KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Frinawaty Lestarina Barus, 2014 Realisasi kesantunan berbahasa politisi dalam indonesia lawyers club

BAB V PEMANFAATAN HASIL ANALISIS KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB SEBAGAI BAHAN AJAR

DAFTAR ISI. BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 31

Oleh: Budi Cahyono, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Adi Dwi Prasetio, 2015

BAB V PENUTUP. Kelas Siswa Kelas XI SMA N 1 Sleman, implikasi penelitian ini bagi pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. berupasistemlambangbunyiujaranyang kompleks dan aktif. Kompleks,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia satu dengan lainnya. Manusia pasti menggunakan bahasa untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah sarana yang digunakan manusia untuk

I. PENDAHULUAN. universal. Anderson dalam Tarigan (1972:35) juga mengemukakan bahwa salah

BAB I PENDAHULUAN. penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya. Menurut Kridalaksana

BAB I PENDAHULUAN. sedang mengalami perubahan menuju era globalisasi. Setiap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesantunan berbahasa pada hakikatnya erat kaitannya dengan hubungan

Jurnal Sasindo Unpam, Volume 3, Nomor 3, Desember 2015 PELANGGARAN PRINSIP-PRINSIP KESOPANAN PADA MEMO DINAS DI SALAH SATU PERGURUAN TINGGI DI BANTEN

I. PENDAHULUAN. Manusia umumnya mempunyai bidang keahlian untuk menunjang kelangsungan

2015 REALISASI PRINSIP RELEVANSI PADA ACARA INDONESIA LAWYERS CLUB DI TV ONE

BAB I PENDAHULUAN. makhluk hidup, terutama bagi kehidupan manusia. Setiap manusia akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu bagian penting dalam interaksi sosial manusia adalah komunikasi

KESANTUNAN BERBAHASA SIDANG DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH: KAJIAN BERDASARKAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan. Proses pendidikan

ABSTRAK

BAB II KAJIAN TEORI. Fraser dalam Irawan (2010:7) mendefinisikan kesopanan adalah property

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Diajukan oleh: RIZKA RAHMA PRADANA A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. digunakan sebagai alat komunikasi oleh masyarakat untuk menunjang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesopanan merupakan adat sopan santun, tingkah laku (tutur kata) yang baik

Oleh: Wenny Setiyawan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Muhamadiyah Purworejo

WUJUD KESANTUNAN BERBAHASA DALAM BUKU AJAR BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR TINGKAT RENDAH KARANGAN MUHAMMAD JARUKI

Prinsip Kerjasama Dan Kesantunan Pada Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan Pendekatan Saintifik

BAB I PENDAHULUAN. Rapat sudah menjadi bagian dalam kehidupan sehari-hari. Rasanya tidak

KESANTUNAN BERBAHASA GURU DAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP NEGERI 5 JEMBER. Suci Indah Karunia

III. METODE PENELITIAN. Dalam metode penelitian ini akan dipaparkan rancangan penelitian, sumber data

I. PENDAHULUAN. Bagian pendahuluan dalam tesis ini terdiri dari, latar belakang yang berisi hal-hal

BAB VII SIMPULAN DAN SARAN. Tesis ini membahas tentang pelanggaran maksim-maksim prinsip

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para

BAB I PENDAHULUAN. dalam pikiran kita. Dengan demikian bahasa yang kita sampaikan harus jelas dan

B. KOMPETENSI DASAR 3.1 Memahami pengetahuan dasar geografi dan terapannya dalam kehidupan seharihari.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa berperan penting bagi kehidupan manusia sebagai alat komunikasi, untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pada hakikatnya, manusia adalah makhluk sosial, di dalam dirinya

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa memiliki peranan penting dalam berkomunikasi yaitu untuk

Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Bahasa Jerman

ANALISIS PENYIMPANGAN MAKSIM KERJASAMA DAN AKSIM KESOPANAN DALAM WACANA KARTUN PADA URAT KABAR KOMPAS (TINJAUAN PRAGMATIK)

BAB IV PENUTUP. Skripsi ini membahas tentang pematuhan dan pelanggaran maksim-maksim

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dilakukan secara lisan maupun tertulis. Melalui bahasa, manusia berinteraksi

