composite images sesuai periode waktu pengamatan. Untuk perhitungan konsentrasi klorofil-a dan pigment digunakan ratio band 3 (490 nm) dan

band 5 (555 nm) dengan algoritma SeaBAM (SeaWiFS Bio-optical Mini-workshop) oleh C.R. McClain sbb: 135= log 1 O(rrs[3]lrrs[5]) ~:hlorl= 0.2974-(2.2429*r35)+(0.8358*r35*r35)-(0.0077*r35*r35*r35) Chlorophyll-a= -0.0929 + pow(lo*chlorl) IDimana, rrs(a) = nlw(a)*focorr/fo(a) untuk A = 1.. 6 INilai nlw di konversi dari nilai yang direkam oleh masing-masing panjang gelombiang dengan model analog gelombang. Dimana nilai nlw bergantung pada kenampakannya dan posisi matahari. Citra klorofil-a yang dihasilkan dengan algoritma di atas meghasilkan citra dengan nilai klorofil-a yang belum tervalidasi untuk perairan Indonesia, sehingga nilai kandungan klorofil-a yang tampak di citra lebih bersifat kualitatif daripada kuantitatif. ljntuk musim peralihan II diwakili oleh citra tanggal 10 Agustus 2000; musim barat diwakili oleh citra tanggal 27 Desember 2000; musim peralihan I diwakili oleh citra tanggal 12 April 2001; dan musim timur diwakili oleh citra tanggal 11 Mei dan 15 Juli 3.4.2.3. Pola arus Analisa pola arus (arah dan kecepatan) serta data tinggi muka laut (TML) dari data rnodel dari POM (Princeton Ocean Model)-NPACNFS (North Pacific Nowcast/Forecast System) hasil pengukuran Satelit TopexIPoseidon dilakukan dengan melihat arah dan kecepatan arus pada saat pengamatan. Data yang digunakan masingmasing 1 data per bulan (setiap tanggal 10) sehingga terdapat 3 data untuk masing-masing musim atau 12 data selama penelitian.

3.4.3. Data hasil tangkapan Data hasil tangkapan yang diperoleh berupa data hasil tangkapan bulanan untuk tahun 2000 (Agustus-Desember) dan data hasil tangkapan harian untuk data tahun :2001 (Januari-Juli 2001). Data hasil tangkapan bulanan (Agustus-Desember 2000) sudah berupa data hasil tangkapan ikan setiap bulan dalam format jumlah hasil tangkapan (kg) per jenis ikan. Data ini dapat langsung diolah untuk selanjutnya dianalisa. Sementara data hasil tangkapan harian (Januari-Juli 2001) berupa data catatan pelelangan ikan per kapal yang dijual atas nama ABK kapal bersangkutan. Format datanya dalam bentuk hasil penjualan (rupiah) per jenis ikan. Data ini kemudian dikonvc!rsi ke jumlah berat ikan (kg) dan disusun berdasarkan jenis ikan. Sehingga sekaliglus dapat diketahui hasil tangkapan total ikan pelagis olah masing-masing kapal yang beroperasi. Dari sini kemudian disusun data hasil tangkapan dalam format sepulut~ harian. Analisis lanjutan terhadap data hasil tangkapan ini adalah melakukan penghitungan CPUE (Catch per Unit Effort). CPUE yang dihitung adalah hasil tangkapan per unit mini purse seine masing-masing-masing nelayan yang diwawancarai yang melakukan operasi penangkapan di lokasi yang sudah diidentifikasi sesuaikan dengan hari-hari dimana aktivitas penangkapan dilakukan. Untuk mengelahui daerah penangkapan ikan pelagis yang baik maka nilai CPUE ini dikelorr~pokkan dalam beberapa kategori dengan rentang jumlah hasil tangkapan yang tertentu~. 3.5. Hubungan Kondisi Oseanografi dengan Hasil Tangkapan Untuk melihat hubungan antara kondisi oseanografi dengan hasil tangkapan ikan pelagis kecil maka dilakukan analisa lanjutan terhadap kedua data. Untuk data

oseanografi (hasil pengukuran in-situ dan hasil pengukuran satelit) dilakukan analisa secara visual dan di-interpretasi untuk mengetahui pola sebaran suhu, sebaran salinitas,, tingkat kesuburan perairan, arah dan kecepatan arus, serta kemungkinan adanya lokasi front dan umbalan air (upwelling). Selanjutnya dilihat kaitan antara kondisi oseanografi ini dengan data hasil tangkapan dan lokasi penangkapan ikan pelagis, sehingga diketahui pola hubungannya. Untuk lebih jelasnya proses analisa ini dapat d~ilihat pada diagram alir penelitian Gambar 3.

+ WILAYAH PENELITIAN + + C i Satelit NOAA-AVHRR Peta LLN Skala 1:500.000 C i Satelit SeaWiFS DATA LAPANGAN v Download Data v Pengambilan Data Oseanografi 1 PROGRAM SST Ekstrak Data nlw Data IZ Analisis Data Kana1 3,4, dan 5 Produk i,2,3,4 dan 5 - * Ekstrak Data KlorofiEa Kontur Suhu dan Pigmen CZCS Dan Salinitas + v \ CPUE, Produksi, PETA DlSTRlBUSl PETA POLA ARUS (omposisi Hasil Tangkapan, PETA DlSTRlBUSl Posisi Penangkapan KONDlSl OSEANOGRAFI PETA SEBARAN IKAN PELAGIS Gambar 3. Diagram Alir Penelitian