BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Surabaya merupakan kota yang memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan menyumbang pendapatan Negara yang sangat besar. Surabaya juga merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang pesat di Kota Surabaya menyebabkan perubahan lingkungan yang tidak dapat dihindari. Tingginya pembangunan bangunan gedung telah mengubah lahan-lahan terbuka yang semula hijau sebagai tempat resapan air menjadi kawasan permukiman maupun kawasan bisnis. Selain itu pertumbuhan penduduk Surabaya beserta daerah lain disekitarnya menjadi area metropolitan dapat berdampak buruk bagi lingkungan apabila tidak direncanakan dengan baik. Terdapat kemiripan antara Jakarta dan Surabaya dalam proses perkembangan kotanya. Jakarta dan Surabaya memiliki keadaan geografis yang hampir mirip, yakni sama-sama berada di pantai utara Jawa dengan aktivitas perekonomian yang tinggi sehingga dikhawatirkan memiliki kemiripan serupa pula dalam permasalahan-permasalahannya. Salah satu persamaan dari permasalahan tersebut adalah ancaman banjir, baik karena arus pasang-surut (banjir rob), kenaikan muka air laut, maupun banjir akibat luapan sungai akibat tata kota yang kurang baik. Mengingat peranan Surabaya yang sedemikian penting, maka gangguan genangan banjir yang melanda Surabaya dapat 1
berdampak luas terhadap kelancaran roda perekonomian, menggangu kesehatan dan kenyamanan hidup masyarakat Kota Surabaya dan sekitarnya. Banjir merupakan bencana yang paling sering terjadi dari semua bencana alam. Dalam kurun 20 tahun, jumlah peristiwa banjir yang dilaporkan telah meningkat secara signifikan. Jumlah manusia yang terkena dampak dari banjir dan kerugian finansial, ekonomi, dan asuransi juga telah meningkat. Pada tahun 2010 sendiri, 178 juta manusia terkena dampak banjir. Penduduk di perkotaan lebih rentan dan menanggung risiko bahaya lebih besar terhadap banjir, karena terdapat kepadatan populasi yang besar dalam suatu tempat sehingga lebih besar dampaknya. Banjir perkotaan mengandung tantangan serius untuk pembangunan dan kehidupan manusia, terutama bagi para penduduk yang tinggal di wilayah urban Negara-negara berkembang (World Bank, 2012). Banjir dapat disebabkan oleh proses-proses dari : aliran sungai, hujan setempat yang tinggi, genangan pasang air laut yang sangat tinggi, gelombang pasut, gelombang badai, submergence oleh kenaikan muka air laut (yang relatif berjalan lambat tetapi terus berlanjut, amblesan (subsidence), perosokan (settlement), pemadatan tanah (compaction), maupun karena kondisi bawaan morfologi setempat yang merupakan daerah rentan dan rawan banjir (Ongkosongo, 2010). Banjir juga dapat disebabkan oleh melimpahnya air laut ke daratan karena elevasi air laut lebih tinggi dari elevasi daratan atau karena air laut terdorong oleh angin yang sangat kuat ke arah darat. Pemanasan global, cuaca ekstrem, dan perubahan iklim global menyebabkan pencairan es di kutub dan pemuaian air laut, 2
sehingga permukaan air laut mengalami kenaikan secara drastis.menurut IPCC (2001), pada tahun 2100 diperkirakan kenaikan muka air laut secara global meningkat sekitar 88-95cm. Hal ini tentunya belum dikombinasikan dengan keadaan cuaca ekstrem berupa tingginya gelombang dan ombak yang menerjang daerah pesisir. Apabila dikombinasikan dengan ketinggian gelombang maka semakin banyak daerah di pinggir laut yang tenggelam. Hasil pemodelan IPCC (2001) menunjukkan Indonesia berpotensi kehilangan 34.000 km 2 atau setara dengan 1,9% luas nasional apabila muka air laut mengalami kenaikan sebesar 60 cm.karena Kota Surabaya termasuk daerah yang berbatasan langsung dengan laut, maka kota ini memiliki risiko tenggelam oleh banjir akibat kenaikan air laut yang semakin tinggi di masa depan. Banjir air laut yang masuk ke perkotaan dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Dampak buruk tersebut merugikan masyarakat karena banyak bangunan infrastruktur yang terkena genangan banjir. Infrastruktur merupakan prasana publik dalam mendukung kegiatan ekonomi suatu Negara dan penggunaan infrastruktur sangat menentukan tingkat efisiensi dan efektivitas kegiatan ekonomi. Kerugian akibat tidak berfungsi atau rusaknya infrastruktur yang disebabkan banjir tentu saja sangat besar dan berpengaruh besar terhadap masyarakat yang menggantungkan hidupnya dari infrastruktur tersebut seperti bangunan perkantoran, industri, pelabuhan, sektor jasa, dan lain sebagainya. Dalam rangka mengatasi ancaman banjir yang dapat terjadi di Surabaya, diperlukan suatu cara untuk pencegahan banjir. Pencegahan tersebut dapat 3
dilaksanakan dengan cara menyediakan suatu informasi berupa gambaran secara spasial mengenai perkiraan wilayah yang rawan terhadap banjir dan luasannya. Dengan suatu gambaran secara spasial ini maka dapat diperkirakan seberapa besar dampak yang dapat ditimbulkan dari banjir tersebut sehingga dapat dijadikan sebagai suatu peringatan dini bagi masyarakat dan acuan bagi pemerintah setempat untuk meminimalisir kerugian yang dapat terjadi. Informasi dan gambaran untuk melakukan perkiraan banjir didapatkan dengan cara mengumpulkan data yang diperoleh langsung dari lapangan. Data yang didapatkan langsung dari lapangan akurasinya cukup baik akan tetapi membutuhkan waktu yang lama serta biaya yang lebih banyak dan juga tenaga yang banyak. Dari kondisi inilah diperlukan suatu teknik yang mudah, murah, dan cepat untuk mendukung ketersediaan data, yaitu dengan teknik penginderaan jauh. Teknik penginderaan jauh dapat memberikan suatu informasi yang cukup representative, dengan waktu yang lebih singkat, biaya relative murah dan tenaga yang dikeluarkan juga tidak banyak, sehingga penyadapan data di lapangan dapat dilakukan seminimal mungkin (Sutanto, 1986). 1.2. Rumusan Masalah Kenaikan muka air laut di masa yang akan datang akibat pemanasan global dapat menyebabkan kota-kota di pinggir laut mengalami kebanjiran, salah satunya Surabaya. Banjir di Surabaya dapat menimbulkan dampak buruk dan kerugian bagi penduduknya. Kerugian tersebut sangatlah besar, karena Surabaya merupakan pusat perekonomian di Provinsi Jawa Timur dan salah satu daerah 4
penyumbang pendapatan nasional yang besar.permasalahan yang dikemukakan dalam penelitian ini dapat diwujudkan dalam tiga poin pertanyaan sebagai berikut : 1. Seberapa tingkat kerawanan banjir pada daerah penelitian? 2. Seberapa besar potensi luas genangan banjir di daerah penelitian? 3. Seberapa besar potensi penggunaan lahan yang terkena dampak? Berdasarkan pertanyaan tersebut maka penelitian ini berjudul Pemodelan dan Analisis Dampak Banjir Pesisir Surabaya Akibat Kenaikan Air Laut Menggunakan Sistem Informasi Geografis. 1.3. Tujuan Penelitian Atas dasar latar belakang dan permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Melakukan pemetaan tingkat kerawanan banjir 2. Membuat model genangan banjir pada daerah penelitian 3. Mengetahui luas penggunaan lahan yang terkena dampak banjir 1.4. Manfaat Penelitian Peta potensi genangan banjir yang dihasilkan dapat digunakan untuk memberikan gambaran tingkat kerawanan banjir dan persebarannya, sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam strategi penanggulangan, perencanaan, dan pembangunan daerah rawan banjir baik di Surabaya maupun daerah-daerah lain di Indonesia. 5