3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "3 METODE. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian"

Transkripsi

1 3 METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan dalam dua tahap, yaitu: tahap pertama pengumpulan data lapang pada titik-titik lokasi dan hasil tangkapan ikan layang dan tahap kedua pengolahan data citra untuk mendapatkan informasi parameter oseanografi suhu permukaan laut (SPL) dan klorofil-a. Tahap pertama dilaksanakan pada bulan Juli hingga September 2005 di pusat pendaratan ikan (PPI) Bajomulyo Juwana, Kabupaten Pati, Jawa Tengah (gambar 5), sedangkan tahap kedua dilaksanakan pada bulan Oktober hingga Desember 2005 di laboratorium instalasi lingkungan dan cuaca, pusat pemanfaatan dan pengembangan penginderaan jauh, lembaga penerbangan dan antariksa nasional (ILC PUSBANGJA LAPAN) Pekayon, Jakarta Timur. 3.2 Bahan dan Alat Bahan yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah: (1) Citra satelit NOAA-16 untuk bulan Juli-September 2005 (2) Citra satelit Fengyung FY-1 D untuk bulan Juli-September 2005 (3) Data penangkapan layang dalam bentuk fishing log book dari nelayan kapal purse seine (Lampiran 2) (4) Peta sebaran kecepatan dan pola arus dari situs sebagai data pendukung (Lampiran 3) (5) Peta sebaran dan kontur salinitas dari ocean data view tahun (Lampiran 4) dan US naval oceanographic tahun 1997 (Lampiran 5) sebagai data pendukung (6) Peta digital Laut Jawa dan sekitarnya dengan skala 1 : Alat yang akan digunakan dalam menunjang penelitian ini adalah: (1) Komputer dari jenis personal computer (PC) dan pencetak (printer) (2) Perangkat lunak (software) Er-mapper untuk pengolahan citra satelit (3) Perangkat lunak (software) SIG Arc-view untuk pengolahan dan analisis secara spasial.

2 Gambar 5 Peta lokasi penelitian sebagai tempat pengambilan data lapang. 16

3 3.2 Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data posisi dan hasil tangkapan layang Data posisi dan hasil tangkapan ikan layang dikumpulkan menurut panduan yang diberikan oleh Silva et al. (2000) dan Putro (2002) yaitu: (1) Data yang dikumpulkan lebih dari satu buah kapal ikan sejenis dengan ukuran dan jumlah trip yang sama. Data paling sedikit dua tahun ke belakang. Pada penelitian ini data tangkapan layang dikumpulkan dari 3 buah fishing log book tahun milik nahkoda kapal purse seine, dengan ukuran tonase kapal 100 gross tonage (GT) dan jumlah trip melaut 1 kali per bulan operasinya (2) Jika satu musim penangkapan yang dianalisis, maka data dikumpulkan merupakan data harian penangkapan per tiap bulan operasi selama satu musim penangkapan. Pada penelitian ini, data yang dikumpulkan berasal dari aktivitas penangkapan layang bulan Juli hingga September Pengumpulan citra satelit Citra yang dikumpulkan berbentuk model data raster berasal dari jenis level dua yaitu telah terkoreksi baik secara geometrik, radiometrik dan memiliki informasi dasar. Citra yang telah diterima oleh antena penerimaan di ILC PUSBANGJA LAPAN, kemudian dilakukan : (1) Perekaman data kanal-kanal citra dari satelit NOAA-16 dan Fengyun FY-1 D pada komputer induk (2) Perubahan (konversi) data kanal-kanal citra ke dalam bentuk raster (3) Pemilihan citra bebas awan, dimaksudkan untuk memilih liputan citra yang hanya memiliki < 10 % tutupan awan pada lokasi penelitian (4) Penyimpanan data kanal-kanal citra bebas awan ke dalam CD-ROOM untuk selanjutnya diolah Pengumpulan data pendukung Pengumpulan peta sebaran dan pola arus dilakukan dengan cara mengakses dari situs selanjutnya memilih jenis data bulanan real-

4 time mesoscale altimetry tipe sea surface velocity dari kumpulan realtime altimetry project. Peta sebaran dan kontur salinitas diambil dari hasil penelitian Darmawan (2001) yang berjudul Aktivitas Muson Terhadap Karakteristik Massa Air dan Variabilitas Parameter Laut dan Atmosfer di Beberapa Perairan Indonesia. 3.4 Metode Pengolahan Data Pengolahan data posisi dan hasil tangkapan layang Pengolahan data hasil dan posisi tangkapan dilakukan dengan menggunakan metode perhitungan statistik diagram kontrol Sheewarth yang dasarnya diambil dari perhitungan untuk kontrol kualitas suatu produksi (Silva et al. 2000). Penggunaan diagram kontrol Sheewarth mengasumsikan bahwa daerah penangkapan ikan (DPI) adalah suatu areal produksi ikan bagi stakeholder yang perlu dikelola dan dijaga upaya pemanfaatannya, dengan demikian tingkat pengupayaan penangkapan ikan atau catch per unit effort (CPUE) menjadi nilai yang akan dihitung dalam metode ini (Silva et al. 2000). Persamaan diagram kontrol Sheewarth secara sederhana diberikan oleh persamaan berikut ini (Sudjana, 1992): BKA = X + A2 Sentral = X BKB = X A2 R R... (1)... (2)... (3) BKA = batas kontrol atas yaitu garis yang menyatakan penyimpangan paling tinggi dari nilai baku Sentral = merupakan nilai baku yang akan menjadi pangkal perhitungan terjadinya penyimpangan kondisi yang dinilai BKB = batas kontrol bawah yaitu garis yang menyatakan penyimpangan yang paling rendah yang diijinkan dari nilai baku X = rerataan nilai rata-rata atau x R = rata-rata nilai R atau rentang yang merupakan selisih dari nilai terbesar dan nila terkecil A 2 = tetapan yang berdasarkan jumlah n data (Lampiran 1)

