BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN. Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV PENUTUP. Kabupaten Bantul, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 2016, serta pengamatan langsung kondisi tahun 2017 diperoleh simpulan hasil sebagai

INDIKATOR DAN TOLAK UKUR KINERJA BELANJA LANGSUNG

RINGKASAN EKSEKUTIF. Pengelolaan barang milik daerah merupakan rangkaian kegiatan yang meliputi

BAB VI SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi

SALINAN BUPATI BULELENG, Menimbang : bahwa sebagai pelaksanaan ketentuan Pasal 511 ayat (1),

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 3 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BUPATI BANGKA BARAT PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PENATAUSAHAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB III METODE PENELITIAN

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 136 TAHUN 2015 TENTANG

RANCANGAN. (disempurnakan) RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 30 TAHUN 2013 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

BAB IV PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

RINCIAN RANCANGAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUNINGAN RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2014

LAPORAN HASIL PERJALANAN DINAS KE PROVINSI PAPUA MARET 2017

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai evaluasi proses inventarisasi

RAPERDA PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG

PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN SENSUS BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

Rencana Kerja Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Sintang 2018

BAB 5 KONKLUSI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. negara. Undang-Undang (UU) No. 17 Tahun 2003 dalam Pasal 1 menyatakan

BAB II LANDASAN TEORI. manfaat bagi seseorang atau perusahaan tersebut. Manfaat ekonomi masa depan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG BARAT NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA,KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF

BAB I PENDAHULUAN. opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP). Namun demikian, masih banyak

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR. Nomor 2 Tahun 2018 Seri E Nomor 2 PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 20

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI. pada tahun 1990-an berpengaruh terhadap konsep anggaran negara pada

BUPATI SUMBA TIMUR PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI LAHAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAHAT NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG

BAB 1 INTRODUKSI. perintah Undang-Undang Dasar (UUD) Tahun 1945, khususnya pasal 23E yang

BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB V KONKLUSI DAN REKOMENDASI KONKLUSI DAN REKOMENDASI. (sisdur) pemungutan PBB-P2 di Kabupaten Mempawah. Kemudian, penulis akan

PERNYATAAN PERJANIAN KINERJA SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH

Pengelolaan Barang Milik Daerah dan Tindak

BAB 5 PENUTUP. Pendidikan Kabupaten Brebes, maka efektivitas untuk 5 (lima) unsur SPIP pada

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARBARU NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PENGENDALIAN INTERNAL BARANG MILIK DAERAH (BMD) PADA DINAS PPKAD KABUPATEN TEGAL

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 36 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TEKNIS INVENTARISASI BARANG DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS

BUPATI BANDUNG H. DADANG M NASER, SH, S.Ip WAKIL BUPATI BANDUNG DEDEN R RUMAJI, MAP

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB III ISU - ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB IV PENUTUP. Dana Desa di Desa Tanjungharjo Kecamatan Nanggulan Kabupaten Kulon Progo. 1. Proses Monitoring di Desa Tanjungharjo

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI DHARMASRAYA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DHARMASRAYA NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2010 NOMOR 3 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang

DOSEN : ANTONIUS DARMANTO,

BAB VI PENUTUP. menjalankan pengawasan PJAS, Dinas Kesehatan Kota Padang memiliki kesiapan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 77 TAHUN 2006 TENTANG

KATA PENGANTAR. Rancangann Rencana Kerja (Rancangan Renja) Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Jombang Tahun 2015

BUPATI BANGLI PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGLI NOMOR 16 TAHUN 2016 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

SALINAN NO : 14 / LD/2009

BAB VI PENUTUP. kesimpulan tersebut yang secara ringkas dapat disajikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Sejak disahkannya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

WALIKOTA BALIKPAPAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

LAPORAN HASIL PEMERIKSAAN

BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 37 TAHUN 2014 TENTANG

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN PENDATAAN INDIKATIF

GUBERNUR SULAWESI UTARA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2009 NOMOR 3

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. yang cakupannya lebih sempit. Pemerintahan Provinsi Jawa Barat adalah salah

WALIKOTA PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB XI ADMINISTRASI PENGELOLAAN BARANG DAERAH

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 19 TAHUN 2014 BUPATI MAJALENGKA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DOKUMEN PELAKSANAAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT DAERAH ( DPA SKPD ) TAHUN ANGGARAN 2016 BELANJA LANGSUNG

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MATARAM,

TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANGKA BARAT NOMOR...TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, STRUKTUR ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN

BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR TAHUN 2017 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

MONITORING RENCANA AKSI TRIBULAN I TAHUN ANGGARAN 2017

Transkripsi:

