KERANGKA PEMIKIRAN III.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG KREDIT. bank secara keseluruhan. Kredit berperan sebagai faktor pendorong dan

Pengalokasian Dana Bank (Kredit dan Pembiayaan)

BAB I PENDAHULUAN. dana (funding) dan menyalurkan dana (lending) masyarakat perekonomian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ketentuan Umum Perkreditan Bank 2.2. Unsur-unsur dan Tujuan Kredit

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian kredit Kata dasar kredit berasal dari bahasa Latin credere yang berarti

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut Sinungan (1991 : 46), tentang kredit sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan aspek sumber daya manusia. Hal terpenting dari aspek-aspek tersebut dalam

ANALISIS PELAKSANAAN PENGAWASAN PINJAMAN MODAL KERJA GUNA MEMINIMALISIR PINJAMAN MACET (Studi Pada KUD BATU )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 5 KEGIATAN MENGALOKASIKAN DANA

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Kredit

BAB II LANDASAN TEORI

PELAKSANAAN PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT SKALA MIKRO PADA BANK TABUNGAN NEGARA CABANG SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBALIAN KREDIT USAHA RAKYAT MIKRO

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Analisis Pemberian Kredit Dengan Metode Sliding Rate Dan Flat Rate Pada Bank Rakyat Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pertambangan. Industri Pengolah-an (Rp Milyar) (Rp Milyar) na

BAB II LANDASAN TEORI

VI. MEKANISME PENYALURAN KREDIT BNI TUNAS USAHA (BTU) PADA UKC CABANG KARAWANG

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. Jumlah (Unit) Perkembangan Skala Usaha. Tahun 2009*) 5 Usaha Besar (UB) ,43

VI. MEKANISME PENYALURAN KUR DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi ekonomi suatu negara menjadi lebih maju dan usaha-usaha berkembang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengertian kredit berkembang lebihluas lagi seperti berikut ini :

By : Angga Hapsila, SE.MM

TINJAUAN PUSTAKA Kredit

ANALISIS PENGAWASAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DALAM MEMINIMALISIR TERJADINYA KREDIT BERMASALAH

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kemudian menyalurkan kembali ke masyarakat, serta memberikan jasa-jasa bank

BAB 5 PENUTUP. ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: pembiayaan oleh PT BPRS Karya Mugi Sentosa kantor cabang Mojokerto,

sesuai jadwal batas waktu yang telah ditetapkan (tanggal dan bulan tertentu). pendek dengan aktiva lancar secara keseluruhan. Artinya jumlah kewajiban

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan intensitasnya, kebutuhan manusia dibagi menjadi 3 (tiga) yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan baru. Persaingan dan perkembangan yang cukup pesat pada

BAB II KAJIAN PUSTAKA. usahanya. Sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional maupun. dalam rangka peningkatan taraf hidup rakyat banyak.

BAB IV ANALISIS STRATEGI PENCEGAHAN DAN IMPLIKASI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH MULTIGUNA BERMASALAH

KAJIAN PUSTAKA. dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Sektor perbankan dapat dikatakan menjadi salah satu sektor paling. fleksibel dalam merespons kondisi perekonomian nasional dibanding sektorsektor

BAB I PENDAHULUAN. perantara keuangan antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Prosedur adalah rangkaian atau langkah-langkah yang dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk membantu dan mendorong kegiatan ekonomi. Jasa yang diberikan bank. atau pinjaman uang untuk usaha kecil dan yang dijalankan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia sebagaimana yang tertuang dalam. Undang-Undang Dasar 1945 dan Pancasila.

