PENINGKATAN KOMUNIKASI MATEMATIS MELALUI MODEL TSTS SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 24 PURWOREJO Bintari, Puji Nugraheni, Erni Puji Astuti Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo Email: bintari_20@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan komunikasi matematis dan hasil belajar matematika pada siswa kelas VII D SMP Negeri 24 Purworejo dengan menggunakan model Two Stay Two Stray (TSTS). Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode tes. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat peningkatan komunikasi matematis dan peningkatan hasil belajar matematika siswa. Persentase komunikasi matematis meningkat dari 54,13% pada siklus I menjadi 65,56% pada siklus II. Peningkatan persentase komunikasi matematis diikuti dengan peningkatan hasil belajar matematika siswa dengan peningkatan rerata hasil belajar matematika yaitu 59,33 pada siklus I menjadi 66,73 pada siklus II. Kata kunci: model TSTS, komunikasi matematis, hasil belajar matematika PENDAHULUAN Tujuan pembelajaran akan tercapai jika siswa berusaha aktif baik secara fisik maupun secara kejiwaan yang ditunjukkan dengan materi belajar. Siswa harus berusaha memecahkan masalah, menemukan sesuatu bagi diri sendiri dan selalu bergulat dengan ide-ide supaya memahami konsep dan benar-benar mengerti dalam menerapkan ilmu pengetahuan mereka. Dalam penerapan konsep matematika, didukung oleh kemampuan penalaran dan komunikasi yang relevan. Melalui komunikasi matematis, ide-ide matematika dapat dicerminkan, diperbaiki, didiskusikan, dan dikembangkan. Menurut Silver, Kilpatrick, dan Schlesinger dalam NCTM (2000: 61) Komunikasi dapat mendukung pembelajaran siswa dalam menemukan konsep matematika yang baru misalnya mereka memahami situasi, menggambarkan, menggunakan benda, memberikan perhitungan secara lisan serta menjelaskan, menggunakan diagram, menuliskan dan menggunakan simbol matematika. 24 Purworejo 87
Ketidakpahaman konsep dapat diidentifikasi dan diketahui. Segi manfaatnya, komunikasi matematika mengingatkan siswa bahwa mereka memiliki tanggung jawab kepada guru untuk belajar memahami mata pelajaran. Berdasarkan teori maka diperoleh bahwa indikator komunikasi matematis yaitu menuliskan informasi yang diperoleh dari soal matematika ke dalam ide matematika, membuat sketsa atau gambar dari soal matematika ke dalam ide matematika, menuliskan alasan-alasan/bukti-bukti dalam menjawab soal dengan tepat, mengubah masalah/soal uraian ke dalam model matematika, menuliskan istilah-istilah atau notasi-notasi dengan tepat, menuliskan jawaban yang sesuai dengan maksud soal, mengambil kesimpulan dari proses pengerjaan yang dilihat dari hasil/jawaban akhir pengerjaan. Namun karena karakteristik matematika yang sarat dengan istilah dan simbol, maka tidak jarang ada siswa yang mampu menyelesaikan soal dengan baik tetapi tidak mengerti apa yang dikerjakannnya. Oleh karenanya kemampuan komunikasi matematis perlu dikembangkan dalam diri siswa. Berdasarkan observasi di SMP N 24 Purworejo, diperoleh keterangan bahwa diantara kelas-kelas lain yang tingkat komunikasi matematisnya paling rendah adalah siswa kelas VII D yang ditunjukkan oleh sebagian besar siswanya yang masih kesulitan dalam mengubah soal matematika ke dalam model matematika. Hal ini menunjukkan kurangnya kemampuan siswa dalam mengilustrasikan ide-ide matematika ke dalam bentuk uraian yang relevan. Tentu saja hal ini berpengaruh pada kurangnya kemampuan siswa dalam mengubah bentuk uraian ke dalam model matematika. Selain itu penggunaan model pembelajaran yang digunakan oleh guru kurang variatif dan optimal sehingga menyebabkan masih rendahnya nilai siswa khususnya dalam pelajaran matematika. Pelajaran matematika dianggap sebagai pelajaran yang cukup sulit dibandingkan dengan pelajaran yang lainnya. Untuk itu perlu diupayakan metode pembelajaran yang dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk dapat menyampaikan ide-ide matematika. Salah 88 24 Purworejo
satunya, yaitu menggunakan metode pembelajaran TSTS. Kelebihan dalam model TSTS adalah siswa cenderung akan aktif dalam pembelajaran karena mendapatkan peran, pemahaman siswa akan bertambah karena adanya pertukaran informasi dalam satu kelompok ke kelompok lain, pembelajaran di kelas cenderung mengasyikkan sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan komunikasi matematis, dan diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika. Menurut Suprijono (2009: 93-94) Langkah - langkah Two Stay Two Stray (TSTS) adalah sebagai berikut. 1. Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok yang setiap kelompok berjumlah 4 orang. 2. Guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus mereka diskusikan jawabannya. 3. Setelah diskusi intrakelompok usai, dua orang dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya untuk bertamu kepada kelompok yang lain. 4. Anggota kelompok yang tidak mendapat tugas sebagai duta (tamu) mempunyai kewajiban menerima tamu dari suatu kelompok. Tugas mereka adalah menyajikan hasil kerja kelompoknya kepada tamu tersebut. 5. Dua orang yang bertugas sebagai tamu diwajibkan bertamu ke semua kelompok. 6. Jika mereka telah usai menunaikan tugasnya, mereka kembali ke kelompoknya masing-masing. 7. Setelah kembali ke kelompok asal, baik peserta didik yang bertamu maupun mereka yang bertugas menerima tamu mencocokkan dan membahas hasil kerja yang telah mereka tunaikan. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan komunikasi matematis dan hasil belajar matematika siswa kelas VII D SMP Negeri 24 Purworejo dengan menggunakan model pembelajaran TSTS. Sebagai bahan pertimbangan, dikemukakan hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan pembelajaran matematika menggunakan model TSTS. Almiati (2011) melakukan penelitian 24 Purworejo 89
tentang efektifitas pembelajaran matematika untuk meningkatkan kualitas pembelajaran siswa kelas XII RPL 1 SMK Negeri 8 Semarang. Purmiati (2012) melakukan penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan aktivitas belajar IPA siswa kelas VII D SMP N 7 Purworejo. Ana Pratiwi (2011) tentang efektifitas strategi pembelajaran Reciprocal Teaching dalam model Two Stay-Two Stray terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi kelas X SMA N 1 Gondang Tulungagung. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Penelitian ini dibagi dalam dua siklus dengan tiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 24 Purworejo kelas VII D tahun pelajaran 2012/2013 yang berjumlah 30 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan metode Tes. Instrumen berupa soal essay yang berjumlah 10 butir soal diberikan kepada siswa pada setiap akhir siklus, dimana tes tersebut digunakan untuk mengukur komunikasi matematis dan hasil belajar siswa. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menghitung persentase hasil tes komunikasi matematis dan menghitung rerata hasil belajar siswa. Penelitian menggunakan model pembelajaran TSTS dikatakan berhasil jika rerata persentase komunikasi matematis telah mencapai 60% atau lebih dan rerata nilai tes hasil belajar matematika 65. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menunjukkan bahwa komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II dari 54,13% menjadi 65,56%. Peningkatan komunikasi matematis tersebut juga diikuti dengan peningkatan hasil belajar siswa. Pada siklus I siswa kesulitan dalam berdiskusi dan cenderung mengobrol dengan temannya karena dalam satu kelompok hanya tersedia 1 LKS, sehingga banyak yang mengerjakan LKS hanya 90 24 Purworejo
satu siswa saja. Pada saat kegiatan bertukar informasi siswa yang berperan sebagai tamu, tidak mengerti apa yang harus diinformasikan. Siswa masih malu dan canggung untuk mempresentasikan hasil kerja kelompoknya. Sehingga rerata hasil belajar matematika 59,33 dan rerata hasil komunikasi matematis mencapai 54,13% maka hasil yang diperoleh belum mencapai indikator keberhasilan. Oleh karena itu, peneliti melanjutkan ke siklus II. Langkah-langkah yang diambil untuk memperbaiki kekurangan pada siklus I adalah dalam satu kelompok, setiap anggota diberikan LKS agar aktif dan berdiskusi dalam mengerjakan LKS sehingga tidak banyak siswa yang mengobrol. Guru meminta kepada siswa yang berperan sebagai tamu untuk menyiapkan pertanyaan tentang materi yang dijadikan sebagai bahan diskusi saat bertamu. Siswa yang berani mempresentasikan hasil kerja kelompoknya diberikan penghargaan. Berdasarkan pengamatan kegiatan pembelajaran dan hasil belajar selama pelaksanaan kegiatan pembelajaran siklus II diperoleh rerata hasil belajar 66,73 dan rerata hasil komunikasi matematis mencapai 65,56% maka penelitian ini dihentikan karena sudah mencapai indikator keberhasilan. Uraian di atas menunjukkan model pembelajaran TSTS dapat meningkatkan komunikasi matematis dan hasil belajar siswa kelas VII D SMP Negeri 24 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Sehingga, model pembelajaran TSTS merupakan model pembelajaran yang tepat yang menuntut komunikasi matematis. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan data hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran TSTS dapat meningkatkan komunikasi matematis dan hasil belajar matematika siswa kelas VII D SMP Negeri 24 Purworejo tahun pelajaran 2012/2013. Komunikasi matematis siswa mengalami peningkatan setelah dilaksanakan model pembelajaran TSTS yaitu pada siklus I 54,13% menjadi 65,56% pada siklus II. Sedangkan Hasil belajar siswa mengalami peningkatan 24 Purworejo 91
yaitu rerata hasil tes evaluasi akhir siklus I sebesar 59,33 menjadi 66,73 pada akhir siklus II. Saran yang diajukan peneliti adalah model pembelajaran TSTS dapat membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar. Pengaturan waktu untuk tiap kegiatan perlu diperhatikan agar tidak melebihi alokasi waktu pembelajaran dengan menggunakan model ini. Guru perlu memperhatikan kondisi kelas agar dapat memberikan bimbingan dan kerjasama dengan teman satu kelas yang kurang dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran TSTS dapat dikembangkan dan diterapkan pada materi lain dengan harapan dapat meningkatkan komunikasi matematis dan hasil belajar siswa. DAFTAR PUSTAKA The National Council of Teacher of Mathematic (NCTM). 2000. Principles and Standards for School Mathematic. US. Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Almiati. 2012. Efektivitas Penggunaan Model Pembelajaran Two Stay Two Stay Terhadap Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika Siswa SMK Negeri 8 Semarang Dalam Materi Integral. Skripsi: IKIP PGRI Semarang. [Online]. Diakses dari http://e-jurnal.ikippgrismg.ac.id /index.php/aksioma/article/view/230. Pada jumat, 15 Maret 2013. Pukul 15.30 WIB. Pratiwi, Ana. 2011. Efektivitas Strategi Pembelajaran Reciprocal Teaching dalam Model Two Stay-Two Stray Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi (Studi Pada Siswa Kelas X SMAN 1 Gondang Tulungagung). Skripsi: Universitas Negeri Malang. [Online]. Diakses dari http://library.um.ac.id/free contents/printjournal.php/49316.html. Pada jumat, 15 Maret 2013. Pukul 15.30 WIB. Purmiati. 2012. penerapan Metode Kooperatif tipe Two Stay Two Stray Untuk peningkatan Aktivitas Belajar IPA Siswa di SMP Negeri 7 Purworejo. Skripsi, tidak diterbitkan. Universitas Muhammadiyah Purworejo. 92 24 Purworejo