BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Family : Acrididae Gambar 1. Atractomorpha sp Ciri - ciri tubuh berwarna hijau, Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola). Mempunyai kemampuan polimorfisme warna tubuhnya. Mulut belalang hijau memiliki tipe mengunyah (chewing). Belalang ini merupakan belalang yang habitatnya kebanyakan terdapat pada daerah perkebunan jagung dan lokasi yang banyak ditumbuhi rumput. 2. Ulat grayak Phylum :Arthropoda Class :Insecta Ordo :Lepidoptera Family :Noctuidae
Gambar 2. Spodoptera sp Ciri-ciri ulat grayak pada ruas perut keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam yang membatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Setelah berumur 2 minggu ulat mulai berkepompong didalam tanah. Kepompong yang menjadi ngengat dapat terbang sejauh 5 km pada malam hari. Ngengatnya bertelur kurang lebih 350 butir. Telur menetas 4-5 hari. beberapa hari kemudian ulat menyebar mencari pakan. Hama ini menyukai tempat lembab. Saat berumur 2 minggu panjang ulat kurang lebih 5 cm. ( Pracaya, 2009) 3. Ulat perusak daun Phylum :Arthropoda, Class : Insect Ordo : Lepidoptera Famili :Pyralidae Gambar 4.ulat Crocidolomia sp
Ciri - ciri ulat ini berwarna hijau, panjang ulat ini sekitar 18 mm. Punggunya terdapat garis hijau muda, bagian sisi perut berwarna kuning. Hama ini memakan bagian dalam yang terlindung daun hingga mencapai titik tumbuh. Bagian dalam daun habis dimakan namun tanaman terlihat baik dari luar. (Yuono, 2013) 4.2.Populasi Hama Caisim Berdasarkan hasil pengamatan populasi hama diperoleh hasil yang berbeda. Dan analisis sidik ragamnya disajikan pada tabel 5 lampiran. Analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengaruh jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap populasi hama. Tabel 1. Sidik Ragam Populasi Hama Pada Jenis Pupuk Berbeda. Perlakuan Populasi hama P0 29,6 a P1 26,8 b P2 29,8 a P3 31 a BNT 0,05 =2,73 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 0,05, diperoleh bahwa perlakuan P1berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P2 dan P3.Tetapi pelakuan P0, P2 dan P3 menunjukan tidak berbeda nyata. Populasi hama tertinggi adalah P3 sebesar 31 ekor, diikuti P2 sebesar 29,8 ekor, P0 sebesar 29,6 ekor dan P1 sebesar 26,8 ekor. Tingginya hama pada perlakuan P3 diduga disebabkan kondisi tanaman yang tumbuh subur dengan keadaan fisiologi tanaman yang memiliki daun berwarna hijau tua berdasarkan BWD ( Bagan Warna Daun ) berada pada kategori 4. Menurut sodiq (2009; 12) beberapa spectrum cahaya ada dua yang menghasilkan respon paling tinggi pada serangga yaitu cahaya yang mendekati ultraviolet (350 mµ) dan hijau kebiruan (500 mµ) kandungan klorofil lebih banyak pada tanaman yang berwarna hijau tua dibandingkan dengan yang memiliki warna hijau cerah. Menurut Yuono (2013)
untuk dapat menemukan inang kebanyakan serangga hama mengandalkan sinyal visual (warna, bentuk, dan ukuran) serta kimia (aroma). Hal ini yang menyebabkan hama menyukai tanaman yang memiliki warna hijau tua. Populasi hama perminggu pada Caisim dengan perlakuan jenis pupuk berbeda. Gambar 6. Fruktuasi Hama Pada Setiap Minggu. Gambar fruktuasi hama perminggu diatas menunjukan kehadiran hama berbeda pada setiap minggu. Hama yang selalu hadir yaitu Atractomorpha sp, diikuti oleh Spodoptera sp dan hama yang tidak selalu hadir Crocidolomia sp. Populasi Atractomorpha sp tertinggi disetiap perlakuan, diikuti oleh Spodoptera sp. Sedangkan Crocidolomia sp memiliki jumlah yang rendah dan tidak selalu hadir. Selama 4 minggu hama yang selalu hadir Atractomorpha sp dan Spodoptera sp. Sedangkan Crocidolomia sp hadir pada minggu kedua dan ketiga. Kehadiran Atractomorpha sp selama pengamatan hal ini disebabkan siklus hidup hama yang lebih lama dibandingkan dengan umur tanaman. Menurut Kessing and Ronald (2007) siklus hidup lengkap sejak telur hingga dewasa membutuhkan
waktu sekitar 5 bulan. Selain itu Atractomorpha sp menyukai ekologis tersebut untuk perkembangannya dan belalang ini merupakan serangga yang memakan dedaunan. Menurut Aripin (2012) Habitat Atractomorpha sp kebanyakan terdapat pada lokasi terbuka seperti pada daerah perkebunan jagung atau lokasi yang banyak ditumbuhi rumput. Kehadiran Spodoptera sp dari minggu pertama hingga minggu keempat, hal ini disebabkan karena ulat grayak merupakan hama utama tanaman Caisim. Kehadiran Crocidolomia sp pada minggu kedua disebabkan karena pada minggu ini daun bagian dalam telah tertutup oleh daun bagian luar pada saat itulah ulat ini merusak bagian dalam daun dan sering kali masuk ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh. Dan adanya penurunan jumlah populasi Spodoptera sp dan Crocidolomia sp pada minggu ketiga dan keempat disebabkan karena siklus hidup Spodoptera sp dan Crocidolomia sp yaitu meliputi stadium telur 3-4 hari, stadium larva 14 hari, kemudian membentuk pupa selama 10 hari dan selain itu morfologi daun-daun yang terbentuk berubah menjadi tua. Menurut sodiq (2009; 14) sesuatu serangga dapat dihambat oleh tebalnya jaringan epidermis dan kerasnya jaringan tanaman. Kerasnya tulang-tulang daun, lamina dan sel-sel palisade, mempengaruhi ketahanan tanaman. 4.3.Intensitas Kerusakan Berdasarkan hasil pengamatan intensitas kerusakan selama 4 minggu diperoleh hasil yang berbeda. Dan analisis sidik ragamnya disajikan pada tabel 6 lampiran. Analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengaruh jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap intensitas kerusakan.
Tabel 2. Hasil Analisis Sidik Ragam Intensitas Kerusakan pada Jenis Pupuk Berbeda. Perlakuan Intensitas Kerusakan (%) P0 34,17 a P1 28,01 b P2 28,43 b P3 29,21 b BNT 0,05 =2,45 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), diperoleh bahwa perlakuan perlakuan P1, P2 dan P3 berbeda nyata terhadap perlakuan P0.Tetapi pelakuan P0, dan P3 menunjukan tidak berbeda nyata.sedangkan perlakuan yang menunjukan intensitas kerusakan tertinggil adalah P0 sebesar 34,17 % diikuti P3 sebesar 29,21 %, P2 sebesar 28,43 % dan P1 sebesar 28,01 %. Berdasarkan hasil pengamatan intensitas kerusakan tertinggi terjadi pada P0. Meskipun jumlah populasi hama yang berada pada P0 cukup rendah. hal ini disebabkan karena faktor pertumbuhan yang terhambat dan aktifnya hama yang menyerang serta kurangnya ketahanan morfologi tanaman yang dikarenakan kurangnya asupan nutrisi terhadap tanaman tersebut sehingganya tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dan memulihan jaringan - jaringan yang terluka. Unsur hara makro dan mikro dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi selain itu pula sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim. Menurut Hasnah dan Susanna (2010) pemupukan berimbang antara kandungan N, P dan K, dapat memperbaiki atau memulihkan kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah serta dapat meningkatkan hasil tanaman. Unsur fosfat berperan menjaga keseimbangan dari efek pemberian nitrogen yang berlebihan, merangsang pembentukan jaringan, dan memper-kuat dinding sel sehingga diyakini dapat membuat tanaman menjadi tahan terhadap serangan hama.
Intensitas kerusakan tertinggi selanjutnya terjadi pada perlakuan P3. Diduga serangga menyukai tanaman Caisim yang tumbuh dengan subur memiliki jumlah daun yang cukup banyak dan warna daun hijau tua. Menurut Sodiq (2009; 13) faktor biofisik seperti morfologi, anatomi dan warna tumbuhan mempengaruhi ketahanan suatu varietas. Tumbuhan menjadi lebih disenangi atau sebaliknya oleh serangga, tergantung dari besarnya peranan setiap faktor atau kombinasi dari ketiga faktor di atas. Sebenarnya pemilihan tanaman inang oleh serangga merupakan suatu rangkaian peristiwa, dipilih atau ditinggalkan. 4.4.Produksi Caisim Hasil pengamatan tentang bobot berat basah Caisim pada berbagai jenis pemupukan dan sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 7. Sidik ragam menunjukan bahwa produksi Caisim berpengaruh nyata pada pemupukan berbeda. Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Basah Caisim (gram) Perlakuan Berat Basah Caisim Notasi (gram) P0 93,2 a P1 113,2 b P2 143,2 c P3 156 d BNT 0,05 =9,56 Keterangan:angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda berbeda nyata. Berdasarkan hasil pengamatan bobot berat basah menunjukan bahwa P1, P2 dan P3 berbeda nyata terhadap P0. Bobot berat tertinggi yaitu P3 sebesar 156 gram, diikuti oleh P2 sebesar 143,2 gram dan P1 sebesar 113,2 gram sedangkan bobot terendah yaitu P0 sebesar 93,2 gram. Berdasarkan pengamatan jumlah populasi hama, hama tertinggi adalah pada P3, namun pada hasil berat basah Caisim P3 memiliki nilai tertinggi pula. Sedangkan pada P1 dan P2 jumlah populasi hama dengan berat basah Caisim
berimbang dan P0 memiliki jumlah populasi hama yang tidak cukup tinggi namun memiliki berat basah Caisim terendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi bagi tanaman sehingganya toleransi tanaman terhadap serangan hama rendah. Toleransi ialah satu sifat yang dimiliki oleh tanaman yang mampu menyembuhkan diri dari kerusakan serangan hama, meskipun jumlah hama yang menyerang berjumlah sama dengan yang menyerang pada tanaman peka. Oleh karena itu tipe toleransi yang dapat dihasilkan satu-satunya adalah adanya penggantian atau pertumbuhan kembali. Pertumbuhan kembali ini sering diperbaiki oleh tingkat kedewasaan relatif, dimana kerusakan bagian-bagian tanaman terjadi. Pembentukan daun-daun baru sebagai imbangan daun yang dirusak oleh serangga, masih dapat mengimbangi hasil produksinya dalam batasbatas tertentu.( Sodiq, 2009;24) Berikut korelasi intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim. Tabel 4. Korelasi Intensitas Kerusakan Terhadap Berat Basah Caisim Perlakuan Nilai Korelasi P0-0,862471959 P1-0,915487078 P2-0,995213685 P3-0,840179049 Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa adanya hubungan antara intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim. Hasil uji korelasi menunjukan bahwa P2 memiliki hubungan yang erat antara intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim sebesar -0,995213685, diikuti P1 memiliki hubungan erat antara intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim sebesar -0,915487078, P0 sebesar -0,862471959 dan P3 sebesar -0,840179049.