BAB III METODOLOGI PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. selaku Direktur Deli Maatschappij, Pieter Kolff selaku Direktur Deli Steenkolen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM ( TIRTA NAULI ) SIBOLGA Zuhendri Tanjung 1, Ahmad Perwira Mulia 2

EVALUASI KEHILANGAN AIR (WATER LOSSES) PDAM TIRTANADI PADANGSIDIMPUAN DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Air bersih adalah sumber daya yang jumlahnya terbatas, sehingga

Studi Kehilangan Air Komersial (Studi Kasus: PDAM Kota Kendari Cabang Pohara)

PENURUNAN AIR TAK BEREKENING (Non Revenue Water) Ir. BUDI SUTJAHJO MT Anggota BPP SPAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebanyak 15% di dalam atmosfer (Gabriel, 2001). diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Metodologi Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut.

OLEH: Loufzarahma Tritama Nazar NRP DOSEN PEMBIMBING: Ir. Eddy Setiadi Soedjono, Dipl.SE.,M.Sc., Ph.D

BAB V EVALUASI PENGOLAHAN AIR MINUM EKSISTING KAPASITAS 233 L/det

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

FOTO DOKUMENTASI PDAM TIRTANADI SUNGGAL BENDUNGAN SUNGAI BELAWAN. RAW WATER TANK (Bak Pengendap) BANGUNAN INTAKE. RAW WATER PUMP ( Pompa Air)

BAB I PENDAHULUAN. yang tersusun atas sistem pipa, pompa, reservoir dan perlengkapan lainnya. Sistem

Analisis dan Rencana Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih Unit Cabang Timur PDAM Kabupaten Klaten

ANALISIS KEHILANGAN AIR FISIK PDAM TIRTANADI SUNGGAL PADA WILAYAH PELAYANAN KOMPLEKS GRAHA SUNGGAL EGIA PUTRI KARINA SEMBIRING

1. INSTALASI SISTEM SANITASI DAN PLAMBING BANGUNAN

PROSES PENGOLAHAN AIR BAKU MENJADI AIR BERSIH PADA PDAM TIRTANADI IPA DELI TUA

PERENCANAAN BANGUNAN PENGOLAHAN AIR PEJOMPONGAN II DENGAN METODE KONVENSIONAL

BAB III METODE PERCOBAAN. - Kuvet 20 ml. - Pipet Volume 10 ml Pyrex. - Pipet volume 0,5 ml Pyrex. - Beaker glass 500 ml Pyrex

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum Setiap manusia akan menimbulkan buangan baik cairan, padatan maupun

EVALUASI KEHILANGAN AIR (WATER LOSSES) PDAM TIRTANADI PADANGSIDIMPUAN DI KECAMATAN PADANGSIDIMPUAN SELATAN NIKMAD ARSAD SIREGAR

BAB VI ANALISIS SUMBER AIR DAN KETERSEDIAAN AIR

Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum. Ali Masduqi

BAB III PERALATAN DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

TINJAUAN PUSTAKA. ( zat padat, air, atmosfer ). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air bersih merupakan kebutuhan dasar bagi manusia sehingga menjadi hal

Analisis Perencanaan dan Pengembangan Jaringan Distribusi Air Bersih di PDAM Tulungagung

RESERVOIR 14. Teknik Lingkungan. Program Studi. Nama Mata Kuliah. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Jumlah SKS 3

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Visi, Misi, Strategi dan Tujuan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh mahluk hidup yang ada di bumi ini. Dalam pemenuhan air tersebut

Rekomendasi Upaya Pengendalian Kehilangan Air

PERMASALAHAN ALIRAN AIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (zat padat, air, atmosfer). Bumi dilingkupi air sebanyak 70% sedangkan sisanya

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. ABSTRAK... iii. DAFTAR ISI iv. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL... xii. DAFTAR NOTASI... xiii

2.1. Sejarah Ringkas PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara

BAB II GAMBARAN UMUM DAN KONDISI EKSISTING PELAYANAN PDAM TIRTA DARMA AYU

Perencanaan Pengembangan Sistem Distribusi Instalasi Pengolahan Air (IPA) Kedunguling Kecamatan Candi Kabupaten Sidoarjo Jawa Timur

PENGEMBANGAN SISTIM PELAYANAN AIR BERSIH

Oleh : Made Bayu Yudha Prawira ( ) Dosen Pembimbing: Ir. Hari Wiko Indarjanto, M.Eng

EVALUASI DAN PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA MOJOKERTO

Desain Rehabilitasi Air Baku Sungai Brang Dalap Di Kecamatan Alas 8.1. DATA SISTEM PENYEDIAAN AIR BAKU LAPORAN AKHIR VIII - 1

BAB III METODOLOGI PENGERJAAN

4.1. PENGUMPULAN DATA

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA TANDENGAN, KECAMATAN ERIS, KABUPATEN MINAHASA

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 TATA LETAK JARINGAN PIPA

BAB I PENDAHULUAN. mencapai kinerja yang baik. Pengelolaan kinerja karyawan yang baik akan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

BAB VII PERHITUNGAN RINCI PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH UTAMA KOTA NIAMEY

BAB I PENDAHULUAN. dalam kuantitas dan kualitas tertentu untuk menopang kehidupannya. Penambahan

EVALUASI DEBIT AIR DAN DIAMETER PIPA DISTRIBUSI AIR BERSIH DI PERUMAHAN KAMPUNG NELAYAN KELURAHAN NELAYAN INDAH BELAWAN SEPTIAN PRATAMA

STANDAR KEBUTUHAN AIR DAN KOMPONEN UNIT SPAM I PUTU GUSTAVE S. P., ST., M.ENG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tidak merata berpengaruh terhadap mekanisme pemerintahan negara

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebagian besar. menggunakan air sungai / air sumur untuk kegiatan sehari-hari seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan

Tabel IV.1 Guna Lahan Perumahan Dan Proyeksi Jumlah Penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kelangsungan hidup manusia. Untuk itu diperlukan suatu instalasi pengolahan air

DESAIN SISTEM JARINGAN DAN DISTRIBUSI AIR BERSIH PEDESAAN (STUDI KASUS DESA WAREMBUNGAN)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN. 6.1 Analisis Pengelolaan Sumberdaya Air Berdasarkan Kapasitas Produksi Instalasi

BAB VIII UNIT DAUR ULANG DAN SPESIFIKASI TEKNIS Sistem Daur Ulang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sangat didambakan oleh manusia baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk. pertanian dan lain sebagainya (Wardhana, 2001).

EVALUASI SISTEM MANAJEMEN RESERVOIR PDAM TIRTAULI DI KELURUHAN TONG MARIMBUN KECAMATAN SIANTAR MARIMBUN KOTA PEMATANGSIANTAR

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BERITA DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2009 NOMOR : 28 PERATURAN WALIKOTA KOTA BANDUNG NOMOR : 937 TAHUN 2009 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. semakin naik jumlah penduduk serta laju pertumbuhannya semakin naik pula laju

PERENCANAAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA MOTONGKAD UTARA KECAMATAN NUANGAN KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR

BAB 6 PEMBAHASAN 6.1 Diskusi Hasil Penelitian

BAB V ANALISIS HASIL SIMULASI HIDROLIS JARINGAN DISTRIBUSI PDAM BADAKSINGA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI DESA SEA KECAMATAN PINELENG KABUPATEN MINAHASA

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH UNTUK ZONA PELAYANAN IPA PILOLODAA KOTA GORONTALO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diganti dengan senyawa lain. Sesuai dengan fungsinya, air digunakan untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

PENGARUH PENAMBAHAN DEBIT KEBUTUHAN PADA ZONA PELAYANAN AIR BERSIH DI PDAM TIRTA MEULABOH

BAB IV OLAHAN DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN I-1

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH DI KAWASAN PERUMAHAN GRIYA PEMULA (WELONG ABADI) KECAMATAN PALDUA MANADO

Gambar 4. Keadaan sebelum dan sesudah adanya pengairan dari PATM

VII. ESTIMASI NILAI KERUGIAN EKONOMI PENDUDUK AKIBAT PENCEMARAN AIR TANAH. air tanah dengan sumber air bersih lainnya yakni air PDAM.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI TERHADAP UPAYA PENINGKATAN KUALITAS AIR BERSIH PADA PDAM TIRTA MON PASE INSTALASI MEUNASAH REUDEUP KABUPATEN ACEH UTARA

BAB III KONDISI EKSISTING SISTEM PENYEDIAAN AIR BERSIH

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB V PERENCANAAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM

Dosen Pembimbing : Dr. ALI MASDUQI, ST. MT. oleh : TITIEK SUSIANAH

PERENCANAAN PENGEMBANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR MINUM KOTA BANGKALAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Perkembangan PDAM Kabupaten Sukabumi. Pembentukan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Sukabumi

KAJIAN KEHILANGAN AIR PADA WILAYAH PELAYANAN PDAM (TIRTA NAULI) SIBOLGA

Transkripsi:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Konsep Metodologi Penelitian Langkah penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada diagram alir penelitian pada Gambar 3.1 di bawah ini. Mulai Studi Literatur Pelaksanaan Penelitian Pengumpulan Data Data Primer : a) Akurasi meter : Pengukuran bertujuan untuk melihat ketelitian meter pelanggan b) Tekanan : Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat manometer Data Sekunder : a) Kondisi eksisting b) Panjang pipa c) Jumlah sambungan pelanggan d) Jumlah air yang didistribusi e) Jumlah air di rekening tagihan Pengolahan Data Perhitungan Kehilangan Air Fisik Penyusunan Neraca Air Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur Infrastructure Leakage Index (ILI) Analisis dan Pembahasan Simpulan dan Saran Selesai Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian

3.2 Metode Penelitian Penelitian mengenai analisis kehilangan air fisik ini termasuk ke dalam jenis penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif merupakan penelitian dengan tujuan memperoleh data berupa angka. Pelaksanaan penelitian dilakukan di wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. Pada penelitian ini juga dilakukan wawancara pada narasumber PDAM Tirtanadi Sunggal, studi literatur, perhitungan kehilangan air fisik, dan penyusunan neraca air serta perhitungan nilai ILI. 3.3 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.3.1 Sejarah Perusahaan PDAM Tirtanadi dibangun oleh Pemerintahan Kolonial Belanda pada tanggal 8 September 1905 yang sebelumnya bernama NV Waterleiding Maatschappij Ajer Beresih. Pembangunan dilakukan oleh Hendrik Cornelius Van Den Honert selaku Direktur Deli Maatschappij, Pieter Kolff selaku Direktur Deli Steenkolen Maatschappij, dan Charles Marie Hernkenrath selaku Direktur Deli Spoorweg Maatschappij. Dulunya kantor pusat dari perusahaan air bersih ini berada di Amsterdam, Belanda. Saat itu sumber air utama adalah mata air Rumah Sumbul di Sibolangit dengan kapasitas 3000 m 3 /hari. Air tersebut ditransmisikan ke reservoir menara yang memiliki kapasitas 1200 m 3 yang berada di Jalan Kapitan, yang sekarang merupakan Kantor Pusat PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Reservoir ini memiliki ketinggian 42 m dari permukaan tanah. Reservoir ini dibangun dari besi dengan diameter 14 m. Setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan ini diserahkan kepada Pemerintah Provinsi Sumatera Utara melalui Pemerintah Indonesia. Berdasarkan pada Perda Sumatera Utara No. 11 tahun 1979, nama perusahaan diubah menjadi PDAM Tirtanadi Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 1991, PDAM Tirtanadi ditunjuk sebagai operator sistem pengelolaan air limbah Kota Medan. Instalasi Pengolahan Air (IPA) Sunggal adalah suatu instalasi Pemerintah Daerah (Pemda) yang bergerak dalam bidang usaha pengolahan air. IPA Sunggal didirikan di tas tanah seluas 8 hektar yang berlokasi di desa Sunggal Kabupaten Deli Serdang.

Pada tanggal 1 April 1969, dilakukan pencangkulan pertama IPA Sunggal oleh Gubernur Kepala Daerah Provinsi Sumatera Utara yaitu Bapak Marah Halim Harahap dan Ketua DPRGR Tingkat I Provinsi Sumatera Utara, H. Hutauruk. Unit instalasi Sunggal ini memproses air permukaan yaitu dari Sungai Belawan, sebagai pelaksana yang mengerjakan adalah PT. Pembangunan Niaga, yang dilaksanakan secara bertahap dengan kapasitas 300 l/detik. Tahun 1977, di unit produksi Sunggal dibangun secara bertahap clarifier nomor 2, 3, 4, dan 5. Pada tahun yang sama juga di daerah Mabar dibangun reservoir/booster pump dengan kapasitas 1000 m 3. Mulai tahun 2013, total kapasitas produksi yang digunakan naik menjadi 2500 l/detik. Adapun proses produksi air bersih di IPA Sunggal saat ini, yaitu: 1. Bendungan Sumber air baku IPA Sunggal ialah air permukaan Sungai Belawan yang diambil melalui bendungan dengan panjang 25 m dan tinggi 4 m. Bagian sisi kanan bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap dengan lebar 2 m dan dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air yang masuk ke intake. 2. Intake Intake merupakan sebuah bangunan berupa saluran bercabang dua yang dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berguna untuk mencegah masuknya kotoran atau sampah yang sebelumnya terbawa arus sungai. Setiap saluran dilengkapi dengan pintu sluice (sluice gate). Sluice gate juga dikenal dengan sebutan pintu sorong merupakan bangunan hidrolik yang umumnya digunakan sebagai pengatur debit air. Pada bangunan intake dilakukan pemeriksaan dan pembersihan saringan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air yang masuk. 3. Raw Water Tank (RWT) Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel) dengan masing-masing unit berdimensi 23,3 m x 20 m; tinggi 5 m dilengkapi dengan 2 buah inlet gate; 2 buah outlet sluice gate dan pintu bilas 2 buah. Bangunan ini berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur dan pasir yang bersifat sedimen.

4. Raw Water Pump (RWP) Raw Water Pump (pompa air baku) berfungsi untuk memompakan air dari bangunan RWT menuju clarifier. Terdapat 18 unit pompa pada RWP dengan kapasitas rata-rata pompa sebesar 110 l/detik. 5. Clarifier Bangunan clarifier (bangunan untuk proses penjernihan air) di IPA Sunggal terdiri dari 6 unit. Clarifier dengan proses agitasi sebanyak 4 unit (kapasitas 500 l/detik) dan clarifier dengan proses pulsator sebanyak 2 unit (kapasitas 350 l/detik). Clarifier berfungsi sebagai tempat pemisah antara flok yang bersifat sedimen dan menghasilkan air olahan dengan bantuan pengaduk yang selanjutnya akan dialirkan ke filter. 6. Filter Air yang dialirkan dari clarifier akan masuk ke proses filtrasi. Pada proses ini terjadi penyaringan berupa flok-fok halus yang sebelumnya lolos dari clarifier dengan menggunakan media filter. Flok tersebut nantinya akan melekat pada media filter dan mengurangi kadar kekeruhan (turbidity) pada air. Terdapat 38 unit filter yang ada di IPA Sunggal dengan lebar filter 4 m; panjang 8,25 m; tinggi 6,25 m dengan tinggi maksimum permukaan air adalah 5,05 m dan ketebalan total lapisan media filter 114 cm. 7. Reservoir Reservoir berfungsi sebagai tempat penampungan air bersih yang sudah diolah dari proses filtrasi. Bangunan ini terbuat dari beton dengan dimensi panjang 50 m, lebar 40 m, dan tinggi 7 m dengan kapasitas 12.000 m 3. Terdapat 3 unit bangunan reservoir di IPA Sunggal yaitu reservoir 1 dan reservoir 2 dengan kapasitas masing-masing 6.000 m 3 dan reservoir 3 dengan kapasitas 13.000 m 3. 8. Finish Water Pump (FWP) Finish Water Pump (pompa distribusi) di IPA Sunggal berjumlah 19 unit yang berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir instalasi ke reservoir-reservoir distribusi cabang melalui pipa transmisi.