5 Adapun tahapan-tahapan dalam perhitungan metode kontrol Shewhart untuk data posisi dan hasil tangkapan ini adalah sebagai berikut (Silva et al dan Putro, 2002): (1) Jika hasil tangkapan yang masih dalam satuan tradisional, harus dikonversikan terlebih dahulu ke dalam standar internasional (SI) satuan berat kilogram (kg) selanjutnya dikonversi ke dalam satuan tonase (ton) (2) Dari semua data tangkapan yang diambil, kemudian diurutkan dalam sistem perangkingan data tangkapan untuk mendapatkan 20 posisi dan hasil tangkapan terbaik saja (3) Kemudian dihitung nilai CPUE nya, dimana secara sederhana diberikan dengan persamaan: C CPUE =... (4) f CPUE = jumlah tangkapan per upaya penangkapan (ton/seting) C = hasil tangkapan (ton) f = upaya penangkapan (seting) (4) Nilai-nilai CPUE tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel perhitungan diagram kontrol Sheewarth, seperti contoh berikut ini: Tabel 3 Contoh penabelan data CPUE untuk perhitungan diagram kontrol Sheewarth No n i Nilai CPUE Bulan.. n j X R Rerata n i n j = tahun ke-i hingga tahun ke-j (5) Setelah dihitung semua nilai-nilai yang diinginkan, selanjutnya tentukan nilai dari BKA, sentral dan BKB dengan menggunakan persamaan (1), (2) dan (3) dengan terlebih dahulu menetapkan nilai A 2

6 (6) Setelah mendapatkan nilai BKA, sentral dan BKB, tentukan kelas tangkapan berdasarkan CPUE nya menurut persamaan fungsi klasifikasi yang diberikan oleh Putro (2002) di bawah ini: jika CPUE > BKA, maka kelas tangkapan tinggi... (5) jika sentral > CPUE > BKB, maka kelas tangkapan sedang... (6) jika CPUE > BKB, maka kelas tangkapan rendah... (7) Pengolahan citra satelit Pengolahan data kanal-kanal citra satelit NOAA-16 dan FY-1 D dilakukan dengan metode pengolahan citra berbasiskan komputer menggunakan perangkat lunak Er-mapper. Tahapan-tahapan pengolahan adalah sebagai berikut : (1) Pemformatan data kanal satelit NOAA-16 dan FY-1 D dimaksudkan untuk mempermudah pengolahan data-data kanal dalam perangkat lunak Er-mapper (2) Pemotongan (cropping area), dimaksudkan untuk memotong atau mengambil wilayah yang akan diolah dan dianalisa saja dengan memanfaatkan fasilitas cursor map atau dengan menggunakan sub fasilitas extents pada tools geoposition (3) Pemisahan (masking area) awan, darat dan laut dimaksudkan untuk menutupi nilai-nilai piksel darat dan awan sehingga hanya nilai-nilai piksel dari laut yang akan diolah informasinya. Persamaan untuk pemisahan awan, darat dan laut menggunakan perbandingan nilai kanal 2 terhadap nilai kanal 1 dengan ketentuan tiap-tiap kelas sebagai berikut (Reilly et al. 1998) : jika i 2 /i 1 < 1,3 maka objek adalah laut... (8) jika i 2 /i 1 >= 1,3 dan jika i 2 /i 1 < 2 maka objek adalah awan... (9) jika i 2 /i 1 >= 2 maka objek adalah darat... (10) i 1 = input kanal 1 i 2 = input kanal 2 Proses perhitungan persamaan (8), (9) dan (10) dilakukan dengan menggunakan fasilitas formulae editor pada algorithm wizard

7 (4) Perhitungan nilai suhu pemukaan laut (SPL), dimaksudkan untuk mendapatkan nilai-nilai SPL berdasarkan nilai temperatur kecerahan (brightness temperature) laut dengan menggunakan algoritma McMillin & Crosby (BML LAPAN, 1997): SPL = TB 4 + 2,702 * (TB 4 - TB 5 ) 273, (11) SPL = nilai suhu permukaan laut dalam O C TB 4 dan TB 5 = nilai suhu kecerahan dari kanal 4 dan 5 Proses perhitungan persamaan (11) dilakukan dengan menggunakan fasilitas formulae editor pada algorithm wizard (5) Perhitungan nilai klorofil-a, dimaksudkan untuk mendapatkan nilai konsentrasi klorofil-a dengan menggunakan algoritma ocean colour OC4-V4 (Reilly et al. 1998): ( a 0+ a1 R+ a2 R+ a3 R) + a4 C = (12) C = klorofil-a dalam mg/l Kanal 8 R = Log Kanal 9 a 0 = 0,4708 a 1 = -3,8469 a 2 = 4,5338 a 3 = -2,4434 a 4 = -0,0414 Proses perhitungan persamaan (12) dilakukan dengan menggunakan fasilitas formulae editor pada algorithm wizard (6) Klasifikasi sebaran SPL dan konsentrasi klorofil-a, dimaksudkan untuk membuat selang kelas dari nilai-nilai parameter SPL dan konsentrasi klorofil-a dengan memanfaatkan fasilitas classification wizard Pengolahan spasial Pengolahan spasial yang berbasiskan SIG ini dimaksudkan untuk menghasilkan model spasial berbentuk peta yang berisikan berbagai informasi untuk dipergunakan oleh stakeholder dalam mengkaji sebaran dan pola ruaya ikan layang di Laut Jawa dengan menggunakan perangkat lunak Arc-view.

8 Adapun tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam kegiatan ini adalah: (1) Pembuatan event theme, dimaksudkan untuk menyajikan tabel klasifikasi posisi tangkapan ke bentuk tema lokasi kelas posisi tangkapan ikan layang dengan menggunakan fasilitas add event theme. Sebelum posisi tangkapan dimasukkan ke dalam basis data SIG, satuan posisi yang semula menggunakan sistem degree, minute, second (DMS) terlebih dahulu dirubah ke dalam sistem decimal degree (DD) menggunakan persamaan : DD = (D*1) + (M*0,016667) + (S*0,0001)... (13) DD = decimal degree atau nilai derajat desimal D = degree atau nilai derajat M = minute atau nilai menit S = second atau nilai detik (2) Digitasi, dimaksudkan untuk merubah peta yang tadinya berbentuk analog ke dalam bentuk digital vektor yang memiliki koordinat. Kegiatan ini ditujukan terhadap peta analog salinitas, kecepatan arus dan peta dasar Laut Jawa dengan memanfaatkan fasilitas digitize on screen (3) Retifikasi citra, dimaksudkan untuk menyesuaikan koordinat citra hasil olahan dengan digital vektor peta dasar Laut Jawa agar nantinya dapat dianalisis dengan baik dengan menggunakan fasilitas image analysis (4) Pembuatan garis kontur ditujukan kepada semua tema informasi oseanografi yang telah dimiliki baik yang berasal dari citra dan digital vektor dengan menggunakan fasilitas add area jenis polyline. 3.5 Analisis Data Analisis posisi tangkapan layang Posisi tangkapan ikan layang dianalisis mengacu pada aturan yang diberikan oleh Putro (2002) yaitu: (1) Jika nilai CPUE berada dalam kelas tangkapan tinggi, maka posisi tangkapan tersebut sangat baik dijadikan target operasi berikutnya, karena posisi ini diperkirakan sebagai tempat gerombolan (schooling) atau bahkan berada pada jalur ruaya sumber daya ikan

9 (2) Jika nilai CPUE berada dalam kelas tangkapan sedang maka posisi tersebut masih layak sebagai dijadikan posisi penangkapan berikutnya atau potensial (3) Jika nilai CPUE berada dalam kelas rendah maka posisi tersebut bukan merupakan target operasi berikutnya karena diperkirakan sumber daya ikan hanya kebetulan tertangkap pada posisi tersebut Analisis spasial Analisis spasial dimaksudkan untuk mendapatkan keluaran informasiinformasi penting dari berbagai tema sebagai data masukan yang dilakukan berdasarkan teknik SIG dengan memanfaatkan metode analisis spasial pada Arc-view. Adapun analisis-analisis spasial yang dipergunakan adalah: (1) Diagram Voronoi (Prahasta, 2004) ditujukan untuk membangun model spasial sebaran ikan layang yang tersaji dalam bentuk poligon area berdasarkan sekumpulan posisi penangkapan ikan layang yang tersebar secara acak dengan mempergunakan program tambahan Thiessen polygon analysis. Berikut ini tampilan dari hasil analisis diagram Voronoi dalam bentuk poligon dari sejumlah titik-titik yang tersebar secara acak: UNSUR TITIK POLYGON Gambar 6 Hasil dari analisis diagram Voronoi. (2) Analisis jalur (tracking analysis), dimaksudkan untuk membangun jalur berbentuk unsur spasial garis yang dapat memperkirakan ruaya ikan layang berdasarkan posisi dari kelas tangkapan tinggi dengan mempergunakan sub fasilitas make one polyline from points pada program tambahan X-Tools (Prahasta, 2004).

10 Berikut ini contoh tampilan pembentukan jalur suatu objek berdasarkan analisis jalur (tracking analysis): UNSUR TITIK JALUR (GARIS) Gambar 7 Tampilan hasil analisis jalur pada sekumpulan titik. (3) Penambahan luasan (buffering area), dimaksudkan untuk menambah luasan area yang diinginkan dari suatu objek dengan menggunakan fasilitas create buffer (Prahasta, 2004). Pembuatan buffer pada titik-titik potensial tangkapan dan perkiraan jalur ruaya dengan radius 3 mil, 5 mil dan 7 mil dimaksudkan untuk membentuk suatu zona potensial penangkapan ikan (ZPPI) yang akan mempermudah operasi penangkapan jika pada titik-titik tangkapan potensial dan ruaya yang telah diperkirakan tidak memperoleh hasil tangkapan yang diinginkan, hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nath (1993) yang mengindikasikan masih adanya keberadaan sumberdaya ikan pada radius 3, 5 dan 7 mil di sebelah kiri dan kanan dari area yang diduga sebagai tempat keberadaan ikan. Gambar berikut ini menjelaskan bentuk-bentuk hasil buffer pada unsur spasial titik dan garis: UNSUR TITIK BUFFER TITIK UNSUR GARIS BUFFER GARIS Gambar 8 Hasil buffer pada unsur titik dan garis.

11 (4) Analisa tumpang-susun (overlay analysis), dimaksudkan untuk mendukung kegiatan interpretasi secara spasial terhadap hubungan antar tiap tema yang telah dibuat (Prahasta, 2004). Overlay pada penelitian ini dilakukan untuk menghubungkan antara tema poligon model daerah sebaran layang dengan tiap tema kontur parameter oseanografi sehingga dapat diketahui informasi oseanografi apa saja yang mendukung terjadinya penyebaran ikan layang di lokasi penelitian tersebut. Secara matematis analisa tumpang susun diberikan sebagai suatu fungsi (Prahasta, 2004) yaitu: Y ( f ) = f ( x1, x2,..., xi )... (13) atau secara teknis persamaan fungsi ini dapat dibuat sebagai sebuah penjumlahan dari beberapa tema (Prahasta, 2004): Y = x 1 + x x i... (14) Y(f) dan Y = sebagai sebuah produk peta yang berisikan berbagai informasi x 1 = tema pertama atau dasar x 2 = tema kedua x i = tema ke-i secara tampilan ditunjukkan pada gambar berikut ini: x i x 1 x 2 Y Gambar 9 Tampilan analisis tumpang-susun (overlay).

12 (5) Interpretasi (Interpretation), merupakan analisis yang dilakukan secara visual atau kenampakan atas unsur-unsur spasial yang telah dibuat agar dapat diketahui informasi-informasi yang berguna bagi stakeholder seperti: arah ruaya (migrasi) ikan layang, sebaran (ditribusi) ikan layang dan kisarankisaran parameter oseanografi yang telah diperoleh dari pengolahan data yaitu: SPL, konsentrasi klorofil-a, salinitas dan kecepatan arus pada daerah ruaya (migrasi) dan sebaran (distribusi) ikan layang itu sendiri. Selain itu, kenampakan spasial sebaran SPL dan konsentrasi klorofil-a juga dapat diintepretasi untuk memberikan informasi perkiraan kondisi oseanografi pada lokasi penelitian. (6) Adanya salah satu sifat ikan layang yaitu schooling (bergerombol) pada jarak mil dari perairan lepas pantai seperti dikemukakan oleh Asikin (1971) dan Saanin (1984) dapat dicari hubungannya secara spasial terhadap posisiposisi kelas hasil tangkapan tinggi yang telah diperoleh dengan menggunakan fasilitas measure tools pada Arc-view. 3.6 Diagram Alir Penelitian Seluruh kegiatan penelitian mulai dari apa saja data yang diperlukan hingga ke tahap analisis data akan lebih mudah dipahami jika ditampilkan dalam suatu diagram alir seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 10 dan 11 di bawah ini:

13 Gambar 10 Diagram alir penelitian (1). 17

14 Gambar 11 Diagram alir penelitian (2). 18

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT

ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110O-120O BT MODEL SPASIAL INFORMASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN LAYANG (Decapterus spp) DI ANTARA PERAIRAN SELAT MAKASAR DAN LAUT JAWA (110 O -120 O BT 2 O 50-7 O 50 LS) ANDRIUS Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 7. Peta Lokasi Penelitian 18 3 METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2010 hingga Juni 2011 dengan lokasi penelitian yaitu Perairan Selat Makassar pada posisi 01 o 00'00" 07 o 50'07"

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan 22 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Agustus 2011 dengan menggunakan citra MODIS. Lokasi untuk objek penelitian adalah perairan Barat-

Lebih terperinci

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR

ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR ANALISIS SPASIAL SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN LAUT JAWA PADA MUSIM TIMUR DENGAN MENGGUNAKAN DATA DIGITAL SATELIT NOAA 16 -AVHRR Oleh : MIRA YUSNIATI C06498067 SKRIPSI PROGRAM STUDI ILMU DAN TEKNOLOGI

Lebih terperinci

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT.

3. METODE. penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari. posisi koordinat LS dan BT. 3. METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dari Februari hingga Agustus 2011. Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahap : pertama, pada bulan Februari dilakukan pengumpulan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di wilayah Kepulauan Weh Provinsi Nangroe Aceh Darussalam yang terletak pada koordinat 95 13' 02" BT - 95 22' 36" BT dan

Lebih terperinci

3. METODOLOGI PENELITIAN

3. METODOLOGI PENELITIAN 3. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi kajian untuk mendapatkan nilai konsentrasi klorofil-a dan SPL dari citra satelit terletak di perairan Laut Jawa (Gambar 4). Perairan ini

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi

IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi 31 IV. METODOLOGI 4.1. Waktu dan Lokasi Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah dimulai dari bulan April 2009 sampai dengan November 2009 yang secara umum terbagi terbagi menjadi

Lebih terperinci

PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN

PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN Dalam pembahasan ini akan dijelaskan tentang proses interpretasi salah satu citra NOAA untuk mengetahui informasi

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp)

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp) 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Umum Perikanan Layang (Decapterus spp) 2.1.1 Morfologi Ikan layang atau bahasa latinnya Decapterus spp atau bahasa Inggrisnya scads tergolong ke dalam kelompok ikan-ikan

Lebih terperinci

4 METODOLOGI. Gambar 9 Cakupan wilayah penelitian dalam informasi spasial ZPPI

4 METODOLOGI. Gambar 9 Cakupan wilayah penelitian dalam informasi spasial ZPPI 48 4 METODOLOGI 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan sejak bulan Juni 2005 sampai dengan Desember 2007, dengan fokus daerah penelitian di kawasan laut Kabupaten Situbondo, Jawa Timur dan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat

PENDAHULUAN. Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Pantai Timur Sumatera Utara merupakan bagian dari Perairan Selat Malaka yang menjadi daerah penangkapan ikan dengan tingkat eksploitasi yang cukup tinggi. Salah satu komoditi

Lebih terperinci

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

III METODOLOGI. 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 9 bulan (Maret - November 2009), dan obyek penelitian difokuskan pada tiga kota, yaitu Kota Padang, Denpasar, dan Makassar.

Lebih terperinci

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMANPEMBUATAN INFORMASI SPASIAL ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN

PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMANPEMBUATAN INFORMASI SPASIAL ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN 2015 PUSAT PEMANFAATAN PENGINDERAAN JAUH LAPAN PEDOMANPEMBUATAN INFORMASI SPASIAL ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN BERBASIS DATA SATELIT PENGINDERAAN LI 1 03 004 03 01 Pedoman Pembuatan Informasi Spasial

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari 3. BAHAN DAN METODE 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di wilayah yang tercemar tumpahan minyak dari anjungan minyak Montara Australia. Perairan tersebut merupakan perairan Australia

Lebih terperinci

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial

5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial 5 PEMBAHASAN 5.1 Sebaran SPL Secara Temporal dan Spasial Hasil pengamatan terhadap citra SPL diperoleh bahwa secara umum SPL yang terendah terjadi pada bulan September 2007 dan tertinggi pada bulan Mei

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam studi ini meliputi :

BAB III METODOLOGI. 3.1 Data. Data yang digunakan dalam studi ini meliputi : BAB III METODOLOGI 3.1 Data Data yang digunakan dalam studi ini meliputi : Data citra satelit NOAA Citra Satelit NOAA yang digunakan merupakan hasil olahan yang menampilkan tampakan pewarnaan laut untuk

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Distribusi SPL Dari pengamatan pola sebaran suhu permukaan laut di sepanjang perairan Selat Sunda yang di analisis dari data penginderaan jauh satelit modis terlihat ada pembagian

Lebih terperinci

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+

Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ Identifikasi Lokasi Potensial Budidaya Tiram Mutiara Dengan Mengunakan Citra Satelit Landsat 7 ETM+ M. IRSYAD DIRAQ P. 3509100033 Dosen Pembimbing Prof. Dr. Ir. Bangun Muljo Sukojo, DEA, DESS 1 PENDAHULUAN

Lebih terperinci

CORRELATION ANALYSIS OF TRAWL CATCHMENT TO THE CHLOROPHYLL -A AND SEA SURFACE TEMPERATURE IN CENTRAL TAPANULI WATERS

CORRELATION ANALYSIS OF TRAWL CATCHMENT TO THE CHLOROPHYLL -A AND SEA SURFACE TEMPERATURE IN CENTRAL TAPANULI WATERS AQUASAINS (Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan) (Vol 5 No. 1 Tahun 2016) CORRELATION ANALYSIS OF TRAWL CATCHMENT TO THE CHLOROPHYLL -A AND SEA SURFACE TEMPERATURE IN CENTRAL TAPANULI WATERS Mardame

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Lokasi penelitian adalah Perairan Timur Laut Jawa, selatan Selat Makassar, dan Laut Flores, meliputi batas-batas area dengan koordinat 2-9 LS dan 110-126

Lebih terperinci

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS

STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS STUDI PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) MENGGUNAKAN SATELIT AQUA MODIS Oleh : Dwi Ayu Retnaning Anggreyni 3507.100.017 Dosen Pembimbing: Prof.Dr.Ir. Bangun M S, DEA, DESS Lalu Muhammad Jaelani, ST, MSc

Lebih terperinci

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan

3. METODOLOGI Waktu dan Lokasi Penelitian. Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan 20 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi pengamatan konsentrasi klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut yang diteliti adalah wilayah yang ditunjukkan pada Gambar 2 yang merupakan wilayah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan selama bulan Februari-Mei 2013 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Kelautan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki wilayah perairan laut yang sangat luas, terdiri dari wilayah perairan teritorial dengan luas sekitar 3,1 juta km 2 dan zona ekonomi ekslusif (ZEE)

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin

III. METODOLOGI. Gambar 2. Peta Orientasi Wilayah Penelitian. Kota Yogyakarta. Kota Medan. Kota Banjarmasin III. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan mulai dari bulan Maret sampai bulan November 2009. Objek penelitian difokuskan pada wilayah Kota Banjarmasin, Yogyakarta, dan

Lebih terperinci

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga

5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga 29 5 HASIL 5.1 Kandungan Klorofil-a di Perairan Sibolga Kandungan klorofil-a setiap bulannya pada tahun 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 3, konsentrasi klorofil-a di perairan berkisar 0,26 sampai

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

3. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 33 3. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Rangkaian kegiatan dalam penelitian ini terbagi dalam 3 tahapan, yaitu : (1) survei lapangan lokasi penelitian pada bulan September 2011, (2) pengumpulan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN METODE BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2013. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium Komputer Fakultas Perikanan dan

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE 11 III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Februari 2009 sampai Januari 2010 yang berlokasi di wilayah administrasi Kabupaten Bogor. Analisis data dilaksanakan

Lebih terperinci

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian

METODOLOGI. Gambar 4. Peta Lokasi Penelitian 22 METODOLOGI Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kota Sukabumi, Jawa Barat pada 7 wilayah kecamatan dengan waktu penelitian pada bulan Juni sampai November 2009. Pada lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 11 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan selama dua bulan yaitu bulan Juli-Agustus 2010 dengan pemilihan lokasi di Kota Denpasar. Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan mulai bulan Febuari 2009 sampai Januari 2010, mengambil lokasi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengolahan dan Analisis

Lebih terperinci

Pendugaan DPI berdasarkan analisis jumlah dan hasil tangkapan Pendugaan DPI berdasarkan frekuensi panjang ikan Penentuan DPI melalui interpretasi

Pendugaan DPI berdasarkan analisis jumlah dan hasil tangkapan Pendugaan DPI berdasarkan frekuensi panjang ikan Penentuan DPI melalui interpretasi P. Ika Wahyuningrum Pendugaan DPI berdasarkan analisis jumlah dan hasil tangkapan Pendugaan DPI berdasarkan frekuensi panjang ikan Penentuan DPI melalui interpretasi citra GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang

3. METODOLOGI. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang 3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret hingga Desember 2010 yang terdiri dari proses pembuatan proposal penelitian, pengambilan data citra satelit, pengambilan

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Umum Perairan Mentawai

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Umum Perairan Mentawai 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Letak Geografis dan Kondisi Umum Perairan Mentawai Secara geografis Mentawai adalah suatu gugusan kepulauan yang membujur dari utara ke selatan sepanjang pantai barat Sumatera Barat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014.

III. METODE PENELITIAN. Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. 33 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 hingga Maret 2014. Adapun penelitian dilaksanakan di pesisir Kabupaten Lampung Timur. Berikut ini

Lebih terperinci

Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT

Diterima: 14 Februari 2008; Disetujui: Juli 2008 ABSTRACT PENDUGAAN FRONT DAN UPWELLING MELALUI INTERPRETASI CITRA SUHU PERMUKAAN LAUT DAN CLOROFIL-A DI PERAIRAN WAKATOBI SULAWESI TENGGARA Forcasting of front and upwelling by the sea surface temperature and chlorophyl-a

Lebih terperinci

PENENTUAN ARUS PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT NOAA DAN METODE MAXIMUM CROSS CORRELATION

PENENTUAN ARUS PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT NOAA DAN METODE MAXIMUM CROSS CORRELATION PENENTUAN ARUS PERMUKAAN MENGGUNAKAN DATA CITRA SATELIT NOAA DAN METODE MAXIMUM CROSS CORRELATION Tugas Akhir Disusun untuk memenuhi syarat kurikuler untuk memperoleh gelar sarjana dari Program Studi Oseanografi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... DAFTAR ISI LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING... i LEMBAR PENGESAHAN... ii KATA PENGANTAR... iii LEMBAR KEASLIAN... v ABSTRAK... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... x DAFTAR LAMPIRAN...

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan mengenai alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini serta tahapan-tahapan yang dilakukan dalam mengklasifikasi tata guna lahan dari hasil

Lebih terperinci

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

III. METODOLOGI. 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian III. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan sejak Juli 2010 sampai dengan Mei 2011. Lokasi penelitian terletak di wilayah Kabupaten Indramayu, Provinsi Jawa Barat. Pengolahan

Lebih terperinci

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN III.1. Data Penelitian Data yang digunakan dalam pelaksanaan Evaluasi Kesesuaian Tata Letak Bangunan Terhadap Sempadan Jalan Di Kawasan Central Business District Kota Semarang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Mentawai adalah kabupaten termuda di Propinsi Sumatera Barat yang dibentuk berdasarkan Undang-undang No.49 Tahun 1999. Kepulauan ini terdiri dari empat pulau

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON

LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON LAPORAN PRAKTIKUM SIG ACARA IV DIGITASI POLYGON Disusun oleh : NAMA : NUR SIDIK NIM : 11405244001 HARI : SELASA, 1 APRIL 2014 JAM : 07.30-10.00 JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4 GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Kabupaten Pati 4.1.1 Kondisi geografi Kabupaten Pati dengan pusat pemerintahannya Kota Pati secara administratif berada dalam wilayah Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN

SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN 16/09/2012 DATA Data adalah komponen yang amat penting dalam GIS SISTEM INFORMASI SUMBER DAYA LAHAN Kelas Agrotreknologi (2 0 sks) Dwi Priyo Ariyanto Data geografik dan tabulasi data yang berhubungan akan

Lebih terperinci

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna

6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna 38 6 PEMBAHASAN 6.1 Produksi Hasil Tangkapan Yellowfin Tuna Berdasarkan data statistik Palabuhanratu tahun 1997-2011, hasil tangkapan Yellowfin Tuna mengalami fluktuasi. Jika dilihat berdasarkan data hasil

Lebih terperinci

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA

ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA ANALISA PENENTUAN LOKASI BUDIDAYA RUMPUT LAUT DENGAN PARAMETER FISIKA MAUPUN KIMIA MENGGUNAKAN CITRA TERRA MODIS DI DAERAH SELAT MADURA Astrolabe Sian Prasetya 1, Bangun Muljo Sukojo 2, dan Hepi Hapsari

Lebih terperinci

Abstrak PENDAHULUAN.

Abstrak PENDAHULUAN. PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH ANTARA PROVINSI JAWA TIMUR DAN PROVINSI BALI BERDASARKAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 PENENTUAN BATAS PENGELOLAAN WILAYAH LAUT DAERAH

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Convert format data citra Konversi format data citra MTSAT agar file tersebut dapat dibuka dan diolah di ER Mapper. Berikut adalah hasil dari konversi ke format.ers yang

Lebih terperinci

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : APLIKASI DATA CITRA SATELIT NOAA-17 UNTUK MENGUKUR VARIASI SUHU PERMUKAAN LAUT JAWA

Jurnal KELAUTAN, Volume 3, No.1 April 2010 ISSN : APLIKASI DATA CITRA SATELIT NOAA-17 UNTUK MENGUKUR VARIASI SUHU PERMUKAAN LAUT JAWA APLIKASI DATA CITRA SATELIT NOAA-17 UNTUK MENGUKUR VARIASI SUHU PERMUKAAN LAUT JAWA Ashari Wicaksono 1, Firman Farid Muhsoni 2, Ahmad Fahrudin 2 1 Mahasiswa Jurusan Ilmu Kelautan Universitas Trunojoyo

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1. Mengunduh Citra Google Maps Dari proses mengunduh yang telah dilakukan, maka didapatkan citra Google Maps dalam format *jpg. Gambar 4.1 Citra Google Maps Yang Telah Diunduh

Lebih terperinci

BUKU AJAR. : Inderaja untuk Penataan Ruang : Perencanaan Wilayah dan Kota : Fakultas Teknik. Mata Kuliah Prgram Studi Fakultas

BUKU AJAR. : Inderaja untuk Penataan Ruang : Perencanaan Wilayah dan Kota : Fakultas Teknik. Mata Kuliah Prgram Studi Fakultas BUKU AJAR Mata Kuliah Prgram Studi Fakultas : Inderaja untuk Penataan Ruang : Perencanaan Wilayah dan Kota : Fakultas Teknik Disusun oleh: Bitta Pigawati LEMBAGA PENGEMBANGAN DAN PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto

SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto SIG (SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS) Oleh : Djunijanto Pengertian SIG Sistem informasi yang menggunakan komputer untuk mendapatkan, mengolah, menganalisis dan menyajikan data yang mengacu pada lokasi geografis

Lebih terperinci

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA

MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA MODUL 2 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG

PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG Pengaruh Fenomena La-Nina terhadap SPL Feny Arafah PENGARUH FENOMENA LA-NINA TERHADAP SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN KABUPATEN MALANG 1) Feny Arafah 1) Dosen Prodi. Teknik Geodesi Fakultas Teknik Sipil

Lebih terperinci

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010)

Lokasi penelitian di UPPPP Muncar dan PPN Pengambengan Selat Bali (Bakosurtanal, 2010) 37 3 METODOLOGI UMUM Penjelasan dalam metodologi umum, menggambarkan secara umum tentang waktu, tempat penelitian, metode yang digunakan. Secara spesifik sesuai dengan masing-masing kriteria yang akan

Lebih terperinci

PENENTUAN KARAKTERISTIK HABITAT DAERAH POTENSIAL IKAN PELAGIS KECIL DENGAN PENDEKATAN SPASIAL DI PERAIRAN SINJAI

PENENTUAN KARAKTERISTIK HABITAT DAERAH POTENSIAL IKAN PELAGIS KECIL DENGAN PENDEKATAN SPASIAL DI PERAIRAN SINJAI PENENTUAN KARAKTERISTIK HABITAT DAERAH POTENSIAL IKAN PELAGIS KECIL DENGAN PENDEKATAN SPASIAL DI PERAIRAN SINJAI DETERMINATION OF LOCAL POTENTIAL FISH HABITAT CHARACTERISTICS SMALL PELAGIC SPATIAL APPROACH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan

BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 15 BAB III METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST); Sub DAS Kali Madiun, DAS Solo. Sebagian besar Sub-sub DAS KST secara administratif

Lebih terperinci

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

BAB 11: GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI 1. Sistem Informasi Geografi merupakan Sistem informasi yang memberikan gambaran tentang berbagai gejala di atas muka bumi dari segi (1) Persebaran (2) Luas (3) Arah (4) Bentuk 2. Sarana yang paling baik

Lebih terperinci

PROPOSAL BIMBINGAN TEKNIS PEMANFAATAN INFORMASI ZPPI BERBASIS DATA PENGINDERAAN JAUH

PROPOSAL BIMBINGAN TEKNIS PEMANFAATAN INFORMASI ZPPI BERBASIS DATA PENGINDERAAN JAUH PROPOSAL BIMBINGAN TEKNIS PEMANFAATAN INFORMASI ZPPI BERBASIS DATA PENGINDERAAN JAUH PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGI PEMANFAATAN INFORMASI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) DI SULAWESI SELATAN

Lebih terperinci

Penelitian dilaksanakan selama satu siklus (4 musim) mulai Agustus sampai dengan Juli 2001 dan dibagi dalam dua tahapan kegiatan.

Penelitian dilaksanakan selama satu siklus (4 musim) mulai Agustus sampai dengan Juli 2001 dan dibagi dalam dua tahapan kegiatan. 3. METODE PENELlTlAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di perairan Selat Sunda pada posisi 05:00:00 O LS sampai 07:00:00 O LS dan 104:OO:OO O BT sampai 106:30:00 O BT (Gambar

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilakukan kurang lebih selama sebelas bulan yaitu sejak Februari 2009 hingga Januari 2010, sedangkan tempat penelitian dilakukan

Lebih terperinci

Gambar 1. Diagram TS

Gambar 1. Diagram TS BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Karakteristik Massa Air 4.1.1 Diagram TS Massa Air di Selat Lombok diketahui berasal dari Samudra Pasifik. Hal ini dibuktikan dengan diagram TS di 5 titik stasiun

Lebih terperinci

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR

ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR ANALISIS POLA SEBARAN DAN PERKEMBANGAN AREA UPWELLING DI BAGIAN SELATAN SELAT MAKASSAR Analysis of Upwelling Distribution and Area Enlargement in the Southern of Makassar Strait Dwi Fajriyati Inaku Diterima:

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian

BAHAN DAN METODE. Gambar 1 Peta Lokasi Penelitian III. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi yang dipilih untuk penelitian ini adalah Kabupaten Indramayu, Jawa Barat (Gambar 1). Penelitian dimulai dari bulan Juli 2010 sampai Januari

Lebih terperinci

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran

Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman Hamdani Universitas Padjadjaran PENENTUAN DAERAH PENANGKAPAN IKAN TONGKOL BERDASARKAN PENDEKATAN DISTRIBUSI SUHU PERMUKAAN LAUT DAN HASIL TANGKAPAN IKAN DI PERAIRAN UTARA INDRAMAYU JAWA BARAT Nadhilah Nur Shabrina, Sunarto, dan Herman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan terbesar di dunia, dengan luas laut 5,8 juta km 2 atau 3/4 dari total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Letak geografis dan kandungan sumber daya kelautan yang dimiliki Indonesia memberikan pengakuan bahwa Indonesia merupakan negara bahari dan kepulauan terbesar di dunia,

Lebih terperinci

PROPOSAL (REVISI) PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGI PEMANFAATAN INFORMASI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) DI SULAWESI SELATAN

PROPOSAL (REVISI) PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGI PEMANFAATAN INFORMASI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) DI SULAWESI SELATAN PROPOSAL (REVISI) PENGUATAN KAPASITAS DAERAH DAN SINERGI PEMANFAATAN INFORMASI ZONA POTENSI PENANGKAPAN IKAN (ZPPI) DI SULAWESI SELATAN Peneliti Utama: Anneke K S Manoppo, S.Pi Jenis Insentif: Percepatan

Lebih terperinci

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan

VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP. Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan VII. POTENSI LESTARI SUMBERDAYA PERIKANAN TANGKAP Fokus utama estimasi potensi sumberdaya perikanan tangkap di perairan Kabupaten Morowali didasarkan atas kelompok ikan Pelagis Kecil, Pelagis Besar, Demersal

Lebih terperinci

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel.

menunjukkan nilai keakuratan yang cukup baik karena nilai tersebut lebih kecil dari limit maksimum kesalahan rata-rata yaitu 0,5 piksel. Lampiran 1. Praproses Citra 1. Perbaikan Citra Satelit Landsat Perbaikan ini dilakukan untuk menutupi citra satelit landsat yang rusak dengan data citra yang lainnya, pada penelitian ini dilakukan penggabungan

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR PADA MUSIM TIMUR BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN BARAT ACEH ABSTRACT

IDENTIFIKASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR PADA MUSIM TIMUR BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN BARAT ACEH ABSTRACT 1 IDENTIFIKASI DAERAH PENANGKAPAN IKAN PELAGIS BESAR PADA MUSIM TIMUR BERDASARKAN SEBARAN SUHU PERMUKAAN LAUT DI PERAIRAN BARAT ACEH By Al Masshahul A la 1, T. Ersti Yulika Sari 2, Usman 2 1 Student at

Lebih terperinci

OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO

OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO PREDIKSI DAERAH TANGKAPAN IKAN MENGGUNAKAN CITRA NOAA AVHRR DAN PENDISTRIBUSIAN HASIL DENGAN MENGGUNAKAN WEB (STUDI KASUS : PERAIRAN SELATAN JAWA TIMUR DAN BALI) OLEH : SEPTIAN ANDI PRASETYO 3506100015

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan pada daerah kajian Provinsi Kalimantan Barat. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboratorium Fisik Remote Sensing dan Sistem

Lebih terperinci

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog.

2. GEO REFERENCING. A. Georeferencing menggunakan koordinat yang tertcantum dalam peta analog. G e o r e f e r e n c i n g 12 2. GEO REFERENCING Georeferencing merupakan proses pemberian reference geografi dari objek berupa raster atau image yang belum mempunyai acuan sistem koordinat ke dalam sistem

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Prosedur

MATERI DAN METODE. Prosedur MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Lokasi yang menjadi objek penelitian adalah Kawasan Usaha Peternakan (Kunak) sapi perah Kabupaten Bogor seluas 94,41 hektar, berada dalam dua wilayah yang berdekatan

Lebih terperinci

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur

Gambar 2. Peta Batas DAS Cimadur 11 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian DAS, Banten merupakan wilayah yang diambil sebagai daerah penelitian (Gambar 2). Analisis data dilakukan di Laboratorium Penginderaan Jauh

Lebih terperinci

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam

Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Pemetaan Perubahan Garis Pantai Menggunakan Citra Penginderaan Jauh di Pulau Batam Arif Roziqin 1 dan Oktavianto Gustin 2 Program Studi Teknik Geomatika, Politeknik Negeri Batam, Batam 29461 E-mail : arifroziqin@polibatam.ac.id

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012)

Gambar 6. Peta Lokasi Kabupaten Majalengka (Sumber : PKSKL IPB 2012) 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada tanggal 3 Juni 5 Juli 2013, meliputi pengumpulan data, pengolahan data, analisis data dan pengamatan lapangan (ground

Lebih terperinci

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit

Perumusan Masalah Bagaimana kondisi perubahan tutupan lahan yang terjadi di daerah aliran sungai Ciliwung dengan cara membandingkan citra satelit Latar Belakang Meningkatnya pembangunan di Cisarua, Bogor seringkali menimbulkan dampak tidak baik terhadap lingkungan. Salah satu contohnya adalah pembangunan yang terjadi di Daerah Aliran Sungai Ciliwung.

Lebih terperinci

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER

TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER TUTORIAL DASAR PERANGKAT LUNAK ER MAPPER Adhitya Novianto (G24080066) Geofisika Dan Meteorologi Institut Pertanian Bogor Alat dan Bahan Seperangkat alat komputer Perangkat lunak ER Mapper Pada tutorial

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA)

ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA) ANALISIS PERUBAHAN SUHU PERMUKAAN TANAH DENGAN MENGGUNAKAN CITRA SATELIT TERRA DAN AQUA MODIS (STUDI KASUS : DAERAH KABUPATEN MALANG DAN SURABAYA) Oleh : Dawamul Arifin 3508 100 055 Jurusan Teknik Geomatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai peluang pasar dan arti ekonomi cukup baik. digunakan untuk pertanian dan perkebunan. Dinas Pertanian adalah sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan lahan yang semakin meningkat, langkanya lahan pertanian yang subur dan potensial, serta adanya persaingan penggunaan lahan antara sektor pertanian

Lebih terperinci

PERAIRAN UTARA JAWA DENGAN CITRA SATELIT NOAiVAVHRR DAN PARAMETER OCEANOGRAFI SERTA DATA HASIL TANGKAPAN PADA

PERAIRAN UTARA JAWA DENGAN CITRA SATELIT NOAiVAVHRR DAN PARAMETER OCEANOGRAFI SERTA DATA HASIL TANGKAPAN PADA !. ;,; i 1,'2,, 9 STUD1 DAERAH PENANGKAPAN IKAN LAYANG (L)ecnpke?.~~s spp) Di PERAIRAN UTARA JAWA DENGAN CITRA SATELIT NOAiVAVHRR DAN PARAMETER OCEANOGRAFI SERTA DATA HASIL TANGKAPAN PADA MUSIN1 TLMUR

Lebih terperinci

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang

4 HASIL PENELITIAN. 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Statistik Produksi Ikan dan Telur Ikan Terbang 4.1.1 Produksi tahunan ikan dan telur ikan terbang Produksi ikan terbang (IT) di daerah ini dihasilkan dari beberapa kabupaten yang

Lebih terperinci

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun

Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun Perubahan Nilai Konsentrasi TSM dan Klorofil-a serta Kaitan terhadap Perubahan Land Cover di Kawasan Pesisir Tegal antara Tahun 1994-2012 Miftah Farid 1 1 Departemen Geografi, FMIPA UI, Kampus UI Depok

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai 27 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 5 bulan, yaitu pada bulan Maret sampai dengan Juli 2012. Data yang digunakan merupakan data mentah (raw data) dari

Lebih terperinci

Registrasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1

Registrasi Peta. Practical Module Geographic Information System STMIK-STIKOM Balikpapan Firmansyah, S.Kom. Page 1 Registrasi Peta Tujuan 1. Memahami Membuat Peta di Aplikasi Arcview 3.3 2. Mengetahui Konsep Koordinat 3. Mampu Melakukan Registrasi Citra Raster Alat dan Bahan 1. PC/Laptop 2. Modul Praktikum 3. Aplikasi

Lebih terperinci

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas

Gambar 1. prinsip proyeksi dari bidang lengkung muka bumi ke bidang datar kertas MODUL 3 REGISTER DAN DIGITASI PETA A. Tujuan Praktikum - Praktikan memahami dan mampu melakukan register peta raster pada MapInfo - Praktikan mampu melakukan digitasi peta dengan MapInfo B. Tools MapInfo

Lebih terperinci

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 26 4 KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Lamongan merupakan salah satu Kabupaten di Propinsi Jawa Timur. Secara astronomis Kabupaten Lamongan terletak pada posisi 6 51 54 sampai dengan

Lebih terperinci

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA

PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA PERUBAHAN LUAS EKOSISTEM MANGROVE DI KAWASAN PANTAI TIMUR SURABAYA Nirmalasari Idha Wijaya 1, Inggriyana Risa Damayanti 2, Ety Patwati 3, Syifa Wismayanti Adawiah 4 1 Dosen Jurusan Oseanografi, Universitas

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI

SISTEM INFORMASI GEOGRAFI SISTEM INFORMASI GEOGRAFI Sistem Informasi Geografis merupakan sistem berbasis computer yang didesain untuk mengumpulkan, mengelola, memanipulasi, dan menampilkan informasi spasial (keruangan)1. Yakni

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI DENGAN CITRA LANDSAT 8 (Studi Kasus: Laut Selatan Pulau Lombok, NTB)

ANALISIS KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI DENGAN CITRA LANDSAT 8 (Studi Kasus: Laut Selatan Pulau Lombok, NTB) JURNAL TEKNIK ITS Vol. X, No. X, (2016) ISSN: 2337-3539(2301-9271 Print) 1 ANALISIS KUALITAS AIR UNTUK BUDIDAYA RUMPUT LAUT EUCHEUMA COTTONI DENGAN CITRA LANDSAT 8 (Studi Kasus: Laut Selatan Pulau Lombok,

Lebih terperinci

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian

Gambar 6. Peta Lokasi Penelitian BAB III BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan waktu Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2013. Lokasi penelitian dilakukan di Perairan Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Provinsi

Lebih terperinci

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei

3. BAHAN DAN METODE. Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei 3. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian yang meliputi pengolahan data citra dilakukan pada bulan Mei sampai September 2010. Lokasi penelitian di sekitar Perairan Pulau Pari, Kepulauan Seribu,

Lebih terperinci

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA

PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA PENUNTUN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA DISUSUN OLEH Heron Surbakti dan Tim Asisten Praktikum Oseanografi Fisika LABORATORIUM OSEANOGRAFI PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

Bambang Sukresno*) Abstract

Bambang Sukresno*) Abstract PENGOLAHAN DATA SATELIT NOAA-AVHRR UNTUK PENGUKURAN SUHU PERMUKAAN LAUT RATA-RATA HARIAN (NOAA-AVHRR satellite Utilizing for daily average of sea surface temperature measurement ) Bambang Sukresno*) Abstract

Lebih terperinci

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS

MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA AQUA MODIS MODIFIKASI ALGORITMA AVHRR UNTUK ESTIMASI SUHU PERMUKAAN LAUT (SPL) CITRA Briliana Hendra P, Bangun Muljo Sukojo, Lalu Muhamad Jaelani Teknik Geomatika-ITS, Surabaya, 60111, Indonesia Email : gm0704@geodesy.its.ac.id

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM. Tahap implementasi ini adalah tahap untuk menjelaskan semua modul

BAB IV PENGUJIAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM. Tahap implementasi ini adalah tahap untuk menjelaskan semua modul BAB IV PENGUJIAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM 4.1 Implementasi Tahap implementasi ini adalah tahap untuk menjelaskan semua modul kepada user agar user dapat merespon apa yang dilakukan oleh user sehingga dapat

Lebih terperinci