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini akan disajikan dalam tiga bagian, yaitu bagian simpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Bagian simpulan berisi simpulan dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya. Bagian keterbatasan penelitian berisi keterbatasan-keterbatasan yang ditemui peneliti pada saat melakukan penelitian. Bagian saran berisi langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah untuk memperbaiki penatausahaan aset tetap di masa mendatang dan rekomendasi bagi penelitian tentang penatausahaan aset tetap selanjutnya. 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis data tentang penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya, dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. i) Pelaksanaan penatausahaan aset tetap pada level pengguna barang dan level pembantu pengelola belum sepenuhnya sesuai dengan peraturan yang berlaku. Dari hasil evaluasi, ditemukan bahwa tingkat pemenuhan kriteria penatausahaan aset tetap belum mencapai 100%. Secara rinci, tingkat pemenuhan pada dua level pengelola barang diuraikan sebagai berikut. a) Tingkat pemenuhan kriteria penatausahaan pada level pengguna barang. Tingkat pemenuhan pada kriteria pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan pada DPPO sebesar 35,71%, 50%, dan 0%, sedangkan pada DPU sebesar 56%, 61%, dan 0%. 105

106 b) Tingkat pemenuhan kriteria penatausahaan pada level pembantu pengelola. Tingkat pemenuhan kriteria pembukuan, inventarisasi, dan pelaporan pada level pembantu pengelola sebesar 70%, 58%, dan 14,29%. Berdasarkan hasil analisis data juga ditemukan bahwa SIMDA BMD belum mengakomodasi seluruh laporan aset daerah yang dipersyaratkan oleh Permendagri Nomor 17 Tahun 2007. Selain itu, penggunaan SIMDA BMD belum dilakukan secara optimal oleh Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya. Hal ini dapat dilihat dari belum berfungsinya KIR dalam aplikasi SIMDA BMD dan belum digunakannya aplikasi SIMDA BMD oleh penyimpan barang di tingkat sekolah dasar. ii) Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya masalah dalam penatausahaan aset tetap di Kabupaten Sumba Barat Daya. a) Sumber daya manusia. Sumber daya manusia yang melakukan penatausahaan aset tetap di tingkat dinas dan unit kerja tidak memiliki pemahaman yang memadai tentang penatausahaan aset dan penggunaan aplikasi SIMDA BMD. Hal ini disebabkan oleh kualifikasi penyimpan barang yang tidak sesuai, adanya pergantingan penyimpan barang dan operator SIMDA BMD, dan kurangnya pelatihan tentang penatausahaan aset tetap dan penggunaan SIMDA BMD. Selain itu, jumlah personil yang melaksanakan tugas penatausahaan aset tetap masih minim. Hal ini terlihat dari kurangnya

107 pelaksana sensus aset tetap dinas dan kurangnya jumlah staf pada pembantu pengelola. b) Komitmen. Komitmen yang masih minim terhadap penatausahaan aset tetap ditunjukkan oleh kurangnya komitmen pihak internal dinas dan komitmen pimpinan daerah. Selain itu, komitmen yang kurang dari pengelola barang daerah secara keseluruhan juga ditunjukkan dengan lambatnya tindak lanjut temuan terkait aset tetap. Keadaan tersebut menyebabkan proses penatausahaan aset tetap tidak dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. c) Koordinasi. Kurangnya koordinasi dalam pelaksanaan penatausahaan aset tetap terlihat dari koordinasi antara pihak internal dinas dan koordinasi antara pihak pengelola barang dinas dengan pihak pembantu pengelola barang daerah yang tidak berjalan dengan lancar. Hal ini menyebabkan proses penatausahaan aset tetap tidak berjalan dengan lancar. d) Aplikasi yang belum terintegrasi, Belum adanya integrasi antara SIMDA keuangan dan SIMDA BMD membuat penginputan data aset tetap yang berasal dari APBD ke dalam SIMDA BMD harus dilakukan secara manual. Hal ini menjadi salah satu faktor yang membuat proses pembukuan aset tetap membutuhkan waktu yang lama dan pelaporan aset tetap menjadi terlambat.

108 e) Kompensasi dan sanksi. Belum adanya kompensasi bagi penyimpan barang tingkat sekolah dasar membuat penyimpan barang tidak fokus dalam menatausahakan aset tetap. Selain itu, belum adanya sanksi yang diberikan kepada pengelola barang dinas mengakibatkan tidak ada efek jera yang dirasakan oleh pengelola barang dinas ketika mereka tidak melakukan tugas dengan baik. Kondisi ini menyebabkan penatausahaan aset tetap yang buruk pada tingkat dinas dan unit kerja terjadi secara terus menerus. f) Sarana dan prasarana yang belum memadai. Kurangnya sarana dan prasarana dalam pelaksanaan penatausahaan aset tetap dapat dilihat dari ketersediaan laptop yang sering mengalami masalah, tidak tersedianya kendaraan untuk melakukan sensus aset tetap di lapangan, dan kemampuan server yang masih minim. Sarana dan prasarana yang belum memadai membuat proses penatausahaan aset tetap tidak dapat dilaksanakan dengan baik. g) Pengelolaan BMD yang belum memadai. Pengelolaan BMD yang kurang memadai dapat dilihat dari beberapa hal, yaitu lambatnya inventarisasi terhadap aset hibah, inventarisasi yang kurang memadai pada periode yang lalu, belum adanya penghapusan aset tetap, belum dilakukannya pemindahtanganan aset tetap, dan kurangnya pengamanan hukum terhadap aset tetap. Hal ini mengakibatkan terhambatnya proses penatausahaan aset tetap.

109 iii) Upaya-upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah untuk mengatasi faktor penyebab masalah dalam penatausahaan aset. a) Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM pengelola barang. Peningkatan kualitas dan kuantitas SDM dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pelatihan tentang penatausahaan aset tetap sesuai peraturan yang berlaku dan pemanfaatan aplikasi penatausahaan aset tetap, pendampingan penatausahaan aset oleh Inspektorat Daerah, tidak memberikan beban tugas tambahan pada penyimpan barang, dan adanya pembantu penyimpan barang. b) Peningkatan komitmen pengelola barang. Peningkatan komitmen pengelola barang dilakukan dengan beberapa cara, yaitu peningkatan disiplin pegawai, pemberian surat edaran tentang peraturan pengelolaan barang milik daerah yang terbaru, pelibatan pihak internal dinas untuk membantu tugas penyimpan barang, dan pembentukan tim sensus dalam DPU. c) Peningkatan koordinasi antara pengelola barang daerah. Peningkatan koordinasi antara pengelola barang daerah dilakukan dengan cara mengadakan pertemuan rutin dengan pengelola barang dinas dan penyampaian surat rutin terkait pelaporan aset tetap. d) Penyediaan sarana yang memadai Penyediaan sarana untuk memperlancar proses penatausahaan aset tetap berupa penyediaan laptop yang memadai bagi penyimpan barang DPU.

110 e) Perbaikan dalam pengelolaan aset tetap daerah Perbaikan dalam pengelolaan aset tetap daerah dilakukan dengan cara menyelesaikan sensus aset tetap pada tahun 2017 dan melakukan penilaian aset tanah ruas jalan secara triwulanan pada tahun 2017. f) Peningkatan pengawasan terhadap pengelolaan aset di dinas. Peningkatan pengawasan terhadap pengelolaan aset tetap dinas dilakukan dengan beberapa cara, yaitu pembentukan satuan tugas oleh pembantu pengelola, pembentukan satuan tugas oleh Inspektorat Daerah, dan audit oleh Inspektorat Daerah kepada dinas. 5.2 Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yaitu: i) Peneliti melakukan penelitian tentang pelaksanaan penatausahaan aset tetap di level pengguna barang hanya pada dua dinas besar karena keterbatasan waktu penelitian. Oleh karena itu, hasil penelitian ini tidak bisa digeneralisasi kepada dinas-dinas lainnya. ii) Penelitian ini tidak dilakukan pada tingkat sekolah sehingga pemahaman tentang pelaksanaan penatausahaan, pemasalahan yang ada dan upaya yang dilakukan pada tingkat sekolah hanya diperoleh dari pihak luar yang terdiri atas DPPO, DPU, DPPKAD, dan Inspektorat Daerah. iii) Peneliti tidak memperoleh data daftar kode lokasi. Dengan demikian, evaluasi atas kodefikasi aset tetap tidak mencakup evaluasi atas kode lokasi dalam daftar barang pengguna.