BAB I PENDAHULUAN. pada bank umum, pinjaman disebut kredit atau loan, sedangkan pada bank syariah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah lembaga keuangan bank yang menerima

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. A. Prosedur Pengelolaan Pembiayaan Murabahah Bermasalah Di BPRS. 1. Penerapan Pembiayaan Murabahah

BAB I PENDAHULUAN I.1

EVALUASI PENGAWASAN KREDIT MODAL KERJA SEBAGAI UPAYA MENEKAN TUNGGAKAN KREDIT

DAFTAR PERTANYAAN WAWANCARA. 1. Apa Visi, Misi PT.Bank BRI Cabang Krakatau Medan? Visi BRI : Menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan

Bab 7 Manajemen Piutang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam kehidupan sehari-hari kata kredit bukan merupakan perkataan yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi di suatu negara sangat bergantung kepada

BAB II LANDASAN TEORI

Nadifatul Fuadiyah Dwiatmanto Nila Firdausi Nuzula Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Malang

BAB II KERANGKA TEORI. dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat Pengertian Lembaga Keuangan Non- Bank

BAB IX MANAJEMEN PIUTANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA. prosedur juga dapat memudahkan para pekerja dalam menyelesaikan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

kemudian hari bagi bank dalam arti luas;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANAJEMEN PERKREDITAN

PENGALOKASIAN DANA BANK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. orang dalam satu departemen atau lebih, yang dibuat untuk menjamin penanganan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang.

II. LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang Undang RI No 10 tahun 1998 tentang perbankan, jenisjenis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bank selain sebagai tempat menyimpan uang juga dikenal sebagai

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Pemberian Kredit Pada Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Pasir Pengaraian

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

ANALISIS MANAJEMEN KREDIT GUNA MEMINIMALISIR KREDIT BERMASALAH (Studi pada Koperasi Bank Perkreditan Rakyat Pancadana Batu)

BAB I PENDAHULUAN. pendukung dan penggerak laju pertumbuhan ekonomi. Kebijakan-kebijakan

a. Mencapai volume penjualan tertentu. b. Mendapat laba tertentu. c. Menunjang pertumbuhan perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. terkadang UMKM seolah tidak mendapat dukungan dan perhatian dari. selama memiliki izin usaha dan modal cukup.

VI. KARAKTERISTIK RESPONDEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. usahanya mengingat modal yang dimiliki perusahaan atau perorangan biasanya tidak

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang didirikan sejak tahun 1895 merupakan salah satu bank yang

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH DALAM PEMBIAYAAN KENDARAAN DI KOPERASI SIMPAN PINJAM (KOSPIN) JASA LAYANAN SYARIAH BULAKAMBA

Transkripsi:

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Pengendalian Kredit Bank Pada penyaluran kredit bank, perlu diperhatikan beberapa aspek yang terkait dengan nasabah penerima kredit untuk menghindari terjadinya kredit macet. Oleh karena itu, pihak bank perlu melakukan pengendalian kredit, yaitu usaha-usaha untuk menjaga kredit yang diberikan tetap lancar, produktif, dan tidak macet (Hasibuan, 2008). Lancar, produktif, dan tidak macet berarti bahwa kredit beserta bunga yang telah diberikan kepada debitur dapat dikembalikan sesuai dengan perjanjian yang telah disetujui oleh kedua belah pihak. Penyaluran kredit harus didasarkan pada prinsip kehati-hatian serta pengendalian yang baik dan benar agar tidak terjadi kerugian pada pihak bank yang bersangkutan. 3.1.2. Pertimbangan Kredit Pengendalian kredit dapat dilakukan sebelum merealisasikan kredit kepada debitur. Pihak bank biasanya melakukan penyeleksian terhadap calon debiturnya untuk mencegah terjadinya kredit macet. Analisis yang biasa digunakan untuk mempertimbangkan pengajuan kredit yaitu prinsip 5C dan 7P. Menurut Hasibuan (2008), prinsip 5C meliputi : 1. Character (watak), yaitu mengumpulkan informasi mengenai perilaku, kejujuran, pergaulan, dan ketaatan calon debitur dalam memenuhi pembayaran transaksi. Karakter yang baik ditunjukkan dengan adanya keinginan untuk membayar (willingness to pay) kewajibannya, sedangkan karakter yang buruk ditunjukkan dengan ketidaktaatan debitur dalam memenuhi kewajibannya mengembalikan kredit. 2. Capacity (kemampuan), yaitu kemampuan calon debitur dalam memimpin perusahaan dengan baik dan benar. Jika calon debitur mampu memimpin perusahaan, ia akan dapat membayar pinjaman sesuai dengan perjanjian dan perusahaannya tetap berdiri serta menghasilkan profit. Semakin besar kemampuan calon debitur dalam mengendalikan perusahaan, maka kemampuannya dianggap baik serta layak untuk mendapatkan kredit. 17