KESANTUNAN DAN FUNGSI PRAGMATIK WACANA TANYA JAWAB KONSULTASI REMAJA RUBRIK DEAR MBAK PIPIET KORAN SUARA MERDEKA SKRIPSI

PENERAPAN PRINSIP KERJASAMA DALAM DIALOG ILC (INDONESIA LAWYERS CLUB), TINJAUAN PRAGMATIK

BAB I PENDAHULUAN. dalam masyarakat untuk menyampaikan pesan, ungkapan perasaan, dan emosi

I. PENDAHULUAN. keinginan, dan perbuatan-perbuatannya, serta sebagai alat untuk memengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan kunci utama dalam berkomunikasi. Tanpa bahasa

PERGESERAN TINDAK KESANTUAN DIREKTIF MEMOHON DI KALANGAN ANAK SD BERLATAR BELAKANG BUDAYA JAWA. Naskah Publikasi

BAB I PENDAHULUAN. pendapat dari seorang penutur kepada mitra tutur. mengemukakan pendapat, yang perlu diperhatikan bukan hanya kebahasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupannya memerlukan komunikasi untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. pertimbangan akal budi, tidak berdasarkan insting. dan sopan-santun non verbal. Sopan-santun verbal adalah sopan santun

BAB I PENDAHULUAN. sebagai seorang politisi yang menggunakan bahasa lisan dalam berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kartun sebagai bentuk komunikasi grafis yang menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. situasi tutur. Hal ini sejalan dengan pendapat Yule (2006: 82) yang. menyatakan bahwa tindak tutur adalah tindakan-tindakan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan bersama (Suwito dalam Aslinda dkk, 2010: 06). Bahasa sebagai

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI DASAR. MATA PELAJARAN BAHASA SUNDA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP) MADRASAH TSANAWIYAH (MTs.)

BAB I PENDAHULUAN. menjadi bervariasi untuk kepentingan pembelajaran matematika. Sedangkan

SILABUS AKUNTANSI KEUANGAN

BAB I PENDAHULUAN. (6) definisi operasional. Masing-masing dipaparkan sebagai berikut.

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. (Alwi, dkk. 203:588). Sesuai dengan topik dalam tulisan ini digunakan beberapa

Oleh: Endah Yuli Kurniawati FakultasKeguruandanIlmuPendidikan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas dari pemandu acara, suatu acara akan berjalan biasa sehingga para

BAB I PENDAHULUAN. Cara pengungkapan maksud dan tujuan berbeda-beda dalam peristiwa

INTERNALISASI NILAI KEWIRAUSAHAAN MELALUI KOMPETENSI LITERASI DALAM PEMBELAJARAN MENGAPRESIASI CERITA PENDEK DI SMA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah pemikiran rancangan suatu karya dasar yang ada diluar bahasa

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi keinginannya sebagai mahluk sosial yang saling berhubungan untuk

IMPLIKATUR PERCAKAPAN DALAM PEMBELAJARAN OLAHRAGA PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran sebagai penyampai pesan antara manusia satu dengan lainnya.

ANALISIS KESANTUNAN BAHASA DALAM KONTEKS PEMBELAJARAN TEKS NEGOSIASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 7 MEDAN TAHUN PEMBELAJARAN 2016/2017

JENIS-JENIS IMPLIKATUR PERCAKAPAN BERDASARKAN PELANGGARAN PRINSIP KERJASAMA DALAM TALK SHOW BUKAN EMPAT MATA DI TRANS 7

BAB II KERANGKA TEORI. ini, yang berkaitan dengan: (1) pengertian pragmatik; (2) tindak tutur; (3) klasifikasi

PELANGGARAN PRINSIP KESANTUNANLEECH DALAM DIALOG FILM MY STUPID BOSSKARYA UPI AVIANTODAN RELEVANSINYATERHADAP PENDIDIKAN KARAKTER DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat dilakukan oleh manusia melalui bahasa. Chaer (2010:14)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak diberlakukannya kurikulum 1984 dalam pembelajaran bahasa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Fungsi bahasa secara umum adalah komunikasi (Nababan, 1993: 38).

PELANGGARAN PRINSIP SOPAN SANTUN PADA DIALOG ACARA MATA NAJWA EPISODE MELIHAT KE TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. perasaannya melalui tindak bahasa (baik verbal maupun non verbal).

