BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
Hama pada Tanaman Caisim (Brassica juncea L.) dengan Pemupukan Berbeda.

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. dapat diklasifikasikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. berbeda terdapat 6 familiy dan 9 spesies yakni Family Pyralidae spesies

TINJAUAN PUSTAKA. Siklus hidup S. litura berkisar antara hari (lama stadium telur 2 4

TINJAUAN PUSTAKA. energi pada kumunitasnya. Kedua, predator telah berulang-ulang dipilih sebagai

Status Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) Sebagai Hama

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

AGROTEKNOLOGI TANAMAN LEGUM (AGR62) TEKNOLOGI PENGELOLAAN JASAD PENGGANGGU DALAM BUDIDAYA KEDELAI (LANJUTAN)

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi hama penggerek batang berkilat menurut Soma and Ganeshan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pencernaan dan dapat mencegah kanker. Salah satu jenis sayuran daun yang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), Setothosea asigna di klasifikasikan sebagai

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Pakan beberapa Aksesi Daun Bunga Matahari. terhadap Mortalitas Ulat Grayak (Spodoptera litura F.

TINJAUAN PUSTAKA. antara telur dan tertutup dengan selaput. Telur mempunyai ukuran

Manfaat NPV Mengendalikan Ulat Grayak (Spodoptera litura F.)

HAMA Cricula trifenestrata PADA JAMBU METE DAN TEKNIK PENGENDALIANNYA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) ulat grayak diklasifikasikan sebagai berikut :

I. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman sawi B. juncea (L.) menyerbuk sendiri, umumnya tahan terhadap suhu

TINJAUAN PUSTAKA. (Ostrinia furnacalis) diklasifikasikan sebagai berikut:

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. enam instar dan berlangsung selama hari (Prayogo et al., 2005). Gambar 1 : telur Spodoptera litura

TINJAUAN PUSTAKA. Berbentuk oval sampai bulat, pada permukaan atasnya agak datar. Jumlah telur

TINJAUAN PUSTAKA. Telur serangga ini berwarna putih, bentuknya mula-mula oval, kemudian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biocontrol, Divisi Research and

I. TINJAUAN PUSTAKA. Setothosea asigna, Setora nitens, Setothosea bisura, Darna diducta, dan, Darna

BALITSA & WUR the Netherlands,

TINJAUAN PUSTAKA. Telur berwarna putih, berbentuk bulat panjang, dan diletakkan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggerek Pucuk Tebu dan Teknik Pengendaliannya

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

untuk meneliti tingkat predasi cecopet terhadap larva dan imago Semoga penelitian ini nantinya dapat bermanfaat bagi pihak pihak yang

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ulat grayak merupakan hama penting pada tanaman tembakau (Nicotiana tabacum

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) Spodoptera litura F. Dapat diklasifikasikan

TINJAUAN PUSTAKA. dan kehidupan makhluk hidup lainnya. Tumbuhan yang dapat digunakan sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ulat kantong Mahasena Corbetti :

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Chilo sacchariphagus Boj. (Lepioptera: Crambidae) Bentuk telur jorong dan sangat pipih, diletakkan dalam 2-3 baris tersusun

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Pertumbuhan Tanaman. Hasil sidik ragam 5% terhadap tinggi tanaman menunjukkan bahwa

HASIL DAN PEMBAHASAN

TATA CARA PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981), adapun sistematika dari hama ini adalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. sirih hijau (Piper betle L.) sebagai pengendali hama Plutella xylostella tanaman

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

TAHAP TAHAP PERKEMBANGAN TAWON KEMIT (Ropalidia fasciata) YANG MELIBATKAN ULAT GRAYAK (Spodopteraa exigua)

PENYEBAB LUBANG HITAM BUAH KOPI. Oleh : Ayu Endah Anugrahini, SP BBPPTP Surabaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo sacchariphagus Bojer (Lepidoptera: Crambidae) diletakkan secara berkelompok dalam 2-3 baris (Gambar 1). Bentuk telur jorong

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. keluarga remput-rumputan dengan spesies Zea mays L. Secara umum, klasifikasi jagung dijelaskan sebagai berikut :

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) diterangkan bahwa klasifikasi hama Oryctes

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi dan Klasifikasi Tanaman Mengkudu. ujung runcing, sisi atas berwarna hijau tua mengkilat (van Steenis et al.

HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua tahapan yaitu pengamatan biologi dan

TINJAUAN PUSTAKA. buku pertama di atas pangkal batang. Akar seminal ini tumbuh pada saat biji

II. TINJAUAN PUSTAKA. cabang yang menyebar pada kedalaman lapisan tanah antara cm.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan pengamatan pada pemberian pupuk organik kotoran ayam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 1. PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGANLatihan Soal 1.5. Metagenesis. Metamorfosis. Regenerasi

DAFTAR ISI. 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran Hipotesis... 4

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Jumlah Infestasi terhadap Populasi B. tabaci pada Umur Kedelai yang Berbeda

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rekapitulasi hasil analisis sidik ragam pertumbuhan bibit saninten

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Alexopoulus dan Mims (1979), klasifikasi jamur C. cassiicola. : Corynespora cassiicola (Berk. & Curt.) Wei.

STUDI KERUSAKAN AKIBAT SERANGAN HAMA PADA TANAMAN PANGAN DI KECAMATAN BULA, KABUPATEN SERAM BAGIAN TIMUR, PROPINSI MALUKU

BAB I PENDAHULUAN. yang hasilnya dapat kita gunakan sebagai bahan makanan pokok. Salah satu ayat di

TINJAUAN PUSTAKA. bawah, biasanya pada pelepah daun ke Satu tumpukan telur terdiri dari

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambar 1. Gejala serangan penggerek batang padi pada stadium vegetatif (sundep)

TINJAUAN PUSTAKA. Chilo Sachhariphagus Boj. (Lepidoptera: Crambidae)

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 17. Kandang Pemeliharaan A. atlas

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. perlakuan pada Uji F 5% dan disajikan pada Tabel 4.1. Nilai uji tengah DMRT

BAB I PENDAHULUAN. yang perlu dikembangkan adalah produk alam hayati (Sastrodiharjo et al.,

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Phragmatoecia castaneae Hubner. (Lepidoptera : Cossidae)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Penelitian

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian

Segera!!!...Potong Tunggul Kelapa Yang Mati

TINJAUAN PUSTAKA. Serangga Hypothenemus hampei Ferr. (Coleoptera : Scolytidae). Penggerek buah kopi (PBKo, Hypothenemus hampei) merupakan serangga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian Pengambilan Data Mikrohabitat Belalang pada

HASIL DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN BAHAN DAN METODE

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Variabel Hama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya dengan berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Asal dan kandungan gizi Tanaman Melon. menemukan benua Amerika pada tahun 1492 adalah seorang yang berjasa dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kalshoven (1981) biologi hama ini adalah : Setelah telur diletakkan di dalam bekas gerekan, lalu ditutupi dengan suatu zat

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Telur P. castanae Hubner. Bentuk telur oval dan dapat menghasilkan telur sebanyak butir perbetina.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di dalam setiap media tanam. Pertumbuhan tinggi caisim dengan sistem

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Taksonomi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.) Merril) Klasifikasi Tanaman Kedelai (Glycine max (L.

2015 PENGARUH PEMBERIAN PAKAN ALAMI DAN PAKAN SINTETIS TERHADAP LAMANYA SIKLUS HIDUP

TINJAUAN PUSTAKA. Biologi Hama Penggerek Buah Kopi (Hypothenemus hampei Ferr.) Menurut Kalshoven (1981) hama Penggerek Buah Kopi ini

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Jenis jenis Hama Pada Caisim Hasil pengamatan jenis hama pada semua perlakuan yang diamati diperoleh jenis - jenis hama yang sebagai berikut : 1. Belalang hijau Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Orthoptera Family : Acrididae Gambar 1. Atractomorpha sp Ciri - ciri tubuh berwarna hijau, Merupakan serangga yang mengalami metamorfosis tidak sempurna (hemimetabola). Mempunyai kemampuan polimorfisme warna tubuhnya. Mulut belalang hijau memiliki tipe mengunyah (chewing). Belalang ini merupakan belalang yang habitatnya kebanyakan terdapat pada daerah perkebunan jagung dan lokasi yang banyak ditumbuhi rumput. 2. Ulat grayak Phylum :Arthropoda Class :Insecta Ordo :Lepidoptera Family :Noctuidae

Gambar 2. Spodoptera sp Ciri-ciri ulat grayak pada ruas perut keempat dan kesepuluh terdapat bentuk bulan sabit berwarna hitam yang membatasi garis kuning pada samping dan punggungnya. Setelah berumur 2 minggu ulat mulai berkepompong didalam tanah. Kepompong yang menjadi ngengat dapat terbang sejauh 5 km pada malam hari. Ngengatnya bertelur kurang lebih 350 butir. Telur menetas 4-5 hari. beberapa hari kemudian ulat menyebar mencari pakan. Hama ini menyukai tempat lembab. Saat berumur 2 minggu panjang ulat kurang lebih 5 cm. ( Pracaya, 2009) 3. Ulat perusak daun Phylum :Arthropoda, Class : Insect Ordo : Lepidoptera Famili :Pyralidae Gambar 4.ulat Crocidolomia sp

Ciri - ciri ulat ini berwarna hijau, panjang ulat ini sekitar 18 mm. Punggunya terdapat garis hijau muda, bagian sisi perut berwarna kuning. Hama ini memakan bagian dalam yang terlindung daun hingga mencapai titik tumbuh. Bagian dalam daun habis dimakan namun tanaman terlihat baik dari luar. (Yuono, 2013) 4.2.Populasi Hama Caisim Berdasarkan hasil pengamatan populasi hama diperoleh hasil yang berbeda. Dan analisis sidik ragamnya disajikan pada tabel 5 lampiran. Analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengaruh jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap populasi hama. Tabel 1. Sidik Ragam Populasi Hama Pada Jenis Pupuk Berbeda. Perlakuan Populasi hama P0 29,6 a P1 26,8 b P2 29,8 a P3 31 a BNT 0,05 =2,73 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 0,05, diperoleh bahwa perlakuan P1berbeda nyata terhadap perlakuan P0, P2 dan P3.Tetapi pelakuan P0, P2 dan P3 menunjukan tidak berbeda nyata. Populasi hama tertinggi adalah P3 sebesar 31 ekor, diikuti P2 sebesar 29,8 ekor, P0 sebesar 29,6 ekor dan P1 sebesar 26,8 ekor. Tingginya hama pada perlakuan P3 diduga disebabkan kondisi tanaman yang tumbuh subur dengan keadaan fisiologi tanaman yang memiliki daun berwarna hijau tua berdasarkan BWD ( Bagan Warna Daun ) berada pada kategori 4. Menurut sodiq (2009; 12) beberapa spectrum cahaya ada dua yang menghasilkan respon paling tinggi pada serangga yaitu cahaya yang mendekati ultraviolet (350 mµ) dan hijau kebiruan (500 mµ) kandungan klorofil lebih banyak pada tanaman yang berwarna hijau tua dibandingkan dengan yang memiliki warna hijau cerah. Menurut Yuono (2013)

untuk dapat menemukan inang kebanyakan serangga hama mengandalkan sinyal visual (warna, bentuk, dan ukuran) serta kimia (aroma). Hal ini yang menyebabkan hama menyukai tanaman yang memiliki warna hijau tua. Populasi hama perminggu pada Caisim dengan perlakuan jenis pupuk berbeda. Gambar 6. Fruktuasi Hama Pada Setiap Minggu. Gambar fruktuasi hama perminggu diatas menunjukan kehadiran hama berbeda pada setiap minggu. Hama yang selalu hadir yaitu Atractomorpha sp, diikuti oleh Spodoptera sp dan hama yang tidak selalu hadir Crocidolomia sp. Populasi Atractomorpha sp tertinggi disetiap perlakuan, diikuti oleh Spodoptera sp. Sedangkan Crocidolomia sp memiliki jumlah yang rendah dan tidak selalu hadir. Selama 4 minggu hama yang selalu hadir Atractomorpha sp dan Spodoptera sp. Sedangkan Crocidolomia sp hadir pada minggu kedua dan ketiga. Kehadiran Atractomorpha sp selama pengamatan hal ini disebabkan siklus hidup hama yang lebih lama dibandingkan dengan umur tanaman. Menurut Kessing and Ronald (2007) siklus hidup lengkap sejak telur hingga dewasa membutuhkan

waktu sekitar 5 bulan. Selain itu Atractomorpha sp menyukai ekologis tersebut untuk perkembangannya dan belalang ini merupakan serangga yang memakan dedaunan. Menurut Aripin (2012) Habitat Atractomorpha sp kebanyakan terdapat pada lokasi terbuka seperti pada daerah perkebunan jagung atau lokasi yang banyak ditumbuhi rumput. Kehadiran Spodoptera sp dari minggu pertama hingga minggu keempat, hal ini disebabkan karena ulat grayak merupakan hama utama tanaman Caisim. Kehadiran Crocidolomia sp pada minggu kedua disebabkan karena pada minggu ini daun bagian dalam telah tertutup oleh daun bagian luar pada saat itulah ulat ini merusak bagian dalam daun dan sering kali masuk ke dalam pucuk tanaman serta menghancurkan titik tumbuh. Dan adanya penurunan jumlah populasi Spodoptera sp dan Crocidolomia sp pada minggu ketiga dan keempat disebabkan karena siklus hidup Spodoptera sp dan Crocidolomia sp yaitu meliputi stadium telur 3-4 hari, stadium larva 14 hari, kemudian membentuk pupa selama 10 hari dan selain itu morfologi daun-daun yang terbentuk berubah menjadi tua. Menurut sodiq (2009; 14) sesuatu serangga dapat dihambat oleh tebalnya jaringan epidermis dan kerasnya jaringan tanaman. Kerasnya tulang-tulang daun, lamina dan sel-sel palisade, mempengaruhi ketahanan tanaman. 4.3.Intensitas Kerusakan Berdasarkan hasil pengamatan intensitas kerusakan selama 4 minggu diperoleh hasil yang berbeda. Dan analisis sidik ragamnya disajikan pada tabel 6 lampiran. Analisis sidik ragam menunjukan bahwa pengaruh jenis pupuk berpengaruh nyata terhadap intensitas kerusakan.

Tabel 2. Hasil Analisis Sidik Ragam Intensitas Kerusakan pada Jenis Pupuk Berbeda. Perlakuan Intensitas Kerusakan (%) P0 34,17 a P1 28,01 b P2 28,43 b P3 29,21 b BNT 0,05 =2,45 Keterangan: angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata. Hasil Uji Beda Nyata Terkecil (BNT), diperoleh bahwa perlakuan perlakuan P1, P2 dan P3 berbeda nyata terhadap perlakuan P0.Tetapi pelakuan P0, dan P3 menunjukan tidak berbeda nyata.sedangkan perlakuan yang menunjukan intensitas kerusakan tertinggil adalah P0 sebesar 34,17 % diikuti P3 sebesar 29,21 %, P2 sebesar 28,43 % dan P1 sebesar 28,01 %. Berdasarkan hasil pengamatan intensitas kerusakan tertinggi terjadi pada P0. Meskipun jumlah populasi hama yang berada pada P0 cukup rendah. hal ini disebabkan karena faktor pertumbuhan yang terhambat dan aktifnya hama yang menyerang serta kurangnya ketahanan morfologi tanaman yang dikarenakan kurangnya asupan nutrisi terhadap tanaman tersebut sehingganya tanaman tidak dapat tumbuh dengan baik dan memulihan jaringan - jaringan yang terluka. Unsur hara makro dan mikro dibutuhkan dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi selain itu pula sebagai komponen struktural sel yang terlibat langsung dalam metabolisme sel dan aktivitas enzim. Menurut Hasnah dan Susanna (2010) pemupukan berimbang antara kandungan N, P dan K, dapat memperbaiki atau memulihkan kondisi fisik, kimia, dan biologi tanah serta dapat meningkatkan hasil tanaman. Unsur fosfat berperan menjaga keseimbangan dari efek pemberian nitrogen yang berlebihan, merangsang pembentukan jaringan, dan memper-kuat dinding sel sehingga diyakini dapat membuat tanaman menjadi tahan terhadap serangan hama.

Intensitas kerusakan tertinggi selanjutnya terjadi pada perlakuan P3. Diduga serangga menyukai tanaman Caisim yang tumbuh dengan subur memiliki jumlah daun yang cukup banyak dan warna daun hijau tua. Menurut Sodiq (2009; 13) faktor biofisik seperti morfologi, anatomi dan warna tumbuhan mempengaruhi ketahanan suatu varietas. Tumbuhan menjadi lebih disenangi atau sebaliknya oleh serangga, tergantung dari besarnya peranan setiap faktor atau kombinasi dari ketiga faktor di atas. Sebenarnya pemilihan tanaman inang oleh serangga merupakan suatu rangkaian peristiwa, dipilih atau ditinggalkan. 4.4.Produksi Caisim Hasil pengamatan tentang bobot berat basah Caisim pada berbagai jenis pemupukan dan sidik ragamnya disajikan pada tabel lampiran 7. Sidik ragam menunjukan bahwa produksi Caisim berpengaruh nyata pada pemupukan berbeda. Tabel 3. Hasil Analisis Sidik Ragam Berat Basah Caisim (gram) Perlakuan Berat Basah Caisim Notasi (gram) P0 93,2 a P1 113,2 b P2 143,2 c P3 156 d BNT 0,05 =9,56 Keterangan:angka-angka yang diikuti huruf yang berbeda berbeda nyata. Berdasarkan hasil pengamatan bobot berat basah menunjukan bahwa P1, P2 dan P3 berbeda nyata terhadap P0. Bobot berat tertinggi yaitu P3 sebesar 156 gram, diikuti oleh P2 sebesar 143,2 gram dan P1 sebesar 113,2 gram sedangkan bobot terendah yaitu P0 sebesar 93,2 gram. Berdasarkan pengamatan jumlah populasi hama, hama tertinggi adalah pada P3, namun pada hasil berat basah Caisim P3 memiliki nilai tertinggi pula. Sedangkan pada P1 dan P2 jumlah populasi hama dengan berat basah Caisim

berimbang dan P0 memiliki jumlah populasi hama yang tidak cukup tinggi namun memiliki berat basah Caisim terendah. Hal ini disebabkan karena kurangnya asupan nutrisi bagi tanaman sehingganya toleransi tanaman terhadap serangan hama rendah. Toleransi ialah satu sifat yang dimiliki oleh tanaman yang mampu menyembuhkan diri dari kerusakan serangan hama, meskipun jumlah hama yang menyerang berjumlah sama dengan yang menyerang pada tanaman peka. Oleh karena itu tipe toleransi yang dapat dihasilkan satu-satunya adalah adanya penggantian atau pertumbuhan kembali. Pertumbuhan kembali ini sering diperbaiki oleh tingkat kedewasaan relatif, dimana kerusakan bagian-bagian tanaman terjadi. Pembentukan daun-daun baru sebagai imbangan daun yang dirusak oleh serangga, masih dapat mengimbangi hasil produksinya dalam batasbatas tertentu.( Sodiq, 2009;24) Berikut korelasi intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim. Tabel 4. Korelasi Intensitas Kerusakan Terhadap Berat Basah Caisim Perlakuan Nilai Korelasi P0-0,862471959 P1-0,915487078 P2-0,995213685 P3-0,840179049 Berdasarkan tabel diatas diperoleh hasil bahwa adanya hubungan antara intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim. Hasil uji korelasi menunjukan bahwa P2 memiliki hubungan yang erat antara intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim sebesar -0,995213685, diikuti P1 memiliki hubungan erat antara intensitas kerusakan terhadap berat basah Caisim sebesar -0,915487078, P0 sebesar -0,862471959 dan P3 sebesar -0,840179049.