3. Capital (modal), merupakan analisis tentang struktur dan besarnya modal yang terlihat dari neraca lajur perusahaan calon debitur. Hasil analisis neraca lajur akan memberikan gambaran dan petunjuk sehat atau tidak sehatnya perusahaan. Demikian juga mengenai tingkat likuiditas, rentabilitas, solvabilitas, dan struktur modal perusahaan yang bersangkutan. 4. Condition of Economy(kondisi perekonomian), yaitu pertimbangan terhadap kondisi perekonomian pada umumnya dan bidang usaha pemohon kredit pada khususnya. Semakin baik prospek usaha serta baiknya kondisi ekonomi suatu wilayah, maka semakin besar kemungkinan permohonan kreditnya disetujui. 5. Collateral (agunan), yaitu barang-barang yang akan digunakan oleh nasabah untuk membayar kredit jika terjadi kredit macet. Setiap kredit yang disalurkan suatu bank kepada nasabahnya harus memiliki agunan yang cukup. Selain prinsip 5C, prinsip lainnya yang digunakan bank sebagai pertimbangan untuk menyalurkan kredit kepada nasabah adalah prinsip 7P. Menurut Hasibuan (2008), prinsip 7P meliputi : 1. Personality (kepribadian) adalah sifat dan perilaku calon nasabah debitur yang mengajukan permohonan kredit kepada bank. Jika calon nasabah berkepribadian baik, maka kredit akan diberikan, sebaliknya jika kepribadiannya buruk, maka kredit tidak akan diberikan. Kepribadian calon nasabah dapat diketahui dengan cara mengumpulkan informasi mengenai pekerjaan, pendidikan, dan pergaulannya. 2. Party, yaitu menggolongkan nasabah ke dalam golongan tertentu berdasarkan modal, karakter, atau loyalitasnya. Setiap golongan nasabah akan mendapatkan fasilitas berbeda dari bank. 3. Purpose (tujuan) merupakan tujuan dan penggunaan kredit yang diajukan oleh calon debitur kepada bank yang bersangkutan. Jika kredit digunakan untuk kegiatan konsumtif, maka kredit tidak dapat diberikan, sebaliknya jika kredit digunakan sebagai modal kerja, maka kredit dapat diberikan. 4. Prospect adalah prospek perusahaan di masa yang akan datang. Jika perusahaan dinilai memiliki prospek yang baik, maka kredit dapat diberikan dan sebaliknya. 18

5. Payment (pembayaran) yaitu mengetahui bagaimana pembayaran kembali kredit yang diberikan dengan cara memperhitungkan kelancaran penjualan serta pendapatan calon debitur, sehingga bank dapat memperkirakan kemampuan calon debitur dalam mengembalikan kredit sesuai perjanjian. 6. Profitability adalah menganalisis bagaimana kemampuan calon debitur dalam memperoleh laba. Profitability diukur per periode dengan cara melihat apakah pendapatan nasabah meningkat atau konstan dengan adanya pemberian kredit. 7. Protection merupakan perlindungan yang berupa jaminan barang, jaminan orang, atau jaminan asuransi. Hal ini bertujuan agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Hasibuan (2008) juga memaparkan prinsip 3R sebagai prinsip yang digunakan bank untuk memilih calon debitur, prinsip 3R mencakup : 1. Returns adalah penilaian atas hasil yang akan diperoleh debitur setelah memperoleh kredit. Apabila hasil yang diperoleh cukup untuk membayar pinjaman bank, bunga pinjaman serta dapat membantu meningkatkan usaha calon debitur yang bersangkutan, maka kredit akan diberikan. 2. Repayment adalah kemampuan calon debitur dalam mengembalikan kredit sesuai dengan jumlah, jadwal, dan jangka waktu yang telah ditetapkan dalam perjanjian. 3. Risk Bearing Ability adalah kemampuan calon debitur dalam menghadapi risiko yang mungkin dihadapi dalam perusahaan sehingga mempengaruhi pengembalian kredit. 3.1.3. Kredit Bermasalah Kredit bermasalah merupakan kredit yang dikategorikan sebagai kredit yang pembayarannya tidak lancar. Hal ini dapat terjadi jika debitur tidak mampu memenuhi kewajibannya dalam membayar angsuran kredit serta bunganya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Berdasarkan ketentuan yang dibuat Bank Indonesia dalam Dendawijaya (2001), kolektibilitas kredit digolongkan menjadi empat kategori, diantaranya : 1. Kredit lancar, yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan pengembalian pokok pinjaman dan bunganya. 19

2. Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman serta bunganya telah mengalami penundaan selama tiga bulan dari waktu yang telah disepakati. 3. Kredit diragukan, yaitu kredit yang pengembalian pokok pinjaman serta bunganya telah mengalami penundaan selama enam bulan dari waktu yang telah disepakati. 4. Kredit macet, yaitu kredit yang pembayaran pokok pinjaman serta bunganya telah mengalami penundaan selama lebih dari satu tahun sejak jatuh tempo waktu pengembalian yang telah disepakati. Kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet merupakan kategori kredit bermasalah sehingga dapat menyebabkan berbagai implikasi bagi pihak bank, diantaranya : 1. Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendapatan dari kredit yang diberikan oleh bank, sehingga mengurangi perolehan laba. 2. Semakin besarnya rasio kualitas aktiva produktif atau BDR (bad debt ratio) yang menandakan memburuknya situasi BDR. 3. Mengurangi besarnya modal bank dan akan berpengaruh terhadap CAR (capital adequacy ratio) karena bank harus memperbesar penyisihan untuk cadangan aktiva produktif. 4. Penurunan return on assets (ROA). 5. Akibat dari komplikasi permasalahan pada poin 2, 3, dan 4 adalah menurunnya nilai tingkat kesehatan bank. Berbagai implikasi yang mungkin terjadi membuat pihak bank harus segera mengatasi terjadinya kredit bermasalah agar tidak mengalami kerugian. Menurut Dendawijaya (2001), pihak bank dapat melakukan berbagai tindakan penyelamatan dengan cara berikut : 1. Rescheduling Tindakan melakukan penjadwalan kembali yang merupakan langkah pertama pihak bank dalam menyelamatkan kredit bermasalah. Hal ini dilakukan dengan cara menyusun ulang jadwal pelunasan kewajiban debitur yang berupa pokok pinjaman serta bunganya. Misalnya jadwal angsuran per triwulan berubah menjadi per semester atau besarnya angsuran pokok 20

pinjaman diperkecil dengan jangka waktu angsuran yang sama sehingga pelunasan pokok pinjaman secara keseluruhan menjadi lebih lama. 2. Reconditioning Mengubah sebagian atau seluruh persyaratan yang semula disepakati antara debitur dan pihak bank serta dituangkan dalam perjanjian kredit (PK). Misalnya penurunan suku bunga kredit maupun tidak diserahkannya agunan kepada pihak bank karena beberapa alasan yang mendesak. 3. Restructuring Penataan ulang, yaitu mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. 4. Kombinasi 3R Menggunakan kombinasi dari tindakan 3R, yaitu dengan cara reschedulingreconditioning, rescheduling-restructuring, restructuring-reconditioning, dan rescheduling-restructuring-recondtioning secara sekaligus. 5. Eksekusi Merupakan cara terakhir jika keempat cara diatas tetap tidak dapat membuat nasabah mampu memenuhi kewajibannya. Cara yang dilakukan adalah menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Urusan Piutang Negara) dan menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara perdata). 3.1.4. Pengertian, Unsur-Unsur dan Tujuan Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan, sehingga dasar dari kredit adalah kepercayaan. Seseorang atau lembaga yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan mampu mengembalikan kredit sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Kredit dibutuhkan karena adanya kebutuhan manusia yang beraneka ragam sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas. Hal ini menyebabkan manusia membutuhkan bantuan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya, salah satunya dengan cara memperoleh bantuan kredit untuk meningkatkan usahanya (Suyatno et al. 2007). Kredit yang diberikan oleh suatu lembaga kepada seorang debitur didasarkan atas kepercayaan. Jika suatu lembaga memberikan kredit kepada debitur artinya lembaga tersebut telah mempercayai bahwa debitur tersebut akan 21