9. Lagoon Proses produksi air bersih di IPA Sunggal akan menghasilkan buangan berupa lumpur yang bila tidak diolah dengan tepat dapat mencemari lingkungan. Dalam hal ini IPA Sunggal melakukan konsep daur ulang untuk mengatasi buangan yang dihasilkan dari instalasi. Sejak tahun 2002, IPA Sunggal membangun unit lagoon atau pengolahan lumpur dengan kapasitas 10.800 m 3. Lagoon ini berfungsi sebagai tempat penampung air buangan bekas pengolahan dan selanjutnya air olahan tersebut akan disalurkan kembali ke RWT untuk diolah kembali. 10. Sistem Distribusi Sistem pengaliran pada jaringan transmisi/distribusi di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal dilakukan dengan sistem pemompaan, baik langsung dari IPA Sunggal maupun dari reservoir distribusi. Sistem pemompaan ini dilakukan karena daerah di sekitar IPA Sunggal ini merupakan daerah yang datar dan lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah pelayanan. Umumnya, sistem pemompaan memang alternatif terbaik jika lokasi IPA berada pada elevasi yang relatif sama dengan daerah pelayanan. PDAM Tirtanadi IPA Sunggal memiliki 6 unit saluran pendistribusian air (Q), yaitu Q1 sampai Q7. Pendistribusian air ada yang dialirkan langsung ke pelanggan namun ada pula yang dialirkan ke booster terlebih dahulu. Hal ini dikarenakan jarak yang lumayan jauh yang mengakibatkan tekanan air berkurang. Adapun distribusi aliran tersebut antara lain: a. Q1 ke booster sejarah dan booster gaperta, untuk daerah Diski dan Gaperta (dari 2 FWP nomor 3 dan 4). Dari booster ini air akan dialirkan langsung ke pelanggan. b. Q2 dialirkan langsung ke pelanggan daerah Sei Agul (dari 3 FWP nomor 5, 6 dan 7). c. Q3 langsung ke jalur pelanggan untuk daerah Putri Hijau. Q3 berasal dari 3 FWP (nomor 8, 9 dan 10). d. Q4 ke booster pasar 4 Padang Bulan dan dari booster akan dialirkan ke pelanggan daerah Padang Bulan. Q4 berasal dari 3 FWP (nomor 11, 12, dan 13). e. Q5 langsung ke daerah pelanggan Setia Budi. Q5 berasal dari 3 FWP (nomor 14, 15 dan 16). f. Q6 dan Q7 dialirkan masing-masing sama seperti Q2 dan Q4 untuk menambah persediaan air di daerah Sei Agul dan Padang Bulan. Q6 dan Q7 ini berasal dari 3 FWP (nomor 17, 18, 19).

3.3.2 Lokasi Lokasi penelitian sebagai pengumpulan data primer adalah Kompleks Graha Sunggal. Adapun lokasi penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2. Gambar 3.2 Lokasi Kompleks Graha Sunggal Sumber : Google Map, 2017 Kompleks Graha Sunggal merupakan salah satu perumahan yang berada di Jalan Sunggal, Medan Sunggal, Kota Medan. Berdasarkan koordinat, lokasi Kompleks Graha Sunggal berada pada latittute 3,576404 dan longitute 98,618122. Batas wilayah Kompleks Graha Sunggal, yaitu sebelah utara Kecamatan Medan Helvetia, sebelah selatan Kecamatan Medan Selayang, sebelah barat Kecamatan Deli Serdang, dan sebelah timur Kecamatan Medan Baru. Kompleks Graha Sunggal selesai dibangun sekitar tahun 2003. Rata-rata rumah yang berada di Kompleks Graha Sunggal merupakan tipe 70 dengan dua lantai. Kompleks Graha Sunggal termasuk perumahan mewah yang sebagian besar pemiliknya beretnis Tionghoa. Kompleks Graha Sunggal terdiri dari beberapa blok rumah seperti blok A, blok B, blok C, dan blok D.

3.3.3 Waktu Pengumpulan data primer yaitu berupa data akurasi meter dan tekanan. Pengukuran akurasi meter dilakukan pada meter air pelanggan selama 1 minggu. Sedangkan pengukuran tekanan dilakukan selama 3 hari. 3.4 Pengumpulan Data Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan beberapa cara, yaitu: 1. Observasi Langsung Kegiatan observasi langsung dilaksanakan untuk mengetahui lokasi penelitian. 2. Wawancara Kegiatan wawancara serta diskusi dilakukan untuk mendapatkan informasi dan data yang berkaitan dengan topik penelitian. Wawancara dilakukan kepada narasumber dari PDAM Tirtanadi Sunggal. 3. Studi Literatur Studi literatur atau tinjauan kepustakaan bertujuan untuk mendapatkan landasan teori, rumus, dan data yang mendukung selama pengerjaan penelitian. Adapun studi literatur diperoleh dari berbagai sumber seperti buku, jurnal, internet, dll. 4. Data Primer Data primer didapat langsung saat melakukan penelitian di lapangan. Adapun data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah akurasi meter dan tekanan. Langkah pengumpulan data primer dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Pengumpulan Data Primer No. Data Tujuan Lokasi Langkah Pengumpulan Data 1. Akurasi meter Untuk melihat kesesuaian pembacaan meter pelanggan (ketidakakuratan meter pelanggan). 2. Tekanan Untuk mengetahui besarnya tekanan air. Sumber : Analisa, 2017 Meter air pelanggan Wilayah pelayanan Langkah pengukuran akurasi meter, yaitu: 1. Pasang serangkaian alat uji akurasi pada keran pelanggan; 2. Isi air keran ke dalam wadah sampai penuh sesuai dengan volume 100 liter; 3. Setelah volume sesuai, tutup keran pelanggan; 4. Lihat angka pada meter pelanggan, bila kurang dari 100 liter namun jumlah air dalam gelas ukur sesuai mengindikasikan PDAM mengalami kerugian, begitu pula sebaliknya; 5. Catat dan hitung kekurangan atau kelebihan (selisih) angka pada meter pelanggan dan wadah. Langkah pengukuran tekanan, yaitu: 1. Pasang alat manometer pada pipa/keran pelanggan; 2. Buka pipa/keran pelanggan; 3. Lihat angka yang ditunjukkan pada manometer; 4. Catat angka yang ditunjukkan pada manometer. Adapun denah penyebaran data primer di Kompleks Graha Sunggal dapat dilihat pada Lampiran 1. Pengambilan data primer lebih lanjut akan dijelaskan sebagai berikut. a. Pengambilan Sampel Akurasi Meter 1) Pengukuran akurasi meter dilakukan dengan menggunakan wadah penampung berupa galon 19 liter (4 buah) dan jerigen 5 liter (1 buah). Wadah penampung tersebut terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan gelas takar ukur 2 liter. Kalibrasi bertujuan untuk melihat bahwa wadah yang digunakan tepat dan akurat untuk menampung volume air. Hasil kalibrasi menunjukkan bahwa wadah penampung yang digunakan pada penelitian sudah tepat karena volume wadah sesuai dengan volume gelas takar ukur. 2) Jumlah sambungan pelanggan di Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 267. Dalam hal ini jumlah sambungan pelanggan merupakan jumlah populasi pada penelitian. Dengan banyaknya jumlah populasi tersebut, maka perlu dilakukan pengambilan sampel yang representatif. Alasan lainnya adalah karena terbatasnya biaya, tenaga, dan waktu selama penelitian untuk pengukuran akurasi meter, sehingga diambil beberapa sampel yang dapat mewakili populasi yang ada.

3) Pengambilan sampel pada penelitian ini dibagi berdasarkan karakteristik umur meter pelanggan di Kompleks Graha Sunggal. Adapun pembagian karakteristik umur meter, yaitu: (1) Umur meter 5 tahun = 104 meter air (2) Umur meter 5 tahun = 163 meter air 4) Aturan praktis dalam penentuan ukuran sampel yang diusulkan adalah minimal 10% dari populasi (Roscoe dalam Sekaran dan Bougie, 2010). 5) Selama pengukuran di lapangan, terdapat beberapa keterbatasan dan kendala pada pengumpulan sampel. Tidak sedikit konsumen yang menolak untuk dilakukan pengukuran terhadap meter air mereka. Hal ini menjadi keterbatasan dalam pengambilan sampel yang tidak dapat dihindari, karena izin dari konsumen menjadi hal yang penting dalam pengambilan sampel. Pengambilan sampel akhirnya didapatkan sebanyak 20 sampel, 10 sampel untuk umur meter air 5 tahun dan 10 sampel untuk umur meter > 5 tahun atau sekitar 7,5% yang dianggap mewakili. b. Pengambilan Data Tekanan 1) Tujuan pengukuran tekanan adalah untuk melihat besar tekanan yang terjadi di wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal. 2) Pengukuran tekanan dilakukan sebanyak 1 jam sekali selama 17 jam yang dimulai pada pukul 08.00 WIB sampai 24.00 WIB. 3) Terdapat 3 titik pengukuran tekanan yang dilakukan, yaitu tekanan awal yang dilakukan pada bagian luar wilayah pelayanan, tekanan tengah yang dilakukan pada bagian tengah wilayah pelayanan, dan tekanan akhir yang dilakukan pada bagian ujung wilayah pelayanan. 4) Besarnya tekanan rata-rata yang didapat pada pengukuran digunakan untuk mengetahui tingkat kebocoran yang terjadi pada perhitungan ILI dengan menyesuaikan pada tabel matriks target kehilangan fisik (Tabel 2.3 di Bab II). 5. Data Sekunder Data sekunder merupakan data yang mendukung penelitian dan tidak langsung diperoleh dari lokasi penelitian. Dalam hal ini semua data sekunder didapat dari narasumber pada pihak PDAM Tirtanadi Sunggal. Adapun data sekunder yang digunakan antara lain:

a) Kondisi eksisting Data kondisi eksisting merupakan data kondisi instalasi PDAM Tirtanadi Sunggal seperti operasi pengolahan, kapasitas debit, sistem perpipaan dan distribusi serta data pendukung lainnya. b) Panjang pipa Data panjang pipa yang diperlukan berupa panjang pipa utama dan panjang pipa pelanggan (pipa dinas). Data ini digunakan untuk menghitung nilai Minimum Achievable Annual Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal/MAAPL) pada perhitungan ILI. c) Jumlah sambungan pelanggan Data jumlah sambungan pelanggan diperlukan untuk menghitung nilai Minimum Achievable Annual Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal/MAAPL) pada perhitungan ILI. d) Jumlah air yang didistribusi Data jumlah air yang didistribusi digunakan untuk menghitung persen kehilangan air. e) Jumlah air di rekening tagihan Data jumlah air di rekening tagihan (jumlah air yang terjual) digunakan untuk menghitung persen kehilangan air. 3.5 Pengolahan dan Analisis Data Data yang sudah diperoleh kemudian diolah dan dianalisis kemudian dilakukan pembahasan sesuai dengan studi literatur. Adapun pengolahan dan analisis data pada penelitian ini yaitu sebagai berikut. 1. Perhitungan Kehilangan Air Perhitungan ini dilakukan untuk melihat nilai persen kehilangan air yang terjadi apakah melebihi batas minimum berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 20 Tahun 2006 yaitu 20%. Selanjutnya jika melebihi batas minimum dapat diberikan rekomendasi upaya pengendalian air. Analisis nilai kehilangan air berdasarkan meter pelanggan dengan

menghitung persen akurasi meter pelanggan dari data pengukuran akurasi meter. Setelah mendapat nilai kehilangan air akan dihitung pula besar kehilangan air dalam rupiah. 2. Penyusunan Neraca Air Neraca air merupakan metode yang digunakan untuk mengetahui nilai kehilangan air. Dengan penyusunan neraca air dapat dihitung kerugian yang dialami PDAM. Data yang diperlukan untuk menghitung neraca air seperti, volume input, konsumsi resmi, ketidakakuratan meter pelanggan, kehilangan air, kehilangan fisik dan non-fisik. Neraca air dapat dilihat pada Tabel 2.2 di Bab II. Langkah-langkah menyusun neraca air, yaitu: a) Langkah 1 : Menentukan volume input sistem (Volume Input Sistem) Merupakan volume input sistem penyediaan air bersih. b) Langkah 2 : Menentukan konsumsi resmi (Konsumsi Resmi) Merupakan jumlah air yang terjual (jumlah air di rekening tagihan). c) Langkah 4 : Menghitung kehilangan air (Kehilangan Air) Merupakan selisih antara Volume Input Sistem dan Konsumsi Resmi. d) Langkah 3 : Menaksir kehilangan non-fisik (Ketidakakuratan Meter Pelanggan) Persen kehilangan air dari meter pelanggan dikalikan dengan besar kehilangan air. e) Langkah 5 : Menghitung komponen-komponen kehilangan fisik (Kehilangan Fisik) Merupakan selisih antara Kehilangan Air dan Kehilangan Non-Fisik. f) Langkah 6 : Penyusunan neraca air Setiap komponen disusun ke dalam tabel neraca air. 3. Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI) ILI merupakan salah satu indikator untuk menganalisis kehilangan air. Dengan mendapatkan nilai ILI akan diketahui masuk di kategori apakah kebocoran yang terjadi sehingga dapat diberikan rekomendasi penurunan kehilangan air di wilayah tersebut. Perhitungan nilai ILI dapat dilihat pada Bab II. Adapun langkah-langkah menghitung nilai ILI, yaitu:

a) Langkah 1 : Menghitung MAAPL MAAPL atau Minimum Achievable Annual Physical Losses merupakan besar kehilangan fisik yang dapat dicapai secara minimal. b) Langkah 2 : Menghitung CAPL CAPL atau Current Annual of Physical Losses merupakan volume tahunan kehilangan fisik yang telah didapat dari penyusunan neraca air. c) Langkah 3 : Menghitung ILI ILI atau Infrastructure Leakage Index (indeks kebocoran infrastrukur) digunakan sebagai indikator kinerja perusahaan penyedia air bersih. Rumus menghitung ILI dapat dilihat Persamaan 2.5 di Bab II. d) Langkah 4 : Penyesuaian untuk intermittent supply Jika distribusi pelayanan tidak 24 jam, maka bentuk penyesuaian untuk intermittent supply dengan membagi MAAPL dengan angka rata-rata jam pelayanan per hari. Misal, didapatkan MAAPL 600.000 m 3 /tahun, sedangkan jam operasi hanya 18 jam, maka MAAPL sebenarnya adalah : (18/24) x 600.000 m 3 /tahun = 450.000 m 3 /tahun. e) Langkah 5 : Membandingkan ILI dengan matriks target kehilangan fisik (Tabel 2.3 di Bab II) Dengan membandingkan nilai ILI pada matriks target kehilangan fisik selanjutnya bisa dilihat seberapa jauh kondisi kehilangan air berdasarkan tekanan rata-rata dan angka kehilangan air dalam liter/sambungan/hari.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Sistem Distribusi Kompleks Graha Sunggal Pendistribusian air di Kompleks Graha Sunggal termasuk ke dalam aliran distribusi Q6 yang merupakan pelayanan yang dialirkan langsung ke rumah pelanggan. Debit distribusi yang diterima wilayah ini rata-rata sebesar 163,8 m 3 /hari. Air yang dialirkan ke wilayah ini diambil dari reservoir 3 dengan menggunakan pompa distribusi (FWP) sebanyak 3 unit yaitu pompa nomor 17, 18, dan 19. Pipa transmisi yang digunakan yaitu pipa Ø 600 mm dengan jenis pipa PVC. Adapun denah distribusi di Kompleks Graha Sunggal dapat dilihat pada Lampiran 2. 4.2 Pengolahan Data 4.2.1 Data Primer 4.2.1.1 Akurasi Meter Pengukuran akurasi meter bertujuan untuk melihat ketelitian meter air pelanggan di Kompleks Graha Sunggal. Adapun proses pengambilan sampel akurasi meter yang sudah dilakukan dijelaskan pada Gambar 4.1. 1. Siapkan serangkaian alat uji akurasi meter ke keran pelanggan (wadah penampung yang sudah dikalibrasi). 2. Pasang alat lalu isi air sebanyak 100 liter ke wadah penampung. Setelah volume sesuai, tutup keran. 3. Lihat angka yang muncul pada meter air dan catat selisih volume air yang tertera di meter pelanggan dan wadah penampung. Gambar 4.1 Pengambilan Sampel Akurasi Meter

Adapun hasil survei dari pengukuran akurasi meter disajikan pada Tabel 4.1. Tabel 4.1 Data Akurasi Meter No. No. Sambungan Volume Air (Liter) Meter Air Wadah Selisih 1. 950218 100 100 0 2. 950155 100 100 0 3. 950101 100 100 0 4. 950200 100 100 0 5. 950223 100 100 0 6. 950226 100 100 0 7. 950209 100 100 0 8. 950220 99,5 100 0,5 9. 950210 100 100 0 10. 950203 100 100 0 11. 950215 100 100 0 12. 950166 99,5 100 0,5 13. 950051 100 100 0 14. 950026 100 100 0 15. 950118 100 100 0 16. 010142 99,1 100 0,9 17. 950207 100 100 0 18. 950060 100 100 0 19. 950272 100 100 0 20. 950115 100 100 0 Total 1,9 liter Sumber : Hasil Survei, 2017 Berdasarkan tabel diatas, pengukuran akurasi meter yang dilakukan terdapat 3 sampel meter pelanggan yang tidak akurat. Terdapat 2 sampel meter pelanggan yang menunjukkan volume yang berbeda yaitu 99,5 liter yang artinya terdapat selisih 0,5 liter padahal air yang ditampung sebesar 100 liter dan 1 sampel meter pelanggan dengan volume airnya sebesar 99,1 liter yang artinya selisih 0,9 liter. Dari sampel-sampel meter pelanggan yang berbeda tersebut, menunjukkan bahwa volume yang terlihat pada meter air pelanggan kurang dari air yang ditampung pada wadah (100 liter). Hal ini dapat diartikan bahwa PDAM Tirtanadi Sunggal mengalami kerugian karena tagihan air yang dibayar pelanggan kurang dari tagihan yang seharusnya. Kurang akuratnya meter air pelanggan menyebabkan jumlah air yang harus dibayar dengan jumlah air yang diterima menjadi berbeda. Hal ini dapat disebabkan beberapa faktor, seperti kinerja meter air yang memburuk penggunaannya karena usia meter atau kualitas air. Komponen-komponen di dalam meter air yang berputar dapat menjadi aus (usang) dan mengakibatkan meter air mengukur lebih rendah dari semestinya.

Berdasarkan hasil akurasi meter, terdapat 2 meter berumur > 5 tahun yang mengukur tidak akurat (nomor sambungan 950166 dan 010142). Menurut Permendag RI No. 69/M- DAG/PER/10/2012 tentang Tanda Tera, perlakuan tera ulang pada meter air rumah tangga harusnya dilakukan selama 5 tahun sekali atau saat alat ukur tersebut mengalami retak, pecah, atau rusak. Sedangkan, masih banyak meter pelanggan dengan umur meter > 5 tahun yang ada di Kompleks Graha Sunggal yakni sebesar 163 meter air. Perlu adanya penggantian pada setiap meter air yang sudah rusak serta perlakuan tera ulang terhadap meter air yang sudah berumur lebih dari 5 tahun untuk menghindari penyimpangan volume air. Perusahaan air minum harus menyusun pedoman secara menyeluruh untuk memastikan meter air yang mengalami kerusakan atau mati sehingga membantu pelanggan untuk dapat mengetahui pemakaian air yang diterima. 4.1.1.2 Tekanan Pengukuran tekanan dilakukan di 3 titik berbeda, yaitu tekanan awal, tengah dan akhir yang dilakukan di Kompleks Graha Sunggal. Pengukuran ini bertujuan untuk melihat besar tekanan yang terjadi di wilayah tersebut. Tekanan awal berada di nomor sambungan 950171, tekanan tengah di nomor sambungan 950068, dan tekanan akhir di nomor sambungan 950274. Titik sampel pengukuran tekanan dapat dilihat pada Lampiran 1. Adapun proses pengukuran tekanan dijelaskan pada Gambar 4.2. 2. Lihat dan catat angka yang ditunjukkan pada alat manometer. 1. Siapkan alat manometer dan pasang pada keran pelanggan kemudian buka keran. Gambar 4.2 Pengukuran Tekanan

Pengukuran tekanan dilakukan selama 1 jam sekali selama 17 jam yang dimulai pada jam 08.00-24.00 WIB. Pembagian pengukuran tekanan pada titik awal, tengah, dan akhir dilakukan untuk mengetahui besarnya tekanan yang terjadi di sebaran wilayah Kompleks Graha Sunggal. Adapun hasil survei pengukuran tekanan yang sudah dilakukan disajikan pada Tabel 4.2. Tabel 4.2 Data Tekanan No. Jam Tekanan (atm) Awal Tengah Akhir 1. 08.00 1,4 1,3 1,2 2. 09.00 1,2 1,1 1,0 3. 10.00 1,3 1,2 1,1 4. 11.00 1,2 1,1 1,0 5. 12.00 1,4 1,2 1,2 6. 13.00 1,3 1,2 1,1 7. 14.00 1,2 1,1 1,0 8. 15.00 1,3 1,2 1,1 9. 16.00 1,2 1,1 1,1 10. 17.00 1,4 1,3 1,3 11. 18.00 1,6 1,5 1,4 12. 19.00 1,7 1,6 1,5 13. 20.00 1,5 1,5 1,4 14. 21.00 1,4 1,3 1,2 15. 22.00 1,2 1,2 1,2 16. 23.00 1,2 1,1 1,1 17. 24.00 1,0 1,0 1,0 Rata-rata 1,32 1,23 1,17 Total rata-rata 1,24 atm Sumber : Hasil Survei, 2017 Berdasarkan Tabel 4.2, tekanan di awal rata-rata sebesar 1,32 atm, tekanan di tengah sebesar 1,23 atm, dan tekanan di akhir sebesar 1,17 atm dengan total rata-rata sebesar 1,24 atm. Menurut Permen PU Nomor 18/PRT/M/2007 tentang Penyelenggaraan Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum, kriteria tekanan air minimum pada pipa untuk dapat mendistribusikan air dengan baik adalah sebesar 1 atm, sehingga tekanan air yang terjadi disini sudah memenuhi kriteria. Adapun grafik hasil pengukuran tekanan dapat dilihat pada Gambar 4.3.

atm 1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2 0 Tekanan Awal Tengah Akhir Gambar 4.3 Grafik Tekanan Berdasarkan Gambar 4.3, dapat dilihat terjadi fluktuasi tekanan di awal masuk hingga tekanan di akhir. Terjadi pemakaian jam puncak yang berada pada pukul 18.00-20.00 WIB. Pemakaian jam puncak merupakan jam pemakaian air terbanyak yang terjadi dalam waktu tertentu. Tekanan paling tinggi di awal pelayanan adalah sebesar 1,7 atm pada jam 19.00 WIB. Sedangkan, tekanan paling rendah sebesar 1 atm pada jam 24.00 WIB. Untuk tekanan paling tinggi di bagian tengah pelayanan adalah sebesar 1,6 atm pada jam 19.00 WIB dan tekanan paling rendah adalah sebesar 1,0 atm pada jam 24.00 WIB. Tekanan tertinggi di akhir pelayanan adalah sebesar 1,5 atm pada jam 19.00 dan tekanan paling rendah sebesar 1,0 atm pada jam 09.00, 14.00, dan 24.00 WIB. Terjadinya tekanan tertinggi pada jam 17.00-19.00 WIB dapat disebabkan karena pemakaian pada jam ini sedang berada pada pemakaian maksimum yang artinya pemakaian tertinggi pada suatu wilayah pelayanan akan meningkatkan tekanan air yang terjadi. Pompa distribusi harus mampu mensuplai debit air saat jam puncak. Debit pompa distribusi ditentukan berdasarkan pada fluktuasi pemakaian air per harinya. Pemakaian air di wilayah Kompleks Graha Sunggal rata-rata sebesar 163,8 m 3 /hari. Jumlah pompa distribusi yang digunakan di wilayah pelayanan ini adalah sebanyak 3 pompa. Total kapasitas pompa sebesar 550 l/detik. Satu pompa akan beroperasi dan 2 pompa dalam keadaan standby. Pompa pertama akan beroperasi pada jam 05.00-12.00 WIB dengan 2 pompa mati (tidak beroperasi). Selanjutnya, pompa pertama dalam keadaan istirahat dan pompa kedua akan beroperasi pada jam 12.00-20.00 WIB. Pada jam berikutnya, pompa kedua istirahat dan pompa ketiga akan beroperasi pada jam 21.00-05.00 WIB.

4.1.2 Data Sekunder a) Panjang Pipa Panjang pipa utama dan rata-rata panjang pipa dinas masing-masing adalah sebesar 2.590 meter dan 4 meter dengan jenis pipa PVC. b) Jumlah Sambungan Pelanggan Jumlah sambungan pelanggan di Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 267 sambungan. Adapun daftar nomor sambungan pelanggan dapat dilihat pada Lampiran 3. c) Jumlah Air yang Didistribusi Jumlah air yang didistribusi selama 3 bulan dapat dilihat pada Tabel 4.3. Tabel 4.3 Jumlah Air yang Didistribusi No. Bulan Stand Awal Jumlah Air yang (m 3 ) Stand Akhir 3 (m ) Didistribusi (m ) 1. November 332.050 336.710 4.660 2. Desember 336.710 341.880 5.170 3. Januari 341.880 346.790 4.910 Total 14.740 Rata-rata 4.913,3 Sumber : PDAM Tirtanadi Sunggal, 2017 Adapun data jumlah air yang didistribusi selengkapnya dapat dilihat di laporan pembacaan meter yang disajikan pada Lampiran 4. d) Jumlah Air di Rekening Tagihan Jumlah air di rekening tagihan (jumlah air yang terjual) selama 3 bulan yang dapat dilihat pada daftar rekening ditagih yang tertera di Lampiran 6. Untuk rata-rata jumlah air dapat dilihat pada Tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah Air di Rekening Tagihan Jumlah air yang didistribusi Jumlah air yang terjual (m 3 /bulan) (m 3 /bulan) 4.913,3 4.661,04 Sumber : PDAM Tirtanadi Sunggal, 2017

4.2 Analisis Data 4.2.1 Perhitungan Kehilangan Air 1) Menghitung Besar Kehilangan Air Besar kehilangan air dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Dimana : H = persen kehilangan air (%) D = jumlah air yang didistribusi (m 3 /bulan) K = jumlah air di rekening tagihan (m 3 /bulan) Diketahui : D = 4.913,3 m 3 /bulan x 12 bulan = 58.959,6 m 3 /tahun K = 4.661,04 m 3 /bulan x 12 bulan = 55.932,48 m 3 /tahun Sehingga didapat persen kehilangan air : H = 5,13 % Berdasarkan perhitungan tersebut, persen kehilangan air di Kompleks Graha Sunggal sebesar 5,13 %. Tingkat kehilangan air ini termasuk dalam golongan rendah karena tidak melebihi batas minimum berdasarkan Permen PU Nomor 20/PRT/M/2006 tentang Kebijakan dan Strategi Nasional Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum yaitu 20%. Untuk menghitung kehilangan air dalam m 3 adalah sebagai berikut. Besar kehilangan air dalam m 3 : = 5,13 % x 58.959,6 m 3 = 3.027,12 m 3 /tahun = 252,26 m 3 /bulan = 8,41 m 3 /hari

Maka, kehilangan air yang terjadi per harinya adalah sebesar 8,41 m 3 /hari atau 3.027,12 m 3 /tahun. 2) Menghitung Besar Kehilangan Air dari Meter Pelanggan Meter pelanggan dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya kehilangan air jika meter air tidak akurat. Pada penelitian ini, kehilangan air dari meter pelanggan dapat dihitung berdasarkan pengukuran akurasi meter yang sudah dilakukan. Adapun perhitungan persen akurasi dari meter pelanggan adalah sebagai berikut. % akurasi dari meter pelanggan : = 0,095 % Berdasarkan perhitungan diatas, dapat dihitung kehilangan air dari meter pelanggan maka didapat : 0,095 % x 3.027,12 m 3 /tahun = 2,87 m 3 /tahun. Setelah melihat perhitungan tersebut, dapat diartikan setiap tahunnya PDAM Tirtanadi Sunggal mengalami kehilangan air dari ketidakakuratan meter pelanggan sebesar 2,87 m 3 /tahun. 3) Menghitung Kehilangan Air dalam Rupiah Kehilangan air secara tidak langsung menyebabkan menurunnya pendapatan perusahaan. Berdasarkan jumlah air di rekening tagihan, maka dapat dihitung besar kerugian yang dialami PDAM Tirtanadi Sunggal. Adapun total harga air dapat dilihat pada daftar rekening ditagih yang tertera di Lampiran 6. Jumlah air pada rekening yang ditagih selama 3 bulan yang dirata-ratakan didapat sebesar Rp 23.070.182,-. Berdasarkan data tersebut, perhitungan kehilangan air dalam rupiah adalah sebagai berikut. Tarif = Rp 23.070.182,- /bulan x 12 bulan = Rp 276.842.184,- /tahun

Jumlah air yang terjual = 4.661,04 m 3 /bulan x 12 bulan = 55.932,48 m 3 /tahun Maka, didapat tarif air rata-rata : Harga tarif rata-rata = = = Rp 4.950,- /m 3 Selanjutnya, hitung kehilangan air dalam rupiah dengan mengalikan besar kehilangan air dengan harga tarif air. Maka, Kehilangan air dalam rupiah : = 3.027,12 m 3 /tahun x Rp 4.950,- /m 3 = Rp 14.984.244,- /tahun = Rp 1.248.687,- /bulan = Rp 41.623,- /hari Sehingga, PDAM Tirtanadi Sunggal mengalami kerugian finansial sebesar Rp 41.623,- /hari atau Rp 14.984.244,- /tahun. 4.2.2 Penyusunan Neraca Air Neraca air diperlukan sebagai salah satu indikator kinerja dari perusahaan penyedia air bersih. Neraca air juga dapat membantu perusahaan menganalisis kehilangan air yang terjadi. Adapun perhitungan neraca air adalah sebagai berikut. a) Langkah 1 : Menentukan Volume Input Sistem penyediaan air bersih. Dalam hal ini merupakan jumlah air yang didistribusi selama satu tahun (rata-rata). Volume Input Sistem = 58.959,6 m 3 /tahun b) Langkah 2 : Konsumsi Bermeter Berekening = 4.661,04 m 3 /bulan = 55.932,48 m 3 /tahun

c) Langkah 3 : Kehilangan Air = Volume Input Sistem Konsumsi Resmi = 58.959,6 m 3 /tahun 55.932,48 m 3 /tahun = 3.027,12 m 3 /tahun d) Langkah 4 : Kehilangan Air Non-Fisik = Ketidakakuratan Meter Pelanggan = 2,87 m 3 /tahun e) Langkah 5 : Kehilangan Fisik = Kehilangan Air Kehilangan Non-Fisik = 3.027,12 m 3 /tahun 2,87 m 3 /tahun = 3.024,25 m 3 /tahun f) Langkah 6 : Berdasarkan perhitungan yang sudah didapat, masukkan nilai tiap komponen pada kolom di tabel neraca air yang disajikan pada Tabel 4.5. Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Neraca Air Volume Input Sistem 58.959,6 3 m /tahun Konsumsi Resmi 55.932,48 3 m /tahun 3 Kehilangan Air 3.027, 12 m 3 /tahun Konsumsi Resmi Berekening 55.932,48 m /tahun Kehilangan Air Non-Fisik 3 2,87 m /tahun Konsumsi Bermeter Berekening 55.932,48 m 3 /tahun Konsumsi Tak Bermeter Berekening (estimasi meter pelanggan rusak) Konsumsi Bermeter Tak Berekening (pemakaian pada instansi tertentu) Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening (pencucian pipa) Konsumsi Tak Resmi (pemakaian ilegal) Ketidakakuratan Meter Pelanggan 2,87 m 3 /tahun Kehilangan Air Fisik 3.024,25 m 3 /tahun Sumber : Perhitungan, 2017 Berdasarkan Tabel 4.5, penyusunan neraca air PDAM Tirtanadi Sunggal di Kompleks Graha Sunggal menunjukkan bahwa nilai Kehilangan Air yang terjadi disini cukup besar, yakni 3.027,12 m 3 /tahun dengan Kehilangan Air Fisik sebesar 3.024,25 m 3 /tahun. Komponen Kehilangan Air Non-Fisik termasuk didalamnya, yaitu Konsumsi Tak Resmi serta

Ketidakakuratan Meter Pelanggan dan Kesalahan Penanganan Data. Komponen Konsumsi Tak Resmi dianggap adanya pemakaian ilegal. Komponen Ketidakakuratan Meter Pelanggan adalah sebesar 2,87 m 3 /tahun. Kehilangan Air Fisik terdiri atas Kebocoran pada Pipa Distribusi dan Transmisi, Kebocoran dan Luapan dari Tangki-Tangki Penyimpanan Perusahaan Air Minum diabaikan. Berdasarkan Tabel 4.5, kehilangan air fisik disini merupakan kehilangan yang terjadi di wilayah Kompleks Graha Sunggal hingga sambungan ke pelanggan, yaitu sebesar 3.024,25 m 3 /tahun. Umumnya, besar kehilangan air fisik dapat disebabkan oleh infrastruktur yang sudah tua, perpipaan yang kurang baik, dan kurangnya pemeliharaan. Berdasarkan keadaan di lapangan, tidak ditemukan kebocoran (semburan) yang terlihat di wilayah penelitian. Peluang kehilangan air fisik disini, dapat terjadi oleh adanya kebocoran yang tidak terlapor (background leakage). Selain itu, terjadinya faktor-faktor lain, seperti kesalahan penanganan data (data handling errors), dan adanya konsumsi tak resmi yang merupakan komponen kehilangan air non-fisik juga mempengaruhi besarnya kehilangan air fisik di wilayah ini. 4.2.3 Perhitungan Indeks Kebocoran Infrastruktur (Infrastructure Leakage Index/ILI) Indeks Kebocoran Infrastruktur (ILI) bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kategori kehilangan air fisik di suatu wilayah. Saat ini ILI semakin banyak digunakan oleh perusahaan di seluruh dunia sebagai salah satu indikator yang paling baik untuk menilai kehilangan air fisik. Adapun perhitungan nilai ILI di Kompleks Graha Sunggal adalah sebagai berikut. a) Langkah 1 : Menghitung MAAPL MAAPL merupakan besar kehilangan fisik tahunan minimal yang diestimasi dapat dicapai ketika infrastruktur dalam keadaan baik dan pengendalian kebocoran dilakukan. MAAPL (liter/hari) = [(18 x Lm) + (0,8 x Nc) + (25 x Lp)] x P Dimana : MAAPL = Minimum Achievable Annual Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal) (liter/hari) Lm = panjang pipa utama (km) = 2590 m = 2,590 km Nc = jumlah sambungan pelanggan = 267 SR

Lp = panjang rata-rata pipa dinas (km) = 4 m = 0,004 km x 267 SR = 1,068 km P = tekanan rata-rata (m) = 1,24 atm = 12,4 m Maka, MAAPL (liter/hari) = [(18 x 2,590) + (0,8 x 267 + 25 x 1,068)] x 12,4 = 3.557,80 l/hari = 106.734,24 l/bulan = 1.280.810,9 l/tahun b) Langkah 2 : Menghitung CAPL CAPL atau Current Annual of Physical Losses merupakan Volume Tahunan Kehilangan Fisik dalam liter/tahun (dari neraca air). CAPL (liter/tahun) = Kehilangan Fisik = 3.024,25 m 3 /tahun = 3.024.250 l/tahun c) Langkah 3 : Menghitung ILI ILI = Dimana : ILI = Infrastructure Leakage Index (Indeks Kebocoran Infrastruktur) CAPL = Current Annual of Physical Losses (Volume Tahunan Kehilangan Fisik) (liter/tahun) = 3.024.250 l/tahun MAAPL = Minimum Achievable Annual Physical Losses (Kehilangan Fisik yang Dapat Dicapai secara Minimal) (liter/hari) = 3.557,80 l/hari = 1.280.810,9 l/tahun Maka, ILI = = 2,36 Nilai ILI yang didapat adalah sebesar 2,36. Selanjutnya bandingkan nilai ILI yang sudah didapat dengan menyesuaikan pada kategori kinerja teknis dan tekanan rata-rata yang sebelumnya sudah dihitung pada tabel matriks target kehilangan fisik pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6 Penyesuaian Nilai ILI Terhadap Matriks Target Kehilangan Fisik Kategori Kinerja Teknis Negaranegara maju Negaranegara berkembang ILI Kehilangan Fisik (liter/sambungan/hari) (keadaan sistem bertekanan pada tekanan rata-rata) 10 m 20 m 30 m 40 m 50 m A 1-2 < 50 < 75 < 100 < 125 B 2-4 50-100 75-150 100-200 125-250 C 4-8 100-200 150-300 200-400 250-500 D > 8 > 200 > 300 > 400 > 500 A 1-4 < 50 < 100 < 150 < 200 < 250 B 4-8 50-100 100-200 150-300 200-400 250-500 C 8-16 100-200 200-400 300-600 400-800 500-1000 D > 16 > 200 > 400 > 600 > 800 Sumber : Perhitungan, 2017 Berdasarkan nilai ILI yang didapat, yaitu 2,36 dengan tekanan rata-rata 12,4 m, maka Kompleks Graha Sunggal tergolong ke dalam kategori A dengan tingkat kebocoran yang dapat terjadi < 50 liter/sambungan/hari. Kategori A merupakan kategori baik, artinya tingkat kebocoran rendah sehingga jika dilakukan penurunan kehilangan yang lebih signifikan mungkin tidak ekonomis karena tingkat kebocoran di Kompleks Graha Sunggal masih minim. Oleh karena itu, melakukan analisa terhadap perbaikan komponen jaringan pada wilayah ini dianggap lebih diperlukan karena lebih efektif dari sisi finansial bagi PDAM Tirtanadi Sunggal serta meningkatkan kualitas pelayanan air bersih. Indikator ILI merupakan salah satu indikator yang paling baik untuk menilai kehilangan air fisik di suatu wilayah dan sudah digunakan oleh banyak perusahaan air minum di seluruh dunia. Indikator ini menghitung besar kehilangan fisik minimum yang dapat dicapai oleh perusahaan yang dinyatakan sebagai MAAPL. Rasio antara CAPL dengan MAAPL dapat digunakan sebagai ukuran seberapa baik fungsi infrastruktur, perbaikan, dan jaringan perpipaan air minum. Melihat nilai ILI yang sudah dihitung sebelumnya, dapat diartikan bahwa kinerja teknis (infrastruktur) di Kompleks Graha Sunggal tergolong baik. Jam distribusi di Kompleks Graha Sunggal adalah 24 jam. Dengan jam operasional yang terus menerus dapat menghindari terjadinya tekanan air yang rendah. Jam operasional distribusi pada suatu pelayanan dapat mempengaruhi terjadinya kehilangan air. Sebagian besar perusahaan air minum di Indonesia beroperasi secara intermittent supply (terputus-putus)

artinya tidak beroperasi secara penuh 24 jam. Hal ini dapat menyebabkan pada saat malam hari, tekanan air menjadi rendah sehingga mempengaruhi aliran udara dalam pipa. Adanya aliran udara di dalam pipa dapat menyebabkan aliran air menjadi terganggu. Udara yang terperangkap dapat menyebabkan kerja pompa menjadi lebih tinggi dan dapat mengakibatkan pipa menjadi rusak bahkan pecah sebab menerima tekanan yang lebih tinggi. Pecahnya pipa dapat menyebabkan masuknya tanah, mikroorganisme, atau kotoran dari luar pipa sehingga mempengaruhi kualitas air yang didistribusi. Berdasarkan data tahun 2016, produksi air di PDAM Tirtanadi Sunggal adalah sebesar 75.864.236 m 3 /tahun dengan persen kehilangan air sebesar 30%. Tingkat kehilangan air ini cukup tinggi, karena sudah melebihi standar kehilangan air nasional. Selain itu, IPA Sunggal merupakan instalasi terbesar yang dimiliki PDAM Tirtanadi Sumatera Utara, yang melayani sekitar 50% wilayah di Kota Medan. Terlaksananya penyediaan air bersih yang paling penting adalah peningkatan kualitas, kuantitas, dan kontinuitas air bersih. Kehilangan air nyatanya menurunkan pendapatan bagi perusahaan air minum. Melakukan pengembangan jaringan baru yang diharapkan dapat meningkatkan pendapatan, tidak akan efektif jika tingkat kehilangan air masih tinggi. Kehilangan air fisik jelas lebih sulit untuk dilakukan penanggulangannya jika dibandingkan dengan kehilangan air non-fisik. Hal ini dikarenakan kehilangan air fisik dipengaruhi oleh berbagai sebab seperti kebocoran pada perlengkapan pipa atau sambungan pipa hingga keakuratan dari meter air yang terpasang. Tindakan seperti melakukan penggantian meter air yang sudah rusak atau berumur diatas 5 tahun, maupun peninjauan secara berkala pada komponen-komponen jaringan yang berpeluang mengalami kebocoran perlu ditingkatkan sehingga dapat lebih dini mencegah peluang terjadinya kehilangan fisik.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah diuraikan, didapatkan beberapa kesimpulan antara lain: 1. Kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 3.024,25 m 3 /tahun dengan persen kehilangan air sebesar 5,13%, serta kerugian finansial sebesar Rp 14.984.244,- /tahun. 2. Nilai neraca air yang didapatkan, yaitu: Volume Input Sistem = 58.959,6 m 3 /tahun; Konsumsi Resmi = 55.932,48 m 3 /tahun; Konsumsi Resmi Berekening = 55.932,48 m 3 /tahun; Kehilangan Air = 3.027,12 m 3 /tahun; Kehilangan Air Non-Fisik = Ketidakakuratan Meter Pelanggan = 2,87 m 3 /tahun; Kehilangan Air Fisik = 3.024,25 m 3 /tahun; Konsumsi Bermeter Berekening = 55.932,48 m 3 /tahun. Komponen Konsumsi Tak Bermeter Berekening diestimasikan meter pelanggan rusak; Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening dianggap pemakaian pada instansi tertentu; Konsumsi Tak Bermeter Tak Berekening dianggap adanya pencucian pipa; Konsumsi Tak Resmi diestimasi sebagai pemakaian illegal. 3. Nilai ILI yang didapatkan sebagai indikator kehilangan air fisik di Kompleks Graha Sunggal adalah sebesar 2,36 dengan tekanan rata-rata 12,4 m dan tergolong kategori A (baik). Kategori A merupakan kategori baik, artinya tingkat kebocoran rendah sehingga jika dilakukan penurunan kehilangan yang lebih signifikan mungkin tidak ekonomis karena tingkat kebocoran di Kompleks Graha Sunggal masih minim. 4. Tingkat kehilangan fisik di Kompleks Graha Sunggal masih tergolong rendah namun kehilangan fisik tahunan cenderung akan meningkat seiring dengan bertambahnya umur meter dan jaringan distribusi. Oleh sebab itu, tindakan seperti melakukan penggantian meter air yang sudah berumur diatas 5 tahun, maupun peninjauan secara berkala pada komponen-komponen jaringan yang berpeluang mengalami kebocoran perlu ditingkatkan agar mencegah terjadinya tingkat kehilangan fisik di wilayah ini.

5.2 Saran 1. Sebaiknya PDAM Tirtanadi Sunggal melakukan evaluasi terhadap wilayah pelayanan yang memiliki potensi terjadinya kehilangan air yang tinggi dan melakukan upaya serta program-program pengendalian kehilangan air. 2. Sebaiknya PDAM Tirtanadi Sunggal melakukan tera ulang dan penggantian meter air pelanggan yang sudah berumur diatas 5 tahun agar menghindari terjadinya penyimpangan akurasi meter. 3. Sebaiknya dilakukan penyusunan neraca air yang lebih serius untuk melihat produksi, konsumsi, dan kehilangan air tahunan yang terjadi. Perusahaan juga harus meninjau komponen jaringan dan infrastruktur yang sudah berusia tua serta melakukan perbaikan terhadap perpipaan yang mengalami kerusakan untuk menurunkan tingkat kebocoran yang terjadi. 4. Sebaiknya PDAM Tirtanadi Sunggal melakukan penanggulangan yang lebih tepat terhadap kemungkinan terjadinya kebocoran dan sambungan ilegal untuk mengurangi tingkat kehilangan air demi pelayanan air bersih yang lebih baik. 5. Sebaiknya dibentuk satu database dan software untuk data-data pembacaan meter agar lebih terverifikasi. 6. Diharapkan pada penelitian berikutnya, melakukan analisis kehilangan air fisik PDAM Tirtanadi Sunggal pada wilayah pelayanan dan jumlah sambungan pelanggan yang lebih besar. 7. Diharapkan pada penelitian berikutnya, melakukan pengukuran akurasi meter dan tekanan yang lebih banyak di wilayah pelayanan PDAM Tirtanadi Sunggal. 8. Diharapkan pada penelitian berikutnya, melakukan observasi di lapangan terhadap komponen kehilangan air non-fisik seperti kesalahan penanganan data.