BAB II KAJIAN PUSTAKA. digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan. sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran. Istilah-istilah tersebut dalam kegiatan pembelajaran digunakan

Fembriani Universitas Widya Dharma Klaten ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

rangka perkembangan manusia (Hidayat dan Machali, 2010: 32). maka manusia dapat berkembang lebih jauh daripada mahluk-mahluk lainnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar - mengajar. pendidikan beserta staf pengajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajara Tematik Terpadu dan Pendekatan Scientific. 1. Pengertian Pembelajaran Tematik Terpadu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengetahuan yang tersusun secara sistemastis. Trianto (2010: 136)

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

Penerapan Model Pembelajaran AIR pada Pembelajaran Matematika Siswa SMP

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peran aktif manusia dalam kehidupan sangat penting, karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Pendidikan adalah investasi masa

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pendekatan ilmiah atau scientific approach. Dalam implementasi kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mengajarkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

hidup, baik secara formal, maupun non-formal.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Beragam gaya mengajar yang dilakukan dengan khas oleh masing-masing guru

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan informal. jawab seperti pendidikan keluarga dan lingkungan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

Sementara itu, Forrest W. Parkay dan Beverly Hardeastle Stanford dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AIR PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 18 PADANG

II. KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Tematik dengan Pendekatan Saintifik. menentukan keberhasilan suatu negara. Seiring kemajuan suatu zaman maka

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. dengan menggunakan model pembelajaran AIR ( Auditory Intellectually

TINJAUAN PUSTAKA. oleh siswa. Lembar kerja biasanya berupa petunjuk atau langkah-langkah. untuk menyelesaikan tugas.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan tidak hanya berlangsung pada satu tahap perkembangan saja

BAB I PENDAHULUAN. Paradigma pendidikan di Indonesia sudah semakin berkembang dari

I. PENDAHULUAN. berpengaruh dalam kemajuan suatu bangsa. Pendidikan juga awal dari. terbentuknya karakter bangsa. Salah satu karakteristik bangsa yang

II. KAJIAN PUSTAKA. dan sistem pengelolaan dalam pembelajaran. Joyce (Trianto, 2010: 74)

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. baik dari segi kognitif, psikomotorik maupun afektif.

BAB I PENDAHULUAN. Elly Susanti, Proses koneksi produktif dalam penyelesaian mmasalah matematika. (surabaya: pendidikan tinggi islam, 2013), hal 1 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yang secara sengaja mengaitkan beberapa aspek, baik

BAB I PENDAHULUAN. matematika menyebabkan banyak siswa mengalami kesulitan dalam. siswa secara umum belum sesuai dengan harapan.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Pembelajaran Langsung

BAB I PENDAHULUAN. yang tertuang dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Nasional

BAB II KAJIAN TEORI. Kemampuan adalah kecakapan untuk melakukan suatu tugas khusus dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN. sertifikasi untuk meningkatkan kemampuan profesional pendidik, kebijakan baik kurikulum maupun standar pendidikan.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

Prosiding Seminar Nasional Volume 03, Nomor 1 ISSN

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Realistic Mathematics Education (RME) Secara harfiah realistic mathematics education diterjemahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

MODEL PEMBELAJARAN AIR (AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR JURNAL. Oleh DEASY VIVTA RINI DARSONO SITI RACHMAH S

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 Bab I Pasal I Ayat 1 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi yang bersifat multidimensional. Ia merupakan pendidikan nilai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hakekat interaksi pembelajaran adalah suatu kegiatan komunikasi yang dilakukan secara timbal balik antara siswa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan pendidikan di sekolah merupakan proses nyata yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajaran yaitu pendekatan ilmiah (Scientific Approach). Pendekatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah sarana yang dapat menumbuh-kembangkan potensipotensi

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran AIR ( Auditory, Intellectualy, uraian atau penjelasan berikut saran.