mengembalikan pinjamannya sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati, baik dalam hal jumlah maupun waktu pengembaliannya. Tanpa adanya keyakinan tersebut, suatu lembaga tidak akan memberikan kredit kepada debitur. Menurut Suyatno et al. (2007), unsur-unsur yang terdapat dalam kredit meliputi: a. Kepercayaan, yaitu keyakinan si pemberi kredit bahwa segala prestasi yang diberikannya dalam bentuk uang, barang, atau jasa akan diterima kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang. b. Waktu, yaitu suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan datang. Unsur waktu mengandung nilai agio dari uang yaitu uang yang ada sekarang nilainya lebih tinggi dibadingkan uang yang akan diterima di masa yang akan datang. c. Degree of risk, yaitu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima di masa yang akan datang. Semakin lama kredit, maka semakin tinggi pula tingkat risikonya. Hal ini menimbulkan adanya jaminan dalam pemberian kredit. d. Prestasi, yaitu objek kredit yang diberikan tidak hanya berupa uang, tetapi juga berupa barang ataupun jasa. Pemberian kredit oleh perbankan dimaksudkan untuk memperoleh keuntungan, sehingga bank hanya boleh meneruskan simpanan masyarakat kepada nasabahnya dalam bentuk kredit jika debitur yang akan memperoleh kredit dipercaya mampu dan mau mengembalikan kredit. Pada dasarnya, tujuan bank memberikan kredit kepada debitur adalah: a. Turut menyukseskan program pemerintah di bidang ekonomi dan pembangunan (kepentingan pemerintah). b. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat (kepentingan masyarakat). c. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan dapat terjamin dan dapat memperluas perusahaannya (pemilik modal/pengusaha). Dalam rangka memenuhi tujuan dari pemberian kredit oleh bank, pemberian kredit harus disertai pengembalian kredit secara tepat waktu dan 22

dalam jumlah yang telah disepakati. Pengembalian kredit secara tepat waktu diperlukan agar tidak terjadi kredit macet yang akan menyebabkan masalah pada kesehatan bank. Jika suatu bank bermasalah dalam keuangannya, tingkat likuiditas pada bank akan menurun dan menyebabkan bank tidak dapat menjalankan aktivitas operasionalnya dengan baik. Akibatnya, tujuan pemberian kredit pun tidak dapat tercapai dengan baik. 3.2. Kerangka Pemikiran Operasional Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu lembaga keuangan yang menyediakan pembiayaan bagi UMKM. Visi BRI yaitu menjadi bank komersial terkemuka yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Sebagai langkah realisasi dari visinya, salah satu misi BRI adalah memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerja yang tersebar luas dan didukung oleh sumberdaya manusia yang profesional dengan melaksanakan praktek good corporate governance. Oleh karena itu, BRI tidak hanya berada di wilayah perkotaan, tetapi juga memiliki unit hingga ke pelosok desa agar dapat menjangkau lapisan masyarakat kecil. Salah satu program kredit pemerintah yang bernama Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program kredit yang disalurkan oleh beberapa bank yang ditunjuk oleh pemerintah, salah satunya adalah BRI. Skim kredit ini diluncurkan untuk membantu para pelaku UMKM yang memiliki usaha yang feasible namun belum bankable agar usahanya dapat berkembang. Plafon maksimal KUR untuk usaha mikro adalah Rp 20 juta. Kinerja KUR hingga saat ini terbilang baik karena dapat memberikan manfaat bagi usaha yang dibiayai maupun bank yang menyalurkan KUR itu sendiri. Nilai NPL KUR Mikro juga terbilang rendah, yaitu sebesar 0,03 persen pada akhir Mei 2011 (BRI Unit Lalabata Rilau 2011). Hal ini menunjukkan bahwa pengembalian KUR masih cukup baik walaupun tetap menjadi suatu permasalahan bagi BRI karena nilai NPL harus diwaspadai agar tidak meningkat hingga di atas 3 persen. Pencegahan kredit bermasalah agar nilai NPL tidak meningkat dilakukan oleh bank dengan cara memilih debitur berdasarkan prinsip 5C, 7P maupun 3R. Sebagian besar bank menggunakan prinsip 5C sebagai pertimbangan untuk menyeleksi calon nasabah, seperti yang dilakukan oleh pihak BRI Unit Lalabata 23

Rilau. Prinsip 5C terdiri dari Character (Watak), Capacity (Kemampuan), Capital (Kapital), Collateral (Jaminan), Condition of Economy (Kondisi Ekonomi). Berdasarkan 5 prinsip tersebut, dapat ditentukan beberapa faktor mempengaruhi tingkat pengembalian KUR. Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap pengembalian kredit dibagi menjadi tiga kategori, yaitu faktor-faktor berdasarkan karakteristik individu (usia, jumlah tanggungan keluarga, dan jarak tempat tinggal dengan BRI), karakteristik usaha (jenis usaha, omset usaha, dan nilai RPC), dan karakteristik kredit (jumlah angsuran, jangka waktu pengembalian, dan jumlah pinjaman). Faktor-faktor ini dipilih berdasarkan berkas yang diisi oleh mantri KUR saat melakukan survei dan analisis calon nasabah KUR, diskusi dengan kepala unit dan mantri KUR BRI Unit Lalabata Rilau, serta melihat dari kondisi usaha yang dijalankan oleh nasabah. Faktor usia, jumlah tanggungan keluarga, dan jarak tempat tinggal dengan BRI merupakan faktor-faktor yang merupakan penilaian berdasarkan prinsip character (karakter). Faktor omset usaha, nilai RPC, jumlah angsuran, jangka waktu pengembalian, dan jumlah pinjaman termasuk dalam penilaian berdasarkan prinsip capacity (kemampuan). Faktor jenis usaha termasuk dalam faktor condition of economy (kondisi ekonomi)mengingat bidang usaha pertanian tergantung pada cuaca maupun fluktuasi harga input dan output. Faktor usia berkaitan dengan kematangan seseorang dalam berpikir serta pengalaman yang dimiliki orang tersebut dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu, diduga bahwa semakin tua usia nasabah akan semakin baik pengalamannya dalam menjalankan usaha sehingga usaha yang berkembang baik akan menghasilkan penerimaan yang besar dan memperkecil kemungkinan melakukan penunggakan kredit. Faktor jumlah tanggungan keluarga berkaitan dengan pengeluaran per bulan yang dilakukan oleh nasabah, semakin banyak jumlah tanggungan keluarga akan semakin besar pula biaya yang dikeluarkan oleh nasabah sehingga dapat memperbesar peluang melakukan tunggakan kredit. Faktor jarak tempat tinggal nasabah dengan BRI berkaitan dengan biaya dan waktu yang dibutuhkan oleh nasabah saat akan mengembalikan pinjaman. Semakin jauh jarak tempat tinggal nasabah dengan BRI akan semakin besar biaya 24

yang dikeluarkan untuk transportasi dan waktu yang dibutuhkan akan lebih lama, sehingga berpengaruh terhadap pengembalian kredit. Faktor jenis usaha berkaitan dengan tingkat risiko yang dihadapi bidang usaha on farm dan off farm. Jenis usaha on farm diduga memiliki tingkat risiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan off farm sehingga usaha off farm dapat mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Faktor omset usaha berkaitan dengan jumlah penerimaan kotor yang diterima oleh nasabah dari usaha yang dijalankan. Semakin tinggi jumlah omset yang diterima oleh seorang nasabah diduga akan semakin lancar dalam mengembalikan pinjaman. Faktor nilai RPC berkaitan dengan kapasitas pengembalian kredit yang dimiliki oleh seorang nasabah yang nilainya sebesar 75 persen dari penghasilan bersih nasabah per bulan. Semakin tinggi nilai RPC seorang nasabah diduga akan lebih lancar dalam mengembalikan pinjamannya. Faktor jumlah pinjaman berkaitan dengan besarnya beban jumlah angsuran pokok dan bunga yang nantinya harus dibayarkan oleh nasabah kepada pihak bank. Semakin besar jumlah kredit yang diberikan kepada nasabah akan semakin besar beban yang harus dibayarkan sehingga akan memperbesar peluang nasabah dalam melakukan tunggakan kredit. Faktor jumlah angsuran berkaitan dengan nilai angsuran pokok serta bunga yang wajib dibayarkan oleh nasabah dalam jangka waktu yang telah ditentukan. Semakin besar jumlah angsuran yang harus dibayarkan, semakin besar peluang nasabah dalam menunggak kredit. Faktor jangka waktu pengembalian berkaitan dengan lamanya waktu yang diberikan oleh pihak bank kepada nasabah serta jumlah angsuran yang harus dibayarkan oleh nasabah per bulannya akan lebih kecil. Oleh karena itu, semakin lama jangka waktu pengembalian kredit akan mempengaruhi kelancaran pengembalian kredit. Seluruh faktor-faktor yang diduga berpengaruh nyata terhadap pengembalian kredit akan dianalisis agar menghasilkan tingkat pengembalian KUR di BRI Unit Lalabata Rilau sehingga terlihat faktor apa saja yang berpengaruh nyata dan membuktikan kebenaran dugaan terhadap setiap faktor. Hasil analisis tersebut dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pihak BRI Unit Lalabata Rilau untuk memilih nasabah yang layak untuk mendapatkan kredit serta 25

mencegah terjadi tunggakan kredit. Kerangka pemikiran operasional dapat dilihat pada Gambar 1. Kredit Macet KUR Mikro BRI Unit Lalabata Rilau Analisis Kredit 5C : Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy Faktor-faktor yang mempengaruhi pengembalian KUR 1. Karakteristik Individu : Usia, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan BRI 2. Karakteristik Usaha : Jenis usaha, omset usaha, RPC 3. Karakteristik Kredit : Jumlah pinjaman, kewajiban per bulan, jangka waktu pengembalian kredit Pengembalian kredit : lancar atau tidak lancar Rekomendasi kebijakan Gambar 1. Diagram Kerangka Pemikiran Operasional 26

3.3. Hipotesis Penelitian Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini meliputi hipotesis umum dan hipotesis khusus. 3.3.1. Hipotesis Umum 1. Tingkat pengembalian kredit diduga dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik individu debitur KUR Mikro 2. Tingkat pengembalian kredit diduga dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik usaha debitur KUR Mikro 3. Tingkat pengembalian kredit diduga dipengaruhi secara nyata oleh karakteristik kredit KUR Mikro 3.3.2. Hipotesis Khusus 1. Usia nasabah diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 2. Jumlah tanggungan keluarga diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 3. Jarak tempat tinggal dengan BRI diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 4. Jenis usaha, usaha off farm diduga lebih berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro dibandingkan usaha on farm, sehingga usaha off farm = 1 dan on farm = 0 5. Omset usaha diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 6. Repayment Capacity diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 7. Jumlah pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 8. Angsuran pinjaman diduga berpengaruh negatif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 9. Jangka waktu pengembalian kredit yang lebih lama diduga berpengaruh positif terhadap kelancaran pengembalian KUR Mikro 27