Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan

dokumen-dokumen yang mirip
DINAMIKA TUTUPAN LAHAN BERHUTANEKOREGION KALIMANTAN TAHUN

PERAN BENIH UNGGUL DALAM MITIGASI PERUBAHAN IKLIM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menyebabkan perubahan tata guna lahan dan penurunan kualitas lingkungan. Alih

KONDISI TUTUPAN HUTAN PADA KAWASAN HUTAN EKOREGION KALIMANTAN

POTENSI STOK KARBON DAN TINGKAT EMISI PADA KAWASAN DEMONSTRATION ACTIVITIES (DA) DI KALIMANTAN

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. dan hutan tropis yang menghilang dengan kecepatan yang dramatis. Pada tahun

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

BAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Dengan kata lain manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Hutan merupakan pusat keragaman berbagai jenis tumbuh-tumbuhan yang. jenis tumbuh-tumbuhan berkayu lainnya. Kawasan hutan berperan

D4 Penggunaan 2013 Wetlands Supplement to the 2006 IPCC Guidelines untuk Inventarisasi Gas Rumah Kaca di Indonesia.

I. PENDAHULUAN. hayati yang tinggi dan termasuk ke dalam delapan negara mega biodiversitas di

BAB I PENDAHULUAN. Hutan memiliki banyak fungsi ditinjau dari aspek sosial, ekonomi, ekologi

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

TINJAUAN PUSTAKA. oleh pemerintah untuk di pertahankan keberadaan nya sebagai hutan tetap.

BRIEF Volume 11 No. 01 Tahun 2017

DARI DEFORESTASI, DEKOMPOSISI DAN KEBAKARAN GAMBUT

I. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau

BAB I PENDAHULUAN. karena hutan memiliki banyak manfaat bagi kehidupan manusia, hewan dan

Panduan Pengguna Untuk Reboisasi Lahan Kritis. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Topik C4 Lahan gambut sebagai cadangan karbon

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Kalimantan Tengah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Pemanfaatan Hutan Mangrove Sebagai Penyimpan Karbon

Ari Wibowo 1 1. Pusat Litbang Perubahan Iklim dan Kebijakan Jalan Gunung Batu No. 5. Bogor, 16610,

National Forest Monitoring System untuk mendukung REDD+ Indonesia

Edisi 1 No. 1, Jan Mar 2014, p Resensi Buku

Isi Paparan. REL Tanah Papua Tahun dari Sektor Kehutanan 6/22/ Roadmap Implementasi REDD+ di Tanah Papua 4.

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

INVENTARISASI DAN PENENTUAN KEMAMPUAN SERAPAN EMISI CO2 OLEH RUANG TERBUKA HIJAU DI KABUPATEN SIDOARJO, JAWA TIMURM

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari

BAB I PENDAHULUAN. intensitas ultraviolet ke permukaan bumi yang dipengaruhi oleh menipisnya

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maupun Negara. Bisa melalui

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian Sosial Ekonomi dan Kebijakan Kehutanan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saling berkolerasi secara timbal balik. Di dalam suatu ekosistem pesisir terjadi

Pemanfaatan canal blocking untuk konservasi lahan gambut

PEMANASAN GLOBAL. Efek Rumah Kaca (Green House Effect)

L PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Indonesia

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Jawa Barat

PENDAHULUAN. mengkonversi hutan alam menjadi penggunaan lainnya, seperti hutan tanaman

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Bali

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Maluku

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di DKI Jakarta

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Aceh

I. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Papua

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Gorontalo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sekitar 60 Pg karbon mengalir antara ekosistem daratan dan atmosfir setiap

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Nusa Tenggara Timur

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Tenggara

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Utara

Kementerian Kehutanan Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan Pusat Penelitian dan Pengembangan Perubahan Iklim dan Kebijakan.

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

PAPER SIMULASI KECUKUPAN LUASAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BOGOR BERDASARKAN EMISI CO2 DARI KEGIATAN TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

INDIKASI LOKASI REHABILITASI HUTAN & LAHAN BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS PERUBAHAN CADANGAN KARBON DI KAWASAN GUNUNG PADANG KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

Estimasi hilangnya cadangan karbon di atas permukaan tanah akibat alihguna lahan di Indonesia (1990, 2000, 2005)

BAB 111 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

AGROFORESTRY : SISTEM PENGGUNAAN LAHAN YANG MAMPU MENINGKATKAN PENDAPATAN MASYARAKAT DAN MENJAGA KEBERLANJUTAN

Memahami Keragaman Sistem Penggunaan Lahan dan Pengaruhnya Terhadap Penghitungan Opportunity Cost

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. Penyerapan karbon oleh hutan dilakukan melalui proses fotosintesis. Pada proses

Lembar Fakta Kurva Biaya Pengurangan Emisi GRK (Gas Rumah Kaca) Indonesia

PEDOMAN DAN APLIKASI UNTUK PENGELOLAAN HUTAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Letak dan Luas. Komponen fisik

PT. SANJI WANATIRTA INDONESIA. Jalan Anggrek No. 09, Sambilegi Baru, Maguwoharjo, Depok, Sleman, Yogyakarta Telp: Fax:

BAB I PENDAHULUAN. Di permukaan bumi ini, kurang lebih terdapat 90% biomasa yang terdapat

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lahan Gambut

Ilmuwan mendesak penyelamatan lahan gambut dunia yang kaya karbon

KATA PENGANTAR. Assalamu alaikum wr.wb.

Governors Climate & Forests Task Force. Provinsi Kalimantan Tengah Central Kalimantan Province Indonesia

Emisi bersih GRK. Total luasan tahunan hutan dan lahan gambut yang mengalami perubahan di Sulawesi Barat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim merupakan fenomena global meningkatnya konsentrasi

ANALISIS POTENSI SERAPAN KARBON PADA AREA KONSERVASI MANGROVE PT. INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk KALIMANTAN SELATAN

TINJUAN PUSTAKA. Hutan mangrove dikenal juga dengan istilah tidal forest, coastal

TINJAUAN PUSTAKA. dalam siklus karbon global, akan tetapi hutan juga dapat menghasilkan emisi

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Inventarisasi Nasional Emisi dan Serapan Gas Rumah Kaca di Hutan dan Lahan Gambut Indonesia

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu lingkungan tentang perubahan iklim global akibat naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer menjadi

Title : Analisis Polaruang Kalimantan dengan Tutupan Hutan Kalimantan 2009

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. kesempatan untuk tumbuhan mangrove beradaptasi (Noor dkk, 2006). Hutan

Transkripsi:

Pengaruh Daya Dukung Hutan Terhadap Iklim & Kualitas Udara di Ekoregion Kalimantan Ruhyat Hardansyah, Maria C.L. Hutapea Subbidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Inventarisasi Daya Dukung dan daya Tampung Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Pendahuluan Hutan di Ekoregion Kalimantan memiliki luas yang cukup besar. 2014, luasnya mencapai ±28 juta ha atau sekitar 53,16% dari luas daratan Kalimantan (Hardansyah 2016). Luas yang begitu besar menyiratkan manfaat yang juga besar. Salah satunya, yang sering kita dengar, adalah hutan sebagai paru-paru dunia. Makna dari ungkapan tersebut, bahwa tumbuhan yang ada di hutan dapat menyerap karbon dioksida (CO 2) yang dihasilkan oleh manusia, hewan, proses-proses alami di bumi, dan segala aktivitas yang dilakukan manusia yang menghasilkan emisi CO 2. Kemampuan menyerap ini diimbangi dengan kemampuan mengeluarkan Oksigen (O 2) yang dibutuhkan mahluk hidup lain untuk bernafas. Melihat manfaat tersebut, kita dapat melihat bahwa hutan memegang peranan penting dalam sistem ekologi di muka bumi. Namun, manfaat tersebut setiap tahun mengalami penurunan sebagai akibat berkurangnya luas tutupan hutan di dunia ini, termasuk di Ekoregion Kalimantan. Penurunan luas tutupan hutan di Ekoregion Kalimantan cukup memprihatinkan. Hardansyah (2016), menghitung kehilangan hutan akibat deforestasi mencapai luas ±8,75 juta ha selama 25 tahun terakhir (tahun 1990-2014). Penurunan luas tersebut setara dengan setengah (57,38%) dari luas Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) atau hampir 2 kali lipat luas Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Ini belum ditambah dengan penurunan kualitas hutan (degradasi) yang otomatis akan mengurangi jumlah dan mutu dari manfaat yang dapat diberikan hutan. Penurunan ini jelas akan mengurangi kemampuan hutan menyerap gas CO 2 di udara (carbon sequestration) untuk disimpan karbonnya (carbon sink) dan memberikan gas O 2 sebagai hasil dari fotosintesis. Kun dan Dongsheng (2008) dalam Suwardi et al. (2013) menyebutkan bahwa hutan mampu menyerap karbon dioksida melalui aktivitas fotosintesis dan mampu menyimpan sekitar 76 78% karbon organik dari total karbon organik daratan dalam bentuk biomassa. Melalui infobrief ini penulis bermaksud untuk memberikan gambaran tentang kemampuan hutan dalam menyerap dan menyimpan karbon di Ekoregion Kalimantan, dengan menyajikan data dan informasi tentang stok karbon dan perubahannya dari lahan hutan.

