BAB I PENDAHULUAN. Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum

Transkripsi

1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki sistem pengolahan air limbah terpusat skala kota yang dibangun pada tahun Sistem tersebut melayani Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan sebagian Kabupaten Bantul. Air limbah yang berasal dari permukiman dialirkan melalui jaringan perpipaan kemudian masuk ke Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon untuk diolah agar memenuhi baku mutu yang telah ditetapkan sebelum dibuang ke badan air. Penambahan jumlah Sambungan Rumah (SR) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun bahkan hingga tahun 2012 tercatat hampir SR telah terhubung ke jaringan air limbah yang mengalir ke IPAL Sewon. Pembangunan perumahan, restoran, dan hotel ikut berkontribusi terhadap penambahan debit air limbah yang masuk ke IPAL Sewon melalui jaringan perpipaan. IPAL Sewon sendiri direncanakan dapat menampung sekitar SR. Jaringan perpipaan memiliki peran penting dalam sistem pengolahan air limbah terpusat dimana fungsi jaringan perpipaan adalah untuk mengalirkan air limbah rumah tangga menuju Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Kinerja jaringan perpipaan perlu dikaji untuk memastikan

2 2 bahwa kecepatan aliran, kapasitas, dan kemiringan pipa eksisting masih memenuhi persyaratan. Optimalisasi jaringan perpipaan juga perlu dilakukan agar pipa yang terpasang dapat digunakan secara optimal untuk menambah jumlah layanan air limbah. Debit air limbah yang mengalir di dalam jaringan perpipaan juga harus dikaji apakah masih dapat ditampung oleh IPAL Sewon yang memiliki kapasitas rata-rata m 3 /hari. Proses pengolahan air limbah tidak akan berjalan secara optimal apabila debit air limbah yang masuk ke IPAL melebihi kapasitas yang ada. Oleh karena itu dinilai perlu untuk dilakukan kajian terhadap jaringan perpipaan air limbah yang telah dibangun. Kajian dapat dilakukan dengan menganalisis jaringan yang ada menggunakan perangkat lunak yang dikembangkan khusus untuk merancang dan menganalisis jaringan perpipaan air limbah yaitu Sewercad V8i. B. Rumusan Masalah Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Sewon direncanakan untuk mengolah air limbah domestik yang berasal dari Kota Yogyakarta, sebagian Kabupaten Sleman, dan sebagian Kabupaten Bantul dengan kapasitas rata-rata m 3 /hari. Saat ini debit rata-rata air limbah yang masuk ke IPAL Sewon berdasarkan data tahun 2012, sebesar m 3 /hari. Debit air limbah yang masuk tersebut berasal dari Sambungan Rumah (SR). Menurut data fluktuasi debit air limbah harian yang masuk ke IPAL Sewon tahun 2012, seperti pada Gambar 1.1, debit maksimum sepanjang tahun terjadi di bulan

3 Debit (m 3 /hr) 3 Mei yaitu sebesar m 3 /hari, sedangkan debit minimum terjadi di bulan Juni yaitu sebesar m 3 /hari. Angka ini menunjukkan deviasi yang sangat tinggi, bahkan pada bulan Mei terjadi debit maksimum sebesar m 3 /hari, angka tersebut jauh melampaui kapasitas rata-rata IPAL yang ada saat ini. 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Data Debit Air Limbah 2012 Q average/bln Q min Q max Kapasitas IPAL Bulan Gambar 1.1 Grafik fluktuasi debit air limbah tahun 2012 Sumber: Balai IPAL Sewon Hal tersebut merupakan indikasi terjadinya permasalahan teknis pada jaringan air limbah sehingga perlu dilakukan kajian karena dikhawatirkan akan mengganggu proses pengolahan air limbah yang berdampak pada pencemaran badan air. Debit air limbah yang besar mungkin saja diakibatkan oleh sistem pengoperasian bangunan penggelontor yang tidak sesuai prosedur. Kemungkinan lain diakibatkan oleh adanya infiltrasi air tanah maupun inflow akibat air hujan.

4 4 Gambar 1.2 Peta jaringan air limbah DI. Yogyakarta Sumber: Sekber Kartamantul DI. Yogyakarta Jumlah pelanggan air limbah terus bertambah, demikian juga dengan jumlah jaringan yang hingga saat ini terus dilakukan penambahan baik pipa induk, lateral, maupun sambungan rumah. Gambar 1.2 menunjukkan peta jaringan air limbah di DI. Yogyakarta yang melayani seluruh pelanggan air

5 5 limbah. Jumlah pelanggan di Kota Yogyakarta hingga bulan Maret 2013 mencapai SR, sedangkan di Kabupaten Sleman mencapai 912 SR dan di Kabupaten Bantul mencapai 730 SR seperti yang disajikan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Jumlah Pelanggan Air Limbah Hingga Maret 2013 No. Kota/ Kabupaten Jumlah SR 1. Kota Yogyakarta Kabupaten Sleman Kabupaten Bantul 730 Total Sumber: Dinas Kimpraswil Kota Yogyakarta, Dinas PU dan Perumahan Kab. Sleman, dan Dinas PU Kab. Bantul, 2012 Penggelontoran sedimen yang terdapat di dalam pipa perlu dilakukan untuk menghindari adanya gangguan terhadap aliran air limbah di dalam pipa. Namun penggelontoran yang berlebihan justru dikhawatirkan akan mengganggu proses pengolahan di IPAL. Pengoperasian bangunan penggelontor yang tidak sesuai kebutuhan diduga menjadi penyebab tingginya debit air limbah yang masuk ke IPAL. Dari informasi yang ada menyebutkan bahwa pintu air pada bangunan penggelontor terbuka 24 jam sehingga menambah beban hidrolis pada pipa maupun IPAL. C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengkaji kecepatan aliran, kapasitas pipa, dan kemiringan pipa pada jaringan eksisting pipa induk dan pipa gelontor.

6 6 2. Mengkaji pengaruh penggelontoran terhadap beban hidrolis pada pipa induk dan pipa gelontor serta pengaruhnya terhadap kapasitas rerata IPAL Sewon. 3. Melakukan optimalisasi jaringan perpipaan air limbah dengan melakukan penambahan jumlah sambungan rumah pada area yang terdapat jaringan pipa induk eksisting. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi atau masukan terhadap pihak pengelola sistem air limbah terpusat skala kota, khususnya Balai IPAL Sewon dan pihak lain yang terkait dalam pengelolaan jaringan perpipaan air limbah. Adapun manfaat penelitian dapat diuraikan sebagai berikut. 1. Memberikan gambaran teknis terhadap kinerja jaringan eksisting pipa induk dan penggelontor sehingga diperoleh rekomendasi teknis dalam pemeliharaan jaringan perpipaan. 2. Mengetahui jumlah debit air limbah yang masuk ke IPAL Sewon dan kecepatan aliran di dalam jaringan perpipaan untuk dibandingkan dengan desain kriteria. 3. Mendapatkan rekomendasi pengoperasian bangunan penggelontor. 4. Mendapatkan hasil optimalisasi jaringan perpipaan air limbah.

7 7 E. Batasan Masalah Penelitian ini dilakukan dengan batasan penelitian sebagai berikut. 1. Lokasi penelitian adalah Kota Yogyakarta, Kabupaten Sleman, dan Kabupaten Bantul. 2. Objek penelitian adalah pipa induk dan pipa penggelontor pada jaringan perpipaan air limbah eksisting. 3. Tidak melakukan kajian ketersediaan air pada bangunan penggelontor. 4. Kualitas air limbah tidak dikaji. 5. Biaya operasional dan pemeliharaan jaringan perpipaan tidak dikaji. 6. Data jaringan pipa induk dan pipa gelontor diperoleh dari data sekunder, sedangkan data debit pada bangunan penggelontor diperoleh dari hasil pengukuran di lapangan. 7. Debit air limbah berasal dari Sambungan Rumah (SR) yang terpasang, dengan asumsi satu SR terdiri dari lima orang.