REALISASI MAKSIM PERCAKAPAN DALAM ACARA HITAM PUTIH DI TRANS7

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Bentuk Tuturan Imperatif Bahasa Indonesia dalam Interaksi Guru-Siswa di SMP Negeri 1 Sumenep

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. (Chaer, 2010: 22). Sehingga dalam bertutur tentu menggunakan bahasa dalam

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN 01

TINDAK TUTUR ILOKUSI TOKOH KAKEK DALAM FILM TANAH SURGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disampaikan dapat diterima dan dilaksanakan oleh lawan bicaranya. Begitu juga

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. percakapan tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II LANDASAN TEORI

ANALISIS PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA DAN IMPLIKATUR DALAM KEGIATAN DISKUSI SISWA SMA NEGERI 1 SUMBAWA BESAR. Oleh. Sri Astiani 1) Sri Sugiarto 2)

Transkripsi:

KESANTUNAN BERBAHASA POLITISI DALAM ACARA TALK SHOW Syamsul Arif Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan ABSTRAK Kesantunan berbahasa merupakan hal yang penting dalam kegiatan berkomunikasi. Politisi merupakan salah satu kelompok yang harus memperhatikan kesantunan berbahasa. Salah satu acara yang menayangkan politisi berbahasa adalah talk show. Kesantuan berbahasa politisi dikaji dengan teori dari Leech (maksim kebijaksanaan, maksim kemurahan, maksim penerimaan, maksim kerendahan hati, maksim kecocokan dan maksim kesimpatian). Kesantunan berbahasa juga memiliki peran yang penting dalam penerapan kurikulum 2013. Kata Kunci: Kesantunan berbahasa, politisi. PENDAHULUAN Berkomunikasi merupakan kegiatan yang selalu kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari, hampir tidak ada kegiatan yang kita lakukan tanpa berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Komunikasi lisan yang kita lakukan terhadap orang lain bisa berdampak positif maupun negatif terhadap mitra tutur kita. Tidak jarang kita temui karena perkataan (isi pembicaraan) mengakibatkan penutur dan mitra tutur menjadi bertikai atau menjadi saling tidak merasa nyaman. Supaya kenyamanan dan tujuan berkomunikasi dapat berjalan dengan baik maka diharapkan penutur dan mitra tutur menerapkan kesantunan berbahasa. Ada beberapa pakar yang membahas mengenai kesantunan berbahasa antara lain Lakoff, Fraser, Brown dan Levinson dan Leech. Secara singkat dan umum menurut para pakar tersebut ada tiga kaidah yang harus dipatuhi agar tuturan kita terdengar santun oleh pendengar atau lawan tutur kita. Ketiga kaidah itu adalah (1) formalitas (formalitiy), (2) ketidaktegasan (hesitancy) dan (3) kesamaan atau kesekawanan (equality or camaraderie) dalam (Chaer, 2010: 10). Kesantunan berbahasa juga tidak bisa lepas dari teori tindak tutur. Chaer (2010) memperlihatkan bahwa jenis tindak tutur beragam (misalnya: representatif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif), fungsi tindak tutur beragam (misalnya: fungsi meminta, memerintah dan melarang) dan strategi penyampaian tindak tutur tersebut juga beragam (misalnya, disampaikan secara langsung atau tidak langsung) yang terkait dengan konteks sosial budaya. Oleh karena itu, pengkajian mengenai tindak tutur kesantunan berbahasa perlu melibatkan teori tindak tutur. PEMBAHASAN Leech (1993:119) menyatakan bahwa kesantuan berbahasa merupakan salah satu bidang kajian pragmatik. Istilah pragmatik itu diartikan berbeda oleh para ahli, tetapi pada intinya adalah mengacu pada 142

telaah penggunaan bahasa secara konkret dengan mempertimbangkan situasi pemakaiannya atau lazim disebut konteks. Dalam situasi nyata, orang mempergunakan bahasa tidak hanya berurusan dengan unsur bahasa itu sendiri, tetapi juga memperhitungkan unsur unsur lain di luar bahasa yang melingkupi percakapan, seperti orang orang yang terlibat, masalah yang dipercakapkan, tempat dan waktu terjadinya percakapan dan sebagainya. Pada dasarnya setiap orang harus memperhatikan kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi dengan orang lain, tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa tidak semua orang dapat merealisasikan kesantunan berbahasa ketika berkomunikasi. Hal tersebut dapat diakibatkan oleh beberapa hal antara lain kepentingan pribadi, kepentingan kelompok dan yang paling sering terjadi adalah penutur dan mitra tutur tidak dapat menahan emosi ketika lawan bicara tidak setuju dengan pemikiran/pernyataan yang diungkapkan. Salah satu kelompok masyarakat yang diharapkan dapat berkomunikasi dengan santun adalah politisi. Karena pada dasarnya kehidupan manusia tidak pernah lepas dari politik. Sebetulnya semua persoalan yang dihadapi manusia merupakan masalah politik, tidak ada yang di luar politik (Darma, 2009:91). Politisi atau sering juga disebut sebagai politikus merupakan ahli politik; ahli kenegaraan atau orang yang berkecimpung di bidang politik (KBBI:887). Kaum politisi bukan masyarakat biasa, mereka adalah orang orang yang diharapkan dapat membuat kebijakan-kebijakan yang menguntungkan masyarakat. Mereka memiliki kemampuan sekaligus kekuasaan yang tidak dimiliki oleh masyarakat biasa. Karena mempunyai kelebihan tersebut mereka sering menjadi sorotan baik dari segi perilakunya maupan juga dari tutur sapa dan bahasa yang digunakannya. Di tengah kemajuan teknologi saat ini kita dapat melihat politisi beradu pendapat dengan politisi lain mengenai suatu masalah kenegaraan dalam acara televisi seperti talk show. Talk show memang tidak akan memberikan solusi mengenai masalah yang didiskusikan tetapi penonton dapat melihat pandangan dari berbagai narasumber yang didatangkan dan mengajak penonton untuk berpikir lebih bijak mengenai masalah yang sedang dibicarakan dan tidak melihat hanya dari satu sisi saja. Talk show tidak selalu mendatangkan politisi sebagai narasumbernya, hal tersebut tergantung topik yang diangkat dalam diskusi tersebut. Biasanya topik yang diangkat adalah hal-hal yang sedang menjadi perdebatan di tengah masyarakat. Sekarang ini hampir setiap stasiun televisi menayangkan acara talk show. Hal ini terjadi karena acara talk show mempunyai kelebihan tersendiri dibandingkan dengan acara berita biasa. Dengan didatangkannya narasumber dalam acara talk show informasi yang diterima oleh pemirsa/penonton akan lebih akurat karena langsung dari informannya sendiri. Hal lain yang paling menonjol dari acara talk show adalah informasi yang kita terima tidak setengahsetengah sehingga persepsi kita tidak akan salah. Talk show biasanya ditayangkan secara langsung (live) sehingga dapat dilihat dengan jelas bagaimana kesantunan berbahasa politisi yang dianalisis karena tayangan tersebut tidak diedit (apa adanya). Tidak semua acara talk show ditayangkan secara langsung (live) tetapi pada umumnya ditayangkan secara live karena ada acara talk show yang melibatkan 143

