KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI PESERTA DIDIK DALAM MENGIKUTI BIMBINGAN KELOMPOK DI SMP NEGERI 2 LEMBANG JAYA Oleh: Nur Azmi, Pembimbing I: Dra. Hj. Fitria Kasih, M.Pd., Kons, Pembimbing II: Rici Kardo, M.Pd Nurazmi900@gmail.com Program Studi Bimbingan dan Konseling Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Padang Sumatera Barat ABSTRAK This research is motivated by the learners are still rigid in communicating during a group counseling. The aim of this study was to describe 1) verbal communication skills in following the guidance of the group. 2) nonverbal communication skill in following the guidance of the group. This research is descriptive quantitative. Population in this srudy were all students in the country SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok totaled 78 learners. The sampling technique was used for the total sampling instruments to be used in this study was a questionnaire while to carry out data analysis using techniques percentage. Results of the study reveal that 1) verbal communication skills in group counseling activities. 2) nonverbal communication skills in group counseling activities. Based on the results of this research was recommended to the teachers to be able to carry out the communication skillsof students in following the guidance of the group better and optimal as possible. Keywords: Communication skills, Group counseling, Students PENDAHULUAN Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah jenjang pendidikan dasar pada pendidikan formal di Indonesia setelah lulus Sekolah Dasar (atau sederajat). SMP ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas VII sampai kelas IX. Saat ini SMP menjadi program wajar 9 Tahun (SD, SMP). Lanjutan SMP dapat melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan (atau sederajat). Pelajar SMP umumnya berusia 13-15 tahun. Di Indonesia, setiap warga negara berusia 7-15 tahun wajib mengikuti pendidikan dasar, yakni Sekolah Dasar (atau sederajat) 6 tahun dan SMP (atau sederajat) 3 tahun. SMP diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan SMP Negeri di Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Kementrian Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang standar nasional pendidikan. Secara struktural, SMP Negeri merupakan unit pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota. Belajar di SMP/MTs atau sederajat anak-anak usia SMP dapat memilih sekolah yang sesuai dengan pilihan dan kesempatan yang dimiliki seperti SMP Negeri atau SMP Swasta, SD-SMP Satu Atap, SMP Terbuka, MTs Negeri atau MTs Swasta atau sekolah lainnya yang sederajat, Pondok Pesantren Salafiyah. Layanan konseling dapat diselenggarakan baik secara perorangan maupun kelompok. Secara perorangan layanan konseling dilaksanakan melalui konseling perorangan atau layanan konsultasi, sedangkan secara kelompok melalui layanan bimbingan kelompok 1
(BKp) atau konseling kelompok (KKp). Kedua layanan kelompok ini mengikuti sejumlah peserta didik dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Tujuan dari bimbingan di sekolah yaitu membantu setiap peserta didik supaya dapat berkembang semaksimal mungkin, sesuai dengan kemampuan belajar, bakat serta minat anak itu. Tujuan dari pemberian bimbingan kelompok di sekolah yaitu melalui pembentukan kelompokkelompok (besar atau kecil). Guru BK menghadapi suatu kelompok, yang anggota-anggotanya membutuhkan bimbingan yang kurang lebih sama arah dan isinya. Guru BK menggunakan bentuk kelompok sebagai sarana untuk memberikan bimbingan kepada peserta didik masing-masing yang menjadi anggota kelompok itu. Maka tekanan sebenarnya masih terletak pada pemberian bimbingan kepada peserta didik masingmasing, dengan kata lain guru BK mengusahakan serta mengharapkan supaya masing-masing peserta didik mengambil manfaat dari bimbingan secara kelompok bagi dirinya sendiri. Winkel (1991: 11 0-111) menjelaskan kegunaan bimbingan kelompok memang besar sekali, dapat dikemukakan antara lain: a. Tenaga pembimbing masih sangat terbatas dan jumlah peserta didik yang perlu dibimbing begitu banyak, sehingga pelayanan bimbingan secara perorangan tidak akan merata. Kesukaran ini agak dapat diatasi dengan memberikan bimbingan kelompok. b. Melalui bimbingan kelompok peserta didik dilatih untuk menghadapi suatu