BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

PERANCANGAN ELEMEN-ELEMEN RUMAH TINGGAL DENGAN MEMPERTIMBANGKAN DATA ANTHROPOMETRI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan seseorang mulai dari keluhan sangat

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sales promotion Girl (SPG) merupakan suatu profesi yang bergerak dalam

POSTURE & MOVEMENT PERTEMUAN 2 DECY SITUNGKIR, SKM, MKKK KESEHATAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pembangunan nasional. Tenaga kerja merupakan pelaksana

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah ergonomi berasal dari bahasa Latin yaitu ergon (kerja) dan nomos

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kecelakaan, penyakit dan keluhan-keluhan kesehatan yang disebabkan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan. Posisi duduk adalah posisi istirahat didukung oleh bokong atau paha di

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

Dian Kemala Putri Bahan Ajar : Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi Teknik Industri Universitas Gunadarma

DESAIN BENTUK FISIK KERETA DORONG SESUAI ANTROPOMETRI ANAK-ANAK UNTUK PENJUAL COBEK ANAK

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

BAB II GAMBARAN UMUM SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. akibat nyeri punggung. Nyeri punggung bagian bawah merupakan penyebab

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB I PENDAHULUAN. tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya. Dalam Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB 6 HASIL PENELITIAN

Penempatan Posisi Ketinggian Monitor Diturunkan Dapat Mengurangi Keluhan Subjektif Para Pemakai Kaca Bifokal, Bagian I

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB VI PEMBAHASAN. Subjek pada penelitian ini semua berjenis kelamin wanita dengan

PENERAPAN KONSEP ERGONOMI DALAM DESIGN KURSI DAN MEJA BELAJAR YANG BERGUNA BAGI MAHASISWA

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB I PENDAHULUAN. dengan pertumbuhan perekonomian. Setiap pembangunan mall dapat meningkatkan

Jurnal Ilmiah Widya Teknik Volume 16 Nomor ISSN

GANGGUAN FISIK MAHASISW A SELAMA BEKERJA DENGAN KOMPUTER (STUDI KASUS : MAHASISW A GUNADARMA)

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

ANALISIS DAN PERBAIKAN BENTUK FISIK KURSI KERJA OPERATOR MENJAHIT DENGAN MEMPERHATIKAN ASPEK ERGONOMI (STUDI KASUS PADA PD.

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan tenaga kerja dalam pembangunan nasional sangat penting karena

BAB V HASIL DAN ANALISA

ANTROPOMETRI. Analisis Perancangan Kerja dan Ergonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki besar derajat kebebasan. Posisi ini bekerja mempromosikan

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kata yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan manusia sebagai sumber tenaga kerja masih dominan dalam

Ketidaknyamanan sikap duduk berperan terhadap timbulnya keluhan rasa sakit yang dirasakan. Untuk itu diperlukan pengembangan produk yang dapat berfung

PERANCANGAN ALSIN YANG ERGONOMIS

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ergonomi Antropometri

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan program pengembangan dan pendayagunaan SDM tersebut, pemerintah juga memberikan jaminan kesejahteraan, kesehatan dan

BAB II LANDASAN TEORI

BAB V PEMBAHASAN. Sehingga jenis kelamin, merokok dan trauma tidak memiliki kontribusi terhadap

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: diusahakan atas dasar hitungan harian.

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

ASPEK ERGONOMI DALAM PERBAIKAN RANCANGAN FASILITAS PEMBUAT CETAKAN PASIR DI PT X.

BAB I PENDAHULUAN. Mereka dituntut membuat gambar perencanaan gedung sesuai dengan konsep dan

BAB I PENDAHULUAN. tulang belakang (Benjamin W. Niebel, 2003). Serge Simoneau, dkk (1996)

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk bekerja untuk memenuhi kebutuhan. hidupnya, dan hampir sebagian besar dari waktunya dihabiskan di tempat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi tradisional yang mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : diusahakan atas dasar hitungan harian

ANALISA POSTUR KERJA TERHADAP AKTIVITAS MANUAL MATERIAL HANDLING MENGGUNAKAN METODE OWAS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1-1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dunia industri di Indonesia masih didominan dengan penggunaan tenaga

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan pada sistem otot rangka/musculoskeletal disorders (MSDs)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Unit kerja menengah CV. Raya Sport merupakan usaha yang. memproduksi pakaian (konveksi). Pada kegiatan proses produksi ditemukan

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merugikan terhadap kesehatan pekerja ( Naiem, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Pekerja yang melakukan kegiatan berulang-ulang dalam satu siklus sangat

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

MODUL I DESAIN ERGONOMI

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Bahan baku batu bata adalah tanah liat atau tanah lempung yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SARANA KERJA YANG TIDAK ERGONOMIS MENINGKATKAN KELUHAN MUSKULOSKELETAL PADA PEKERJA GARMENT DI BALI

Grip Strength BAB I PENDAHULUAN

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

BAB I PENDAHULUAN. Postur kerja kurang ergonomis saat bekerja bersumber pada posisi kerja operator

RANCANG BANGUN MESIN PENGUPAS KULIT LADA TIPE TIRUS PUTARAN VERTIKAL BERDASARKAN METODE NORDIC BODY MAP (NBM) DAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI

MUSCULOSKELETAL DISORDERS. dr.fauziah Elytha,MSc

BAB I PENDAHULUAN. sakit akibat pekerjaanya itu, baik itu berupa cedera, luka-luka atau bahkan

ANALISIS PERBAIKAN BENTUK ROMPI PELINDUNG TUBUH PENGENDARA SEPEDA MOTOR

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Ergonomi Menurut Adnyana Manuaba (2000) Ergonomi didefinisikan sebagai suatu upaya dalam bentuk ilmu, teknologi dan seni untuk menyerasikan peralatan, mesin, pekerjaan, sistem, organisasi dan lingkungan dengan kemampuan, keahlian dan keterbatasan manusia sehingga tercapai satu kondisi dan lingkungan yang sehat, aman, nyaman, efisien dan produktif, melalui pemanfaatan fungsional tubuh secara optimal dan maksimal (Gempur Santoso, 2004). Eko Nurmianto (1998) mengungkapkan, Ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi,, manajemen dan desain/perancangan. Oleh Sritomo Wignjosoebroto (1995), istilah Ergonomi didefinisikan sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan (Gempur Santoso, 2004). Menurut Manuaba dalam Tarwaka (2010), secara umum kemampuan, kebolehan, dan batasan manusia ditentukan oleh berbagai faktor, yaitu: umur, jenis kelamin, ras, anthropometri, status kesehatan, gizi, kesegaran jasmani, pendidikan, ketrampilan, budaya, tingkah laku dan kebiasaan, kemampuan beradaptasi. 6

7 Salah satu definisi Ergonomi yang menitik beratkan pada penyesuaian desain terhadap manusia dikemukakan oleh Annis dan McConville (1996) dan Manuba (1999), mereka menyatakan bahwa Ergonomi adalah kemampuan untuk menerapkan informasi menurut karakter manusia, kapasitas, dan keterbatasannya terhadap desain pekerjaan, mesin, dan sistemnya, ruangan kerja dan lingkungan sehingga manusia dapat hidup dan bekerja secara sehat, aman, nyaman, dan efisien (Tarwaka, 2010). Berikut ini adalah prinsip ergonomi yang dikemukakan oleh Macleod (1999), yaitu: a. Bekerja pada postur normal. b. Mengurangi kerja yang berlebihan. c. Menempatkan peralatan agar selalu berada dalam jangkauan. d. Bekerja pada ketinggian yang sesuai dengan dimensi tubuh. e. Mengurangi gerakan yang berlebihan. f. Minimalisasi kelelahan dan beban statis. g. Minimalisasikan penekanan pada titik tertentu. h. Sediakan ruang yang cukup agar tetap dalam jangkauan. i. Melakukan gerakan, olah raga, dan peregangan saat bekerja. j. Menciptakan lingkungan kerja yang nyaman. k. Membuat dan yang mudah dimengerti oleh pekerja. l. Meningkatkan organisasi kerja.

8 2. Anthropometri a. Definisi Anthropometri Anthopometri berasal dari bahasa Yunani yaitu yang berarti manusia dan yang berarti pengukuran (Bridger, 1995). Anthropometri adalah suatu studi tentang pengukuran yang sistematis dari fisik tubuh manusia, terutama mengenai dimensi bentuk dan ukuran tubuh yang dapat digunakan dalam klasifikasi dan perbandingan antropologis (Tarwaka, 2010). Menurut Grandjean (1980), data anthropometri digunakan untuk menentukan dimensi dari tempat kerja, peralatan, dan pakaian, sehingga dapat memenuhi kebutuhan manusia dan untuk meyakinkan bahwa ketidaksesuaian antara dimensi peralatan atau produk dengan dimensi pengguna dapat dihindarkan. b. Tipe Data Anthropometri Dalam aplikasinya tipe anthropometri terbagi atas dua bagian, yaitu: 1) Dimensi Tubuh Struktural (Anthropometri Statis) Anthropometri dengan dimensi statis adalah pengukuran yang dilakukan pada saat tubuh dalam keadaan posisi statis atau diam. Secara umum, beberapa contoh pengukuran anthropometri statis, antara lain: tinggi dan berat badan, tinggi siku duduk yang diukur dari tempat duduk, ukuran panjang, tinggi, lebar, tebal anggota tubuh tertentu.

