39 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka dan Konsep Penelitian Kanker merupakan penyebab kematian utama kedua (untuk semua umur) di Amerika Serikat. Hampir 1 juta individu ditemukan menderita kanker setiap tahun, sekitar setengah diantaranya akhirnya meninggal karena penyakit ini. Di Indonesia penyakit kanker menduduki urutan ke-3 penyebab kematian sesudah penyakit jantung dan paru-paru (Astuti, 2000). Hal ini merupakan salah satu ancaman yang utama terhadap kesehatan. Meskipun usaha pengobatan kanker secara intensif telah dilakukan, namun hingga kini belum ditemukan obat yang dapat mengatasi penyakit tersebut secara memuaskan. Hal ini disebabkan rendahnya selektifitas obat-obat antikanker yang digunakan ataupun patogenasi antikanker tersebut yang belum jelas. Terapi kanker yang dilakukan saat ini sudah dengan berbagai cara mulai dari yang bersifat konvensional yaitu pembedahan, hingga yang bersifat modern yaitu penggunaan kemoterapi, radiasi, hormon, dan antibodi monoklonal ( Bolk, 1995; Tapan, 2005; Sudoyo, 2006). Berbagai macam senyawa telah dikembangkan melawan kanker yang meliputi senyawa-senyawa pengalkilasi, antimetabolit, obat-obat radiomimetik, hormon dan senyawa antagonis (Astuti et al, 2005). Akan tetapi, senyawa senyawa ini menghasilkan efek samping yang merugikan. Oleh karena itu, diperlukan penemuan obat alternatif dari bahan alam yang efektif dan aman baik untuk mencegah maupun menyembuhkan kanker. 39
40 Keunggulan obat bahan alam adalah memiliki efek samping yang relatif kecil bila digunakan dengan benar dan tepat (Ixora, 2007). Keanekaragaman hayati perairan laut Indonesia memberi peluang untuk memanfaatkan biota laut untuk pencarian senyawa bioaktif baru, salah satunya adalah spons. Spons merupakan biota laut yang potensial dijadikan bahan eksplorasi pencarian senyawa baru antikanker karena spons merupakan penghasil senyawa bioaktif antiviral maupun senyawa sitotoksik (Garson, 1994). Telah dilaporkan pula bahwa sebagian senyawa yang diisolasi dari spons mempunyai aktivitas toksik yang tinggi terhadap antibakteri, antikanker dan antiparasit (Amir dan Budiyanto, 1996). Sebagian besar spons mengandung alkaloid, terpenoid dan steroid (Bergman dan Feeney, 1990). Kandungan metabolit sekunder dalam spons jenis tertentu ada yang lebih kuat daripada didalam jenis lainnya yang ditandai dengan warna yang timbul pada uji kualitatif. Jika dilihat dari kandungan metabolit sekunder seperti kandungan alkaloid, terpenoid dan steroid maka spons dari Indonesia memiliki potensi yang tinggi untuk menghasilkan senyawa bioaktif (Rachmat, 2007). SejumLah terpenoid memiliki sifat antikanker (Aoki et al, 2001) sedangkan steroid dan alkaloid memiliki khasiat lebih luas tergantung substituennya. Beberapa penelitian tentang potensi metabolit sekunder yang dimiliki spons asal perairan di Indonesia antara lain spons Aaptos sp dari kelas Demospongiae yang hidup di sekitar taman laut Bunaken telah dibuktikan mengandung senyawa golongan alkaloid naftiridin yang dilaporkan mempunyai
41 aktivitas sitotoksik, antiviral dan antioksidan (Widjhati et al., 2004). Setyowati et al (2007) melaporkan telah berhasil mengisolasi senyawa bersifat sitotoksik tehadap sel tumor myeloma dari spons kaliapsis sp asal pulau menjangan Bali Barat. Trianto (2005) melaporkan bahwa hasil uji antikanker ekstrak spons Haliclona sp memberikan LC 50 sebesar 8,16 μg/ml. Beberapa jenis spons lainnya juga memiliki aktivitas antikanker yaitu spons Discodermia dissoluta yang mengandung senyawa discodermolide yang aktif sebagai antikanker. Berbagai penelitian telah dilakukan untuk mengidentifikasi aktivitas biologis dari spons jenis Clathria. Davis et al (2004) menyebutkan telah berhasil mengisolasi senyawa Microcionamides A dan Microcionamides B yang merupakan senyawa golongan peptida dari spons clathria (Thalysias) abietina asal laut Filipina menunjukkan sitotoksisitas yang signifikan terhadap sel tumor payudara manusia dengan adanya aktivitas penghambatan terhadap sel kanker MCF-7. Dari perairan Indonesia telah diisolasi suatu senyawa aktif katirimin dari spons Clathria basilana yang aktivitas farmakologinya sebagai antimikroba dan penelitian aktivitas dari metabolit sekunder spons tersebut masih terus dikembangkan (Soediro, I.,1998). Uji sitotoksisitas untuk skrining senyawa antikanker pada umumnya menggunakan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) (Astuti et al., 2005). Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) menggunakan larva udang Artemia salina L. Hasil uji BSLT merupakan salah satu metode uji toksisitas yang banyak digunakan dalam penelusuran senyawa bioaktif yang bersifat toksik dari bahan alam. Metode ini
42 dapat digunakan sebagai bioassay guided factionation dari bahan alam karena mudah, cepat dan murah. Suatu bahan yang mempunyai toksisitas dengan LC 50 lebih kecil dari 1000 ppm dapat dikatakan berpotensi sebagai agen antikanker. Selain menggunakan uji BSLT perlu dilakukan uji toksisitas secara in vitro yaitu mendeteksi aktivitas suatu senyawa dengan menggunakan kultur sel (Meyer et al, 1982). Uji lanjutan antikanker dilakukan dengan menggunakan sel HeLa. Sel HeLa adalah sel yang berasal dari sel-sel kanker serviks yang diambil dari seorang penderita kanker serviks bernama Henriatta Lacks. Sel ini bersifat Imortal dan produktif sehingga banyak digunakan dalam penelitian ilmiah (Rahbari et al., 2009). Pada uji pendahuluan telah dilakukan uji toksisitas ekstrak metanol dan etanol spons Clathria (Thalysias) sp terhadap larva Artemia salina L. Berdasarkan uji pendahuluan tersebut diperoleh bahwa ekstrak metanol dan etanol spons Clathria (Thalysias) sp memiliki nilai toksisitas dengan LC 50 masing-masing sebesar 30,19 ppm dan 42,66 ppm. Dari skrining awal senyawa antikanker dengan metode BSLT (Brine Shrimp Lethality Test) menyatakan adanya dugaan bahwa spons Clathria (Thalysias) sp memiliki potensi sebagai senyawa antikanker. Sehubungan dengan belum adanya penelitian tentang uji aktivitas antikanker isolat toksik dari ekstrak metanol spons Clathria (Thalysias) sp terhadap sel HeLa dan identifikasi senyawa aktifnya maka perlu dilakukan uji aktivitas tersebut secara lebih intensif dan terkontrol. Adapun kerangka penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
43 Keanekaragaman Biota Laut Indonesia Kanker Spons Clathria (Thalysias) sp Peningkatan ancaman kematian Metabolit Sekunder Upaya pengobatan Potensi Aktivitas Biologis Pengobatan tradisional Pengobatan sintetik Aktivitas Antikanker Agen Antikanker Alami Operasi, Kemoterapi, radiasi Isolasi Metabolit Ekstrak Metanol Spons Uji Toksisitas terhadap larva Artemia salina Leach Natural Product Selektif, efektif, tidak menimbulkan efek samping Mahal, Selektivitas rendah, merusak sel normal Senyawa toksik Uji Aktivitas Antikanker terhadap sel Hela Identifikasi senyawa aktif Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian
44 3.2 Hipotesis Penelitian Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis bahwa Isolat toksik dari ekstrak metanol spons Clathria (Thalysias) sp mempunyai aktivitas antikanker terhadap sel HeLa.