BAB I PENDAHULUAN. manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang. akan dicapai oleh suatu organisasi dalam periode tertentu yang

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma baru tentang reformasi sektor publik telah mewarnai

BAB I PENDAHULUAN. birokrasi dalam berbagai sektor demi tercapainya good government. Salah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. yang mengatakan wujud dari penyelenggaraan otonomi daerah adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah pada era reformasi ini dituntut untuk melaksanakan. perubahan penting dan mendasar yang dimaksudkan untuk memperbaiki

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan ekonomi untuk daerah maupun kebijakan ekonomi untuk pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Tetapi untuk pelaksanaan fungsi birokrasi pemerintah, keberadaan sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan dan pengeluaran yang terjadi dimasa lalu (Bastian, 2010). Pada

BAB 1 PENDAHULUAN. sektor publik diakhiri dengan proses pertanggungjawaban publik, proses inilah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. melalui Otonomi Daerah. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.22 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kesatuan yang utuh (Mahmudi, 2011). Menurut Mardiasmo (2009), keilmuan jika memenuhi tiga karakteristik dasar, yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. yang menggambarkan kondisi keuangan dari suatu organisasi yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Anggaran merupakan suatu hal yang sangat penting dalam suatu organisasi.

BAB I PENDAHULUAN. bidang. Kinerja yang dicapai oleh organisasi pada dasarnya adalah prestasi para

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

BAB I PENDAHULUAN. adalah menciptakan kesejahteraan masyarakat. Kesejahteraan. masyarakat merupakan sebuah konsep yang sangat multi kompleks.

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi penelitian, proses penelitian dan sistematika penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. yang bersih (good governance) bebas dari KKN sehingga hasil pelayanan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu hal yang harus diketahui oleh publik untuk dievaluasi, dikritik,

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pengertian anggaran menurut Mardiasmo (2004:62) menyatakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. manajemen pemerintah pusat dan daerah (propinsi, kabupaten, kota). Hal tersebut

PENINGKATAN KINERJA MELALUI ANGGARAN BERBASIS KINERJA PADA SEKSI ANGGARAN DINAS PENDAPATAN DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH KABUPATEN BINTAN

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah di Indonesia yang didasarkan pada undang-undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. yang baik perlu upaya perbaikan manajemen keuangan publik. Hal ini seiring

ANALISIS VALUE FOR MONEY PROGRAM PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN ANGGARAN 2007

BAB I PENDAHULUAN. anggaran merupakan suatu rencana jangka pendek yang disusun berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. dalam mewujudkan aspirasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bougette (Perancis) yang berarti sebuah tas kecil. Menurut Indra Bastian (2006),

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran dan Belanja Pendapatan Negara (APBN) memiliki peranan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. termasuk diantaranya pemerintah daerah. Penganggaran sector publik terkait

BAB I PENDAHULUAN. berbagai hal, salah satunya pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan Undang-

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kepada kebutuhan untuk belanja atau pembiyayaan, (Karhi Nisjar S, 2015).

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan

BAB I PENDAHULUAN. sistem tata kelola pemerintahan yang baik (good governance) yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN. prinsip keterbukaan, keadilan, dan dapat dipertanggungjawabkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah yang sedang bergulir ini merupakan bagian dari adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pemerintah daerah sekarang ini dihadapkan oleh banyaknya tuntutan baik dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Tinjauan pustaka yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat dari otonomi daerah adalah adanya kewenangan daerah yang lebih

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan, pelaporan dan evaluasi anggaran pada sebuah organisasi. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. tidak berorientasi pada kinerja, dapat menggagalkan perencanaan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk angka dan dinyatakan dalam unit moneter yang meliputi seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi fiskal. Pemberitahuan otonomi daerah berakibat pada terlanjurnya

BAB I PENDAHULUAN. untuk mensejahterakan masyarakat, tidak dipergunakan untuk kepentingan masingmasing