Cadangan dan Perubahan Stok Karbon Permukaan Tutupan Hutan Pendugaan stok karbon hutan dapat dilakukan dengan menggunakan pedoman 2006 IPCC Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories Volume 4 tentang Agriculture, Forestry, and Other Land Use (AFOLU). Pedoman ini dapat mengakomodasi pendugaan pada skala umum dan luas maupun detil. Untuk pendugaan cadangan karbon untuk areal yang luas, pedoman IPCC menyediakan pendekatan bio-average approach atau yang umum dikenal sebagai Tier 1. Dalam pendekatan ini, dikenal suatu default value yang merupakan nilai rata-rata kandungan karbon yang sebelumnya telah dikaji dengan detail. Namun demikian, pendekatan ini memiliki kelemahan terutama terkait dengan uncertainty. Untuk meminimalisir kelemahan tersebut, nilai default value diganti dengan menggunakan hasil kajian-kajian yang telah dilakukan walaupun kemungkinan masih ada perbedaan dengan hasil pengukuran langsung. Pada level pendugaan umum, potensi karbon permukaan (above ground) biasa dihitung dengan menggunakan informasi berupa penutupan lahan dan perubahannnya. Oleh sebab itu, penulis melakukan pendugaan potensi stok karbon dari hutan di Ekoregion Kalimantan dengan menggunakan data penutupan lahan yang bersumber dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) dari tahun 1990 sampai tahun 2016. Dengan data penutupan tersebut penulis juga bisa melihat perubahan potensi stok karbon Kalimantan sebagaimana diilustrasikan dalam Gambar 1. 1990 2000. 2016 Gambar 1 Ilustrasi perubahan penutupan lahan Perhitungan karbon dengan menggunakan pedoman IPCC 2006 dilakukan pada enam kategori penutupan lahan, yaitu hutan (forest land), lahan pertanian termasuk peternakan (cropland), semak/padang rumput (grassland), lahan basah (wetland), pemukiman (settlement), dan lahan lainnya (other land). Namun demikian, penutupan lahan KLHK memiliki 23 kategori. Oleh karenanya, untuk menghitung (menduga) stok karbon, penulis melakukan penyesuaian (pemadanan) kategori sebagaimana Tabel 1. Untuk menduga stok karbon setiap penutupan lahan, penulis juga menggunakan konstanta berupa rerata cadangan karbon yang berasal dari berbagai penelitian dan sumber data (Tabel 1). Rerata cadangan karbon terbesar dari hasil penelitian untuk wilayah Kalimantan berada pada kategori hutan lahan kering primer sebesar ±222 ton/ha (terbesar dari seluruh tutupan hutan) dan yang terendah pada kategori tutupan hutan tanaman (±54,7 ton/ha). Tabel 1 Kelas Penutupan Lahan dan rerata cadangan karbon Jenis Penutupan Lahan Kategori IPCC Rerata Cadangan Karbon (ton/ha) Hutan lahan kering primer Forest Land 222 1) Hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan Forest Land 178 1) Hutan mangrove primer Forest Land 162 1) Hutan mangrove sekunder / bekas tebangan Forest Land 116 1) Hutan rawa primer Forest Land 157 1)