tugas bersama atau memecahkan suatu permasalahan bersama. c. Dalam mendiskusikan sesuatu peserta didik didorong untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menghargai pendapat orang lain. d. Banyaknya informasi yang dibutuhkan oleh peserta didik dapat diberikan secara kelompok dalam kegiatan bimbingan kelompok. e. Melalui bimbingan kelompok beberapa peserta didik menjadi lebih sadar, bahwa mereka sebaiknya menghadap konselor untuk mendapat bimbingan secara lebih mendalam. Sejarah perkembangan bimbingan kelompok bahwa semula usaha berpusat pada penyebaran informasi/keterangan yang berkenaan dengan bimbingan belajar. Kemudian diusahakan pula untuk memasukkan penjelasan mengenai perkembangan pribadi yang sehat, mengenai kesehatan mental, mengenai pergaulan sosial yang baik dengan demikian jenis bimbingan pribadi mendapat perhatian pula. Dalam memberikan pelayanan ini guru BK berperan aktif dan dominan serta terutama bertindak sebagai instruktur dan pengajar. Namun selama tahuntahun terakhir lebih banyak tekanan mulai diberikan pada peranan yang lebih aktif pada pihak peserta didik, sehingga mereka saling memberikan bantuan dalam menghayati peranannya dalam suatu kelompok sosial ( group process) atau dalam menghadapi masalah pribadi (group counseling). Menurut Prayitno (2012: 170-171) layanan bimbingan kelompok diselenggarakan melalui lima tahap kegiatan, yaitu: a) Tahap Pembentukan, yaitu tahapan untuk membentuk kerumunan sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok dalam mencapai tujuan bersama. b) Tahap Peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. c) Tahap Kegiatan, yaitu tahapan kegiatan inti untuk membahas topik-topik tertentu. d) Tahap Penyimpulan, yaitu tahapan kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok. peserta kelompok diminta melakukan refleksi berkenaan dengan kegiatan pembahasan yang baru saja mereka ikuti. e) Tahap Penutupan, yaitu merupakan tahap akhir dari seluruh kegiatan. Kelompok merencanakan kegiatan bimbingan kelompok selanjutnya, dan salam hangat perpisahan.
Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami layanan bimbingan kelompok ada lima tahap kegiatan, yaitu: tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan, tahap penyimpulan, dan tahap penutupan. Bimbingan kelompok juga memerlukan komunikasi yang efektif dan lancar, agar dalam proses kegiatan bimbingan kelompok dapat berjalan dengan baik dan terstruktur. Menurut Ruliana (2014: 1) komunikasi merupakan salah satu dari aktivitas manusia dan suatu topik yang amat sering diperbincangkan sehingga kata komunikasi itu sendiri memiliki arti beragam. Komunikasi memiliki variasi defenisi dan rujukan yang tidak terhingga seperti: saling berbicara satu sama lain, penyebaran informasi. Hal ini adalah salah satu masalah yang dihadapi oleh para akademisi terkait bidang keilmuan komunikasi. Selanjutnya Effendy (2008: 3) menjelaskan komunikasi merupakan setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi secara kodrati terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial. Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang, karena berhubungan, menimbulkan interaksi sosial. Berikutnya Walgito (2003: 75) menjelaskan dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep, dan lain-lain kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun sebagai penerima komunikasi. Dengan komunikasi manusia dapat berkembang dan dapat melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Berdasarkan pendapat di atas dapat dipahami komunikasi merupakan setiap orang yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi secara kodrati terlibat dalam komunikasi. dengan komunikasi seseorang dapat menyampaikan informasi, ide, ataupun pemikiran, pengetahuan, konsep, dan lain-lain kepada orang lain secara timbal balik, baik sebagai penyampai maupun sebagai penerima komunikasi. Komunikasi memiliki variasi defenisi dan rujukan yang tidak terhingga seperti: saling berbicara satu sama lain, penyebaran informasi. Menurut Supratiknya (1995:15) keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan kepada khalayak (penerima pesan). Kemampuan komunikasi adalah keterampilan seseorang dalam menyampaikan pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Selanjutnya Gurnitowati dan Maliki. 2003 (Warsita, 2008:100), ada dua bentuk komunikasi yaitu: a. Komunikasi lisan/komunikasi verbal Komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan atau verbal melalui apa yang diucapkan dari mulut atau dikatakan, dan bagaimana mengatakannya. Arti kata yang diucapkan akan lebih jelas apabila ucapan itu diikuti dengan tekanan suara melalui tinggi rendahnya dan lemah lembutnya suara, keras tidaknya suara, dan perubahan nada suara. Informasi yang disampaikan secara lisan, melalui ucapan kata-kata atau kalimat disebut dengan berbicara. Berbicara merupakan salah satu usaha untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, dan ide dengan ucapan, kata-kata atau tulisan yang menggunakan bentuk tertentu. Misalnya memo, surat, email dan sebagainya. Oleh karena itu, katakata adalah isi sebuah pesan, sedangkan postur, isyarat, ekspresi, nada suara adalah konteks di mana pesan itu disampaikan. Inilah yang membuat komunikasi menjadi bermakna. b. Komunikasi nonlisan/nonverbal Komunikasi nonlisan atau nonverbal ini menggunakan isyarat (gestures),gerak-gerik (movement), sesuatu barang, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukkan perasaan (expressions) pada waktu yang sangat penting, misalnya pada saat seseorang sedang sakit, gembira, atau stres dan sebagainya.
Menurut Gurnitowati dan Maliki, 2003 (Warsita, 2008:101) menjelaskan komunikasi nonverbal mempunyai beberapa fungsi, yaitu: 1. Pengulangan pesan yang disampaikan secara verbal (repetion). 2. Pertentangan penyangkalan dari suatu pesan (contradiction). 3. Pengganti dari pesan (substitution). 4. Melengkapi pesan verbal (complementing). 5. Penekanan atau menggarisbawahi pesan verbal (accenting). Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan komunikasi adalah kemampuan seseorang untuk menyampaikan atau mengirim pesan yang jelas dan mudah dipahami oleh penerima pesan. Untuk itu, agar mampu melakukan komunikasi yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang baik, maka seseorang harus memiliki ide dan penuh daya kreativitas yang tentunya dapat dikembangkan melalui berbagai latihan dengan berbagai macam cara, salah satunya membiasakan diri dengan berdiskusi. Berdasarkan pengamatan peneliti di sekolah tempat peneliti melakukan Praktik Lapangan di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok dari tanggal 11 Agustus sampai tanggal 22 Desember 2014, penulis menemukan adanya peserta didik yang masih kaku dalam berkomunikasi saat melakukan bimbingan kelompok, adanya peserta didik yang belum terampil dalam berkomunikasi saat melakukan bimbingan kelompok, adanya peserta didik yang belum menciptakan dinamika kelompok, adanya peserta didik yang belum terampil memecahkan masalah dalam mengikuti bimbingan kelompok, adanya peserta didik yang sulit menerima pendapat anggota lain. Berdasarkan fenomena yang terjadi di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok, penulis tertarik melakukan penelitian tentang Keterampilan Berkomunikasi Peserta Didik dalam Mengikuti Bimbingan Kelompok di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok. Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka hal-hal yang dapat diteliti adalah sebagai berikut: 1. Adanya peserta didik yang masih kaku dalam berkomunikasi saat melakukan bimbingan kelompok. 2. Adanya peserta didik yang belum terampil dalam berkomunikasi saat melakukan bimbingan kelompok. 3. Adanya pemimpin kelompok yang belum menciptakan dinamika kelompok. 4. Adanya pemimpin kelompok yang belum terampil memecahkan masalah dalam mengikuti bimbingan kelompok. 5. Adanya peserta didik yang sulit menerima pendapat anggota lain dalam bimbingan kelompok. Mengingat banyaknya masalah yang dapat diteliti berkaitan dengan bimbingan kelompok di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok, maka untuk lebih terarahnya penelitian ini penulis membatasi masalahnya yaitu : 1. Keterampilan komunikasi verbal dalam kegiatan bimbingan kelompok. Keterampilan komunikasi nonverbal dalam kegiatan bimbingan kelompok. Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan: 1. Keterampilan komunikasi verbal dalam kegiatan bimbingan kelompok. Keterampilan komunikasi nonverbal dalam kegiatan bimbingan kelompok. METODE PENELITIAN Sesuai dengan batasan masalah dan tujuan penelitian yang dirumuskan, maka penelitian ini termasuk dalam penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 23 sampai 26 September 2015 di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri di Kabupaten Solok. Lokasi penelitian ini bertempat SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok. Adapun pertimbangan peneliti menetapkan lokasi dikarenakan fenomena awal tingkat kepuasan peserta didik setelah melaksanakan bimbingan kelompok ini ditemukan di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh peserta didik kelas VII, VIII, dan IX yang mengikuti kegiatan bimbingan kelompok di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok sebanyak 78 orang. Adapun peserta didik yang mendapat kegiatan bimbingan kelompok adalah kelas VII, VIII dan IX. Total sampel adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini dilakukan bila jumlah populasi relatif kecil kurang dari 100 orang. Dalam penelitian ini pengambilan sampel untuk penelitian adalah total sampling. Menurut Sugiyono (201 2:85) total sampling adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan peneliti sebagai sampel. Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik yang mengikuti layanan bimbingan kelompok di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui keterampilan berkomunikasi peserta didik dalam kegiatan bimbingan kelompok dilihat dari keterampilan berkomunikasi verbal, 0 dari 78 peserta didik berada pada kriteria sangat kurang baik dengan persentase 0,00%, 10 dari 78 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 12,82%, 39 dari 78 peserta didik berada pada kriteria cukup baik dengan persentase 50,00%, 26 dari 78 peserta didik berada pada kriteria baik dengan persentase 33,33%, dan 3 dari 78 peserta didik yang berada pada kriteria sangat baik dengan persentase 3,85%. Hasil ini menunjukan bahwa keterampilan berkomunikasi peserta didik dalam bimbingan kelompok dilihat dari keterampilan verbal berada pada kategori cukup baik dengan frekuensi 39 peserta didik dengan persentase 50,00% dari 78 peserta didik. Menurut Gurnitowati dan Maliki, 2003 (Warsita, 2008:100), ada dua bentuk komunikasi yaitu: 1) Komunikasi lisan/komunikasi verbal 1. Komunikasi lisan, informasi disampaikan secara lisan atau verbal melalui apa yang diucapkan dari mulut atau dikatakan, dan bagaimana mengatakannya. Arti kata yang diucapkan akan lebih jelas apabila ucapan itu diikuti dengan tekanan suara melalui tinggi rendahnya dan lemah lembutnya suara, keras tidaknya suara, dan perubahan nada suara. Informasi yang disampaikan secara lisan, melalui ucapan kata-kata atau kalimat disebut dengan berbicara. Berbicara merupakan salah satu usaha untuk mengungkapkan perasaan, gagasan, dan ide dengan ucapan, katakata atau tulisan yang menggunakan bentuk tertentu. Misalnya memo, surat, email dan sebagainya. Oleh karena itu, kata-kata adalah isi sebuah pesan, sedangkan postur, isyarat, ekspresi, nada suara adalah konteks dimana pesan itu disampaikan. Inilah yang membuat komunikasi menjadi bermakna. 2. Berdasarkan hasil analisis data pada tabel di atas dapat diketahui keterampilan komunikasi verbal ditinjau dari komunikasi lisan, 0 dari 78 peserta didik berada pada kriteria sangat kurang baik dengan persentase 0,00%, 6 dari 78 peserta didik yang berada pada kriteria kurang baik dengan persentase 7,69%, 44 dari 78 peserta didik berada pada kriteria cukup baik dengan persentase 56,41%, 19 dari 78 peserta didik berada pada kriteria baik dengan persentase 24,36% dan 9 dari 78 peserta didik berada pada kriteria sangat baik dengan persentase 11,54%. Hasil ini menunjukan bahwa keterampilan berkomunikasi peserta didik dalam kegiatan bimbingan kelompok dilihat dari komunikasi lisan berada pada kategori cukup baik dengan frekuensi 54 peserta didik dan persentase 56,41% dari 78 peserta didik. Komunikasi nonlisan atau nonverbal ini menggunakan isyarat ( gestures), gerak-gerik (movement), sesuatu barang, cara berpakaian, atau sesuatu yang dapat menunjukkan perasaan ( expressions) pada waktu yang sangat penting, misalnya pada saat seseorang sedang sakit, gembira, atau stres dan sebagainya. Komunikasi nonverbal mempunyai beberapa fungsi, yaitu: a) Pengulangan pesan yang disampaikan secara verbal (repetion). b) Pertentangan penyangkalan dari suatu pesan (contradiction). c) Pengganti dari pesan (substitution). d) Melengkapi pesan verbal (complementing).
Penekanan atau menggaris bawahi pesan verbal (accenting). SIMPULAN Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan temuan hasil penelitian mengenai keterampilan berkomunikasi peserta didik dalam mengikuti bimbingan kelompok di SMP Negeri 2 Lembang Jaya Kabupaten Solok dapat disimpulkan secara umum berada pada kategori baik. Sedangkan hasil penelitian berdasarkan sub variabel atau batasan masalah yang terkait yaitu : 1. Keterampilan berkomunikasi peserta didik dalam mengikuti bimbingan kelompok dilihat dari komunikasi verbal berada pada kategori cukup baik, dilihat dari aspek komunikasi lisan dan suara. 2. Keterampilan berkomunikasi peserta didik dalam mengikuti bimbingan kelompok dilihat dari komunikasi nonverbal berada pada kategori cukup baik, dilihat dari aspek ekspresi raut muka, waktu, dan cara berpakaian. SARAN 1. Guru BK Agar Guru BK perlu melaksanakan bimbingan kelompok lebih baik lagi ke depannya dengan tujuan agar peserta didik lebih lancar lagi dalam berkomunikasi. Kemudian juga perlu dilaksanakan penambahan materi tentang cara berkomunikasi tujuan agar komunikasi peserta didik lebih baik ke depannya baik secara verbal maupun nonverbal. 2. Peserta didik Peserta didik harus lebih aktif lagi pada saat mengikuti bimbingan kelompok tujuannya agar kemampuan berkomunikasi bisa lebih baik lagi, kemudian harus meningkatkan kepercayaan diri untuk menyampaikan gagasan di depan umum. 3. Kepala Sekolah Kepala sekolah perlu menambah jam mengajar untuk guru BK hal ini dikarenakan masih banyak masalah yang dialami peserta didik dalam berkomunikasi, kemudian juga diharapkan menyediakan sarana dan prasarana bimbingan dan konseling agar pelaksanaan bimbingan kelompok di sekolah dapat berjalan lebih baik dan efektif ke depannya. 4. Pengelola Program Studi Bimbingan dan Konseling Program studi bimbingan dan konseling hendaknya mampu mencetak calon pendidik yang mampu memberikan pelayanan yang baik, memiliki pengetahuan yang luas, mampu melaksanakan pelayanan bimbingan kelompok secara professional dan menguasai berbagai ilmu berkaitan dengan keterampilan dalam berkomunikasi. 5. Peneliti Selanjutnya Direkomendasikan kepada peneliti selanjutnya untuk dapat meneliti pada aspek lain seperti keterampilan berkomunikasi Guru BK dalam pelaksanaan bimbingan kelompok. KEPUSTAKAAN Effendy, Onong Uchjana. 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: UNP Press. Ruliana, Poppy. 2014. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Supratiknya. 2007. Komunikasi Antar Pribadi. Yogyakarta: Kanisius. Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: Andi Offset. Warsita, Bambang. 2008. Teknologi Pembelajaran Landasan dan Aplikasinya. Jakarta: Rineka Cipta. Winkel. 1991. Bimbingan dan Konseling di Sekolah Menengah. Jakarta: Grasindo.