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai peraturan yang ada diantaranya adalah; Peraturan Pemerintah (PP)

BAB I PENDAHULUAN. adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan. Para pemangku. penunjang demi terwujudnya pembangunan nasional.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. menilai kinerja (Mardiasmo,2009,h.121). program sampai dengan tahun berjalan dengan sasaran (target) kinerja 5 (lima)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Purnomo (2015) melakukan penelitian tentang Penilaian Kinerja Berbasis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah merupakan upaya pemberdayaan daerah dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semangat reformasi telah mendorong para pemimpin bangsa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. daerah, maka semakin besar pula diskreasi daerah untuk menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perubahan dalam penerapan standar akuntansi. akuntansi pemerintah menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun

TUGAS AKHIR. Oleh : AHMAD NURDIN L2D

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat tersebut menyebabkan inisiatif dan prakarsa daerah cenderung

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia telah memasuki masa pemulihan akibat krisis ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Organisasi pemerintah daerah merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran sebagai salah satu alat bantu manajemen memegang peranan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan proses pemberdayaan dan kemampuan suatu daerah dalam. perekonomian dan partisipasi masyarakat sendiri dalam pembangunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Awal diterapkannya otonomi daerah di Indonesia ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. penting yang dilakukan yaitu penggantian sistem sentralisasi menjadi

BAB VI PENUTUP. Berdasarkan hasil kesimpulan dapat disimpulkan bahwa : 2. Pengeluaran (belanja) Kabupaten Manggarai tahun anggaran 2010-

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan baru dari pemerintah Republik Indonesia yang mereformasi

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik (good government governance)

PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN. Lab. Politik dan Tata Pemerintahan, Fakultas Ilmu Administrasi, Universitas Brawijaya

BAB I PENDAHULUAN. Penganggaran merupakan hal yang sangat penting di dalam suatu organisasi,

BAB I PENDAHULUAN. dalam menjalani dan memenuhi kebutuhan sehari-hari. Tujuan akhir dari para

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sangat terbatas; sehingga ketergantungan pada Pemerintah Pusat

BAB 1 PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. roda pemerintah yang sumber legitimasinya berasal dari masyarakat. Oleh karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 UNIVERSITAS INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. daerah diharapkan mampu menciptakan kemandirian daerah dalam mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. menciptakan tujuan masyarakat daerah yang sejahtera sebagai suatu implikasi dari

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kepada masyarakat, menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang

BAB I PENDAHULUAN. besarnya penyerahan wewenang dari pemerintah pusat ke pemerintah daerah, dimana

BAB I PENDAHULUAN. melakukan perubahan secara holistik terhadap pelaksaaan pemerintahan orde baru.

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Organisasi sektor publik merupakan lembaga yang menjalankan roda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan daerah Propinsi Bali serta pembangunan nasional. Pembangunan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. Standards Board (GASB) dalam Halim (2007: 14) adalah A Budget is plan of

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anggaran merupakan salah satu bagian dari proses pengendalian manajemen yang berisi rencana tahunan yang dinyatakan secara kuantitatif, diukur dalam satuan moneter (Halim dan Theresia, 2007: 81). Anggaran merupakan taksiran sumber daya yang diperlukan untuk melaksanakan program kerja. Menurut Mardiasmo (2004: 61), anggaran merupakan pernyataan mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang dinyatakan dalam ukuran finansial, sedangkan penganggaran adalah proses atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran. Menurut Halim dan Theresia (2007: 82) anggaran menjadi sangat penting dan relevan di pemerintah daerah karena anggaran berdampak terhadap kinerja pemerintah yang dikaitkan dengan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Aturan-aturan mengenai anggaran terkait dengan kinerja pemerintah daerah pada saat ini telah berubah dengan turunnya beberapa undang-undang dan peraturan-peraturan. Undang-undang dan peraturan-peraturan tersebut diantaranya UU No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan UU No 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan daerah. Sebelum UU Nomor 32 tahun 2004 dan UU Nomor 33 tahun 2004 terlebih dahulu telah terbit paket UU tentang keuangan negara dan daerah yaitu UU Nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan daerah, UU Nomor 1 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.

