BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. siswa agar memiliki kesiapan untuk memasuki dunia kerja. Para siswa SMK

BAB I PENDAHULUAN. individu yang dipersiapkan untuk mampu mengikuti laju perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh kualitas pendidikannya. Suatu pendidikan yang berkualitas,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada

BAB I PENDAHULUAN. segala bidang khususnya di dunia usaha sangat begitu ketat dan diikuti dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berat khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. tahunnya. Hal tersebut dibuktikan dengan riset yang dilakukan oleh Badan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. ini senada dengan pendapat Drucker (1996) bahwa kewirausahaan bukan

PERBEDAAN PERENCANAAN KARIR SISWA SMK DAN SMU SKRIPSI. Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan setiap individu serta watak dan peradaban bangsa yang bermartabat

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat untuk proses pendidikan yang memiliki peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyak masyarakat yang kesulitan dalam mendapatkan penghasilan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Shandy Fauzan, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil, aktif dan siap kerja adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pendidikan yang berjenjang. Jenjang pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lutfia, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor penunjang yang sangat penting dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. bimbingan, pengajaran dan latihan bagi perannya dimasa mendatang. Pendidikan di Indonesia diselenggarakan guna memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tingkat persaingan hidup semakin hari semakin ketat dan sulit. Banyak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam kehidupan suatu negara memegang peranan yang. sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup negara dan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia memiliki jumlah penduduk yang banyak, namun dari jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BERPRESTASI DENGAN ENTREPRENEURSHIP PADA MAHASISWA UMS

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan suatu

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehidupan di tengah masyarakat modern memiliki tingkat persaingan yang

BAB I PENDAHULUAN. membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu sarana dalam meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah bidang yang sangat penting terutama di Negara. berkembang seperti Indonesia, karena pendidikan yang berintegritas

BAB I PENDAHULUAN. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pendidikan kejuruan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti dan meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. menciptakan SDM yang berkualitas adalah melalui pendidikan.

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

STUDI DESKRIPTIF MENGENAI SIKAP TERHADAP KEWIRAUSAHAAN PADA SISWA KELAS XII SEKOLAH SETINGKAT SMA DI KECAMATAN JATINANGOR SRI AYU NUR HASANAH ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Suatu bangsa akan dinyatakan maju tergantung pada mutu pendidikan dan. para generasi penerusnya, karena pendidikan mempunyai peranan penting bagi

2014 FAKTOR-FAKTOR DETERMINAN YANG MEMENGARUHI PEMBENTUKAN JIWA WIRAUSAHA SISWA SMK

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. langsung terhadap perkembangan manusia, terutama perkembangan seluruh aspek

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia seutuhnya. Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 disebutkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalani hidup dan kehidupan, sebab pendidikan bertujuan untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. lapangan tidak begitu adanya. Pengangguran terdidik bagi para lulusan

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

KEADAAN KETENAGAKERJAAN FEBRUARI 2017

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

STUDI TENTANG KESIAPAN KERJA SEBELUM DAN SETELAH PRAKTIK KERJA INDUSTRI SISWA KELAS XI TKR DI SMK BINTARA KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. lulusan yang siap terjun secara profesional dan ikut bergerak di dunia usaha atau

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan dasar dalam pengaruhnya kemajuan dan kelangsungan

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu unsur penting yang memiliki peran dalam

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan ketenagakerjaan, yakni pengangguran merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. global telah menciptakan multi crisis effect yang membuat perusahaan di

BAB I PENDAHULUAN. dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia. Salah satu jenis

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, karena dengan pendidikan suatu bangsa dapat mempersiapkan masa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat diera

BAB I PENDAHULUAN. ini berarti bahwa pembangunan itu tidak hanya mengejar lahiriah seperti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang

BAB I PENDAHULUAN. 1 SD ke bawah , , ,69. 2 Sekolah Menengah Pertama , ,

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pendirian Madrasah aliyah sawasta (MA) memiliki banyak

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan pendidikan kejuruan adalah untuk menyiapkan tenaga kerja

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Jumlah sumber daya manusia di Indonesia dapat dikatakan cukup banyak, namun sebagian besar masih memiliki kualitas yang tergolong rendah. Hal ini dibuktikan dari hasil penelitian Institute of Management Development (dalam Ngasuko, 2015) yang merupakan lembaga pendidikan bisnis terkemuka di Swiss, melaporkan hasil penelitiannya berjudul IMD World Talent Report 2015, bahwa peringkat Indonesia turun 16 peringkat dari peringkat ke-25 pada tahun 2014 menjadi peringkat ke-41 pada tahun 2015. Salah satu faktor yang paling dominan menyumbang angka penurunan peringkat tenaga terampil Indonesia yaitu kesiapan sumber daya manusia. Penelitian tersebut membuktikan bahwa di Indonesia banyak penduduk yang menganggur karena belum memiliki kesiapan untuk bekerja. Siregar (2015) juga menyatakan bahwa masalah pengangguran dan juga kemiskinan dilatarbelakangi oleh ketidaksiapan angkatan kerja yang kita miliki selain dari terbatasnya kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan angkatan kerja tersebut. Pemerintah berupaya meningkatkan kesiapan sumber daya manusia dan mengurangi angka pengangguran di Indonesia melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Zuniarti dan Siswanto (2013) yang menyatakan bahwa salah satu upaya untuk meningkatkan SDM yang berkualitas adalah bidang pendidikan, yakni harus mampu menghasilkan lulusannya agar dapat bersaing dengan bangsa lain. Tentu saja untuk mewujudkannya membutuhkan usaha yang tidak mudah, 1

karena mayoritas penduduk yang berusia produktif kurang memiliki kesiapan untuk bekerja. Untuk itu pemerintah berusaha untuk memajukan pendidikan SMK yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan yang berkompeten di bidangnya dan siap untuk bekerja. Hal ini didukung dengan harapan bahwa jumlah sekolah menengah kedepannya akan diprioritaskan untuk didominasi oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) dengan persentase jumlah SMK dibandingkan SMA ditargetkan mencapai angka 60:40 (Nirmala, 2015). Harapan tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah, karena mengingat saat ini jumlah SMA masih mendominasi. Berdasarkan data Sekretaris Jenderal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) (dalam Nirmala, 2015) saat ini, jumlah SMA masih lebih banyak dibandingkan SMK, terdapat 12.409 SMA, sedangkan SMK sebanyak 11.726. Menurut Hasbullah (2011) Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu institusi pendidikan yang secara khusus bertujuan mempersiapkan peserta didik agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada. Sebagaimana dinyatakan dalam penjelasan atas UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 bahwa, "Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang tertentu". Pernyataan senada dikemukakan oleh Clarke & Winch (dalam Firdaus, 2012) yang menyatakan pendidikan kejuruan merupakan upaya pengembangan sosial ketenagakerjaan, pemeliharaan, percepatan dan peningkatan kualitas tenaga kerja tertentu dalam rangka peningkatan produktivitas masyarakat. 2

Akan tetapi, dalam kenyataannya pendidikan yang ada selama ini belum menunjukkan peningkatan yang signifikan dan berbanding terbalik dengan harapan pemerintah. Lulusan SMK yang diharapkan siap bekerja malah mendominasi tingkat pengangguran di Indonesia. Hal ini dibuktikan dari data BPS (2015) pada periode Agustus 2015, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) didominasi penduduk berpendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebesar 12,65 persen yang meningkat sebesar 3,6 persen dari periode Februari 2015, disusul oleh TPT Sekolah Menengah Atas 10,32 persen, sedangkan TPT terendah terdapat pada tingkat pendidikan SD ke bawah yaitu sebesar 2,74 persen. Kenyataan tersebut menandakan bahwa terjadi ketidaksesuaian dengan tujuan dibentuknya SMK yaitu untuk membentuk peserta didik yang terampil dan berkualitas. Dalam Joglosemar (2014) juga menggambarkan bahwa adanya kesenjangan antara kebutuhan di dunia kerja dengan penyediaan tenaga kerja dari institusi pendidikan kejuruan. Gejala kesenjangan ini disebabkan oleh berbagai hal, antara lain pendidikan kejuruan yang sepenuhnya diselenggarakan oleh sekolah kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan dan perkembangan dunia kerja, sehingga kesiapan kerja peserta didik menjadi kurang. Seringkali, lulusan SMK memang berbekal sangat cukup mengenai ketrampilan kerja sesuai bidangnya, akan tetapi tidak disertai dengan wawasan yang lebih global, intelektual yang pas dan kecakapan bersosialisasi. Maka lulusan SMK dinilai sebagai sebuah produk yang lahir premature yang mengesampingkan kesiapan angkatan kerja tersebut dan juga menimbulkan permasalahan baru yaitu munculnya angkatan kerja yang sangat besar tiap 3

tahunnya karena bersamaan dengan tercetaknya angkatan kerja dengan gelar sarjana yang juga belum seratus persen siap untuk mendapatkan kesempatan bekerja (Siregar, 2015). Banyaknya siswa SMK yang mendominasi angka pengangguran, mencerminkan bahwa lulusan SMK belum siap untuk bekerja. Salah satu faktor target para lulusan SMK yang perlu dibimbing agar mempunyai kepercayaan diri (self efficacy) dalam kesiapan bekerja adalah mental bekerja, permasalahan yang muncul di dunia kerja sangat berbeda dengan dunia sekolah, karena permasalahan di dunia kerja lebih luas dan kompleks (Joglosemar, 2014). Hal yang dilakukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri siswa SMK secara eksternal,umumnya telah banyak dilakukan melalui program pendidikan di SMK, tetapi secara internal anak didik lebih ditekankan dalam kematangan emosional., di sinilah letak peran pentingnya lulusan SMK dalam kesiapan dalam bekerja, karena semua pelatihan, keterampilan akan percuma apabila mental yang dihasilkan adalah mental yang gampang menyerah terhadap keadaan (Joglosemar, 2014). Faktor lain yang menyebabkan siswa SMK menempati posisi tertinggi tingkat pengangguran terbuka adalah kurangnya lapangan kerja yang sesuai dengan program keahlian yang dimiliki siswa. Hal tersebut membuat siswa SMK berada di dua pilihan, yakni bekerja yang tidak sesuai dengan keahliannya, atau menunggu hingga ada lowongan kerja sesuai dengan keahliannya. Jika siswa SMK lebih memilih untuk bekerja tidak sesuai dengan keahliannya, tentu saja hasilnya kurang memuaskan, namun jika memilih untuk menunggu lowongan 4

pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya akan menambah tinggi tingkat pengangguran terbuka. SMK Bhakti Mulia Wonogiri merupakan Sekolah Menengah Kejuruan satusatunya di Wonogiri yang memiliki program keahlian bidang farmasi. Sekolah ini didirikan pada tanggal 6 Mei 2009, sehingga sekolah yang beralamatkan di Jalan Gunung Gandul, Joho Lor, RT 02/05 Giriwono, Wonogiri ini masih tergolong baru. SMK Bhakti Mulia Wonogiri mempunyai beberapa visi dan misi. Visi dari SMK Bhakti Mulia Wonogiri adalah menjadi Sekolah Menengah Kejuruan yang menghasilkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berakhlak mulia, unggul, berjiwa entrepreneur, berkarakter kebangsaan dan peduli lingkungan. Misi dari SMK Bhakti Mulia Wonogiri adalah menciptakan suasana yang BERIMAN (Bersih, Empati, Rukun, Indah, Menyenangkan, Aman dan Nyaman), menyiapkan Sumber Daya Manusia yang CERDAS (Cermat, Rapi, Disiplin, Antusias, Sehat), dan menyiapkan Sumber Daya Manusia yang PRODUKTIF (Pofesional, Ramah lingkungan, Orientasi ke depan, Dedikasi tinggi, Unggul, Kreatif, Tangguh, Inovatif). SMK Bhakti Mulia Wonogiri meskipun tergolong masih baru, namun sejak awal didirikan, antusiasme masyarakat untuk masuk di SMK ini cukup tinggi. Terbukti pada saat Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), peserta yang diterima dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Pada tahun ajaran 2015/2016 ini saja, jumlah siswa kelas XII SMK Bhakti Mulia Wonogiri sebanyak 186 siswa, yang terdiri dari 6 rombongan belajar (rombel) yaitu 2 rombel untuk program keahlian Analis Kesehatan dan 4 rombel program keahlian 5

farmasi yang masing-masing rombel terdiri dari ±30 siswa. Program keahlian farmasi merupakan program unggulan di SMK Bhakti Mulia Wonogiri. Namun, setiap tahun kelulusannya, tamatan SMK Bhakti Mulia yang diterima kerja hanya mencapai 60%, 10% kuliah dan sisanya masih belum mendapatkan pekerjaan. Dari hasil survei data alumni SMK Bhakti Mulia yang diterima kerja pun, dapat diketahui bahwa beberapa ada yang bekerja tidak sesuai dengan jurusan yang diambilnya. Jika dilihat dari pengisian identitas skala yang disebarkan oleh peneliti ke seluruh siswa kelas XII SMK Bhakti Mulia, juga diketahui bahwa sebagian besar siswa kelas XII SMK Bhakti Mulia menuliskan cita-cita yang kurang sesuai dengan jurusan yang mereka ambil. Hal ini membuktikan bahwa kesiapan kerja siswa SMK belum optimal, karena sebagian besar siswa maupun alumni memilih pekerjaan yang bukan bidangnya. Siswa SMK yang merupakan remaja dengan kisaran usia 15-18 tahun, mulai memasuki masa krisis dimana memiliki pemikiran yang masih labil dan mudah untuk dipengaruhi. Karena pada umur tersebut, seseorang belum dapat dikatakan dewasa namun juga bukan lagi dianggap anak-anak, hal ini juga yang membuat lulusan SMK menjadi belum siap bekerja. Pemikirannya yang masih mudah terpengaruh, membuat seorang remaja belum bisa berfikir matang dan belum merasa yakin terhadap kemampuan yang dimilikinya. Berdasarkan pernyataan di atas dapat diketahui bahwa dukungan dan peran dari lingkungan sosial berpengaruh terhadap kesiapan kerja siswa SMK. Untuk itu seorang remaja yang sedang berkembang membutuhkan dukungan yang positif dari orang-orang di sekitarnya. Widanarti & Indati (2002) menyatakan bahwa 6

remaja membutuhkan dukungan dari orang lain saat dia memasuki masa krisis yaitu pada usia 15 17 tahun. Masa krisis remaja ditandai dengan ketidaksesuaian antara perkembangan pola pikir dengan usianya. Untuk dapat mengatasi masa krisis ini remaja membutuhkan pengertian dan bantuan dari orang-orang di sekitarnya baik secara langsung maupun tidak langsung (Widanarti & Indati, 2002). Dukungan dari orang-orang disekitar sangat membantu dan berperan dalam masa perkembangan seorang remaja. Hal ini juga termasuk dalam hal mempersiapkan seorang remaja untuk bekerja, (Erikson dalam Gibson & Mitchell, 2011) mengungkapkan bahwa setiap krisis berfokus kepada aspek tertentu kepribadiannya dan masing-masing melibatkan hubungan individu dengan orang lain. Sehingga dapat diartikan bahwa dukungan ini dapat berasal dari mana saja, seperti ketika di rumah membutuhkan dukungan keluarga, ketika di sekolah membutuhkan dukungan dari guru begitu juga di lingkungan bermainnya, seorang remaja membutuhkan dukungan dari teman sebayanya. Menurut Elok (dalam Grehenson, 2014) saat mengalami kebimbangan ataupun ketidakberhasilan dalam menghadapi permasalahannya, remaja selalu berusaha mencari dukungan dari orang lain terutama keluarga dan teman sebaya. Mendukung pernyataan sebelumnya, guru SMKN 8 Jakarta, Nila (dalam Harahap, 2015) juga menyatakan kekhawatirannya karena kebanyakan siswa masih memilih jurusan hanya karena ikut-ikutan. Hal ini menunjukkan bahwa peran keluarga dan teman sebaya sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan dan dan kesiapan seorang remaja yang akan bekerja. Selain itu, peran guru juga 7

sangatlah penting untuk menumbuhkan sikap dan mental siap bekerja anak didiknya. Dukungan dari guru dapat memberikan rasa percaya diri para lulusan SMK, bahwa mereka mampu bersaing dan dapat diandalkan dalam bekerja. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan masalah yang akan diteliti yaitu rendahnya kesiapan kerja siswa SMK. Permasalahan tersebut akan diteliti melalui penelitian dengan judul Hubungan antara Dukungan Sosial dengan Kesiapan Kerja Siswa SMK. Tujuan penelitian ini adalah : B. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. 2. Untuk mengetahui tingkat dukungan sosial. 3. Untuk mengetahui tingkat kesiapan kerja siswa SMK. 4. Untuk mengetahui seberapa efektif pengaruh dukungan sosial terhadap kesiapan kerja siswa SMK. C. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian ini, diharapkan memperoleh manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Memberikan sumbangan informasi bagi penelitian berikutnya. b. Dapat lebih mendukung teori-teori yang telah ada sehubungan dengan masalah yang dikaji. 8

c. Memberikan tambahan referensi pustaka bagi peneliti peneliti berikutnya. 2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai hubungan antara dukungan sosial dengan kesiapan kerja siswa SMK. b. Bagi guru dan orang tua Penelitian ini dapat memberikan informasi bagi guru dan orang tua dalam hal memberikan dukungan terhadap kesiapan kerja siswa SMK. c. Teman sebaya Penelitian ini dapat memberikan informasi dan referensi untuk saling memberikan dukungan antar teman sebaya dalam menghadapi kesiapan kerja siswa SMK. d. Peneliti lainnya Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lainnya untuk mengembangkan penelitian selanjutnya terkait kesiapan kerja serta untuk memperluas pengetahuan dan wawasan baru mengenai kesiapan kerja siswa SMK. 9