Jenis Penutupan Lahan Kategori IPCC Rerata Cadangan Karbon (ton/ha) Hutan rawa sekunder / bekas tebangan Forest Land 140 1) Hutan tanaman Forest Land 54,7 1) Permukiman / Lahan terbangun Settlement 4 2) Bandara / Pelabuhan Settlement 0 2) Transmigrasi Settlement 10 2) Perkebunan / Kebun Cropland 63 2) Pertanian lahan kering Cropland 10 2) Pertanian lahan kering campur semak / kebun campur Cropland 30 2) Sawah Cropland 2 2) Lahan terbuka Other Land 2,5 2) Pertambangan Other Land 0 2) Savanna / Padang rumput Grassland 4 2) Semak belukar Grassland 30 2) Semak belukar rawa Wetland 30 2) Rawa Wetland 0 2) Tambak Wetland 0 2) Tubuh air Wetland 0 2) Awan No Data 0 2) Keterangan: 1) Rusulono (ed.). (2014); 2) Agus et al. (eds.) (2014) Cadangan karbon total per tahun secara sederhana merupakan perkalian antara data aktivitas tahunan dengan cadangan karbon per penutupan lahan. Total cadangan karbon permukaan tutupan hutan di Ekoregion Kalimantan terus menurun setiap tahunnya (Tabel 2 dan Gambar 2). 1990, total cadangan karbonnya mencapai ±6,9 milyar ton dimana hutan lahan kering primer menyimpan karbon sampai ±3,4 milyar ton. Di tahun 2016 simpanan karbonnya tinggal ±5 milyar ton dengan proporsi cadangan terbesar pada hutan lahan kering sekunder. Kondisi penurunan stok karbon dihutan ini disebabkan oleh menurunkan kuantitas (deforestasi) dan kualitas (degradasi) lahan hutan yang ada. Tabel 2 Pendugaan stok karbon pada lahan hutan tahun 1990-2016 Luas Hutan (ha) Total Cadangan Karbon (ton) Luas Hutan (ha) Total Cadangan Karbon (ton) 1990 36.886.127,43 6.904.305.240,58 2011 30.022.622,92 5.581.612.641,38 1996 34.650.381,92 6.522.589.592,71 2012 29.734.864,63 5.497.373.653,11 2000 32.956.467,62 6.119.423.217,37 2013 28.274.331,79 5.226.452.404,49 2003 32.445.902,54 6.019.632.600,45 2014 28.140.198,65 5.202.799.254,93 2006 31.622.318,72 5.855.720.734,21 2015 27.151.400,64 5.011.814.050,93 2009 30.472.616,52 5.659.342.352,97 2016 27.204.002,17 5.000.266.391,55 Sumber: Olahan tahun 2017

( x milyar ton) 6,90 6,84 6,78 6,71 6,65 6,59 6,52 6,42 6,32 6,22 6,12 6,09 6,05 6,02 5,96 5,91 5,86 5,79 5,72 5,66 5,62 5,58 5,50 5,23 5,20 5,01 5,00 Hutan lahan kering primer Hutan mangrove primer Hutan rawa primer Hutan tanaman () Hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan Hutan mangrove sekunder / bekas tebangan Hutan rawa sekunder / bekas tebangan Total Gambar 2 Pendugaan stok karbon permukaan setiap tutupan hutan setiap tahun Dampak perubahan penutupan lahan yang terjadi setiap tahun menyebabkan adanya dinamika perubahan stok karbon bersih. Perubahan stok karbon bersih per tahun diperoleh dengan menggunakan metode perubahan cadangan karbon (stock difference) pada rentang waktu tertentu. Perubahan stok karbon bersih hutan diperoleh dari penurunan dan penambahan stok karbon dari perubahan penutupan lahan. Ringkasan fluktuasi perubahan bersih seperti pada Tabel 3 memberikan gambaran bahwa adanya penurunan dan peningkatan stok karbon penutupan lahan hutan. Penurunan stok disebabkan adanya perubahan kualitas lahan hutan (Forest Land - Forest Land) dan lahan hutan menjadi lahan lainnya (Forest Land Non Forest Land), sedangkan penambahan berasal dari perubahan lahan selain hutan menjadi lahan hutan (Non Forest Land - Forest Land). Tabel 3 memperlihatkan penurunan stok karbon lebih besar daripada peningkatan stok pada periode yang sama. Ini menggambarkan bahwa tingkat perubahan kuantitas dan kualitas hutan lebih rendah dari pada perubahan tutupan bukan hutan menjadi hutan sebagai indikator peningkatan stok karbon. Apabila dilihat dari rerata perubahan stok karbon bersih, setiap tahunnya tutupan hutan mengalami penurunan kemampuan untuk menyimpan karbon sebesar ±72,5 juta ton/thn. Tabel 3 Stok karbon bersih lahan hutan di Ekoregion Kalimantan Perubahan Stok Karbon (ton) Penurunan Stok Peningkatan Stok Perubahan FL-FL FL-Non FL Non FL - FL Bersih 1990-1996 27.127.483,05 297.659.536,51 (6.406.307,45) 318.380.712,11 1996-2000 109.677.394,15 254.017.973,73 (9.655.174,50) 354.040.193,37 2000-2003 16.520.980,60 80.806.198,35 (11.265.794,40) 86.061.384,55 2003-2006 26.947.949,33 117.993.694,77 (6.204.040,91) 138.737.603,19 2006-2009 3.189.888,26 158.802.275,91 (4.448.811,43) 157.543.352,74 2009-2011 2.468.664,08 67.058.876,23 (3.717.640,04) 65.809.900,27 2011-2012 40.733.107,51 44.268.356,50 (9.237.751,92) 75.763.712,09 2012-2013 15.657.183,21 222.327.706,17 (9.388.397,96) 228.596.491,43 2013-2014 2.743.115,38 18.736.801,27 (668.330,56) 20.811.586,08 2014-2015 30.801.193,85 195.519.361,88 (58.096.175,86) 168.224.379,87 2015-2016 4.910.994,87 94.115.329,27 (85.337.323,36) 13.689.000,78 Rerata Per 72.549.340,99 Keterangan: FL-FL = perubahan masih dalam tutupan hutan; FL-Non FL = perubahan dari hutan menjadi bukan hutan; Non FL FL = Perubahan dari non hutan menjadi hutan

Daya Dukung Hutan Tutupan lahan berhutan setidaknya memiliki 2 fungsi jasa ekosistem yang berkaitan dengan manfaat klimatologis. Hutan memberikan manfaat dalam pengaturan iklim dan pengaturan kualitas udara. Hutan berfungsi dalam pengaturan iklim secara lokal dan global melalui proses mediasi secara biologis, seperti pengaturan suhu, kelembaban dan hujan, serta pengendalian GRK. Fungsi pengaturan kualitas udara oleh hutan sebagai kapasitas/kemampuan hutan untuk menyerap aerosol dan bahan kimia dari atmosfer. Peta indikatif P3E Kalimantan (2016) untuk kedua jasa ekosistem pada Gambar 3, menunjukan bahwa areal berpenutupan hutan memiliki kelas yang didominasi kelas sangat tinggi dan tinggi. Kelas tinggi dan sangat tinggi untuk pengaturan iklim mencapai 91% dan pengaturan kualitas udara 99%. Nilai indikatif ini jelas memberikan gambaran fungsi hutan memegang peranan penting dalam memberikan kedua layanan tesebut. Gambar 3 Jasa ekosistem pengaturan iklim (kiri) dan Jasa Ekosistem Pengaturan kualitas udara (kanan) pada tutupan hutan Apabila menggunakan pendekatan sederhana dalam penyerapan emisi CO 2 dan suplai O 2, kemampuan tutupan hutan dalam memberikan layanannya semakin menurun. Dilihat dari stok karbon ditahun 2016, setidaknya dapat diasumsikan bahwa hutan mampu menyerap CO 2 sebesar ±18,3 milyar ton. Sebagai perbandingan, Zacky et al. (2014) memprediksi emisi setara CO 2 dari sektor transportasi di Kalimantan (tanpa Provinsi Kalsel) pada tahun 2016 mencapai ±15 juta ton. Total emisi ini cukup membutuhkan tutupan hutan seluas ±22,3 ribu ha pada tahun yang sama untuk menyerapnya. Contoh lain, emisi setara CO 2 sektor energi di Provinsi Kaltim (sebagai Provinsi penyumbang emisi terbesar di Kalimantan) pada tahun 2010 mencapai 5,6 juta ton, sepadan dengan kemampuan tutupan hutan menyerap CO 2 seluas ±8,2 ribu ha. Analogi kebutuhan luas tutupan tersebut setara dengan 4% total luas Taman Nasional Kutai (TNK) yang berada di Provinsi yang sama. Namun, kemampuan ini sebenarnya berkurang jauh dari tahun 1990 dimana hutan mampu menyerap CO 2 sebesar ±25,3 milyar ton. Gambaran tersebut menunjukan adanya penurunan rata-rata kemampuan hutan untuk menyerap emisi CO 2 setiap tahunnya. Apabila dilihat dari rerata perubahan stok karbon bersih, setiap tahunnya tutupan hutan mengalami penurunan kemampuan untuk menyimpan karbon sebesar ±72,5 juta ton/thn. Ini dapat diasumsikan bahwa tutupan hutan tidak dapat menyerap CO 2 sebesar ±266 juta ton/thn walaupun tutupan hutan yang ada saat ini masih sangat mencukupi untuk menyerap CO 2 dari sektor energi dan transportasi. Namun, besarnya penurunan luas hutan dalam menyerap CO 2 akan memiliki dampak pada pengaturan kualitas udara dan bahkan bisa jadi mempengaruhi pengaturan kondisi iklim di Ekoregion Kalimantan sebagai manfaat melekat pada tutupan hutan.

Juta jiwa y = 27,533x 0,1124 R² = 0,9773 27,65 30,29 30,52 32,08 32,89 32,98 34,35 34,94 35,48 36,11 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Gambar 4 Jumlah penduduk tahun 2007-2016 di Ekoregion Kalimantan Manfaat lain tutupan hutan, yaitu keberadaan vegetasi pohon dalam menyediakan O 2 bagi masyarakat di Ekoregion Kalimantan. Kompilasi data dari Badan Pusat Statistik (BPS), populasi penduduk di Ekoregion terus meningkat setiap tahunnya yang mana pada tahun 2016 populasinya mencapai ±36,1 juta jiwa (Gambar 4). Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnnya dari tahun 2007 sampai 2016 mencapai ±940 ribu jiwa/tahun dengan persentase pertumbuhan rata-rata mencapai 3% setiap tahun. Gambaran ini menunjukan kebutuhan akan udara bersih dan suplai O 2 untuk masyarakat di Ekoregion Kalimantan semakin meningkat setiap tahunnya. Tutupan hutan bisa menjadi salah satu media untuk menyediakan jasa untuk menyerap CO 2 dan menyuplai O 2. Apabila menggunakan asumsi Jalal (2007) dalam Kubaniana et al. (2011), dimana 1 hektar tutupan hutan dapat mensuplai 18 orang/tahun, maka untuk mensuplai kebutuhan O 2 dari populasi hutan di Ekoregion Kalimantan saat ini, dibutuhkan tutupan hutan seluas ±2 juta hektar atau sebesar 7% dari total luas tutupan yang ada di tahun 2016. Untuk peningkatan jumlah penduduk setiap tahun di Ekoregion Kalimantan, luas tutupan yang dibutuhkan seluas ±923 hektar/tahun untuk mensuplai O 2. Ilustrasi di atas menunjukan bahwa daya dukung tutupan hutan di Ekoregion Kalimantan sangat besar dan masih memadai untuk menyerap emisi CO 2 dari beberapa sektor dan mampu mensuplai O 2 untuk masyarakat. Namun perlu diingat, kebutuhan akan lahan akibat adanya peningkatan jumlah penduduk, otomatis akan mengurangi luas tutupan lahan hutan yang ada. Prinsip keseimbangan antara pembangunan dan pengendalian pemanfaatan sumber daya hutan harus dilakukan dalam mencapai masyarakat dan lingkungan hidup yang berkualitas di Ekoregion Kalimantan. Salam Lestari!!! Daftar Pustaka Agus F, Santosa I, Dewi S, Setyanto P, Thamrin S, Wulan YC, Suryaningrum F (eds). 2014. Pedoman Teknis Penghitungan Baseline Emisi dan Serapan Gas Rumah Kaca Sektor Berbasis Lahan: Buku I Landasan Ilmiah. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia. Hardansyah, R. 2016. 25 Dinamika Tutupan Hutan Ekoregion Kalimantan. Balikpapan: Pusat Pengendalian Pembangunan Ekoregion Kalimantan. Kubaniana E, Al-Kautsar I, K Yasmin R. 2011. Kebutuhan Luas Lahan Hutan Kota Bogor dengan Pendekatan Kebutuhan Oksigen. Bogor: Institut Pertanian Bogor. P3E Kalimantan. 2016. Updating Peta Daya Dukung Ekoregion Kalimantan. Balikpapan: P3E Kalimantan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Rusulono T (ed.). 2014. Cadangan Karbon pada berbagai Tipe Hutan dan Jenis Tanaman di Indonesia (Seri 2). Yogyakarta: PT. Kanisius Suwardi AB, Mukhtar E, Syamsuardi. 2013. Komposisi Jenis Dan Cadangan Karbon Di Hutan Tropis Dataran Rendah, Ulu Gadut, Sumatera Barat. Berita Biologi: 12 (2). Zacky A et al. 2014. Pedoman Teknis Perhitungan Baseline Emisi Gas Rumah Kaca Sektor Berbasis Energi. Jakarta: Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS).