III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Juli 2014,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Agustus April 2013, bertempat di

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-Desember 2013, bertempat di

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Desember 2014, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilakukan pada bulan Maret Juli 2014, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 Juli 2015, bertempat di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan September 2015 di

3 Metodologi Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daun pohon suren (Toona sinensis

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODE PENELITIAN di Laboratorium Biomassa Terpadu Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah daging buah paria (Momordica charantia

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Dari penelitian ini telah berhasil diisolasi senyawa flavonoid murni dari kayu akar

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Monggupo Kecamatan Atinggola Kabupaten Gorontalo Utara Provinsi Gorontalo,

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang diperoleh dari daerah Soreang dan Sumedang. Tempat penelitian menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Dari 100 kg sampel kulit kacang tanah yang dimaserasi dengan 420 L

3 Percobaan dan Hasil

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel Akar tumbuhan akar wangi sebanyak 3 kg yang dibeli dari pasar

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL

HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pemeriksaan kandungan kimia kulit batang asam kandis ( Garcinia cowa. steroid, saponin, dan fenolik.(lampiran 1, Hal.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian ini adalah bagian daun tumbuhan suren (Toona sinensis

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan Januari 2012 sampai bulan Juni 2012 di

BABm METODOLOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODA

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan sampel bertempat di daerah Cihideung Lembang Kab

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kering, dengan hasil sebagai berikut: Table 2. Hasil Uji Pendahuluan

IDENTIFIKASI GOLONGAN SENYAWA ANTRAQUINON PADA FRAKSI KLOROFORM AKAR KAYU MENGKUDU ( Morinda Citrifolia, L) ABSTRAK

BAB III METODE PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB V HASIL PENELITIAN. 5.1 Penyiapan Bahan Hasil determinasi tumbuhan yang telah dilakukan di UPT Balai

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun Artocarpus

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian. Lokasi pengambilan sampel bertempat di sepanjang jalan Lembang-

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kadar air = Ekstraksi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan dari bulan Agustus 2009 sampai dengan bulan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan penelitian ini adalah daun M. australis (hasil

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. glukosa darah mencit yang diinduksi aloksan dengan metode uji toleransi glukosa.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek atau bahan penelitian ini adalah biji paria (Momordica charantia)

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

ABSTRAK. Isolasi dan Karakterisasi Flavonoid dari Kulit Buah Jengkol (Pithecellobium jiringa (Jack) Prain ex King) Oleh: ASMAUL HUSNA

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

OLIMPIADE SAINS NASIONAL Medan, 1-7 Agustus 2010 BIDANG KIMIA. Ujian Praktikum KIMIA ORGANIK. Waktu 150 menit. Kementerian Pendidikan Nasional

BAB III METODOLOGI. Metodologi penelitian ini meliputi penyiapan dan pengolahan sampel, uji

BAB II METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Alat Alat yang digunakan dalam penelitian ini, diantaranya: set alat destilasi,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. polyanthum) asal NTB. Untuk memastikan identitas dari tanaman salam

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Tumbuhan yang akan diteliti dideterminasi di Jurusan Pendidikan Biologi

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Serbuk Simplisia Pengumpulan Bahan Determinasi Tanaman

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN. Hasil pemeriksaan ciri makroskopik rambut jagung adalah seperti yang terdapat pada Gambar 4.1.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai Juli 2012 di Laboratorium Kimia Fisika

3 Percobaan. Garis Besar Pengerjaan

HASIL DAN PEMBAHASAN Penetapan Kadar Air Hasil Ekstraksi Daun dan Buah Takokak

BAB III METODE PENELITIAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Lampiran 1. Universitas Sumatera Utara

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

Lampiran 1. Gambar tumbuhan gambas (Luffa cutangula L. Roxb.)

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Sampel dari penelitian ini adalah daun murbei (Morus australis Poir) yang

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Persiapan dan Ekstraksi Sampel Uji Aktivitas dan Pemilihan Ekstrak Terbaik Buah Andaliman

Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Tanaman Uji Serangga Uji Uji Proksimat

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat 3.3 Penyiapan Simplisia 3.4 Karakterisasi Simplisia

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

Noda tidak naik Minyak 35 - Noda tidak naik Minyak 39 - Noda tidak naik Minyak 43

Lampiran 1. Surat Identifikasi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Pusat Penelitian dan Pengembangan Biologi-Bogor.

4028 Sintesis 1-bromododekana dari 1-dodekanol

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA KIMIA DALAM FRAKSI NON-POLAR DARI TANAMAN PURWOCENG (Pimpinella pruatjan Molk)

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan pada bulan September 2013 sampai bulan Maret 2014

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2014 Mei 2015 di UPT

BAHAN DAN METODE. Lokasi dan Waktu Penelitian

ISOLASI, ELUSIDASI STRUKTUR, DAN UJI BIOAKTIVITAS SENYAWA STEROID DARI BUAH MAHKOTA DEWA (Phaleria macrocarpa)

BAB III METODE PENELITIAN

4006 Sintesis etil 2-(3-oksobutil)siklopentanon-2-karboksilat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI KANDUNGAN KIMIA DALAM EKSTRAK n-heksan DARI BUAH TANAMAN KAYU ULES (Helicteres isora L.)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Neraca analitik, tabung maserasi, rotary evaporator, water bath,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Persentase inhibisi = K ( S1 K

BAB III METODE PENELITIAN

PERCOBAAN 04 KROMATOGRAFI KOLOM DAN KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS : ISOLASI KURKUMIN DARI KUNYIT (Curcuma longa L.) DAN PEMISAHAN ZAT (KI- 2051)

Percobaan 4 KROMATOGRAFI KOLOM & KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS. Isolasi Kurkumin dari Kunyit (Curcuma longa L)

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. tanaman binahong (A. cordifolia) yang diperoleh dari Desa Toima Kecamatan

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA FENOLIK DARI KULIT AKAR TUMBUHAN Artocarpus dadah Miq.

BAB III METODE PENELITIAN Lokasi Pengambilan Sampel, Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Hasil Identifikasi Tumbuhan Bawang Sabrang (Eleutherine palmifolia (L.) Merr).

Transkripsi:

30 III. METODELOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 - Januari 2013, bertempat di Laboratorium Kimia Organik Jurusan Kimia Fakultas MIPA Universitas Lampung. Penghalusan kulit batang tumbuhan A. rigida di Politeknik Negri Lampung. Analisis spektroskopi yang digunakan adalah spektroskopi inframerah (IR), dan spektroskopi Ultraungu-tampak (UV-Vis), dilakukan di Laboratorium Biomassa. B. Alat dan Bahan 1. Alat-alat yang digunakan Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat-alat gelas, penguap putar vakum, satu set alat kromatografi cair vakum (KCV), satu set alat kromatografi kolom (KK), pengukur titik leleh, lampu UV, pipet kapiler, spektrofotometer FT-IR merk Scimitar 2000, spektrofotometer ultraungu-tampak (UV-VIS) merk Cary 50.

31 2. Bahan-bahan yang digunakan Bahan yang digunakan adalah kulit kayu A. rigida yang telah dikeringkan dan dihaluskan, diperoleh dari Desa Keputran Kecamatan Sukoharjo Kabupaten Pringsewu Provinsi Lampung. Pelarut yang digunakan untuk ekstraksi dan kromatografi berkualitas teknis yang telah didestilasi sedangkan untuk analisis spektrofotometer berkualitas pro-analisis (p.a). Bahan kimia yang dipakai meliputi etil asetat (EtOAc), metanol (MeOH), n-heksana (n-c 6 H 14 ), aseton (C 3 H 6 O 2 ), akuades (H 2 O), serium sulfat (CeSO 4 ) 1,5% dalam asam sulfat (H 2 SO 4 ) 2N, silika gel Merck G 60 untuk impregnasi, silika gel Merck 60 (35-70 Mesh) dan pati untuk KCV dan KK, untuk KLT digunakan plat KLT silika gel Merck kiesegal 60 F 254 0,25 mm. Pereaksi geser untuk analisis spektrofotometer ultraungu-tampak adalah aluminium klorida, asam klorida pekat, natrium asetat, dan natrium hidroksida. C. Prosedur Penelitian 1. Pengumpulan dan Persiapan Sampel Sampel berupa kulit batang tumbuhan A. rigida yang dipisahkan antara kulit batang dan kayunya. Kulit batang lalu dibersihkan dan dipotong kecil-kecil. Sampel kulit batang yang telah dipotong kemudian dikeringkan. Kulit batang yang telah kering kemudian dihaluskan hingga berbentuk serbuk halus.

32 2. Ekstraksi dengan Metanol Sebanyak 2,7 kg kulit kayu A.rigida yang telah dihaluskan, dimaserasi dengan metanol (MeOH) selama 24 jam dengan sekali maserasi sebanyak 500 gr, maserasi dilakukan sebanyak tiga kali. Ekstrak metanol yang diperoleh disaring kemudian dipekatkan dengan menggunakan penguap putar vakum pada suhu 35-50 C dengan laju putaran 120-150 rpm. 3. Kromatografi Cair Vakum (KCV) Ekstrak kasar kemudian difraksinasi dengan KCV. Terlebih dahulu fasa diam silika sebanyak 10 kali berat sampel dimasukkan ke dalam kolom. Kemudian kolom dikemas kering dalam keadaan vakum menggunakan alat vakum. Eluen yang kepolarannya rendah, dimasukkan ke permukaan silika gel terlebih dahulu kemudian divakum kembali. Kolom dihisap sampai kering dengan alat vakum dan siap digunakan. Ekstrak kasar yang telah dilarutkan dalam aseton dan diimpregnasikan kepada silika gel, kemudian dimasukkan pada bagian atas kolom yang telah berisi fasa diam dan kemudian dihisap secara perlahan-lahan ke dalam kemasan dengan cara memvakumkannya. Setelah itu kolom dielusi dengan etil asetat : n-heksan (0% : 100%) sampai dengan etil asetat : n-heksan (100% : 0%) Kolom dihisap sampai kering pada setiap penambahan eluen (tiap kali elusi dilakukan). Kemudian fraksi-fraksi yang terbentuk dikumpulkan berdasarkan pola fraksinasinya. Fraksinasi sampel dengan teknik KCV dilakukan berulang kali dengan perlakuan yang sama seperti tahapan KCV awal.

33 4. Kromatografi Flash Pada kromatografi flash fasa diam silica gel G 60 F 254 (Merck) dilarutkan dalam pelarut yang akan digunakan dalam proses pengelusian. Campuran tersebut diaduk hingga diperoleh suatu slurry, lalu dimasukkan kedalam kolom dan diusahakan agar kolom tidak kehabisan pelarut. Kemudian atur fasa diam hingga rapat (tidak berongga) dan rata. Selanjutnya masukkan sampel yang telah dijerapkan pada silika gel kedalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, usahakan agar kolom tidak kehabisan pelarut karna akan mengganggu fasa diam yang telah dikemas rapat. Setelah fasa diam dan sampel masuk kedalam kolom, berikan tekanan dari atas kolom dengan alat pompa udara. 5. Kromatografi Lapis Tipis (KLT) Sebelum difraksinasi, terlebih dahulu dilakukan uji KLT untuk melihat pola pemisahan komponen-komponen senyawa yang terdapat dalam ekstrak kasar. Uji KLT juga dilakukan terhadap fraksi-fraksi yang akan difraksinasi dan juga fraksi-fraksi yang didapat setelah perlakuan fraksinasi. Uji KLT dilakukan menggunakan sistem campuran eluen menggunakan pelarut n-heksana, etilasetat, diklorometana, dan metanol. Hasil kromatogram tersebut kemudian disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut. Ketika diperoleh fraksi yang lebih sedikit bercak/noda dilihat dibawah lampu UV setelah dilakukan elusi terhadap plat KLT. Setiap fraksi yang menghasilkan pola pemisahan dengan Rf (Retention

34 factor) yang sama pada kromatogram, digabung dan dipekatkan sehingga diperoleh beberapa fraksi gabungan yang akan difraksinasi lebih lanjut. 6. Kromatografi Kolom (KK) Setelah dihasilkan fraksi-fraksi dengan jumlah yang lebih sedikit, tahapan fraksinasi selanjutnya dilakukan menggunakan teknik kromatografi kolom. Adsorben pati dan silika gel Merck (35-70 Mesh) masing-masing dilarutkan dalam pelarut yang akan digunakan dalam proses pengelusian. Slurry dari pati dimasukkan terlebih dahulu ke dalam kolom, kemudian Slurry dari silika gel, atur fasa diam hingga rapat (tidak berongga) dan rata. Selanjutnya masukkan sampel yang telah dijerapkan pada silika gel ke dalam kolom yang telah berisi fasa diam. Pada saat sampel dimasukkan, usahakan agar kolom tidak kering/kehabisan pelarut karena akan mengganggu fasa diam yang telah dikemas rapat, sehingga proses elusi tidak akan terganggu. 7. Analisis Kemurnian Uji kemurnian dilakukan dengan metode KLT dan uji titik leleh. Uji kemurnian secara KLT menggunakan beberapa campuran eluen. Kemurnian suatu senyawa ditunjukkan dengan timbulnya satu noda dengan berbagai campuran eluen yang digunakan, kemudian disemprot menggunakan larutan serium sulfat untuk menampakkan bercak/noda dari komponen senyawa tersebut. Untuk uji titik leleh, sebelum dilakukan pengukuran, alat pengukur titik leleh tersebut dibersihkan terlebih dahulu dari pengotor yang ada. karena adanya pengotor akan menaikkan atau menurunkan temperatur titik leleh kristal. Untuk

35 kristal yang berukuran besar, kristal terlebih dahulu digerus hingga berbentuk serbuk. Kemudian kristal yang akan ditentukan titik lelehnya diletakkan pada lempeng kaca, diambil sedikit dengan menggunakan pipet kapiler, alat dihidupkan dan titik leleh diamati dengan bantuan kaca pembesar. Suhu pada saat kristal pertama kali meleleh, itulah titik leleh dari senyawa tersebut. 8. Modifikasi Gugus Fungsi dengan Pereaksi AlCl 3 Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni, diambil sebanyak 15 mg kemudian diencerkan dengan pelarut polar berupa metanol sebanyak 1 ml, kemudian pada perlakuan yang sama diambil sebanyak 20 mg pereaksi AlCl 3 lalu diencerkan menggunakan pelarut polar berupa metanol sebenyak 10 ml. Kemudian campurkan kedua larutan yang telah dibuat, lalu diaduk dibiarkan selama 5 menit sampai terjadi perubahan warna, lalu dilakukan uji KLT untuk membandingkannya dengan kristal murni artonin-e. Dalam hal ini uji positif terbentuknya kompleks AlCl 3 -flavonoid ditunjukan dengan adanya bercak berwarna kuning pada sinar tampak (Markham, 1988). Kemudian campuran dari kedua larutan tersebut diuapkan dan diambil ekstrak keringnya, yang selanjutnya diekstrak dengan kloroform untuk mengambil senyawa artonin-e yang berlebih pada campuran senyawa tersebut. Setelah itu ditambahkan akuades sebanyak 1 ml, lalu ditambahkan metanol tetes demi tetes, gunanya untuk memisahkan senyawa komplek artonin-e-alcl 3 yang berupa endapan dengan AlCl 3 yang berlebih.

36 9. Spektrofotometri Inframerah (IR) Sampel kristal hasil isolasi yang telah murni dianalisis menggunakan spektrofotometer inframerah. Kristal yang telah murni dibebaskan dari air kemudian digerus bersama-sama dengan halida anorganik, KBr. Gerusan kristal murni dengan KBr dibentuk menjadi lempeng tipis atau pelet dengan bantuan alat penekan berkekuatan 8-10 ton cm 2. Kemudian pelet tersebut diukur puncak serapannya (Sudjadi, 1983). 10. Spektrofotometri Ultraungu tampak (UV-VIS) Sampel berupa kristal murni sebanyak 0,001 g dilarutkan dalam 10 ml metanol. Larutan ini digunakan sebagai persediaan untuk beberapa kali pengukuran. Pertama, sampel diukur serapan maksimumnya dalam metanol. Selanjutnya larutan persediaan dibagi menjadi beberapa bagian. Kemudian masing-masing larutan persediaan ditambah dengan pereaksi-pereaksi geser seperti natrium hidroksida (NaOH) 2 M yang dibuat dengan cara melarutkan 0,8 gr NaOH dalam 10 ml akuades, aluminium klorida (AlCl 3 ) 5% yang dibuat dengan cara melarutkan 0,25 gram AlCl 3 dalam 5 ml MeOH, asam klorida HCl (AlCl 3 /HCl) yang dibuat dengan cara melarutkan 5 ml HCl pekat dalam 10 ml Akuades, natrium asetat (NaOAc), dan H 3 BO - 3 Kemudian masing-masing larutan diukur serapan maksimumnya.