111 iv) Peneliti tidak melakukan evaluasi terhadap aplikasi SIMDA BMD secara keseluruhan. Evaluasi atas SIMDA BMD hanya berfokus pada evaluasi terhadap penggunaan SIMDA BMD dari sisi pengguna aplikasi. v) Penelitian dilakukan pada masa sibuk, yaitu bulan Desember 2016 sampai pertengahan Januari 2017, sehingga tidak semua partisipan dapat mengikuti diskusi tentang topik penelitian. Hal ini membuat hasil diskusi yang ada hanya diperoleh dari beberapa partisipan. 5.3 Saran Atas dasar simpulan penelitian di atas, maka peneliti memberikan saran kepada Pemerintah Daerah Kabupaten Sumba Barat Daya, sebagai berikut: i) Pemerintah daerah harus melaksanakan proses penatausahaan aset tetap sesuai dengan peraturan yang berlaku, di antaranya yaitu: a) Pemberian kewenangan penyimpanan bukti kepemilikan aset tetap kepada pengguna barang sehingga data aset tetap tersedia di dinas dan penatausahaan aset tetap dinas dapat dilakukan dengan lebih baik. b) Pemerintah melakukan sensus aset tetap minimal setiap lima tahun sekali dan menyediakan petunjuk teknis (juknis) sebagai pedoman pelaksanaan sensus. Juknis sensus ialah pedoman pengelola barang dinas dan unit kerja untuk melaksanakan sensus asetnya masing-masing. Adanya pedoman ini akan membuat pelaksanaan sensus yang dilakukan oleh masing-masing dinas dan unit kerja akan berjalan sama satu dengan yang lainnya. Pedoman sensus juga akan menjadi patokan bagi pengelola

112 barang dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul selama proses pelaksanaan sensus. Hal ini akan meringankan beban bidang aset karena semua petunjuk pelaksanaan sensus telah tertuang dalam juknis sensus. c) Pimpinan daerah mewajibkan pelaporan mutasi aset tetap semesteran agar pencatatan mutasi aset lebih tertib. Dengan demikian, pemerintah daerah dapat memiliki data aset tetap yang akurat dan up to date. d) Pemanfaatan SIMDA BMD secara optimal. Pemerintah daerah harus mewajibkan pemanfaatan KIR dalam SIMDA BMD sehingga data KIR pemerintah daerah dapat diperoleh. Selain itu, penggunaan SIMDA BMD harus dilakukan sampai dengan level unit kerja, yaitu tingkat sekolah dasar. Hal ini akan sangat membantu penyimpan barang sekolah dasar untuk mencatat dan mendaftarkan aset tetap yang berada dibawah penguasaannya dengan lebih baik dan laporan aset tetap sekolah dasar juga dapat diperoleh dengan lebih cepat. Adanya informasi yang akurat dari KIR dan pelaporan unit kerja yang lebih baik dan cepat akan membuat perencanaan dan pengelolaan aset tetap pemerintah daerah dapat dilakukan secara optimal. ii) Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi penyebab permasalahan dalam penatausahaan aset tetap, yaitu: a) Pemberian kompensasi dan sanksi pada pengelola barang di dinas dan unit kerja. Adanya kompensasi dalam bentuk pemberian honor kepada pengelola barang sekolah dasar akan meningkatkan semangat dan komitmen mereka untuk menatausahakan aset dengan sebaik-baiknya. Di

113 samping itu, adanya sanksi yang tegas kepada pengelola barang dinas dan unit kerja akan memacu mereka untuk mengelola aset, khususnya menatausahakan aset tetap secara optimal. Penghargaan dan sanksi yang diberikan kepada para pengelola barang akan mengurangi masalah yang terjadi dalam proses penatausahaan aset dinas di masa yang akan datang. b) Pengadaan local area network. Untuk mengatasi keterbatasan layanan telekomunikasi, pemerintah daerah dapat mengadakan jaringan seperti Local Area Network (LAN) untuk wilayah kantor pemerintah. Dengan keberadaan LAN, keterhubungan SIMDA BMD antara di dinas dan server yang berada di bidang aset dapat dilakukan. Hal ini akan membuat penginputan data aset ke dalam SIMDA BMD bisa lebih efektif karena dapat dilakukan secara langsung dari dinas. c) Peningkatan kapasitas server SIMDA BMD. Pemerintah harus meningkatkan kapasitas server SIMDA BMD untuk memperlancar dan mempercepat proses penatausahaan aset tetap oleh penyimpan barang. d) Peningkatan koordinasi dengan BPKP. SIMDA BMD masih memiliki beberapa kekurangan, yaitu tersebut berupa tidak adanya beberapa menu laporan yang dipersyaratkan oleh peraturan tentang pengelolaan BMD dan belum terintegrasinya SIMDA keuangan dengan SIMDA BMD. Hal ini membuat SIMDA BMD belum dapat memberikan manfaat yang optimal bagi penatausahaan aset tetap. Oleh karena itu, diperlukan adanya peningkatan koordinasi antara pemerintah daerah dengan BPK terkait penyelesaian masalah tersebut.

114 e) Hal-hal yang dapat dilakukan untuk menyempurnakan upaya yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Sumba Barat Daya dalam rangka memperbaiki penatausahaan aset tetap daerah, yaitu: a) Kegiatan sensus aset tetap harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Persiapan yang matang tidak hanya dilakukan oleh pihak pembantu pengelola, tetapi juga pihak pengguna barang. Kegiatan sensus atau inventarisasi fisik aset tetap harus disosialisasikan terlebih dahulu kepada dinas dan unit kerja. Dengan demikian, mereka dapat melakukan persiapan dari segi personil yang membantu melaksanakan sensus dan biaya yang dibutuhkan untuk memperlancar pelaksanaan sensus aset tetap. Hal ini akan memperkecil kemungkinan timbulnya masalahmasalah selama pelaksanaan sensus. b) Percepatan penetapan peraturan daerah. Surat edaran yang dikeluarkan oleh bidang aset merupakan suatu solusi sementara untuk mengatasi kekosongan Perda tentang pengelolaan barang milik daerah di Kabupaten Sumba Barat Daya. Perda ini akan menjadi acuan baku bagi para pelaksana pengelolaan barang milik daerah dan bisa mendorong mereka untuk menjalankan tanggung jawabnya secara optimal. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya percepatan penetapan Perda tentang pengelolaan barang milik daerah. c) Pemberian SK Bupati bagi pengguna barang dan pengelola barang di tingkat sekolah dasar. Pemberian SK yang berisi tugas dan tanggung jawab pengguna barang akan lebih meningkatkan kesadaran pengguna

115 barang akan tugas untuk mengelola barang yang berada dibawah penguasaannya, termasuk melakukan pengendalian dan pengawasan internal atas penggunaan aset tetap dan penatausahaannya. Peningkatan kesadaran ini akan mendorong peningkatan komitmen bagi terselenggaranya pengelolaan aset yang baik, khususnya penatausahaan aset. Pemberian SK juga perlu dilakukan kepada pengelola barang di sekolah dasar. Adanya SK akan memperjelas posisi mereka dalam penatausahaan aset tetap dan meningkatkan kesadaran dan komitmen untuk melakukan penatausahaan aset tetap yang baik, termasuk dalam menatausahakan aset hasil pengadaan di luar dana APBD. d) Pelibatan pimpinan daerah dalam koordinasi rutin dengan pengelola barang dinas. Pelibatan pimpinan daerah dalam koordinasi rutin ditujukan agar pimpinan daerah mengikuti secara langsung dan mengetahui seluruh permasalahan yang ada dalam proses penatausahaan aset. Jika terjadi hal-hal yang memerlukan adanya kebijakan daerah, seperti penambahan dan penempatan pegawai yang sesuai dengan tugas dan fungsinya serta penyediaan anggaran untuk memperlancar proses penatausahaan aset, dapat dikoordinasikan secara langsung pada para pembuat kebijakan. Hal ini diharapkan bisa memberikan kontribusi positif terhadap penyelesaian masalah dalam penatausahaan aset tetap dan penyelesaian masalah tidak akan berlarut-larut. Selain itu, keikutsertaan pimpinan daerah akan menjadi dorongan bagi para

116 pengelola aset dinas untuk mengikuti pertemuan yang diselenggarakan oleh bidang aset secara rutin. e) Penyelesaian proses pemindahtanganan aset tetap, penghapusan aset tetap, dan pengamanan aset tetap pemerintah daerah. Hal ini ditujukan untuk membersihkan data BMD dan memberikan kepastian kepemilikan BMD sehingga pemerintah daerah memiliki informasi aset tetap yang akurat. Selain itu, peneliti memberikan beberapa rekomendasi bagi penelitian selanjutnya yang membahas tentang penatausahaan aset tetap dalam lingkup pemerintah daerah, yaitu: i) Penambahan jumlah level pengguna barang yang diteliti untuk memperoleh pemahaman yang lebih lengkap terkait penatausahaan aset tetap kabupaten. ii) Pelibatan pengelola barang di tingkat unit kerja untuk memperoleh pemahaman yang mendalam terkait penatausahaan aset tetap di tingkat unit kerja. iii) Penambahan data berupa daftar kode lokasi agar dapat melakukan evaluasi yang lebih lengkap terkait pemberian kodefikasi lokasi aset tetap dalam dokumen aset tetap. iv) Pelibatan pihak yang merancang SIMDA BMD dalam penelitian untuk mengevaluasi penggunaan SIMDA BMD secara lebih menyeluruh. v) Pemilihan waktu penelitian harus diperhatikan sehingga semua partisipan yang terlibat dapat mengikuti seluruh rangkaian proses penelitian.