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ANALISIS PESERTA DIDIK DALAM PEMBELAJARAN GEOGRAFI

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Peran pendidikan sangat dibutuhkan dalam mempersiapkan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu

Rina Yulianti, Eko Setyadi Kurniawan, Sriyono

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia beriman dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

DIMENSI RASA INGIN TAHU SISWA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK BERBANTUAN ALAT PERGA PENJERNIHAN AIR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

PERPADUAN KONSEP METODE PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORY VISUAL INTELEKTUAL (SAVI) DENGAN METODE DRILL DALAM PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sendiri dan sejalan dengan kemampuan yang dimiliki peserta didik. dapat dimengerti dan dipahami oleh siswa dengan baik.

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. potensi siswa dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merencanakan pembelajaran di kelas. Sejalan dengan pendapat Hosnan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jayanti Putri Purwaningrum, 2015

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Trianto (2009 (b): 159) menyatakan bahwa mapping sebaiknya disusun

BAB III METODE PENELITIAN. Action Research (Wardhani, dkk., 2007: 1.3). Selanjutnya Suharsimi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran 1. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Komalasari (2010: 57) model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Arends (dalam Trianto, 2009: 22) menyatakan istilah model pengajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu termasuk tujuannya, sintaksnya, lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Sedangkan Soekamto, dkk (dalam Trianto, 2009: 22) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Kemudian menurut Suprihatiningrum (2013: 145), model pembelajaran merupakan suatu rancangan yang di dalamnya menggambarkan sebuah

10 proses pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. Penulis menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual mengenai prosedur pembelajaran yang tergambar secara sistematis sebagai pedoman dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang dapat dilaksanakan oleh guru dalam mentransfer pengetahuan maupun nilai-nilai kepada siswa. 2. Model Pembelajaran Auditory Intellectually Repetition (AIR) a. Pengertian Model Pembelajaran AIR Huda (2003: 289) berpendapat bahwa model pembelajaran AIR ini mirip dengan Somatic, Auditory, Visualitation, Intelectually (SAVI) dan Visualitation, Auditory, Kinestetic (VAK). Perbedaannya hanya terletak pada repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis. Menurut Suherman (dalam Humaira, 2012: 18): AIR adalah singkatan dari Auditory, Intelectually and Repetition. Pembelajaran seperti ini menganggap bahwa akan efektif apabila memperhatikan tiga hal tersebut. Auditory yang berarti bahwa indera telinga digunakan dalam belajar dengan cara mendengarkan, menyimak, berbicara, persentasi, argumentasi, mengemukakan pendapat dan menanggapi. Intectual berpikir yang berarti bahwa kemampuan berpikir perlu dilatih melalui latihan bernalar, mencipta, memecahkan masalah, mengkonstruksi dan menerapkan. Repetition yang berarti pengulangan, agar pemahaman lebih mendalam dan lebih luas, siswa perlu dilatih melalui pengerjaan soal, pemberian tugas atau kuis.

11 Berikut adalah penjelasan dari masing-masing tahap dalam model pembelajaran AIR: 1) Auditory Auditory berarti belajar dengan melibatkan pendengaran. Mendengar merupakan salah satu aktivitas belajar, karena tidak mungkin informasi yang disampaikan secara lisan oleh guru dapat diterima dengan baik oleh siswa jika tidak melibatkan indera telinganya untuk mendengar. Sarbana ( dalam Humaira, 2012: 19) mengartikan auditory sebagai salah satu modalitas belajar, yaitu bagaimana kita menyerap informasi saat berkomunikasi ataupun belajar dengan cara mendengarkan. Sedangkan Meier (dalam Huda, 2003: 289) pernah menyatakan bahwa pikiran auditoris lebih kuat daripada yang kita sadari. Telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditoris, bahkan tanpa disadari. Ketika telinga menangkap dan menyimpan informasi, beberapa area penting di otak menjadi aktif. Dalam hal ini guru diharapkan mampu memberikan bimbingan pada siswa agar pemanfaatan indera telinga dalam pembelajaran dapat berkembang secara optimal sehinga interkoneksi antara telinga dan otak bisa dimanfaatkan secara maksimal. 2) Intellectually Intellectually berarti menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikiran mereka secara internal ketika mereka menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman, menciptakan hubungan, makna,

12 rencana, dan nilai dari pengalaman tersebut (Meier dalam Huda, 2003: 290). Belajar intelektual adalah bagian untuk merenung, menciptakan, memecahkan masalah dan membangun makna. Aspek intelektual dalam belajar akan terlatih jika guru mengajak siswa terlibat dalam aktivitasaktivitas intelektual, seperti: (1) Memecahkan masalah; (2) menganalisis pengalaman; (3) mengerjakan perencanaan strategis; (4) melahirkan gagasan kreatif; (5) mencari dan menyaring informasi; (6) merumuskan pertanyaan; (7) menciptakan model mental; (8) menerapkan gagasan baru pada pekerjaan; (9) menciptakan makna pribadi; dan (10) meramalkan implikasi suatu gagasan (Meier dalam Huda, 2003: 91). 3) Repetition Repetition yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan siswa dengan cara memberinya tugas atau kuis. Bila guru menjelaskan suatu unit pelajaran, itu perlu diulang-ulang. Karena ingatan siswa tidak selalu tetap dan mudah lupa, maka perlu dibantu dengan mengulangi pelajaran yang sedang dijelaskan. Huda (2003: 292) mengungkapkan p elajaran yang diulang akan memberikan tanggapan yang jelas dan tidak mudah dilupakan, sehingga dapat digunakan oleh siswa untuk memecahkan masalah. Ulangan dapat diberikan secara teratur, pada waktu-waktu tertentu, atau setelah tiap unit diberikan, maupun secara insidental jika dianggap perlu (Slamet dalam Huda, 2003: 292). Suherman dan Winataputra (dalam Humaira,

13 2012: 21) menjelaskan bahwa pengulangan yang akan memberikan dampak positif adalah pengulangan yang tidak membosankan dan disajikan dalam metode yang menarik. Menurut Herdian ( dalam Windi_Oktivia, wordpress.com.2012) mengemukakan bahwa, Ada beberapa jenis kegiatan yang dilakukan dalam AIR, yaitu sebagai berikut. a) Membentuk pembelajaran kelompok dan diskusi Pada kegiatan ini siswa dapat saling menukar informasi yang didapatnya dan siswa dapat mengeluarkan ide mereka secara verbal atau guru mengajak siswa membicarakan tentang apa yang dipelajari, diantaranya menterjemahkan pengalaman mereka dengan suara, mengajak mereka berbicara saat memecahkan masalah, membuat model, mengumpulkan informasi, dan sebagainya sehingga mereka akan melahirkan gagasan yang kreatif. b) Memecahkan masalah Pada kegiatan ini ada beberapa hal yang dilakukan siswa dalam mengerjakan perencanaan strategis untuk menyelesaikan soal, yaitu mencari dan menyaring informasi, merumuskan pertanyaan, membuat model dan menyelesaikan soal dengan menerapkan seluruh gagasan pada pekerjaan. c) Melakukan presentasi Pada kegiatan ini siswa diminta untuk mempresentasikan hasil pekerjaan yang telah mereka diskusikan tadi. Siswa diharapkan dapat memikirkan bagaimana cara mereka untuk menerapkan informasi dalam presentasi tersebut sehingga mereka dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam memecahkan masalah. Kemudian siswa yang lain menanggapi hasil diskusi kelompok lain sehingga terjadi diskusi antar seluruh siswa dan guru akan membantu jika siswa mengalami kesulitan. d) Melakukan repetisi Pada kegiatan ini guru melakukan repetisi kepada seluruh siswa tetapi bukan secara berkelompok melainkan secara individu. Repetisi yaitu pengulangan yang bermakna pendalaman, perluasan, pemantapan dengan cara siswa dilatih melalui pemberian tugas atau kuis.

14 b. Langkah-langkah Model Pembelajaran AIR Adapun Langkah-langkah pembelajaran AIR menurut Meirawati (dalam Humaira, 2012: 21-22) yaitu: Tahap Auditory 1. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok kecil. 2. Guru membagikan LKS (Lembar Kerja Siswa) kepada siswa u ntuk dikerjakan secara kelompok. 3. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya mengenai soal LKS yang kurang dipahami. Tahap Intelectually 1. Guru membimbing kelompok belajar siswa untuk berdiskusi dengan rekan dalam satu kelompok sehingga dapat menyelesaikan LKS. 2. Guru memberi kesempatan kepada beberapa kelompok untuk mempresentasikan hasil kerjanya. 3. Guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Tahap Repetition 1. Memberikan latihan soal individu kepada siswa. 2. Dengan diarahkan guru, siswa membuat kesimpulan secara lisan tentang materi yang telah dibahas. c. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran AIR Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan seperti halnya pada model pembelajaran AIR. Windi_Oktivia

15 (Wordpress.com.2012) menyatakan yang menjadi kelebihan dari model pembelajaran AIR adalah sebagai berikut. 1) Melatih pendengaran dan keberanian siswa untuk mengungkapkan pendapat (Auditory). 2) Melatih siswa untuk memecahkan masalah secara kreatif (Intellectually). 3) Melatih siswa untuk mengingat kembali tentang materi yang telah dipelajari (Repetition). 4) Siswa menjadi lebih aktif dan kreatif. Sedangkan yang menjadi kelemahan dari model pembelajaran AIR adalah terdapat tiga aspek yang harus diintegrasikan yakni auditory, intellectually, repetition sehingga secara sekilas pembelajaran ini membutuhkan waktu yang lama. Tetapi, hal ini dapat diminimalisir dengan cara pembentukan kelompok pada aspek auditory dan intellectually. B. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu aktivitas yang akan menghasilkan perubahan. Perubahan ini tidak terjadi dengan sendirinya melainkan melalui proses yang disebut pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Hamalik (2005: 27), belajar merupakan suatu proses, suatu ke giatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hal ini didukung oleh gagasan

16 Gagne (dalam Suprijono, 2010: 2) yaitu belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan seseorang secara alamiah. Menurut Amri (2013: 24), belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan beraksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Wina Sanjaya (dalam Prastowo, 2013: 49), menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif, baik perubahan dalam aspek pengetahuan, afeksi, maupun psikomotorik. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar ialah perubahan kemampuan individu yang merupakan akibat dari suatu proses atau kegiatan menuju perkembangan individu seutuhnya yang menghasilkan perubahan tingkah laku positif dan kemampuan beraksi, baik dalam aspek pengetahuan, afektif, maupun psikomotor. 2. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah proses pembelajaran. Umumnya hasil belajar berupa nilai, baik berupa nilai mentah ataupun nilai yang sudah diakumulasikan. Namun, tidak menutup

17 kemungkinan hasil belajar ini bukan hanya berupa nilai melainkan perubahan perilaku siswa. Suprijono (2010: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Selaras dengan yang diungkapkan oleh Kunandar (2013: 62), bahwa hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu baik kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dicapai atau dikuasai. Hal ini diperkuat oleh pendapat Bloom (dalam Suprijono, 2010: 6), dikatakan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sedangkan menurut Lindgren (dalam Suprijono, 2010: 7), hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dari beberapa pendapat diatas penulis menyimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku secara keseluruhan. Perubahan ini tidak dilihat secara terpisah melainkan secara komprehensif baik dari domain kognitif, afektif, dan psikomotorik. C. Kurikulum 2013 1. Pengertian kurikulum 2013 Mulai tahun ajaran 2013/2014, kurikulum di Indonesia mengalami perubahan dan pengembangan yaitu kurikulum 2013. Mulyasa (2013: 65) menyatakan bahwa kurikulum 2013 memungkinkan para guru menilai hasil belajar peserta didik dalam proses pencapaian sasaran belajar, yang mencerminkan penguasaan dan pemahaman terhadap apa yang dipelajari. Selanjutnya menurut Mulyasa (2013: 163):

18 Implementasi kurikulum 2013 diharapkan dapat menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif. Hal ini dimungkinkan, karena kurikulum ini berbasis karakter dan kompetensi, yang secara konseptual memiliki beberapa keunggulan. Pertama: Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan yang bersifat ilmiah (kontekstual), karena berangkat, berfokus, dan bermuara pada hakekat peserta didik untuk mengembangkan berbagai kompetensi sesuai dengan potensinya masing-masing. Dalam hal ini peserta didik merupakan subjek belajar, dan proses belajar berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja berlangsung secara alamiah dalam bentuk bekerja dan mengalami berdasarkan kompetensi tertentu, bukan transfer pengetahuan ( transfer of knowledge). Kedua: Kurikulum 2013 yang berbasis karakter dan kompetensi boleh jadi mendasari pengembangan kemampuan-kemampuan lain. Penguasaan ilmu pengetahuan, dan keahlian tertentu dalam suatu pekerjaan, kemampuan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, serta pengembangan aspek-aspek kepribadian dapat dilakukan secara optimal berdasarkan standar kompetensi tertentu. Ketiga: ada bidang-bidang studi atau mata pelajaran tertentu yang dalam pengembangannya lebih tepat menggunakan pendekatan kompetensi, terutama yang berkaitan dengan keterampilan. Lebih lanjut Mulyasa (2013 : 170) menyatakan perbedaan kurikulum 2013 untuk sekolah dasar yaitu: (1) Pembelajaran berbasis tematik-integratif dari kelas I sampai VI; (2) Mata pelajaran dalam pembelajaran tematik-integratif yang tadinya berjumlah 10 mata pelajaran dipadatkan menjadi 8 mata pelajaran; (3) Pramuka sebagai ekstrakulikuler wajib; (4) Bahasa Inggris hanya ekskul; (5) Penambahan jam belajar siswa untuk kelas I-III yang awalnya 26-28 jam per minggu bertambah menjadi 30-32 jam per minggu. Sedangkan untuk kelas IV-VI yang awalnya 32 jam per minggu bertambah menjadi 36 jam per minggu. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa kurikulum 2013 adalah kurikulum yang berbasis kompetensi dan

19 karakter yang menilai hasil belajar siswa berupa penguasaan dan pemahaman tidak hanya terhadap pengetahuan, tetapi juga sikap, dan keterampilan. 2. Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Kurikulum 2013 sangat identik dengan pendekatan ilmiah (scientific approach). Kemendikbud (2013: 4) menyatakan bahwa: Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Kemendikbud (2013: 212) juga mengungkapkan pendekatan saintifik merujuk pada teknik-teknik investigasi atas fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Lain hal Menurut Ahmad_Sudrajat (wordpress.com.2013), penerapan pendekatan ilmiah dalam pembelajaran menuntut adanya perubahan setting dan bentuk pembelajaran tersendiri yang berbeda dengan pembelajaran konvensional. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa pendekatan ilmiah (scientific approach) adalah suatu pendekatan yang sesuai dengan implementasi Kurikulum 2013 untuk memperoleh pengetahuan melalui metode ilmiah yang didasarkan pada struktur logis

20 dengan tahapan mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta. 3. Pembelajaran Tematik Terpadu Saat ini pembelajaran tematik sudah tidak asing lagi terutama untuk sekolah dasar. Sutirjo dan Sri Istuti Mamik (dalam Suryosubroto, 2009: 133) menyatakan bahwa pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengintegrasikan pengetahuan, keterampilan, nilai atau sikap pembelajaran, serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema. Hal ini sejalan dengan pendapat Suryosubroto (2009 : 133) yang mengemukakan bahwa pembelajaran tematik dapat diartikan suatu kegiatan pembelajaran dengan mengintegrasikan materi beberapa mata pelajaran dalam satu tema/topik pembahasan. Pembelajaran tematik terpadu adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema. Pembelajaran tersebut memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh. Dalam pelaksanaannya pelajaran yang diajarkan oleh guru di sekolah dasar diintegrasikan melalui tematema yang telah ditetapkan (Kemendikbud, 2013). Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tematik adalah suatu kegiatan pembelajaran yang mengintegrasikan materi yang di dalamnya terdapat aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dari beberapa mata pelajaran ke dalam satu tematema yang telah ditetapkan.

21 4. Penilaian Otentik Salah satu hal yang tidak boleh dilupakan dalam pembelajaran adalah penilaian. Dalam kurikulum 2013 penilaian yang dipakai adalah penilaian otentik. Nurgiyantoro (2011 : 23) menyatakan bahwa penilaian otentik merupakan penilaian terhadap tugas-tugas yang menyerupai kegiatan membaca dan menulis sebagaimana halnya di dunia nyata dan di sekolah. Selanjutnya menurut Stiggins (dalam Nurgiyantoro, 2011 : 23) penilaian otentik merupakan penilaian kinerja (performansi) yang meminta pembelajar untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi tertentu yang merupakan penerapan pengetahuan yang dikuasainya. Penilaian otentik merupakan penilaian yang dilakukan secara komprehensif untuk menilai aspek sikap, pengetahuan, keterampilan mulai dari masukan ( input), proses, sampai keluaran ( output) pembelajaran (Kemendikbud, 2013: 7). Dari beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa penilaian otentik adalah penilaian yang menekankan kemampuan siswa untuk mendemonstrasikan keterampilan dan kompetensi yang dimilikinya. Penilaian otentik dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) penentuan standar; (2) penentuan tugas otentik; (3) pembuatan kriteria; dan (4) pembuatan rubrik. D. Penelitian yang Relevan Telah banyak dilakukan penelitian untuk mencari penyebab ketidakstabilan dalam pembelajaran. Pada dasarnya suatu penelitian tidak

22 berjalan dari nol secara murni. Akan tetapi umumnya telah ada acuan yang mendasari atau penelitian yang sejenis. Oleh karena itu dirasa perlu dikemukakan penelitian yang terdahulu dan relevansinya. Hasil penelitian Mustaqimah (2012) dalam penelitiannya diperoleh pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR dengan setting model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih efektif daripada menggunakan pembelajaran konvensional terhadap pemahaman konsep matematika. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Eka Istri Safitri (2010) diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran menggunakan model pembelajaran AIR dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Berdasarkan uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa adalah dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Dan penelitian yang ada tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran sangat berpengaruh pada hasil belajar siswa. Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu untuk lebih mengembangkan penelitian-penelitian yang ada sehingga memberikan hasil yang lebih baik, maka peneliti akan menerapkan model pembelajaran AIR dalam pembelajaran di kelas VI khususnya untuk pembelajaran tematik. E. Kerangka Pikir Prestasi belajar siswa ditentukan oleh berbagai faktor, satu diantarannya yang dominan ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran oleh guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat mendukung dari keberhasilan proses kegiatan belajar. Dalam

23 penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran AIR, dapat meningkatkan hasil belajar. Setelah siswa melalui tahapan tahapan dari auditory yaitu mendengarkan dan melihat penjelasan guru, dalam diskusi kelompok, mengemukakan pendapat dan menanggapi argumen dengan intellectualy, maka sebagai penutup yaitu sebuah pengulangan atau repetition, dimana peserta didik diberikan sebuah tugas atau kuis yang dikerjakan secara individu guna meningkatkan hasil belajar. Kondisi awal Guru belum menggunakan variasi model pembelajaran sehingga pembelajaran terkesan monoton dan tidak menarik yang mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa. Tindakan yaitu berupa penerapan model pembelajaran AIR: 1. Tahap Auditory 2. Tahap Intellectually 3. Tahap Repetition yang dikaitkan dengan pendekatan scientific. Kondisi akhir Meningkatnya keberhasilan belajar siswa pada aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa. F. Hipotesis Tindakan Wiriaatmadja (2009 : 87) menyatakan bahwa hipotesis lazim digunakan dalam penelitian-penelitian yang bertradisi kuantitatif dengan pola

24 pikir deduktif-verifikatif. Berdasarkan uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis tindakannya adalah Apabila di kelas IVA SD Negeri 02 Tulung Balak Tahun Pelajaran 2013/2014 menggunakan model pembelajaran AIR sesuai dengan langkah-langkah secara tepat, maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa.