I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perawatan ortodonti merupakan perawatan yang bertujuan untuk mengarahkan dan mengoreksi struktur dentofasial yang sedang tumbuh kembang ataupun yang telah dewasa, termasuk kondisi yang membutuhkan pergerakan gigi maupun koreksi malrelasi dan malformasi tulang (Proffit dkk., 2013). Perawatan ortodonti dilakukan apabila terjadi kelainan pada oklusi atau disebut maloklusi yang merupakan ketidakteraturan gigi dan ketidakharmonisan hubungan lengkung gigi yang mengakibatkan gangguan pada estetika dan fungsi (Navabi dkk., 2012). Alat ortodonti merupakan alat yang menggerakkan gigi dengan tekanan ringan dan menyebabkan perubahan di dalam tulang sehingga memungkinkan terjadinya gerakan gigi. Alat ortodonti dibedakan menjadi alat ortodonti lepasan dan alat ortodonti cekat (Bhalaji, 2004). Teknik perawatan ortodonti cekat yang digunakan di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof. Soedomo Yogyakarta adalah teknik Begg, teknik Standard Edgewise, dan teknik Straight Wire (Roth dan MBT). Dr. Edward Angle mengembangkan teknik ortodonti cekat melalui 4 teknik utama, yaitu the E Arch, Pin and Tube, Ribbon Arch dan teknik Edgewise. Dr. Raymond Begg mengembangkan teknik baru dengan memodifikasi braket Ribbon Arch untuk mendapatkan kestabilan perawatan. Braket Begg memungkinkan 1
pergerakan gigi secara tipping ke labial maupun lingual, sedangkan braket Edgewise memiliki kontrol inkinasi mesial-distal gigi yang lebih baik (Bishara, 2001). Teknik Begg merupakan alat ortodonti cekat yang berkembang dari teknik Ribbon Arch dengan slot 0,022 (English dkk., 2015). Teknik Begg menggunakan kawat bulat yang menghasilkan gaya ringan dan kontinyu (Begg dan Kesling, 1977). Tahapan perawatan teknik Begg terdiri dari tiga tahap, tahap pertama dimulai dengan alignment dan bite opening, tahap kedua penutupan ruang, dan tahap ketiga mengarah pada perbaikan detail dari oklusi (English dkk., 2015). Perawatan ortodonti teknik Begg dimulai dengan penggunaan kawat busur yang dilengkapi dengan lup vertikal, circle hook, dan anchorage bend. Lup vertikal digunakan untuk mengatur malposisi gigi individual dan membantu menggerakkan gigi kaninus ke arah distal dan menutup ruang yang ada diantara gigi-gigi anterior, kawat tambahan dibutuhkan untuk pergerakan apikal gigi karena gerakan tipping gigi pada teknik Begg (Begg dan Kesling, 1977; Tamizharasi dan Kumar, 2010). Penggunaan anchorage bend bertujuan untuk memberikan kekuatan penjangkaran pada gigi molar penjangkar dari tarikan elastik intermaksiller dan memberikan kekuatan intrusi pada gigi anterior sehingga terjadi bite opening (Begg dan Kesling, 1977). Anchorage bend juga dapat mengurangi overbite dan overjet yang berlebihan secara efektif dan cepat melalui pemakaian elastik intermaksiler dan anchorage bend pada kawat busur (Cadman, 1975). 2
Teknik Edgewise dikembangkan oleh Angle untuk mengatasi kekurangan Ribbon Arch dengan mengubah letak slot ke tengah, serta meletakkan braket relatif ke bidang horizontal. Edgewise merupakan teknik yang baik dalam kontrol akar gigi secara tiga dimensi. Penggunaan kawat rektangular pada braket Edgewise bertujuan untuk menggerakkan gigi ke arah tiga bidang yang memungkinkan pergerakan gigi yang normal terhadap posisi akar dan mahkota gigi. Teknik Edgewise memerlukan wire bending dalam arah fasiolingual (first-order, atau in-out bends) untuk kompensasi kontur labial setiap gigi (Proffit dkk., 2013). Penambahan wire bending disebut sebagai first, second, dan third-order bends. First-order bends atau in-out bends yaitu jarak dari slot braket ke permukaan gigi dan penyesuaian horizontal untuk melihat perbedaan pada anatomi bukal gigi. Second-order bends ditujukan sebagai penyesuaian vertikal untuk mengoreksi inklinasi aksial dan alignment akar gigi pada dimensi mesiodistal. Third-order atau penyesuaian torque posisi bukal-palatal atau bukal-lingual pada akar kesesuaian mahkota gigi (English dkk., 2015). Penentuan untuk menilai perawatan ortodonti sudah selesai merujuk pada Andrew s six keys of occlusion, di Rumah Sakit Gigi dan Mulut (RSGM) Prof. Soedomo Yogyakarta penilaian perawatan ortodonti masih dinilai secara subyektif, maka dibutuhkan penilaian secara objektif untuk menentukan bahwa perawatan ortodonti sudah selesai. Penilaian hasil kebutuhan perawatan dan hasil perawatan dapat menjadi hal yang rumit dan membutuhkan waktu yang lama (Wirtz, 2012). 3
Indeks oklusal digunakan untuk mengukur hubungan gigi geligi dan lengkung gigi (Arruda, 2008). Terdapat beberapa penilaian indeks oklusal, diantaranya Summer s Occlusal Index, Dental Aesthetic Index, Peer Assessment Rating (PAR), Index of Orthodontic Treatment Need, the Index of Complexity, Outcome and Need (ICON), dan American Board Orthodontic Objective Grading System. Indeks Peer Assessment Rating (PAR) merupakan salah satu indeks oklusal dalam menentukan penilaian hasil perawatan. Indeks PAR diperkenalkan oleh Richmond pada tahun 1992 untuk menilai hasil perawatan (Eslavath dkk., 2015). Indeks PAR dinilai kuantitatif, tetapi indeks ini tidak dapat menilai variasi minor pada posisi gigi (Wirtz, 2012). ABO berupaya untuk membuat evaluasi oklusi menjadi objektif, maka pada tahun 1998 ABO mengimplementasikan model studi dan rontgen panoramik sebagai bahan untuk menilai hasil perawatan yang dinamakan dengan ABO Grading System atau Objective Grading System (OGS) (Farhadian dkk., 2005). Indeks PAR menilai peningkatan perbaikan setelah perawatan ortodonti, sedangkan ABO-OGS mengevaluasi kelengkapan hasil perawatan ortodonti pada variasi minor (Hong dkk., 2014). Menurut penelitian Pinskaya dkk (2004) American Board Orthodontic Objective Grading System merupakan evaluasi kesejajaran gigi dan oklusi berdasarkan penaksiran dari model dan radiografi panoramik yang terpercaya dengan menggunakan alat ABO measurement gauge. ABO Objective Grading System menilai model gigi dan radiografi panoramik dalam kriteria; 1. Alignment, 2. 4
Marginal ridges, 3. Inklinasi bukolingual, 4. Relasi oklusal, 5. Kontak oklusal, 6. Overjet, 7. Kontak interproksimal, 8. Angulasi akar (ABO, 2012). Hasil dari poin yang didapat kemudian dijumlah dan mendapat poin total 20 atau kurang maka perawatan ortodonti telah sesuai dengan standar menurut indeks ABO-OGS. B. Permasalahan Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat diajukan perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah penilaian hasil perawatan ortodonti cekat teknik Begg sudah sesuai dengan standar indeks American Board of Orthodontics Objective Grading System? 2. Apakah penilaian hasil perawatan ortodonti cekat teknik Edgewise sudah sesuai dengan standar indeks American Board of Orthodontics Objective Grading System? 3. Apakah terdapat perbedaan penilaian antara hasil perawatan ortodonti cekat teknik Begg dan teknik Edgewise berdasarkan indeks American Board of Orthodontics Objective Grading System? C. Tujuan Penelitian 5
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbandingan penilaian antara hasil perawatan ortodonti cekat antara teknik Begg dan teknik Edgewise dengan menggunakan American Board of Orthodontics Objective Grading System. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan untuk mengetahui perbandingan penilaian antara hasil perawatan ortodonti cekat antara teknik Begg dan teknik Edgewise dengan menggunakan American Board of Orthodontics Objective Grading System dan memberikan informasi kepada Ortodontis mengenai indeks American Board of Orthodontics Objective Grading System untuk evaluasi hasil perawatan ortodonti cekat secara objektif dan dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menilai keberhasilan perawatan ortodonti di klinik maupun praktek pribadi. E. Keaslian Penelitian Penelitian Farhadian dkk. (2005) membandingkan perawatan ortodonti dengan pencabutan dan tanpa pencabutan dengan menggunakan Objective Grading System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perawatan ortodonti dengan pencabutan mempunyai oklusi yang lebih baik dibandingkan dengan yang tanpa pencabutan. Kuncio dkk. (2007) meneliti perbandingan postretensi pasca perawatan invisalign dan perawatan ortodonti cekat konvensional dengan menggunakan American Board of Orthodontics Objective Grading System. Hasil penelitian 6
menunjukkan pasien yang dirawat dengan Invisalign mempunyai kecenderungan relaps lebih besar dibandingkan dengan yang dirawat dengan perawatan ortodonti cekat konvensional. Penelitian Soltani dkk. (2012) membandingkan hasil perawatan ortodonti cekat teknik MBT dan standar Edgewise dengan menggunakan American Board of Orthodontics Objective Grading System. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada kedua teknik tersebut, kecuali pada kriteria inklinasi bukolingual. Penelitian Jain dkk. (2013) mengevaluasi hasil akhir dari perawatan ortodonti cekat dengan Roth dan MBT menggunakan American Board of Orthodontics Objective Grading System. Hasil yang didapat dari penelitian ini adalah perawatan ortodonti dengan menggunakan Roth maupun MBT tidak berbeda pada hasil akhir dan kualitas perawatan. Sepengetahuan penulis hingga saat ini belum ada penelitian mengenai perbandingan hasil perawatan ortodonti cekat antara teknik Begg dan teknik Edgewise dengan menggunakan American Board of Orthodontics Objective Grading System. 7