2 Terbitnya aturan-aturan baru di atas beserta produk pelaksanaannya mengakibatkan perubahan yang sangat krusial di dalam proses pengelolaan keuangan daerah khususnya penganggaran dan penatausahaan keuangan daerah dari mekanisme sentralistik ke dalam mekanisme desentralisasi dimana pertanggungjawaban keuangan daerah lebih ditekankan pada konsep penganggaran kinerja atau berdasarkan prestasi kerja. Menurut Halim dan Theresia (2007: 175), penganggaran berbasis kinerja merupakan metode penganggaran bagi manajemen untuk mengaitkan setiap pendanaan yang dituangkan dalam kegiatan-kegiatan dengan keluaran dan hasil yang diharapkan termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dari keluaran tersebut. Keluaran dan hasil tersebut dituangkan dalam target kinerja pada setiap unit kinerja. Sedangkan bagaimana tujuan itu dicapai, dituangkan dalam program diikuti dengan pembiayaan pada setiap tingkat pencapaian tujuan. Program pada anggaran berbasis kinerja didefinisikan sebagai instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang akan dilaksanakan oleh instansi pemerintah/lembaga untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh instansi pemerintah. Aktivitas tersebut disusun sebagai cara untuk mancapai kinerja tahunan. Dengan kata lain, integrasi dari rencana kerja tahunan (Renja SKPD) yang merupakan rencana operasional dari Renstra dan anggaran tahunan merupakan komponen dari anggaran berbasis kinerja. Melalui sistem penganggaran berbasis kinerja ini penetapan besarnya alokasi anggaran daerah lebih mempertimbangkan nilai uang ( value for money)

3 dan nilai uang yang mengikuti fungsi ( money follow function) sesuai dengan kebutuhan riil setiap unit kerja. Hal ini karena APBD merupakan penjabaran kuantitatif dari program kebijakan serta usaha pembangunan yang dituangkan dalam bentuk aktivitas yang dimiliki oleh unit kerja terkecil sesuai dengan tugas pokok dan fungsi yang telah dibebankan dalam setiap tahun. Dengan menggunakan anggaran berbasis kinerja maka setiap pemerintah daerah akan diketahui kinerjanya. Kinerja ini akan tercermin pada laporan pertanggungjawaban dalam bentuk laporan prestasi kerja satuan kerja pemerintah daerah (SKPD). Penganggaran berbasis kinerja diantaranya menjadi jawaban untuk digunakan sebagai alat pengukuran dan pertanggungjawaban kinerja pemerintah (Halim dan Theresia 2007: 176). Penganggaran dengan pendekatan kinerja diterapkan untuk mendukung terciptanya akuntabilitas instansi pemerintah daerah dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi. Dimensi akuntabilitas yang harus dipenuhi oleh organisasi sektor publik menurut Elwood, (1993) dalam Mahmudi (2007 : 9) adalah akuntabilitas hukum dan kejujuran, akuntabilitas manajerial, akuntabilitas program, akuntabilitas kebijakan, dan akuntabilitas finansial/ keuangan. Akuntabilitas publik adalah pemberian informasi dan pengungkapan atas aktivitas dan kinerja keuangan pemerintah kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan informasi dan pengungkapan tersebut, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah harus mau dan mampu menjadi subjek pemberi informasi atas aktivitas dan kinerja keuangan yang diperlukan secara akurat,

4 relevan, tepat waktu, konsisten dan dapat dipercaya. Pemberian informasi dan pengungkapan kinerja keuangan ini adalah dalam rangka pemenuhan hak-hak masyarakat, yaitu hak untuk mendapatkan informasi, hak untuk diperhatikan aspirasi dan pendapatnya, hak diberi penjelasan, dan hak menuntut pertanggungjawaban. Keterkaitan antara penganggaran berbasis kinerja dengan akuntabilitas instansi pemerintah dapat terlihat berdasarkan penjelasan yang dikemukakan oleh Bastian (2006 : 54) yang menyatakan bahwa upaya untuk menciptakan sistem pengelolaan anggaran berbasis kinerja diharapkan akan mampu memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan masyarakat, yaitu terbentuknya semangat desentralisasi, demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas dalam proses penyelenggaraan pemerintahan pada umumnya dan proses pengelolaan keuangan daerah pada khususnya. Begitupula yang dikemukakan oleh Mardiasmo (200 4: 105), dimana akuntabilitas merupakan prinsip pertanggungjawaban publik yang berarti bahwa proses penganggaran mulai dari perencanaan, penyusunan, dan pelaksanaan harus benar-benar dapat dilaporkan dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD dan masyarakat. Penerapan anggaran berbasis kinerja di Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo telah diterapkan pada tahun 2003 sampai dengan sekarang. Sebagaimana yang diatur dalam Pemendagri No. 59 tahun 2007 tentang penyusunan rencana dan anggaran berbasis kinerja. Dinas pekerjaan umum merupakan unsur pelaksana otonomi daerah yang menyelenggarakan sebagian urusan pemerintah daerah terkait dengan kinerja pemerintah di bidang pekerjaan

5 umum, penataan ruang dan perumahan. Pada Dinas Pekerjaan Umum dapat dibentuk unit pelaksanaan teknis untuk melaksanakan kegiatan teknik operasional atau kegiatan tehnik penunjang yang mempunyai wilayah kerja, (Dep uti BPKP, 2009). Pelaksanaan proyek pada dinas pekerjaan umum dimulai dari tahap pelaksanaan survei yaitu meninjau lokasi pelaksanaan proyek. Kemudian melakukan pelelangan kepada para kontraktor setelah itu menempatkan pemenang siapa yang berhak melaksanakan proyek, dan terakhir tahap pelakanaan proyek. Pelaksanaan pekerjaan proyek pada dinas pekerjaan umum harus sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada saat pelelangan, Sudirjo (2012). Terkait dengan peraturan tersebut, Pemerintah Provinsi Gorontalo tidak bisa melepaskan kewajiban untuk memenuhi ketentuan yang ada. Oleh karena itu Pemerintah. Pemerintah Provinsi Gorontalo, dalam aspek tata kelola pemerintahan. kinerja pemerintahan daerah dipandang tetap berjalan secara efisien. Kondisi tersebut antaranya terindikasi pada struktur organisasi yang cenderung gemuk, koordinasi pemerintahan yang berjalan optimal, budaya kerja yang sudah berbasis kinerja, adanya analisis jabatan dan assessment centre bagi aparatur dalam pengisian jabatan dan penempatan pegawai. Secara umum belum ada permasalahan yang ditemukan dalam pembangunan bidang aparatur pemerintah Provinsi Gorontalo tersebut. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, meskipun semakin menunjukkan kemajuan, namun kualitasnya masih perlu pembenahan, termasuk penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). Disamping itu, budaya kerja produktif belum berkembang secara

6 maksimal di lingkungan birokrasi. Pelaksanaan kode etik bagi aparat birokrasi publik (code of conduct) masih kabur sehingga belum mampu menciptakan adanya budaya birokrasi yang sehat, seperti kerja keras, keinginan untuk berprestasi, kejujuran, rasa tanggungjawab, serta bersih dan bebas dari KKN (RPJMD, Provinsi Gorontalo). Dadang Solihin, Bappenas (2007) dalam Halim (2007: 178) mengemukakan bahwa anggaran berbasis kinerja (performance based budgeting) adalah penyusunan anggaran yang didasarkan atas perencanaan kinerja, yang terdiri dari program dan kegiatan yang akan dilaksanakan serta indikator kinerja yang ingin dicapai oleh suatu entitas anggaran ( budget entry). Tabel berikut ini menjelaskan tingkat pencapaian realisasi atas program yang dianggarkan pada dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo dari tahun 2009 sampai 2010. Table 1: tingkat pencapaian realisasi anggaran pada Dinas Pekerjaan Umum Tahun Anggaran Realisasi Capaian 2009 198,322,207,240.00 183,320,381,401.00 92.44% 2010 120,585,694,290.00 92,762,002,202.00 76.93% 2011 133,263,147,085.00 128,589,317,625.00 96.49% Sumber: LRA Pada Dinas PU Provinsi Gorontalo Berdasarkan tabel tersebut terlihat jelas hasil realisasi capain program kerja yang dianggarkan pada dinas PU tidak mencapai 100%, pada tahun 2009 progam kerja yag dianggarkan sebesar Rp. 198,322,207,240 dan yang terrealisasi sebesar Rp.183,320,381,401 dengan tingkat capaian sebesar 92.44%. Kemudian pada tahun 2010 tingkat capaiannya menurun menjadi 76.93% dari anggaran sebesar 120,585,694,290 dan yang terrealisasi hanya sebesar Rp 92,762,002,202. Sedangkan pada tahun 2011 program kerja yang terrealisasi sebesar

7 128,589,317,625 atau dengan hasil capaian 96.49%. dengan melihat tingkat capaian tersebut indikator kinerja/program kerja yang dilaksanakan oleh Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo belum dilaksanakan secara optimal. Salah satu penyebab belum optimalnya yaitu pada indikator anggaran berbasis kinerja. Penelitian mengenai anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas telah banyak dilakukan diantaranya adalah Arti (20 09) dengan judul Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Dinas Pendidikan Kota Depok, yang menyimpulkan bahwa penerapan anggaran berbasis kinerja khususnya variabel efisien dan efektif berpengaruh terhadap akuntabilitas pengelolaan anggaran pada Dinas Pendidikan Kota Depok. Penerapan anggaran berbasis kinerja pada variabel efisien memiliki pengaruh lebih signifikan terhadap akuntabilitas dibandingkan dengan variabel efektif. Selanjutnya penelitian dari Nina Widyawati (2011) deng an judul Pengaruh Implementasi Penganggaran berbasis kinerja terhadap Akuntabilitas Instansi Pemerintah Daerah Kabupaten Sukabumi, yang membuktikan bahwa implementasi anggaran berbasis kinerja berpegaruh positif terhadap akuntabilitas tetapi tidak signifikan terhadap akuntabilitas instansi pemerintah daerah Sukabumi. Berdasarkan teori dan berbagai penelitian terdahulu yang pernah dilakukan serta permasalahan yang ada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang sama pada tempat yang berbeda dengan judul Pengaruh Penerapan Anggaran Berbasis Kinerja Terhadap Akuntabilitas Keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.

8 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dapat dikemukakan identifikasi masalah yakni sebagai berikut: 1. Terkait dengan kinerja dinas pekerjaan umum Provinsi Gorontalo tahun anggaran 2010 masih ditemukan adanya dugaan penyimpangan proyek. 2. Akuntabilitas pengelolaan keuangan daerah, meskipun semakin menunjukkan kemajuan, namun kualitasnya masih perlu pembenahan, termasuk penyajian laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP). 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang dijelaskan sebelumnya maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan apakah penerapan anggaran berbasis kinerja berpengaruh terhadap akuntabilitas keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo. 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menguji dan mengetahui pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas keuangan pada Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo.

9 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan anggaran berbasis kinerja dan akuntabilitas keuangan. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi aparatur Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Gorontalo mengenai pengaruh penerapan anggaran berbasis kinerja terhadap akuntabilitas keuangan, sehingga diharapkan Dinas ini lebih meningkatkan kinerja publik dan menjadi lebih berhasil dalam akuntabilitas keuangan.