9 Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran tubuh manusia, sehingga sudah semestinya seorang perancang produk harus memperhatikan faktor-faktor sebagai berikut: a) Umur Secara umum dimensi tubuh manusia akan tumbuh dan bertambah besar seiring dengan bertambahnya umur, yaitu sejak awal kelahiran sampai dengan umur sekitar 20 tahun. b) Jenis Kelamin Dimensi ukuran tubuh pria umumnya akan lebih besar dibandingkan dengan wanita, terkecuali untuk beberapa bagian tubuh tertentu seperti pinggul, dan lain-lain. c) Suku atau Bangsa ( ) Setiap suku, bangsa, ataupun kelompok etnik akan memiliki karakteristik fisik yang akan berbeda satu dengan yang lainnya. d) Posisi Tubuh ( ) Sikap ataupun posisi tubuh akan berpengaruh terhadap ukuran tubuh. Oleh sebab itu, posisi tubuh standar harus diterapkan untuk pengukuran. Dalam kaitan dengan posisi tubuh dikenal 2 cara pengukuran, yaitu: (1) Pengukuran dimensi struktur tubuh ( ) Di sini tubuh diukur dalam berbagai posisi standar dan tidak bergerak (tetap tegak sempurna). Istilah lain dari

10 pengukuran tubuh dengan cara ini dikenal dengan. (2) Pengukuran Di sini pengukuran dilakukan terhadap posisi tubuh pada saat berfungsi melakukan gerakan-gerakan tertentu yang berkaitan dengan kegiatan yang harus diselesaikan. 2) Dimensi Tubuh Fungsional (Anthropometri Dinamis) Dimensi pengukuran anthropometri dinamis dilakukan pada saat tubuh sedang melakukan aktivitas fisik. Pengukuran tersebut antara lain meliputi: jangkauan, lebar jalan lalu lalang untuk orang yang sedang berjalan, tenaga injak pada kaki, kekuatan jari menggenggam, dan sebagainya. Dalam pengukuran dinamis ini, terdapat tiga kelas pengukuran: a) Pengukuran tingkat keterampilan sebagai pendekatan untuk mengerti keadaan mekanis dari suatu aktivitas. b) Pengukuran jangkauan ruang yang dibutuhkan saat kerja. c) Pengukuran variabilitas kerja. c. Prinsip-Prinsip Aplikasi Data Anthropometri Secara umum, terdapat tiga prinsip utama di dalam aplikasi data anthropometri yang digunakan dalam desain secara spesifik, yang digunakan untuk mengatasi perbedaan-perbedaan situasi yang dihadapi (Tarwaka, 2010). Ketiga hal tersebut adalah:

11 1) Desain untuk individu ekstrim. Di dalam mendesain hal-hal tertentu secara fisik memungkinkan satu desain untuk dapat mengakomodasi semua populasi. Di beberapa lingkungan, suatu spesifik dimensi desain adalah suatu pembatasan faktor yang mungkin hanya terbatas pada pengguna fasilitas beberapa orang saja. Pembatasan faktor tersebut dapat digunakan untuk baik suatu variabel populasi dengan ukuran maksimum atau minimum. 2) Desain untuk rata-rata populasi Dari populasi penduduk dunia, secara individu tidaklah banyak orang yang mempunyai ukuran tubuh sama dengan nilai rata-rata. Meski sampai sekarang masih banyak orang yang mendesain suatu benda, barang atau fasilitas kebutuhan hidup didasarkan pada data rata-rata populasi, tetapi kenyataannya hanya sedikit populasi pengguna yang betul-betul sesuai secara karakteristik tepat dan nyaman menggunakannya. 3) Desain untuk ukuran yang dapat distel Berbagai fasilitas atau peralatan tertentu tentunya dapat didesain yang memungkinkan dapat distel sesuai dengan kebutuhan orang yang akan menggunakannya. Di dalam desain peralatan kerja, hal ini sering diterapkan untuk menyediakan penyetelan dengan kisaran percentil-5 sampai persentil-95 dengan karakteristik pengguna yang untuk fleksibilitas yang mengakomodasi ukuran tubuh terkecil maupun yang terbesar.

12 d. Dimensi Anthropometri Statis Duduk Berdasarkan Pheasant (1986), dimensi anthropometri statis duduk adalah sebagai berikut: 1) Tinggi bahu duduk ( ) 2) Tinggi siku duduk ( ) 3) Panjang dari pantat sampai lutut bagian belakang ( ) 4) Tinggi lutut bagian belakang ( ) 5) Lebar bahu atas ( ) 6) Lebar pinggul ( ) 7) Panjang dari siku ke ujung jari ( ) e. Konsep Persentil Menurut Pheasant (1986), untuk penetapan data anthropometri ini pemakaian distribusi yang umum diterapkan adalah distribusi normal. Dalam statistik, distribusi normal dapat diformulasikan berdasarkan (harga rata-rata) dan simpangan baku (sx) dari data yang ada. Yang dimaksud dengan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa presentase tertentu dari sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Misalnya 95% populasi adalah sama atau lebih rendah dari 95 persentil, 5% dari populasi berada sama dengan atau lebih rendah dari 5 persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan dari table probabilitas distribusi normal.

13 Tabel 1. Jenis Persentil dan Cara Perhitungan Data Distribusi Normal Perhitungan 1-st 2.5-th 5-th 10-th 50-th 90-th 95-th 97.5-th - 2.325 sx - 1.96 sx - 1.645 sx - 1.28 sx + 1.28 sx + 1.645 sx + 1.96 sx 99-th + 2.325 sx Sumber : Pheasant, 1986 Dimana : = Rata-rata pengukuran s = Simpangan baku ( ) f. (Pembatas) (pembatas) adalah karakteristik manusia yang dapat diobservasi lebih disukai yang dapat dukur, yang memiliki konsekuensi diobservasi lebih disukai yang dapat diukur, yang memiliki konsekuensi terhadap desain suatu benda (Pheasent, 1986). Ada empat dalam anthropometri, diantaranya adalah sebagai berikut: 1) adalah ruang yang harus disediakan untuk melalui atau mengelilingi suatu ruangan. Ukuran anthropometri yang digunakan adalah 95 persentil populasi. Contohnya: ruang di atas kepala ( ), ruang untuk kaki ( ), ruang untuk siku ( ) dan sebagainya.

14 2) adalah ukuran jarak maksimum dari suatu objek yang dapat dicapai. Ukuran anthropometri yang digunakan adalah 5 persentil populasi. Contohnya: kemampuan operator untuk memegang dan mengoperasikan suatu control dengan baik. 3) adalah orientasi relatif salah satu bagian tubuh dalam suatu ruangan, dimana postur dapat dipengaruhi oleh ukuran ruang kerja, ukuran yang terlalu tinggi biasanya tidak disukai oleh orang yang memiliki postur pendek, dan begitu pula sebaliknya. 4) adalah batas kekuatan yang dapat diterima dalam mengoperasikan kontrol atau tugas-tugas manipulatif lainnya. Termasuk, maka kita cukup mempertimbangkan kekuatan orang yang paling lemah dalam mendesain, yaitu 5 persentil dari populasi. g. merupakan variasi dari suatu populasi yang lain. Pheasant (1986) menyatakan bahwa yang mempengaruhi karakteristik anthropometri adalah: 1) Perbedaan Jenis Kelamin Secara umum dapat dikatakan bahwa ukuran anthropometri pria lebih besar dibandingkan wanita, seperti tinggi badan dan berat badan.

15 Tinggi rata-rata wanita 7% lebih pendek dari pria. Kekuatan rata-rata otot wanita 65% dari kekuatan otot pria. Walaupun ukuran anthropometri pria lebih besar dibandingkan wanita, namun dalam hal-hal tertentu ukuran anthropometri wanita sering kali lebih besar dibandingkan ukuran anthropometri pria, misalnya lebar pinggul, indeks tinggi tubuh dan Disamping itu juga terdapat perbedaan komposisi badan antara pria dan wanita. Kandungan lemak pada wanita biasanya lebih tinggi dibanding pria. Perbedaan-perbedaan di atas disebabkan adanya perbedaan relatif dalam konsentrasi hormon. Pria lebih banyak hormon ( ) dibanding wanita, sedangkan wanita lebih banyak memiliki hormon dan. 2) Perbedaan Suku Bangsa Dalam aplikasi ergonomi, faktor ini menjadi penting untuk dipertimbangkan, misalnya untuk pembuatan ukuran sepatu, helm, dan lain-lain. Etnis tertentu yang termasuk dalam populasi minoritas sering menemukan kesulitan menggunakan berbagai macam peralatan, misalnya APD, yang menggunakan desain yang cocok untuk populasi mayoritas. Data yang menggambarkan secara detail tentang perbedaan ukuran anthropometri antar etnik sampai saat ini masih sulit diperoleh.

16 3) Pertumbuhan dan Perkembangan Beberapa ukuran anthropometri seperti tinggi badan, berat badan, bentuk badan, proporsi badan bergantung pada beberapa hal seperti gaya hidup dan penuaan. 4) adalah suatu kecenderungan dimana terjadi perubahan karakteristik anthropometri dalam suatu kurun waktu. Misalnya tinggi badan pemuda Jepang mengalami kenaikan selama kurun waktu 1957-1967. Kecenderungan ini lebih banyak disebabkan oleh karena adanya perubahan sosial ekonomi, kualitas gizi, peningkatan, dan perawatan kesehatan. Namun ada kalanya peningkatan terhenti sampai pada keadaan yang stabil. Rona (1981) menyimpulkan bahwa sejak tahun 1959 di Inggris tidak terdapat lagi adanya tanda-tanda (Pheasant, 1986). 5) Umur Dengan adanya peningkatan umur maka akan mempengaruhi tinggi badan, berat badan, kekuatan otot, jaringan ikat, kekuatan tulang, pergerakan, redistribusi lemak, dan lebar pinggul. Tinggi badan mengalami peningkatan selama usia pertumbuhan. Setelah usia pertumbuhan, tinggi badan mengalami penyusutan dan akan mengalami puncaknya setelah usia 40 tahun. Penyusutan ini terjadi terutama disebabkan karena terjadinya penyusutan pada dan tulang tungkai bawah. Perubahan umur juga akan

17 diikuti oleh terjadinya perubahan distribusi lemak tubuh. Sejalan dengan bertambahnya umur, penumpukan lemak pada daerah pinggul dan abdomen akan meningkat, sedangkan sepanjang daerah punggung akan mengalami penurunan. 6) Kelas Sosial dan Pekerjaan Pekerjaan seseorang pada dasarnya dapat dibedakan dalam beberapa kelas. Dimana masing-masing kelas menunjukkan status sosial tertentu. Klasifikasi pekerjaan salah satunya yang sering digunakan adalah: a) Profesional b) Menengah c) d) Semi e) (pekerja kasar) 3. Sikap Kerja Duduk a. Berdasarkan Ilmu Kesehatan Ilmu kesehatan dan ergonomi menganjurkan pekerjaan dilakukan sambil duduk, dan saat ini sekitar 75% pekerjaan di negara industri termasuk (Kroemer dan Grandjean, 1997). Kerja duduk memiliki banyak keuntungan, diantaranya adalah: 1) Ketegangan dan kelelahan pada kaki berkurang. 2) Postur tubuh lebih stabil. 3) Konsumsi energi berkurang.

18 4) Kebutuhan peredaran darah berkurang. Selain itu kerja duduk juga memiliki beberapa kerugian, yaitu: 1) Otot-otot perut jadi lembek. 2) Punggung melengkung. 3) Tidak baik bagi alat-alat organ tubuh bagian dalam, khususnya pencernaan dan pernafasan. Saat duduk penyangga utama tubuh adalah tulang punggung, pinggul, kaki, dan telapak kaki. Sikap duduk yang terbaik adalah sedikit pada pinggang dan sedikit mungkin pada punggung. Duduk dengan sudut 90º antara badan dan paha akan menyebabkan tulang berotasi ke belakang yang akan mengurangi. Tegangan otot dan meningkat untuk menyesuaikan dengan berubahnya titik gravitasi dan menyebabkan beban terhadap tulang punggung dari bertambah (Kroemer dan Grandjean, 1997). b. Keluhan Otot Skeletal Otot skeletal ini muncul dalam banyak bentuk dan ukuran yang berbeda yang membuat mereka mampu melakukan banyak pekerjaan. Otot-otot ini yang melakukan pekerjaan paling besar dan paling berat adalah otot-otot di punggung dekat pinggang kita yang memungkinkan kita berdiri tegak. Otot-otot ini juga memberikan tenaga pada saat kita mendorong atau menarik sesuatu. Otot-otot di dekat leher dan bagian atas punggung

19 kita tidak begitu besar namun mampu melakukan sesuatu yang sangat mengagumkan, yaitu menahan beban saat kepala kita berputar, bergerak ke kiri kanan dan ke atas serta ke bawah. Bahkan otot-otot inilah yang mampu menahan posisi kepala agar tetap berada di atas (Adjeng, 2008). Keluhan otot-otot skeletal adalah keluhan pada bagian-bagian otot skeletal yang dirasakan oleh seseorang mulai dari keluhan sangat ringan sampai sangat sakit. Apabila otot menerima beban statis secara berulang dan dalam waktu yang lama, akan dapat menyebabkan keluhan berupa kerusakan pada sendi, ligamen dan tendon. Keluhan hingga kerusakan inilah yang biasanya diistilahkan dengan keluhan (MSDs) atau cedera pada sistem muskuloskeletal (Grandjean, 1993; Lemasters, 1996 dalam Tarwaka, 2004). Studi tentang Keluhan (MSDs) pada berbagai jenis industri telah banyak dilakukan dan hasil studi menunjukkan bahwa bagian otot yang sering dikeluhkan adalah otot rangka (skeletal) yang meliputi otot leher, bahu, lengan, tangan, jari, punggung, pinggang dan otot-otot bagian bawah. Diantara keluhan otot skeletal tersebut, yang banyak dialami oleh pekerja adalah otot bagian pinggang/ (Tarwaka, 2004). Beberapa faktor internal penyebab keluhan otot-otot skeletal, yaitu: 1) Umur Chaffin (1979) dan Guo et al. (1995) menyatakan bahwa pada umumnya keluhan otot skeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu

20 25-65 tahun. Keluhan pertama biasanya dirasakan pada umur 35 tahun dan tingkat keluhan akan terus meningkat sejalan dengan bertambahnya umur. Hal ini terjadi karena pada umur setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot mulai menurun sehingga resiko terjadinya keluhan otot meningkat (Tarwaka, 2004). 2) Kesegaran Jasmani Pada umumnya, keluhan otot lebih jarang ditemukan pada seseorang yang dalam aktivitas kesehariannya mempunyai cukup waktu untuk istirahat. Sebaliknya, bagi yang dalam kesehariannya melakukan pekerjaan yang memerlukan pergerahan tenaga yang besar, disisi lain tidak mempunyai waktu yang cukup untuk istirahat, hampir dapat dipastikan akan terjadi keluhan otot. Tingkat keluhan otot juga sangat dipengaruhi oleh tingkat kesegaran tubuh. Laporan NIOSH yang dikutip dari hasil penelitian Cady et al. (1979) menyatakan bahwa untuk tingkat kesegaran tubuh yang rendah, maka resiko terjadinya keluhan adalah 7,1%; tingkat kesegaran tubuh sedang adalah 3,2% dan tingkat kesegaran tubuh tinggi adalah 0,8%. Hal ini juga diperkuat Betti e et al. (1989) yang menyatakan hasil penelitian terhadap para penerbang menunjukkan bahwa kelompok penerbang dengan tingkat kesegaran tubuh yang tinggi mempunyai resiko yang sangat kecil terhadap resiko cidera otot. Dari uraian di atas dapat digarisbawahi bahwa tingkat kesegaran tubuh yang rendah akan

21 mempertinggi resiko terjadinya keluhan otot. Keluhan otot akan meningkat sejalan bertambahnya aktivitas fisik (Tarwaka, 2004). 3) Jenis kelamin Beberapa hasil penelitian secara signifikan menunjukkan bahwa jenis kelamin sangat mempengaruhi tingkat resiko keluhan otot. Hal ini terjadi karena secara fisiologis, kemampuan otot wanita memang lebih rendah dari pada pria. Astrand dan Rodahl (1977) menjelaskan bahwa kekuatan otot wanita hanya sekitar dua pertiga dari kekuatan otot pria, sehingga daya tahan otot priapun lebih tinggi dibandingkan dengan wanita. Hasil penelitian Betti e at al. (1989) menunjukkan bahwa rerata kekuatan otot wanita kurang lebih hanya 60% dari kekuatan otot pria, khususnya untuk otot lengan, punggung dan kaki. Faktor eksternal penyebab keluhan otot-otot skeletal yaitu lama kerja, tekanan melalui fisik (beban kerja) pada suatu waktu tertentu mengakibatkan berkurangnya kinerja otot, gejala yang ditunjukkan juga berupa pada makin rendahnya gerakan. Keadaaan ini tidak hanya disebabkan oleh suatu sebab tunggal seperti terlalu kerasnya beban kerja, namun juga oleh tekanan tekanan yang terakumulasi setiap harinya pada suatu masa yang panjang. Keadaan seperti ini yang berlarut larut mengakibatkan memburuknya kesehatan, yang disebut juga kelelahan klinis atau kronis (Suma mur, 2009).

22 c. Pengaruh Stasiun Kerja terhadap Keluhan Otot Skeletal Bentuk aktivitas dengan posisi kerja yang berbeda, jumlah otot yang dilibatkan dan tenaga yang diperlukan juga berbeda. Bekerja posisi berdiri dan posisi duduk melibatkan jumlah kontraksi otot yang berbeda. Dalam bekerja, harus dicari posisi alamiah atau posisi fisiologis agar tidak banyak melibatkan intensitas kontraksi otot, tidak mudah lelah dan produktivitas kerja dapat meningkat. Pada suatu masyarakat sosial, seseorang dapat beradaptasi dalam berbagai perubahan situasi. Hasil penelitian Anne (1989) dalam Gempur Santosa (2004) menyebutkan bahwa ketegangan otot akan beradaptasi dari kondisi yang tidak tenang (tidak baik) setelah 12 hari. Suatu misal tenaga kerja di pabrik, mereka bekerja di ruangan terbuka dengan perlengkapan tidak standar, mereka bekerja tidak ada kekuatan menuntut (pasrah), tidak ada ventilasi, panas, tertekan, bising dan iklim lingkungan kerja di bawah standar. Mereka dapat berdapatasi pada kondisi buruk seperti itu, tetapi konsekuensinya menurut Gempur Santosa (2004) kondisi tubuh menjadi kurang optimal, tidak efesien, kualitas rendah, dan seseorang dapat mengalami gangguan kesehatan seperti pusing ( ), nyeri pinggang ( ), gangguan otot rangka ( ), dan penurunan daya dengar yang tidak bisa dihindari. Walau tenaga kerja tersebut belum sampai sakit parah (celaka) dan masih dapat masuk kerja, suatu pertimbangan yang tepat, cerdas dan dapat mencapai kesuksesan seharusnya mempertimbangkan kaidah ergonomis, agar terjadi keserasian

23 yang baik antara kemampuan dan batasan manusia dengan mesin dan lingkungannya (Gempur Santosa, 2004). Sikap kerja tidak alamiah yaitu sikap kerja yang menyebabkan posisi bagian-bagian tubuh bergerak menjauhi posisi alamiah, misalnya pergerakan tangan terangkat, punggung terlalu membungkuk, kepala terangkat, dan sebagainya. Semakin jauh posisi bagian tubuh dari pusat gravitasi tubuh, maka semakin tinggi pula resiko terjadinya keluhan otot skeletal. Sikap kerja tidak alamiah ini pada umumnya karena karakteristik tuntutan tugas, alat kerja dan stasiun kerja tidak sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan pekerja (Gempur Santosa, 2004). Adanya keluhan otot skeletal yang terkait dengan ukuran tubuh manusia lebih disebabkan oleh tidak adanya kondisi keseimbangan struktur rangka di dalam menerima beban, baik beban berat tubuh maupun beban tambahan lainnya. Misalnya tubuh yang tinggi rentan terhadap beban tekan dan tekukan, oleh sebab itu mempunyai resiko yang lebih tinggi terhadap terjadinya keluhan otot skeletal. 4. Desain Kursi Kerja Kursi yang baik adalah kursi yang mengikuti lekuk punggung dan tinggi sandarannya ( ) dapat diatur. Desain kursi yang baik atau buruk akan berpengaruh terhadap postur, sirkulasi, dan aktivitas kerja otot yang dibutuhkan dari struktur tulang belakang. Tinggi tempat duduk harus dapat disesuaikan dan memudahkan pekerja meletakkan telapak kakinya

24 rata di atas lantai. Sudut antara sandaran tempat duduk dan dudukan kaki juga harus dapat disesuaikan dengan kebutuhan (Nurmianto, 1996). Kursi kerja harus mempunyai sandaran atau penyangga lengan ( ) untuk menyangga lengan bawah dalam posisi normal pada waktu penggunaan pinggang (. Dan juga harus dilengkapi dengan sandaran ) yaitu bantalan penunjang pinggang harus diikatkan ke sandaran kursi, jika perlu yang bisa bergerak ke atas atau ke bawah. Selain itu, kursi kerja yang baik juga dilengkapi dengan lima kaki dan diberi roda, sehingga tidak mudah jatuh dan mudah digerakkan ke segala arah. Hal ini penting agar pekerja dapat leluasa meregangkan tubuh dalam rangka mengurangi kelelahan. Dimensi kursi kerja menurut Nurmianto (1996), ukuran-ukuran kursi seharusnya didasarkan pada data anthropometri yang sesuai, dan ukuranukurannya yang ditetapkan. Penyesuaian tinggi dan posisi sandaran punggung sangat diharapkan, tetapi belum banyak praktis dalam banyak keadaan (transportasi umum, gedung-gedung pertunjukan, restoran, dan lain-lain). Dalam hal pemilihan ukuran yang telah ditetapkan dan jangkauan penyesuaian untuk tinggi tempat duduk, kita harus membedakan antara dua kategori kursi untuk bekerja: a. Kursi rendah, yang digunakan pada bangku dan meja ( ). b. Kursi yang lebih tinggi, yang digunakan pada bangku dan mesin ( ) dimana pekerjaannya memungkinkan untuk berdiri.

25 Berikut ini adalah kriteria kursi yang ideal (Nurmianto, 2004), yaitu: a. Stabilitas produk Diharapkan suatu kursi mempunyai empat atau lima kaki untuk menghindari ketidakstabilan produk. Kursi lingkar yang berkaki lima hendaklah dirancang dengan posisi kaki kursi berada pada bagian luar proyeksi tubuh. Adapun kursi dengan kaki gelinding ( ) sebaiknya dirancang untuk permukaan yang berkarpet, karena terlalu bebas (mudah) menggelinding pada lantai-. b. Kekuatan produk Kursi kerja haruslah dirancang sedemikian rupa sehingga kompak dan kuat dengan konsentrasi perhatian pada bagian-bagian yang mudah retak dilengkapi dengan sistem mur-baut ataupun -pasak pada bagian sandaran tangan ( ) dan sandaran punggung ( ). Kursi kerja tidak boleh dirancang pada populasi dengan persentil kecil dan seharusnya cukup kuat untuk menahan beban pria yang memiliki presentil-99. c. Mudah dinaik-turunkan ( ) Ketinggian kursi kerja hendaklah mudah diatur pada saat kita duduk, tanpa harus turun dari kursi. d. Sandaran punggung Sandaran punggung adalah penting untuk menahan beban punggung ke arah belakang ( ). Hal itu haruslah dirancang agar dapat digerakkan naik-turun maupun maju-mundur. Selain itu harus

26 pula dapat diatur fleksibelitasnya sehingga sesuai dengan bentuk punggung. e. Fungsional Bentuk tempat duduk tidak boleh menghambat berbagai macam alternatif perubahan postur (posisi). f. Bahan material Tempat duduk dan sandaran punggung harus dilapisi dengan material yang cukup lunak. g. Kedalaman kursi Kedalaman kursi (depan belakang) haruslah sesuai dengan dimensi material yang cukup lunak, anthropometri persentil-5 haruslah dapat menggunakan dan merasakan manfaat adanya sandaran punggung ( ). h. Lebar kursi Lebar kursi minimal sama dengan lebar piggul wanita persentil-5 dari populasi. i. Lebar sandaran punggung Lebar sandaran punggung seharusnya sama dengan lebar punggung wanita persentil-5 dari populasi. Jika terlalu lebar akan mempegaruhi kebebasan gerak siku. j. Bangku tinggi Kursi untuk bangku tinggi harus diberi sandaran kaki yang dapat digerakkan naik-turun.

27 Adapun ketentuan dimensi kursi kerja yang ergonomis, yaitu : Tabel 2. Ketentuan Dimensi Kursi Kerja Ergonomis No. Dimensi Kursi Ukuran Standar 1 Tinggi tempat duduk dari lantai 40 52,5 cm 2 Kedalaman tempat duduk 37,5 42,5 cm 3 Lebar tempat duduk 45 50 cm 4 Sudut tempat duduk 0º - 10º 5 Sudut sandaran tempat duduk 90º - 105º 6 Tinggi sandaran punggung > 35 cm 7 Lebar sandaran punggung 45 55 cm 8 Panjang sandaran tangan 15 cm 9 Tinggi sandaran tangan 15 17,5 cm 10 Lebar sandaran tangan 5 cm 11 Panjang penunjang lumbar 25 cm Sumber : Humantech, 1995 Tahapan perancangan Roebuck, 1995): a. Menentukan kebutuhan perancangan dan kebutuhannya ( ). b. Mendefinisikan dan mendeskripsikan populasi pemakai. c. Pemilihan sampel yang akan diambil datanya. d. Penentuan kebutuhan data (dimensi tubuh yang akan diambil). e. Penentuan sumber data (dimensi tubuh yang akan diambil) dan pemilihan persentil yang akan dipakai. f. Penyiapan alat ukur yang akan dipakai. g. Pengambilan data. h. Pengolahan data: 1) Uji kecukupan data k = tingkat kepercayaan

28 bila tingkat kepercayaan 99%, sehingga k = 2,58 bila tingkat kepercayaan 95%, sehingga k = 1,96 bila tingkat kepercayaan 68%, sehingga k 1 s = derajat ketelitian apabila N < N, maka data dinyatakan cukup. 2) Uji kenormalan data Pengolahan data normalitas dan dengan SPSS: a) Input data nilai dimensi pada data. b) Masuk ke tampilan, kemudian kolom di ganti dengan nama dimensi. c) Pengolahan data : (1) Klik, pilih, kemudian. (2) Masukkan semua variabel sebagai. (3) pada. (4) Pilih :,, kemudian. (5) Pilih : pada, dan pada. (6), kemudian. (7) Pilih :, kemudian. (8) Klik. Hasil pengolahan data ditampilkan pada.

29 3) Uji keseragaman data Batas Kontrol Atas/Batas Kontrol Bawah (BKA/BKB) = + σ 4) Perhitungan persentil data Untuk persentil dan cara perhitungan dapat dilihat pada Tabel 1. i. Visualisasi rancangan dengan memperhatikan : 1) Posisi tubuh secara normal 2) Kelonggaran (pakaian dan ruang) 3) Variasi gerak Di bawah ini merupakan dimensi anthropometri yang umumnya digunakan dalam merancang kursi ergonomi, yaitu: Gambar 1. Anthropometri yang Dibutuhkan untuk Desain Kursi Keterangan : A. Pangkaiwah (panjang tungkai atas) B. Pangkaitas (panjang tungkai bawah) C. Bargul (lebar pinggul)

30 D. Gibaduk (tinggi bahu duduk) E. Gikuduk (tinggi siku duduk) F. Gitutduk (tinggi lutut duduk) G. PBL (panjang -lutut) H. Barhu (lebar bahu) Dalam merancang kursi ergonomi juga perlu memahami definisi dari dimensi yang diukur, penggunaan dari dimensi yang diukur, pertimbangan yang berkaitan dengan kursi, serta pemilihan persentil untuk merancang kursi yang ergonomis. Untuk tabel uraian tersebut terdapat pada lampiran 8.

31 B. Kerangka Pemikiran PERUSAHAAN UJI STATISTIK 1. Kecukupan Data 2. Keseragaman Data 3. Normalitas Data 4. Persentil ANTHROPOMETRI OPERATOR STASIUN KERJA (Kursi Operator) FUNGSI 1. Kontrol Operasi 2. DAMPAK 1. & 2. & KESESUAIAN 1. Kondisi Kursi 2. Keluhan Sikap Kerja Duduk 3. Anthropometri Dimensi Anthopometri Duduk 3. PENILAIAN ERGONOMI USULAN RANCANGAN Kursi Operator Referensi Standar Ergonomi STANDAR KURSI ERGONOMI Gambar Rancangan Kursi Operator Gambar 2. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian