BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyebab utama kematian anak di seluruh dunia. Pneumonia menyebabkan 1,1 juta kematian balita tiap tahunnya. Jumlah ini melebihi angka kematian gabungan akibat AIDS, malaria, dan tuberculosis (WHO, 2013). Diperkirakan setiap tahun lebih dari 95% kasus baru pneumonia terjadi di negara berkembang, terutama di Asia Tenggara dan Sub-Sahara Afrika. Indonesia merupakan salah satu dari 15 negara dengan kasus pneumonia pada balita tertinggi dan menduduki tempat ke-6 dengan jumlah kasus sebanyak 6 juta (Kartasasmita, 2010). Di Indonesia, prevalensi nasional pneumonia sebesar 2,13%. Nusa Tenggara Barat, Jawa Barat, dan Bangka Belitung adalah tiga provinsi dengan prevalensi pneumonia tertinggi. D.I. Yogyakarta memiliki prevalensi pneumonia pada balita terendah, sebesar 1.81% (Litbangkes, 2008). Dalam profil kesehatan tahun 2007 diketahui bahwa di Propinsi D.I Yogyakarta, pneumonia menduduki peringkat 1
ke-9 dari penyebab kematian di rumah sakit dengan kontribusi sebesar 2,26% (Dinkes Propinsi D.I. Yogyakarta, 2008). Pneumonia dapat disebabkan karena infeksi bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 70%-nya disebabkan oleh bakteri. Bakteri penyebab pneumonia tersering adalah H. influenzae (20%) dan S. pneumoniae (50%). Tatalaksana pneumonia sebaiknya disesuaikan dengan agen penyebabnya, namun karena berbagai kendala diagnostik etiologi semua pasien pneumonia diberikan antibiotika secara empiris (Setyoningrum, 2006). Pengobatan pneumonia dilakukan dengan menggunakan antibiotika spektrum luas yang bertujuan melawan langsung beberapa penyebab infeksi (Widjojo et al., 2008). Antibiotika adalah jenis obat yang paling banyak disalahgunakan baik di negara maju maupun berkembang. The Center for Disease Control and Prevention (CDC) menyebutkan bahwa tiap tahun 1/3 peresepan antibiotika di Amerika Serikat tidak didasarkan pada indikasi yang tepat (Keuleyan et al., 2010). Di Indonesia, penelitian pada RSUD Dr. Soetomo dan RSUD Dr. Kariadi tahun 2008 2
menunjukkan bahwa 84% pasien di rumah sakit mendapatkan resep antibiotika, 53% sebagai terapi, 15% sebagai profilaksis, dan 32% untuk indikasi yang tidak diketahui (Kemenkes RI, 2011). Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu jenis penyakit dengan pemberian antibiotika terbanyak (Dwiprahasto, 2006). Di negara - negara berkembang, ketepatan penggunaan antibiotika untuk kasus ISPA seperti pneumonia hanya sekitar 70% saja (Holloway & van Djik, 2011). Dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 2406/MENKES/PER/XII/2011 tentang Pedoman Umum Penggunaan Antibiotika, disebutkan bahwa pemberian terapi dengan antibiotika harus dilakukan secara tepat dan bijak dengan berbagai pertimbangan. Pemberian terapi yang tidak tepat dapat berdampak pada pengobatan yang kurang efektif, meningkatnya risiko terhadap keamanan pasien, meluasnya resistensi, dan tingginya biaya pengobatan. Salah satu cara untuk mewujudkan penerapan penggunaan antibiotika secara tepat dan bijak adalah dengan pemantauan yang intensif dan berkesinambungan (Depkes RI, 2011). 3
Berdasarkan hal tersebut maka dilakukan penelitian untuk mendapatkan gambaran mengenai pola pemberian antibiotika pada anak dengan pneumonia. Pola pemberian antibiotika ini akan ditinjau lebih lanjut untuk menilai kesesuaian terapi yang diberikan dengan pedoman tatalaksana pneumonia anak di rumah sakit yang diadaptasi dari Pocket Book of Hospital Care for Children, Guidelines for the Management of Common Illnesses with Limited Resources oleh WHO. Hasil dan simpulan penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan untuk memberikan masukan terkait pemberian antibiotika pada pneumonia di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito. I.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah pada penelitian ini adalah: - Beban penyakit pneumonia tinggi, terutama pada negara negara berkembang - Adanya kecenderungan pemberian antibiotika yang kurang tepat pada penyakit ISPA termasuk pneumonia - Ketidaktepatan pemberian antibiotika dapat berdampak pada penurunan mutu pelayanan kesehatan, keamanan pasien, dan tingginya resistensi kuman. 4
I.3 Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum: Mengetahui pola pemberian antibiotika pada pasien dengan pneumonia yang dirawat inap di Instalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito periode 2009 2012. 2. Tujuan Khusus: - Mengetahui antibiotika yang digunakan pada pneumonia anak - Mengetahui jumlah penggunaan antibiotika - Mengetahui jenis pemberian (tunggal atau kombinasi) - Mengetahui kesesuaian pemberian antibiotika pada pneumonia anak dengan Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. I.4 Keaslian Penelitian Penelitian mengenai pola pemberian antibiotika pada pasien pneumonia telah dilakukan di berbagai rumah sakit maupun puskesmas di Indonesia. Perbedaan mendasar dari penelitian dengan tema ini adalah subjek, lokasi, dan periode penelitian. Beberapa contoh penelitian tentang pola pemberian antibiotika yang pernah dilakukan dapat diamati pada Tabel 1.1. 5
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian No Pengarang,tahun 1 Suharjono et al., 2009 2 Kaparang et al., 2014 3 Tarigan & Masykur- Berawi, 2013 Judul Studi Penggunaan Antibiotika pada Penderita Rawat Inap Pneumonia (Penelitian di Sub Departemen Anak Rumkital Dr. Ramelan Surabaya) Evaluasi Kerasionalan Penggunaan Anitbiotika pada Pengobatan Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap RSUP Prof. DR. R.D.Kandou Manado periode Januari- Desember 2013 Kajian Peresepan Antibiotik Penyakit Pneumonia Pada Balita Di Puskesmas Kemiling Kota Bandar Lampung Periode Januari - Oktober Hasil Antibiotika tunggal yang paling banyak adalah ampisilin iv 26,92% dan sefotaksim iv 21,15%. Kombinasi adalah ampisilin iv/po +kloksasilin iv/po 13,46% dan kloksasilin iv + seftriakson iv 5,77%. Regimentasi dosis antibiotika sesuai pustaka sebesar 56,1%. Antibiotika yang paling banyak digunakan yaitu kombinasi ampisilin - kloramfenikol (26,42%). Evaluasi penggunaan antibiotika adalah 100% tepat pasien, 100% tepat indikasi, 100% tepat obat, 8,93% tepat dosis, dan 11,61% tepat durasi. Antibiotika tunggal yang diberikan adalah kotrimoksazol (76.6%) dan amoksisilin (23.4%). 88.65% dalam bentuk sirup dan 11.35% dalam bentuk serbuk terbagi. 79.72% tepat dosis, 100% tepatan jenis antibiotika dan 81.95% tepat durasi pemberian. 6
I.5 Manfaat Penelitian 1. Manfaat untuk Pelayanan Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi penggunaan antibiotika pada kasus rawat inap pneumonia di Intalasi Kesehatan Anak RSUP Dr. Sardjito sehingga bisa menjadi pertimbangan untuk pemantauan, evaluasi, dan perencanaan pengadaan antibiotika pada tahun berikutnya. 2. Manfaat untuk Pendidikan Penelitian ini bisa memberikan gambaran dan tambahan wawasan tentang antibiotika yang diberikan untuk penanganan pneumonia pada anak. 3. Manfaat untuk Penelitian Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pembuatan KTI terkait pola pemberian antibiotika. 7