BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI 4.1 Letak dan Luas Desa Curug Desa Curug merupakan sebuah desa dengan luas 1.265 Ha yang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Desa Curug terletak pada ketinggian sekitar 135 170 m di atas permukaan laut dan merupakan Daerah Aliran Sungai (DAS) dengan sungai besar yang mengalir melewati desa ini bernama Sungai Cibeureum. Berbatasan sebelah Utara dengan Desa Tegalwangi dan Desa Koleang, sebelah Timur dengan Desa Jasinga dan Desa Jugalajaya. Pada tahun 2007, Desa Curug melakukan pemekaran dengan membagi wilayahnya di sebelah Selatan menjadi sebuah Desa yang terpisah dengan nama Desa Wirajaya. Sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Guradog, Kecamatan Maja, Kabupaten Lebak. 4.2 Kependudukan Desa Curug penduduk di desa ini 5.016 jiwa dengan proporsi laki-laki 2.548 jiwa dan perempuan 2.468 jiwa. Terdiri dari 1.136 keluarga dan 70 persen diantaranya memiliki mata pencaharian utama di bidang pertanian, dengan 397 keluarga beranggotakan buruh tani. Pada saat penelitian, tidak tersedia kelengkapan data monografi Desa Curug. Kekurangan data ini menyebabkan peneliti sulit untuk menghitung jumlah penduduk desa menurut usia dan tingkat pendidikan. Peneliti telah mencoba untuk mencari sumber data dari kecamatan, tetapi sayangnya data monografi Desa Curug memang belum diperbaharui.
Tabel 1. Penduduk Desa Curug menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2010/2011 No. Golongan Umur (tahun) Laki-laki Perempuan Laki-laki dan Perempuan 1. 0-4 228 47.2 255 52.8 483 2. 5-9 250 49.0 260 50.9 510 3. 10-14 250 49.0 260 50.9 510 4. 15-19 232 50.1 231 49.9 463 5. 20-24 216 49.5 220 50.5 436 6. 25-29 214 50.8 207 49.2 421 7. 30-34 222 51.9 206 48.1 428 8. 35-39 195 50.1 194 49.9 389 9. 40-44 185 50.7 180 49.3 365 10. 45-49 197 55.8 156 44.2 353 11. 50-54 169 55.8 134 44.2 303 12. 55-59 159 57.6 117 42.4 276 13. 60-64 14. >= 65 Tabel 2. Penduduk Desa Curug menurut Tingkat Pendidikan dan Jenis Kelamin Tahun 2010/2011 No. Laki-laki Perempuan Tingkat Laki-laki Pendidikan dan Perempuan 1. Belum sekolah 106 50.48 104 49.52 210 2. Sekolah Dasar / 3. Tamat SD / 782 58.05 565 41.95 1347 4. Tamat SMP / 259 54.30 218 45.70 477 5. Tamat SMA / 93 63.27 54 36.73 147 6. Tamat Akademi / Diploma 7. Tamat Sarjana 8. Tamat Pascasarjana
Sebagian besar masyarakat memiliki anggapan bahwa bekerja di desa tidak akan berkembang, dan tingkat pendidikan yang lebih tinggi dari SD dan SMP lebih memilih bekerja di kota. Masyarakat yang berpendidikan lebih tinggi dari SMA jarang sekali membawa hasil pendidikannya ke desa untuk mengembangkan desanya, sehingga terlihat pada Tabel 2 bahwa tingkat pendidikan masyarakat cenderung lulusan SD/. Salah seorang responden pada saat wawancara mengakui bahwa hanya beliau seorang yang merupakan PNS dan menjabat sebagai staf desa. Berikut dituturkan oleh MSY (46 Tahun): Warga desa ini jarang yang ngelanjutin sekolah pak, paling-paling cuman sampai SD. Sekolah emang jauh dan mahal lagi (biayanya). Disini staf desa yang PNS cuman saya, pak kades saja bukan PNS kan. Ya walaupun gaji staf desa ga seberapa, tapi alhamdulillah saya masih bertahan disini. Saya punya pabrik karet juga soalnya kan. 4.3 Ekonomi Desa Curug Masyarakat di Desa Curug rata-rata mempunyai sawah dan lahan kering baik berupa kebun ataupun pekarangan, namun dengan luas yang dapat dibilang relatif sempit. Pengairan untuk sawah-sawah tersebut menggunakan sistem tadah hujan, hampir semua masyarakat tidak menggunakan sistem irigasi untuk mengairi sawah mereka. Tabel 3. Luas Lahan menurut Penggunaannya di Desa Curug Tahun 2010/2011 No. Jenis Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase 1. Sawah 104-2. Pertanian lahan kering 1265-3. Perumahan 27-4. Pekarangan 11-5. Perkebunan rakyat 500-6. Perkebunan swasta besar 400-7. Hutan rakyat - - 8. Hutan konsesi HPH - - 9. lain-lain - - - -
Seperti halnya jumlah penduduk menurut usia dan tingkat pendidikan, data mengenai luas lahan menurut penggunaannya di Desa Curug tidak tersedia seluruhnya, sehingga luas penggunaan lahan Desa Curug tidak dapat dipersentasikan. Bahkan peneliti menemukan kejanggalan, yaitu jumlah luas lahan dari data yang tersedia pada Tabel 3 bila dikalkulasikan melebihi jumlah luas lahan Desa Curug yang tertulis pada daftar Potensi Desa (BPS, 2008). Lahan sawah masyarakat hampir semua ditanami padi, sedangkan pekarangan selain dibangun rumah juga ditanami tanaman yang dapat menunjang kebutuhan hidup keluarga sehari-hari seperti pisang, kelapa, manggis, dan lainlain. Lahan kebun yang dimiliki masyarakat didominasi oleh tanaman karet, sengon, dan bambu. Petani di Desa Curug memiliki sebutan yang berbeda-beda untuk pohon sengon (Paraserianthes falcataria). Beberapa menyebut pohon sengon seperti biasa, namun ada pula yang menyebutnya dengan albasia, ambon, atau jengjeng. Keseluruhan sebutan tersebut merujuk pada satu jenis tanaman yang sama. Mata pencaharian masyarakat tidak terlalu beragam, dengan jumlah paling banyak menjadi petani penyadap karet. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pabrik karet (lateks) yang dimiliki oleh beberapa masyarakat lokal. Pekerjaan sampingan masyarakat mulai dari staf desa, guru, buruh (buruh angkut kayu, buruh bangunan, buruh tani), dan pedagang. Hakim (2009) mengatakan salah satu ciri utama hutan rakyat adalah unit pengelolaan (manajemen unit)-nya adalah skala rumahtangga dengan bentuk kepemilikannya berbentuk girik atau tanah adat yang terdaftar pada Kantor Kepala Desa dengan luasan areal lahannya rata-rata dibawah 1 (satu) hektar. Penguasaan lahan oleh masyarakat Desa Curug sudah difasilitasi oleh pemerintah, dalam hal ini Desa, setelah adanya persetujuan atas permohonan penggarapan tanah adat oleh masyarakat dari eks HGU PTPP Jasinga. Pada tahun 1953, masyarakat sudah memiliki girik atau sekarang disebut Surat Keterangan Desa (SKT) sebagai bukti kepemilikan lahan mereka. Usaha Kayu Rakyat banyak dilakukan oleh masyarakat, baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar. Untuk skala kecil, petani kayu lebih cenderung melakukan tebang butuh, atau menebang kayu apabila membutuhkan uang
untuk berbagai keperluan saat itu. Hal ini diakui masyarakat karena mereka mengalami kekurangan modal untuk melakukan budidaya, baik untuk memperoleh bibit unggul maupun perawatan dari pohon-pohon tersebut. Akan tetapi masyarakat merasa sudah memiliki pengetahuan yang cukup mengenai usaha kayu rakyat ini. Pada tahun 2010 masyarakat pernah mengusulkan pembukaan lahan seluas 35 Ha untuk penanaman sengon disertai permintaan bantuan bibit, dengan mengajukan kepada BP3K, tetapi hingga saat ini belum mendapat respon positif. 4.4 Sarana dan Prasarana Desa Curug Sarana dan prasarana pendidikan di Desa Curug terdapat 4 Sekolah Dasar Negeri, 1 buah Madrasah Diniyah (setingkat SD), 1 buah SMPN Negeri, dan 2 Pesantren. Jarak Taman Kanak-Kanak terdekat sejauh 5 km dari Kantor Desa, sedangkan jarak SMAN terdekat sejauh 6 km dan SMK terdekat sejauh 9 km. Desa Curug memiliki 1 puskesmas pembantu/poliklinik, dengan 1 dokter dan 2 bidan. Untuk sarana keagamaan, desa ini memiliki 5 buah mesjid dan 5 buah mushola karena penduduknya mayoritas beragama islam. Sarana olahraga yang terdapat di desa ini berupa 5 lapangan sepakbola dan 2 lapangan bulutangkis. Sebagian masyarakat telah menggunakan aliran listrik dari PLN, namun hingga kini belum terdapat penerangan di sepanjang jalan utama menuju desa. Bahan bakar keluarga yang sering digunakan adalah kayu bakar, walaupun beberapa keluarga telah menggunakan gas sebagai bahan bakar untuk memasak. Berdasarkan data Potensi Desa tahun 2008, masih terdapat pemukiman kumuh sejumlah 120 rumah dengan 132 keluarga, dan tersebar di 5 lokasi. Masyarakat masih sering memanfaatkan sungai Cibeureum untuk kebutuhan sehari-hari seperti mandi, mencuci, bahkan minum. Sangat memprihatinkan karena sebagian besar masyarakat belum memiliki pembuangan air yang memadai untuk keperluan buang air besar, dan beberapa masyarakat melakukan buang air di sungai tersebut.