penonton dalam diskusi tersebut melalui sambungan telepon. Salah satu teori kesantunan yang sering digunakan untuk menganalisis tuturan adalah yang dikemukakan oleh George Leech. Prinsip kesantunan Leech berkenaan dengan hubungan antara dua peserta tutur yang disebut sebagai diri atau penutur dan lain atau lawan tutur. Di samping pihak itu, penutur juga dapat menunjukkan kesopanan kepada pihak ketiga yang hadir ataupun tidak hadir dalam peristiwa tutur. Terwujudnya kesantunan berbahasa tidak terlepas dari prinsip kerjasama yang dikemukakan oleh Grice. Leech (1983:82) menyatakan bahwa prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice (1975) memungkinkan partisipan suatu percakapan untuk berkomunikasi dengan anggapan bahwa partisipan yang lain bersedia untuk bekerja sama. Prinsip kerja sama yang dikemukakan oleh Grice tersebut memiliki maksimmaksim yang menyebutkan apa yang harus dilakukan oleh setiap pembicara dalam suatu komunikasi agar tidak terjadi ketidaksantunan. Maksimmaksim itu harus diaplikasikan oleh peserta tutur untuk menjaga kesantunan dan untuk mencapai tujuan komunikasi. Maksim dari Grice terdiri dari: 1) maksim kuantitas menjelaskan bahwa setiap penutur diharapkan memberi informasi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh mitra tutur, 2) maksim kualitas menjelaskan bahwa setiap peserta tutur diharapkan menyampaikan sesuatu yang benar-benar nyata, 3) maksim relevansi menjelaskan bahwa setiap peserta percakapan hendaknya memberikan kontribusi yang relevan dengan sesuatu yang sedang dipertuturkan dan 4) maksim cara menjelaskan bahwa setiap peserta percakapan hendaknya selalu bertutur sapa secara langsung, secara jelas, tidak berlebih-lebihan dan runtut. Leech (1993) membagi teori kesantunan dalam enam maksim maksim yaitu: (1) maksim kebijaksanaan menggariskan bahwa setiap peserta tuturan harus meminimilkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan bagi orang lain, (2) maksim penerimaan mengharuskan penutur untuk meminimalkan keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan kerugian diri sendiri., (3) maksim kemurahan mengharuskan penutur untuk meminimalkan kecaman terhadap orang lain, tetapi harus memaksimalkan pujian kepada orang lain itu, (4) maksim kerendahan hati mengharuskan penutur untuk meminimalkan pujian kepada dirinya, tetapi harus mengecam diri sendiri sebanyak mungkin, (5) maksim kecocokan mengharuskan seseorang untuk memaksimalkan kesepakatan dengan orang lain dan meminimalkan ketidaksepakatan dengan orang lain dan (6) maksim kesimpatian mengharuskan penutur dan mitra tutur memaksimalkan rasa simpati dan meminimalkan rasa antipati di antara mereka. Sebagai kesimpulan terhadap teori kesantuan dari Leech (Chaer, 2010: 61 67) merangkumnya sebagai berikut. a) Maksim kebijaksanaan, maksim penerimaan, maksim kemurahan hati dan maksim kerendahan hati adalah maksim yang berhubungan degan keuntungan atau kerugian diri sendiri dan orang lain. b) Maksim kecocokan dan maksim kesimpatian adalah maksim yang berhubungan degan penilaian buruk atau baik pentur terhadap dirinya sendiri atau orang lain. 144

c) Maksim kebijaksanaan dan maksim kemurahan hati adalah maksim yang berpusat pada orang lain d) Maksim penerimaan dan kerendahan hati adalah maksim yang berpusat pada diri sendiri. Menurut Leech untuk terwujudnya kesantunan berbahasa dalam tuturan maka kepatuhan dalam setiap maksim seperti yang dikemukakan di atas merupakan hal yang mutlak. Berikut ini akan dipaparkan beberapa tuturan yang dianggap melanggar maksim kesantunan dari Leech. Dalam salah satu tayangan talk show di televisi terdapat tuturan politisi...saya bilang direktur ini sangat kurang ajar, sepantasnya bapak pecat. Pernyataan politisi tersebut telah melanggar maksim kemurahan, hal ini terlihat dari pengguanan kata kurang ajar dan sepantasnya bapak pecat. Tuturan di atas terjadi ketika pembawa acara menanyakan bagaimana keterlibatan politisi dalam pembagian uang di DPR. Politisi tersebut telah memaksimalkan kecaman kepada direktur, padahal seharusnya maksim kemurahan mengharapkan penutur memberikan pujian kepada mitra tutur. Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa politisi tersebut tidak menjaga tutur bicaranya sehingga merugikan direktur tersebut. Tuturan politisi di atas merupakan salah satu contoh yang memperlihatkan bahwa dalam acara talk show politisi sering melanggar maksim kesantunan berbahasa ketika berdiskusi. Seharusnya politisi harus bisa menjaga tutur bicaranya apalagi acara tersebut ditayangkan di televisi secara langsung dan semua masyarakat bisa menonton dan menilai sikap dari politisi tersebut. Contoh lain dari pelanggaran maksim Leech dalam tuturan politisi adalah PDI Perjuangan bang. Tuturan politisi tersebut terjadi karena pemandu acara mengatakan bahwa politisi tersebut berasal dari PDI P. Politisi tersebut tidak setuju kalau PDI Perjuangan disamakan dengan PDI P. Tuturan tersebut telah melanggar maksim kecocokan karena memaksimalkan ketidaksepakatan dengan pembawa acara padahal objek yang dituju sama. Dari keenam kesantunan Leech yang paling sering dilanggar politisi dalam acara talk show sejauh pengamatan penulis adalah maksim kemurahan dan maksim kecocokan. Maksim kemurahan yang mengharuskan memberikan pujian kepada mitra tutur merupakan hal yang sangat sulit di dunia politik sehingga tidak mengherankan jika maksim ini banyak dilanggar oleh politisi. Maksim kedua yang paling sering dilanggar adalah maksim kecocokan di mana politisi diharapkan memaksimalkan kecocokan dengan mitra tutur (lawan politik) tentu hal ini sangat sulit karena menyangkut kepentingan pribadi maupun kepentingan kelompok dari politisi tersebut. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tidak semua politisi dapat mematuhi kesantunan berbahasa walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa masih ada politisi yang santun. Penerapan kesantunan berbahasa bukan juga mengikat supaya kita menyatakan hal yang menyenangkan orang saja tanpa memperdulikan kebenarannya, tetapi kesantunan berbahasa mengajak kita untuk berkomunikasi dengan baik dan meminimkan kesalahpahaman diantara penutur dan mitra tutur. Kesantunan berbahasa bagi politisi merupakan hal mutlak yang harus dimiliki oleh politisi jika ingin terus berkecimpung di dunia politik. Ketidaksantunan politisi dalam bertutur dan bersikap akan 145

mengakibatkan karier politiknya tidak akan berjalan mulus. Masyarakat akan selalu memperhatikan dan menilai politisi dalam bersikap dan bertutur. Untuk hal tersebut maka diharapkan politisi agar selalu memperhatikan sikap dan tuturannya. Dalam hal kesantunan berbahasa, politisi dapat menerapkan teori kesantunan dari Leech dalam komunikasinya sehingga tujuan komunikasi dapat berjalan dengan lancar dan masyarakat akan memberikan respon yang baik kepada politisi yang dapat mengungkapkan pendapat, ide dan kritikan kepada rekan politiknya dengan santun. Tidak dapat dipungkiri bahwa penilaian masyarakat akan berdampak baik bagi karir politisi. Dengan bersikap santun, politisi tidak hanya dihargai oleh masyarakat tetapi juga lawan politiknya. KESANTUNAN BERBAHASA DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA Kesantunan berbahasa juga tidak dapat diabaikan dalam pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran bahasa Indonesia karena bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan dalam proses pembelajaran. Setiap mata pelajaran dalam kurikulum 2013 yang termuat dalam KI (kompetensi inti) 2 baik di SMP dan SMA memuat diharapkannya tercapainya kesantunan berbahasa siswa hal tersebut terlihat dari isi KI 2. Di tingkat SMP pada KI 2 terdapat Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya. Pada tingkat SMA pada KI 2 mengharapkan peserta didik Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. KI 2 tersebut kemudian dikembangkan dalam beberapa kompetensi dasar yang tetap memuat bagaimana peserta didik diharapkan selalu berbahasa santun sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan. Dalam kurikulum 2013 terlihat bahwa kesantunan berbahasa dianggap penting oleh pemerintah untuk mewujudkan peserta didik yang sesuai dengan standar pendidikan. Walaupun KI 2 tidak diajarkan tetapi KI 2 terintegrasi dengan KI 3 dan KI 4. Dari KI 2 setiap mata pelajaran baik di tingkat SMP dan SMA, peserta didik diharapkan mampu berbahasa santun dalam setiap kesempatan. Berbahasa santun dalam proses pembelajaran dalam kurikulum 2013 merupakan hal mutlak. Bahasa Indonesia sebagai bahasa yang digunakan dalam kegiatan proses pembelajaran memiliki peran penting untuk mewujudkan tercapainya peserta didik yang dapat berbahasa santun. Kesantunan berbahasa tidak akan terwujud hanya dengan mempelajari teori tentang kesantunan berbahasa melainkan harus dipraktikkan terutama dalam kegiatan pembelajaran. Untuk hal tersebut guru diharapkan harus memperhatikan kesantunan berbahasanya dalam proses belajar mengajar. Guru dilarang mengucapkan kata-kata yang tidak mencerminkan kesantunan berbahasa karena peserta didik akan 146

selalu meniru apa yang dilakukan oleh gurunya. Penerapan kesantunan berbahasa yang baik oleh guru akan berdampak terhadap kemampuan berbahasa peserta didik sehingga kesantunan berbahasa benar-benar terwujud. Pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan sebagai ujung tombak tercapainya kesantunan berbahasa yang baik oleh peserta didik. Guru bahasa Indonesia harus mampu mengarahkan peserta didik untuk selalu menerapkan kesantunan berbahasa dalam setiap kesempatan. Penggunaan bahasa Indonesia dalam kegiatan proses belajar mengajar pada setiap mata pelajaran mengharuskan guru bahasa Indonesia memberikan perhatian penuh dalam hal kesantunan berbahasa. Melalui pembelajaran bahasa Indonesia inilah peserta didik dibimbing untuk mengungkapkan pemikirannya dengan santun tanpa menyinggung perasaan orang lain. Materi pelajaran bahasa Indonesia akan membantu peserta didik untuk mewujudkan penerapan kesantunan berbahasa dalam kegiatan berkomunikasi. Guru bahasa Indonesia harus mampu mengoreksi dan mengarahkan apabila ada tuturan peserta didik yang tidak santun sesuai dengan maksim dari Leech baik dalam kegiatan proses pembelajaran maupaun di luar pembelajaran. Jadi dapat dikatakan bahwa guru bahasa Indonesia dan mata pelajaran bahasa Indonesia memiliki peran penting dalam terciptanya peserta didik yang mampu berbahasa dengan santun. Terwujudnya kesantunan berbahasa dalam pembelajaran bahasa Indonesia diharapkan berdampak juga di pembelajaran lain. Sehingga terwujud peserta didik yang mampu menerapkan kesantunan berbahasa dalam berkomunikasi sehingga tidak ditemui lagi siswa yang sembarangan dalam berkomunikasi dengan siapapun dan dalam konteks apapun. PENUTUP Kesantunan berbahasa merupakan hal yang harus diperhatikan ketika melakukan kegiatan berkomunikasi. Penerapan kesantunan berbahasa merupakan salah satu cara untuk mewujudkan tercapainya tujuan komunikasi selain prinsip kerja sama. Politisi merupakan kelompok yang harus menerapkan kesantunan berbahasa dalam kegiatan komunikasi untuk menunjang karier politik dari politisi tersebut. Kesantunan berbahasa juga memiliki peran yang penting dalam penerapan kurikulum 2013, walaupun kesantunan tidak diajarkan tetapi kesantunan berbahasa terintegrasi dengan materi yang diajarkan. Kesantunan berbahasa dalam kurikulum 2013 terdapat dalam kompetensi inti 2 (KI 2) baik ditingkat SMP maupun SMA. Mata pelajaran bahasa Indonesia dan guru bahasa Indonesia memiliki peran penting untuk terwujudnya peserta didik yang mampu menerapkan kesantunan berbahasa dalam kegiatan komunikasinya baik formal maupun non formal. DAFTAR PUSTAKA Anshori, D.S. (2003) Bahasa Politik: Objek Studi Kritis Penelitian Bahasa. @rtikulasi. Jurnal Kajian Bahasa dan Sastra Indonesia, hlm.125-132. Chaer, A. (2010) Kesantunan Berbahasa. Bandung: Rineka Cipta. Darma. Y.A. (2010) Analisis Wacana Kritis: Yrama Widya. 147

Leech, G. (1993) Prinsip Prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Levinson, S, C. (1995) Pragmatics. London: Cambridge Univerisity Press. Lubis, A. H. (2011) Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa. Nadar, F.X. (2009) Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu Rahardi, K. (2010) Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. Tarigan, H.G. (2009) Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa. Wijaya, I.D.P.(1996) Dasar Dasar Pragmatik. Yogyakarta: ANDI. Yule, G.( 2006) Pragmatik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sekilas tentang penulis : Drs. Syamsul Arif, M.Pd., adalah dosen pada Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan sekarang menjabat sebagai Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia FBS Unimed. 148

149