BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran pemegang saham. Tujuan lainnya adalah menjamin sumber daya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. mencapai tujuan tersebut, salah satunya menggunakan laporan keuangan. Pengguna

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini persaingan bisnis di Indonesia semakin ketat, terutama pada

BAB III METODOLOGI. Penulis menggunakan konsep metode EVA dan FVA untuk mengukur kinerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dalam bentuk saham mempunyai tingkat risiko yang tinggi karena sifatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dimulai dari perusahaan, usaha mencari sumber dana untuk pembiayaan

I. PENDAHULUAN. 2009). Dengan kata lain perusahaan adalah suatu bentuk badan usaha yang lebih

I. PENDAHULUAN. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan telah menjadi perhatian sejak

BAB I PENDAHULUAN. atau keberhasilan perusahaan dalam menciptakan nilai tambah bagi. telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 1993).

SKRIPSI. Oleh : ANGGORO NUR FAJAR B

BAB V PENUTUP. disimpulkan bahwa nilai EVA PT. Bank Muamalat Indonesia Tbk. Pada periode

BAB I PENDAHULUAN. bersumber dari dalam negeri misalnya tabungan luar negeri, tabungan pemerintah,

BAB I PENDAHULUAN. dimana modal diperdagangkan antara pihak yang memiliki kelebihan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. melalui investasi pada suatu perusahaan dinilai prospektif atau menguntungkan. Hal

BAB I PENDAHULUAN. dijalankan harus selalu meningkatkan kinerja perusahaan mereka. Ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan per kapita masyarakat Indonesia tahun 2012 telah mencapai

BAB I UKDW. saham. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan diperlukan untuk menentukan

BAB I PENDAHULUAN. Selain untuk mencari keuntungan, tujuan dari kegiatan bisnis juga untuk

BAB II URAIAN TEORITIS. antara PT. Indocement Tunggal Prakarsa dan PT. Semen Gresik. Hasil penelitian

kinerja keuangan, diperlukan tolak ukur tertentu.

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. bergerak di bidang jasa maupun produksi. Maka dari itu, perusahaan di. tuntut untuk meningkatkan kemampuan kinerjanya agar mampu

BAB I PENDAHULUAN. menjadi semakin ketat dan kompetitif. Kondisi ini menuntut sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Istilah Economic Value Added (EVA) pertama kali dicetuskan oleh Stewart dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan oleh pemegang saham adalah pendapatan berupa deviden (divident

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab 2 Arus Kas, Laporan Keuangan dan Nilai Tambah Perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. telekomunikasi semakin terasa penting. Kebutuhan akan adanya perangkat

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini dunia bisnis telah mengalami perkembangan sehingga. tercipta kondisi persaingan yang semakin kompetitif.

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan bisnis yang terjadi saat ini tidak dapat dihindari oleh perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya perusahaan perusahaan yang bermunculan di dunia global tentu saja

BAB 1 PENDAHULUAN. Globalisasi ini pasar merupakan suatu fenomena yang tidak dapat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu unit kegiatan produksi yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang

BAB I PENDAHULUAN. investasinya tersebut akan mampu memberikan tingkat pengembalian (rate of return)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri asuransi tidak terlepas dari perkembangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. analis keuangan dari perusahaan Stern Stewart & Co pada tahun Model

BAB I PENDAHULUAN. industri pesawat terbang, industri listrik dan lain-lain (ICN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan perusahaan adalah memaksimumkan kekayaan pemegang saham.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan jangka panjang dari sebuah perusahaan adalah meningkatkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam penentuan kebijakan investasi, pemilik, manajer dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perusahaan. Perkembangan nilai perusahaan, khususnya perbankan selama lima tahun

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu data yang diperoleh dan disajikan dalam bentuk angka-angka. Data ini

BAB 1 PENDAHULUAN. antara perusahaan perusahaan yang ada di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. satunya adalah dengan berinvestasi. Investasi adalah penanaman modal untuk satu

: ANNIZSA DYNDA.P NPM : FAKULTAS : EKONOMI JURUSAN : AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan seperti mengakibatkan para manajer perusahaan berusaha. meningkatkan keuntungan dengan berbagai cara, dan hal ini dapat

PENDAHULUAN. kemauan para usahawan untuk memanfaatkan peluang yang ada semaksimal

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar satu perusahaan dengan perusahaan lain merupakan hal yang

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PADA PT. GUDANG GARAM TBK. DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) DAN MARKET VALUE ADDED (MVA)

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari banyaknya perusahaan yang melakukan Initial Public Offering

perusahaan adalah menghasilkan laba yang sebesar-besarnya. Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) PADA PT. TELEKOMUNIKASI INDONESIA, TBK.

BAB 1 PENDAHULUAN. membuat dunia usaha menjadi lebih kompetitif. Sehingga dengan adanya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II LANDASAN TEORI. perusahaan untuk memperoleh sumber modal yang sebanyak-banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan melalui pembelian surat-surat berharga yang ditawarkan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Menurut M.Hanafi (2008:42) pengertian ROA adalah mengukur

BAB I PENDAHULUAN. (investor) dengan orang yang membutuhkan modal. Pasar modal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Industri telekomunikasi merupakan salah satu jenis industri yang. berkomunikasi tanpa harus melakukan tatap muka.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perekonomian global persaingan ekonomi semakin kompetitif. Semua

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. satu cara dalam memudahkan perusahaan maupun investor untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dapat menggunakan hasil penilaian kinerja perusahaan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sudah baik. Jika dinilai kinerja kurang baik maka diharapkan

Economic Value Added (EVA)

BAB I PENDAHULUAN. barang, pesaing, perkembangan pasar, perkembangan perekonomian dunia.

Novianti Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memaksimalkan laba atau sering disebut perusahaan nirlaba. Tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. tempat untuk memperoleh modal tersebut adalah melalui pasar modal.

Bisma, Vol 1, No. 9, Januari 2017 KINERJA KEUANGAN PADA PT SUMBER ALFARIA TRIJAYA, Tbk.

BAB I PENDAHULUAN. atau investor (Suad Husnan, 2004). Selain itu, menurut Martalena dan Malinda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Telah melakukan penelitian yang berjudul Analisis Perbandingan

BAB I PENDAHULUAN. yang mengelola sumber-sumber ekonomi untuk menyediakan barang dan jasa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Nora Alverniatha 1 BINUS Business School. Samuel Dossugi 2 Universitas Atma Jaya Jakarta ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi pasar merupakan suatu fenomena yang tidak dapat dihindari, tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini, tidak sedikit orang yang memiliki berbagai macam bentuk investasi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pekerjaan bagian pembukuan. Selanjutnya laporan keuangan tersebut untuk

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi kerja yang dapat meningkatkan kualitas pekerjaan bagi kelangsungan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Jogianto (2003) dalam Novita Indriani dan Toto Sugiharto (2010) semakin

II. LANDASAN TEORI. utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi informasi yang semakin berkembang pesat,

ANALISA LAPORAN KEUANGAN.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan perusahaan yang secara sederhana adalah tingkat keuntungan

PENDAHULUAN Sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang, maka dunia usahapun ikut berkembang pula dengan semakin banyaknya perusahaan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit, kelapa, pinang, kopi, sagu, kakao diantara produk-produk tersebut yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan suatu perekonomian diikuti juga dengan. bisnis perusahaan. Untuk mendapatkan modal yang besar dan terikat dalam

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan di masa mendatang. Para investor dapat membeli saham, obligasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menurut Sartono (2001), tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Tujuan lainnya adalah menjamin sumber daya perusahaan yang langka dapat dialokasikan secara efisien dan memberi manfaat ekonomi. Untuk mengukur kinerja perusahaan, peneliti menggunakan beberapa metode, seperti: Metode Economic Value Added (EVA), Metode Market Value Added (MVA) dan Metode Financial Value Added (FVA). Economic Value Added (EVA) merupakan metode pengukuran kinerja perusahaan yang mempertimbangkan biaya modal atas penggunaan seluruh modal dalam kegiatan operasional. EVA dikembangkan oleh sebuah firma konsultansi New York, Stern Steward & Co pada tahun 1982 untuk mempromosikan perilaku memaksimalkan nilai pada manajer perusahaan (O Hanlon & Peasnell, 1998). Hal ini merupakan sebuah pengukuran tunggal dan berdasarkan nilai yang dimaksudkan untuk mengevaluasi strategi bisnis, proyek modal dan untuk memaksimalkan kekayaan pemegang saham dalam jangka panjang. Menurut Brigham & Houstan (2006), EVA adalah nilai yang ditambahkan oleh manajemen kepada pemegang saham selama satu tahun tertentu. Steward (1991), selaku penemu EVA mendeskripsikan bahwa EVA dipertimbangkan sebagai alat ukur kinerja ekonomi perusahaan yang paling akurat. EVA berusaha untuk memecahkan kebutuhan akan pengukur kinerja yang berkorelasi sangat tinggi pada kekayaan pemegang saham dan responsif 1

BAB I. PENDAHULUAN 2 terhadap tindakan manajer perusahaan. EVA juga berperan dalam hal goal setting, capital budgeting, performance assessment, dan incentive compensation suatu perusahaan (Utomo, 1999). Chen & Dodd (1997), menemukan bahwa ketika EVA menyediakan informasi nilai yang signifikan, alat ukur keuntungan akuntansi lainnya juga menyediakan informasi yang signifikan dan seharusnya tidak disingkirkan karena EVA. Hal tersebut memberikan informasi yang signifikan melebihi pengukuran akuntansi tradisional, seperti EPS, ROA, dan ROE (Chen & Dodd, 1997), sedangkan Chandra (2001), mengidentifikasikan bahwa EVA merupakan alat ukur yang lebih baik daripada EPS, PAT dan ROCE. Menurut Gulo (2011), dengan konsep ini dapat diketahui berapa biaya yang harus dikeluarkan sehubungan dengan penggunaan modal usaha perusahaan. Penerapan konsep EVA akan membuat perusahaan lebih memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan. Hal ini merupakan keunggulan EVA dibandingkan dengan metode perhitungan yang lain, selain itu keunggulan EVA yang lain adalah EVA dapat dipergunakan tanpa memerlukan data pembanding sebagaimana halnya rasio keuangan. Berdasarkan dari beberapa referensi tersebut peneliti dapat menyimpulkan bahwa EVA merupakan alat ukur kinerja ekonomi perusahaan yang paling akurat, dimana memfokuskan perhatian pada penciptaan nilai perusahaan. EVA juga mencerminkan pengukuran terhadap kinerja internal. Dengan meningkatkan EVA, sebuah perusahaan dapat meningkatkan MVA-nya atau dengan kata lain, meningkatkan perbedaan antara nilai perusahaan tersebut dengan jumlah modal yang diinvestasikan (Khan, et al.,

BAB I. PENDAHULUAN 3 2012). MVA merupakan hasil kumulatif dari kinerja perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan. Menurut Stewart (1991), MVA telah memperkenalkan sebuah pengukuran nilai pemegang saham yang baru, dimana nilai pasar menambah book value dari modal yang diinvestasikan. Nilai tambah MVA didefinisikan sebagai perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan hutang) dengan total modal yang diinvestasikan di suatu perusahaan (Young & O Byrne, 2001). Hal tersebut merupakan pengukuran terhadap kinerja eksternal, yang disadari menjadi indikator nilai tambah pemegang saham yang terbaik. Disimpulkan bahwa peningkatan MVA merupakan keberhasilan perusahaan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan alokasi sumber-sumber yang tepat dan MVA juga merupakan pengukuran terhadap kinerja eksternal. Penilaian kinerja perusahaan selain menggunakan metode EVA dan MVA, penilaian kinerja juga dapat menggunakan metode Financial Economic Value Added atau lebih singkat disebut Financial Value Added (FVA). Financial Value Added (FVA) merupakan metode baru dalam mengukur kinerja dan nilai tambah perusahaan. Menurut Alverniatha & Dossugi (2009), Financial Value Added adalah selisih antara laba operasi setelah pajak (NOPAT) dengan equivalent depreciation yang telah dikurangi dengan penyusutan. Hasil perhitungan FVA yang positif menunjukkan bahwa keuntungan bersih dan penyusutan dapat menutupi equivalent depreciation. Jika hal ini terjadi, maka perusahaan akan dapat meningkatkan pengembalian

BAB I. PENDAHULUAN 4 atas modal yang telah ditanamkan di dalam perusahaan, sehingga akan dapat meningkatkan kekayaan pemegang sahamnya. Metode ini mempertimbangkan kontribusi dari fixed assets dalam menghasilkan keuntungan bersih perusahaan (Iramani, 2005). Dengan demikian, peneliti dapat menyimpulkan bahwa peningkatan FVA merupakan metode yang memfokuskan pada aset tetap yang dimiliki oleh perusahaan. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti, terdapat banyak sekali penelitian yang berkaitan dengan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Financial Value Added (FVA), antara lain: 1. Menurut Sharma dan Kumar (2012), Salehi dan Mahmoodi (2011), Irale, et al. (2006) dan Ismail, et al. (2014); EVA lebih baik dibandingkan dengan MVA, karena kemampuan EVA secara individual untuk menjelaskan MVA secara signifikan, EVA dapat memainkan peran penting ketika digabungkan dengan variabel lainnya, dan peran EVA adalah untuk mengatur, bukan untuk mengganti dengan efisiensi manajemen. Aktivitas manajemen harus disejajarkan dengan EVA, dengan memperkenalkan rencana insentif, sehingga manajer mulai bekerja bagi mereka. 2. Menurut Gupta dan Gaur (2011); EVA yang lebih baik, karena memberikan gambaran yang sebenarnya mengenai financial health perusahaan dan profit after meeting weighted cost of capital yang sebenarnya. 3. Khan, et al. (2012) menjelaskan seberapa baik EVA bertindak sebagai variabel penjelas yang asli untuk menambah nilai pada organisasi tersebut dalam rangka untuk membenarkan kegunaannya dalam pengukurran

BAB I. PENDAHULUAN 5 kinerja, penambahan nilai pemegang saham, kompensasi eksekutif, dan laporan keuangan. 4. Menurut Reddy, et al. (2011), EVA memberikan angka pasti berapa banyak yang benar-benar pemegang saham akan dapatkan pada akhir tahun akuntansi dengan mempertimbangkan biaya seperti biaya ekuitas, biaya laba ditahan. 5. Menurut Chen & Dodd (1997), banyak penelitian telah menyatakan bahwa EVA adalah ukuran yang paling berguna untuk kinerja perusahaan. 6. Menurut Gulo dan Ermawati (2011), MVA pada PT SA lebih baik dibandingkan dengan EVA, karena MVA pada tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami peningkatan dan bernilai positif yang membuktikan bahwa perusahaan telah berhasil menciptakan kekayaan kepada pemegang saham, sedangkan EVA pada tahun 2008 sampai tahun 2009 mengalami penurunan yang signifikan dan bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa keberhasilan perusahaan untuk mengelola kepercayaan investor atas modal yang diberikan dengan meningkatkan nilai modal yang diinvestasikan. 7. Menurut Kurniadi, et al. (2013), nilai MVA lebih baik dibandingkan dengan nilai EVA pada Sektor pertanian. Hal ini dikarenakan sebagian besar perusahaan tersebut menghasilkan nilai MVA positif yang lebih banyak dibandingkan dengan nilai MVA negatif, sedangkan nilai EVA menghasilkan sebaliknya, nilai EVA negatif lebih banyak dibandingkan dengan nilai EVA positif.

BAB I. PENDAHULUAN 6 8. Menurut Siregar (2015), beliau menemukan bahwa perusahaan konvensional memiliki fokus yang lebih besar dalam kegiatan inti mereka secara signifikan memiliki MVA yang lebih tinggi. 9. Menurut Bernier dan Mouelhi (2011), hasil dari lima pengukuran kinerja internal secara statistik dan secara signifikan berkointegrasi dengan MVA. 10. Menurut Aloy & Alfred (2014), MVA lebih baik dibandingkan dengan EVA, karena jika investasi yang sangat Leveraged dan menghasilkan keuntungan, maka nilai pasar saham dan MVA akan meningkat. 11. Menurut Lehn dan Makhija (1996), perusahaan dengan fokus yang lebih besar dalam kegiatan bisnis mereka memiliki MVA secara signifikan lebih tinggi daripada rekan-rekan mereka yang kurang fokus. 12. Menurut Iramani (2005), kinerja FVA lebih baik dibanding EVA, karena jika ditilik ulang konsep NOPATD, FVA melalui definisi Equivalent Depreciation mengintegrasikan seluruh kontribusi aset bagi kinerja perusahaan, demikian juga opportunity cost dari pembiayaan perusahaan; FVA secara jelas mengakomodasi kontribusi konsep value growth duration (durasi proses penciptaan nilai) sebagai unsur penambah nilai; FVA mengedepankan konsep Equivalent Depreciation dan Accumulated Equivalent tampaknya lebih akurat menggambarkan financing costs; dengan berbasis pada definisi EVA yang sudah dikenal luas, FVA memberi solusi terhadap mekanisme kontrol dalam periode tahunan, yang selama ini merupakan kendala bagi konsep NPV.

BAB I. PENDAHULUAN 7 Menurut hasil pengamatan diatas, maka konsep EVA, MVA dan FVA dapat diaplikasikan kepada sektor telekomunikasi karena menjadi isu yang menarik untuk dibahas. Hal itu dapat dilihat dari bagaimana subsektor telekomunikasi mengalami peningkatan kapitalisasi pasar selama kurun waktu 2009-2015 berdasarkan statistical highlight BEI. Gambar 1.1 Statistical highlight Tahun 2009 48.57% 12.45% Sumber : www.idx.co.id Berdasarkan Gambar 1.1 di atas, data statistical highlight sektor infrastruktur sebesar 48.57%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sektor infrastruktur hanya -49.73%. Dapat dilihat bahwa pada sektor infrastruktur terjadi peningkatan pada tahun 2008-2009, artinya perusahaan memiliki kinerja yang baik pada tahun ini.

BAB I. PENDAHULUAN 8 Gambar 1.2 Statistical highlight Tahun 2010 12.45% Sumber : www.idx.co.id Berdasarkan Gambar 1.2 di atas, data statistical highlight sektor infrastruktur sebesar 12.45%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sektor infrastruktur hanya 48.57%. Dapat dilihat bahwa pada sektor infrastruktur terjadi penurunan pada tahun 2009-2010, artinya perusahaan memiliki kinerja yang kurang baik pada tahun ini. Gambar 1.3 Statistical highlight Tahun 2011-3.99% Sumber : www.idx.co.id

BAB I. PENDAHULUAN 9 Berdasarkan Gambar 1.3 di atas, data statistical highlight sektor infrastruktur sebesar -3.99%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sektor infrastruktur hanya 12.45%. Dapat dilihat bahwa pada sektor infrastruktur terjadi penurunan pada tahun 2010-2011, artinya perusahaan memiliki kinerja yang kurang baik pada tahun ini. Gambar 1.4 Statistical highlight Tahun 2012 Sumber : www.idx.co.id Berdasarkan Gambar 1.4 di atas, data statistical highlight sektor infrastruktur sebesar 9.80%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sektor infrastruktur hanya 3.99%. Dapat dilihat bahwa pada sektor infrastruktur terjadi peningkatan pada tahun 2011-2012, artinya perusahaan memiliki kinerja yang baik pada tahun ini.

BAB I. PENDAHULUAN 10 Gambar 1.5 Statistical highlight Tahun 2013 Sumber : www.idx.co.id Berdasarkan Gambar 1.5 di atas, data statistical highlight sektor infrastruktur sebesar 18.45%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sektor infrastruktur hanya 9.80%. Dapat dilihat bahwa pada sektor infrastruktur terjadi peningkatan pada tahun 2012-2013, artinya perusahaan memiliki kinerja yang baik pada tahun ini. Gambar 1.6 Statistical highlight Tahun 2014 Sumber : www.idx.co.id

BAB I. PENDAHULUAN 11 Berdasarkan Gambar 1.6 di atas, data statistical highlight sektor infrastruktur sebesar 24.71%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sektor infrastruktur hanya 18.45%. Dapat dilihat bahwa pada sektor infrastruktur terjadi peningkatan pada tahun 2013-2014, artinya perusahaan memiliki kinerja yang baik pada tahun ini. Gambar 1.7 Statistical highlight Tahun 2015 Sumber : www.idx.co.id Berdasarkan Gambar 1.7 di atas, data statistical highlight sektor infrastruktur sebesar 15.42%. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya sektor infrastruktur hanya 24.71%. Dapat dilihat bahwa pada sektor infrastruktur terjadi penurunan pada tahun 2014-2015, artinya perusahaan memiliki kinerja yang kurang baik pada tahun ini. Melihat fenomena diatas peneliti ingin menganalisa perbandingan antara metode EVA, metode MVA dan metode FVA pada sektor telekomunikasi, karena sektor telekomunikasi mengalami peningkatan yang cukup signifikan yang dapat dilihat dalam statistical highlight pada Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2009-2015.

BAB I. PENDAHULUAN 12 Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti memutuskan untuk memberikan judul Analisis Perbandingan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Financial Value Added (FVA) sebagai Alat Pengukur Kinerja Keuangan Sektor Telekomunikasi di Bursa Efek Indonesia Tahun 2009-2015.

BAB I. PENDAHULUAN 13 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah penelitian dapat dirumuskan: 1. Apakah terdapat perbedaan antara EVA dan MVA? 2. Apakah terdapat perbedaan antara EVA dan FVA? 3. Apakah terdapat perbedaan antara MVA dan FVA? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini, maka tujuan penelitian dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perbedaan antara EVA dan MVA. 2. Untuk mengetahui perbedaan antara EVA dan FVA. 3. Untuk mengetahui perbedaan antara MVA dan FVA. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini sebagai berikut: 1. Kegunaan Teoritis Untuk memberikan pengetahuan terhadap pengembangan ilmu ekonomi mengenai penggunaan EVA, MVA dan FVA dalam menilai kinerja keuangan dalam suatu perusahaan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi landasan dan referensi bagi para penelti yang tertarik untuk meneliti teori dan pembahasan yang sama pada waktu yang akan datang.

BAB I. PENDAHULUAN 14 2. Kegunaan Bagi Calon Investor Mengetahui kondisi keuangan perusahaan yang bersangkutan dan diharapkan dapat memberikan informasi kepada investor maupun kepada calon investor yang akan menanamkan modal pada perusahaan.