BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas pangan masyarakat Indonesia yang dominan adalah beras yang berfungsi sebagai makanan pokok sumber karbohidrat. Beras merupakan komoditi pangan yang memiliki nilai politis dan strategis sehingga sangat penting untuk memenuhi ketersediaannya. Ariani dan Purwantini (2014) menyatakan bahwa beras menyumbang lebih dari 60 persen konsumsi kalori masyarakat Indonesia, yang menjadikan Indonesia memiliki kebutuhan tinggi terhadap beras. Konsumsi beras Indonesia tahun 2013 sebesar 85,5 kilogram/kapita/tahun melampaui ratarata konsumsi beras dunia sebesar 60 kilogram/kapita/tahun (Anonim, 2014a). 11,000 10,000 Harga (Rupiah/Kg) 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 Dunia Produsen Konsumen 4,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Tahun Gambar 1.1 Perbandingan harga beras medium dunia dan domestik (Rusono dkk, 2013) 1
2 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa harga beras domestik cenderung naik setiap tahunnya dan telah melampaui harga beras dunia, walaupun produksi dalam negeri meningkat dan jumlah konsumsi per kapita per tahun menurun. Pada tahun 2013, harga beras mencapai level tertinggi dalam kurun waktu lima tahun (2008-2013) dengan laju kenaikan rerata 10,15 persen di tingkat konsumen dan 12,71 persen di tingkat produsen. Harga beras di pasar domestik juga fluktuatif setiap bulannya dan cenderung meningkat terutama pada periode non panen (Rusono dkk, 2013). Tabel 1.1 Produksi dan konsumsi beras nasional, 2008-2013 Tahun Produksi (Juta Ton) Konsumsi (Kg/Kapita/Tahun) 2008 60,30 104,90 2009 64,39 91,30 2010 66,47 90,16 2011 65,76 89,48 2012 69,06 87,24 2013 71,29 85,51 Sumber : Data Olahan, 2014 Badan Pusat Statistik D.I Yogyakarta (Anonim, 2013) menyatakan bahwa pada tahun 2013 Provinsi DIY terkena imbas inflasi nasional sebesar 7,57 persen. Pada tahun yang sama, komoditas beras menduduki peringkat satu sebagai andil inflasi nasional dalam satu tahun sebesar 0,3 persen (Anonim, 2014b). Hal ini disebabkan karena beras merupakan kebutuhan pokok masyarakat Indonesia dimana komoditas beras termasuk dalam permintaan inelastis. Pangan beras merupakan hak asasi dimana akses terhadapnya harus dihargai, dilindungi dan dipenuhi. Beras harus cukup dalam hal kuantitas dan
3 kualitas, aman, merata serta terjangkau oleh daya beli masyarakat untuk mencapai ketahanan pangan nasional sehingga dibutuhkan distribusi yang efektif dan efisien. Untuk mencapai ketahanan pangan, pemerintah menunjuk BULOG untuk mengelola beras secara nasional. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2009, tugas publik BULOG melaksanakan kebijakan pembelian gabah atau beras sesuai HDPP (Harga Dasar Pembelian Pemerintah), stabilitas harga di tingkat konsumen, penyaluran beras untuk Rumah Tangga Miskin (RASKIN) dan pengelolaan CBP (Cadangan Beras Pemerintah). CBP digunakan untuk keadaan tanggap darurat bencana alam dan rawan pangan pasca bencana alam. Beras yang diterima dan disalurkan BULOG adalah beras SNI 4 dengan kualitas kadar air maksimum 14%, butir patah maksimum 20%, kadar menir maksimum 2% dan derajat sosoh minimum 95% dengan harga Rp 6.600 per kg sesuai Inpres No 3 Tahun 2012. Persentase (%) 18,00 16,00 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 MARET 16,05 15,34 15,88 14,98 13,40 13,08 10,09 9,89 5,85 5,71 3,69 3,70 Periode 2013 SEPTEMBER DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Gambar 1.2 Persentase penduduk miskin menurut provinsi di Pulau Jawa, 2013 (Anonim, 2014c)
4 Berdasarkan data BPS (Anonim, 2014b) diketahui bahwa tingkat kemiskinan di DIY merupakan yang tertinggi di Pulau Jawa dibanding lima provinsi lainnya dengan tingkat pendapatan Rp 303.843,00 per kapita per bulan. Komoditas pangan memberikan sumbangan terbesar terhadap garis kemiskinan sebesar 71,32 persen (Anonim, 2014d). Hal ini merupakan pekerjaan besar bagi BULOG mengingat fungsinya sebagai PSO (Public Service Obligation) yang mengurus distribusi beras bagi penduduk miskin (RASKIN) untuk menjaga stabilitas harga. Persediaan dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan RASKIN, CBP, instansi pemerintah serta mengatasi masalah gejolak harga beras di pasar melalui operasi pasar. Namun kenyataannya BULOG Divre (Divisi Regional) DIY belum dapat memenuhi kebutuhan masyarakatnya secara mandiri. Data menunjukkan bahwa BULOG Divre DIY melakukan move in beras sebesar 8.040,600 ton pada tahun 2012 dan 24.981,286 ton tahun 2013 untuk memenuhi permintaan masyarakat DIY. Move in adalah pengadaan beras dari BULOG provinsi lain untuk memenuhi kekurangan persediaan beras. Kebijakan perberasan bersifat lintas sektoral dan dinamis (masing-masing sub sistem dipengaruhi oleh perkembangan waktu), maka pendekatan dan simulasi sistem dinamis diperlukan untuk mengantisipasi adanya kemungkinan kekurangan persediaan beras yang disebabkan oleh faktor tak terduga seperti gagal panen karena perubahan iklim atau peningkatan permintaan karena bencana alam, dan sebagainya. Fokus penelitian ini berkaitan dengan sistem persediaan beras BULOG Divre DIY, yang dilakukan melalui pemodelan sistem dengan pembangkitan
5 beberapa skenario. Output model digunakan BULOG sebagai pertimbangan dalam menentukan persediaan beras yang tepat sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan beras DIY secara mandiri. Peneliti sebelumnya, Rohmawati (2009) melalui penelitian persediaan beras dengan pemodelan sistem dinamis menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi persediaan beras adalah pengadaan beras lokal, move in, pengeluaran untuk RASKIN dan operasi pasar serta biaya-biaya penyimpanan di gudang. 1.2 Rumusan Masalah BULOG adalah perusahaan umum yang ditunjuk oleh pemerintah untuk mengelola beras secara nasional. Permasalahan yang dihadapi oleh BULOG hingga saat ini adalah menentukan berapa jumlah persediaan beras yang tepat yang harus disediakan agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat DIY. Kekurangan persediaan dapat meningatkan biaya karena harus dilakukan move in beras dari provinsi lain atau luar negeri untuk memenuhi permintaan. Namun disisi lain, penyerapan beras petani oleh BULOG juga dibatasi dengan kapasitas gudang penyimpanan sehingga tidak seluruh beras petani dapat dibeli. Melalui penelitian ini diharapkan diperoleh perencanaan persediaan yang tepat agar BULOG Divre DIY mampu mencukupi kebutuhan beras untuk dibagikan kepada keluarga miskin, operasi pasar serta cadangan beras pada situasi darurat. Persediaan dipandang sebagai suatu sistem dan dengan mengubah parameter berupa faktor-faktor yang berkaitan dengan persediaan ini dapat dilakukan simulasi sistem untuk mendapatkan kombinasi tingkat persediaan beras
6 yang dapat menginformasikan jumlah persediaan yang tepat melalui pembangkitan beberapa skenario. 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah yang ditetapkan dalam penelitian, sebagai berikut. 1. Pemodelan dan skenario sistem tidak memperhitungkan kuantitas beras yang dimiliki oleh mitra, UPGB dan Gapoktan. 2. Pemodelan dan skenario sistem tidak memperhitungkan biaya penyimpanan, pemeliharaan dan logistik mulai dari pengadaan hingga penyaluran beras. 3. Pemodelan dan skenario tidak memperhitungakan faktor nilai susut dan penurunan kualitas atau kerusakan beras akibat penyimpanan. 1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut. 1. Menganalisis sistem persediaan beras BULOG Divre DIY. 2. Memodelkan sistem persediaan beras Perum BULOG Divre DIY dengan menggunakan sistem dinamis. 3. Melakukan simulasi melalui pembangkitan beberapa skenario untuk menciptakan kebijakan kuantitas persediaan beras yang tepat.
7 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Memberikan gambaran tentang sistem persediaan beras Perum BULOG Divre DIY dari model yang telah dibuat yang merupakan representasi dari sistem perencanaan persediaan beras. 2. Memberikan alternatif solusi, saran, perbaikan dan sebagai bahan pertimbangan BULOG dalam mengambil keputusan atau kebijakan terkait persediaan beras Provinsi D.I Yogyakarta. 3. Memberikan gambaran atau contoh dan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam membuat kebijakan terkait perencanaan persediaan beras di BULOG Divre lain maupun persediaan beras nasional dalam upaya mencapai ketahanan pangan nasional. 4. Memperluas kajian penelitian dalam sistem persediaan bagi masyarakat luas, produsen, pelaku pasar, dan pelaku rantai pasok bahan pertanian pada umumnya dan beras khususnya.