PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Ibnu Sutomo 1, Ir. Rahayu Astuti, M.Kes 2, H. Edy Soesanto, S.Kp, M.Kes 3

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH ORIENTASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK PRA SEKOLAH DI BANGSAL ANAK RUMAH SAKIT BHAKTI WIRA TAMTAMA SEMARANG. Eni Mulyatiningsih ABSTRAK

TEKNIK ORANG KETIGA DENGAN EKSPLORASI PERASAAN ANAK USIA SEKOLAH SELAMA DIRAWAT DI RSUD Dr.PIRNGADI MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Bermain adalah pekerjaan anak-anak semua usia dan. merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan, tanpa

BAB I PENDAHULUAN. perawatan sampai pemulangannya kembali ke rumah (Supartini, 2004). Hospitalisasi

Inggrith Kaluas Amatus Yudi Ismanto Rina Margaretha Kundre

DAMPAK TERAPI BERMAIN TERHADAP TINGKAT KOOPERATIF PADA ANAK USIA PRASEKOLAH SELAMA MENJALANI PERAWATAN DI RS. ISLAM KLATEN. Widiawati, Suyami.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Wong (2009) Masa kanak-kanak awal yaitu pada usia 3 6 tahun

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP SKALA NYERI ANAK USIA PRASEKOLAH (3-6 TAHUN) SELAMA TINDAKAN PENGAMBILAN DARAH VENA DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

EFEKTIVITAS BERMAIN TERHADAP STRES HOSPITALISASI PADA ANAK PRA SEKOLAH YANG SEDANG DIRAWAT DI RRI ANAK RSUD Dr. IBNU SUTOWO BATURAJA TAHUN 2012

Vol 1, No 2, Oktober 2017 ISSN

PENGARUH PROGRAM BERMAIN TERHADAP RESPON PENERIMAAN PEMBERIAN OBAT PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH

Siti Nursondang 1, Setiawati 2, Rahma Elliya 2 ABSTRAK

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan krisis yang sering dimiliki anak. Anak-anak, terutama saat

PENGARUH TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIAPRASEKOLAH SELAMA HOSPITALISASI DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

GAMBARAN TINGKAT KECEMASAN PADA KLIEN PRA BEDAH MAYOR DI RUANG RAWAT INAP MEDIKAL BEDAH GEDUNG D LANTAI 3 RUMAH SAKIT UMUM CIBABAT CIMAHI

PENGARUH TERAPI BERMAIN TERHADAP RESPON KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH DALAM MENJALANI HOSPITALISASI DI RUANG SERUNI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JOMBANG

BAB 1 PENDAHULUAN. kesempatan cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah

BAB I PENDAHULUAN. kembang anak dipengaruhi oleh faktor bawaan (i nternal) dan faktor lingkungan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa anak prasekolah (3-5 tahun) adalah masa yang menyenangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Family Centered Care

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELAKSANAAN TERAPI BERMAIN

AKTIVITAS BERMAIN MEWARNAI DAPAT MENINGKATKAN MEKANISME KOPING ADAPTIF SAAT MENGHADAPI STRES HOSPITALISASI PADA ANAK

PENGARUH STIMULASI MOTORIK HALUS TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4 5 TAHUN DI TAMAN KANAK KANAK PERTIWI TIRIPAN BERBEK NGANJUK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses yang dapat diprediksi. Proses pertumbuhan dan. tumbuh dan kembang sejak awal yaitu pada masa kanak-kanak (Potter &

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungannya dengan upaya stimulasi yang dapat dilakukan, sekalipun anak

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia, seperti yang disampaikan oleh UNICEF sebagai salah. anak, perlindungan dan pengembangan anak (James, 2000).

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan seseorang yang memiliki rentang usia sejak anak dilahirkan

HUBUNGAN FREKUENSI HOSPITALISASI ANAK DENGAN KEMAMPUAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRE SCHOOL PENDERITA LEUKEMIA DI RSUD Dr.

KENDALI STRES MENGHADAPI HOSPITALISASI PADA ANAK USIA PRA- SEKOLAH MELALUI TERAPI MEWARNAI

PENGARUH PENERAPAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT TERHADAP PERILAKU KOOPERATIF ANAK USIA TODDLER DI RSUD TUGUREJO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. rumah sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang

TERAPI BERMAIN : GAMES PENGARUHI TINGKAT ADAPTASI PSIKOLOGIS ANAK USIA SEKOLAH

Lampiran 4. Lembar Permohonan Menjadi Responden

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses yang dapat diprediksi. Proses

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan keterbaruan penelitian.

Lilis Maghfuroh Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

KECEMASAN ANAK USIA TODDLER YANG RAWAT INAP DILIHAT DARI GEJALA UMUM KECEMASAN MASA KECIL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan anak sakit dan hospitalisasi dapat menimbulkan krisis

HUBUNGAN PENERAPAN ATRAUMATIC CARE DENGAN STRES HOSPITALISASI PADA ANAK DI RUANG ANAK RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA KABUPATEN ACEH UTARA TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, 2002).

Perbedaan Pengaruh Terapi Bermain Mewarnai Gambar dengan Bermain Puzzle Terhadap Kecemasan Anak Usia Prasekolah di IRNA Anak RSUP Dr.M.

PENGARUH AROMATERAPI TERHADAP NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RSUD KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

Mutia Yusuf, Pengaruh Terapi Bermain Terhadap Kondisi Psikologis 149

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 3-4 TAHUN DI POSYANDU BUDI LESTARI DESA TLOGOREJO GUNTUR DEMAK.

ABSTRAK HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN TINDAKAN INVASIF PEMASANGAN INFUS PADA ANAK USIA BALITA (1-5 TAHUN) DI RUMAH SAKIT IBNU SINA MAKASSAR

ARTIKEL EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKNIK RELAKSASI NAFAS DALAM TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PASIEN PRE OPERASI DI RUANG CEMPAKA RSUD UNGARAN

PENGARUH KOMUNIKASI TERAPEUTIK TERHADAP KEPATUHAN DALAM TINDAKAN KEPERAWATAN PADA ANAK USIA 4-12 TAHUN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh : Diah Luki Yunita Sari J

BAB III METODE PENELITIAN. Faktor yang dipelajari adalah kecemasan pada anak, hospitalisasi pada anak,

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: MARTHA AYU RACHMADANI

PERBEDAAN TERAPI IMAJINASI TERPIMPIN DENGAN MENDENGARKAN MUSIK KERONCONG TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA PASIEN POST

ABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene

PENGARUH TERAPI BERCERITA TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSUD KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. diatasi. Bagi anak usia prasekolah (3-5 tahun) menjalani hospitalisasi dan

TERAPI BERMAIN PUZZLE TERHADAP RESPON PENERIMAAN OBAT PADA ANAK USIA PRASEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah individu unik yang mempunyai kebutuhan sesuai dengan

dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

BAB I PENDAHULUAN. yang mengharuskan mereka dirawat di rumah sakit (Pieter, 2011). Berdasarkan survei dari Word Health Organization (WHO) pada tahun

PENGARUH PEMBERIAN TERAPI AKTIVITAS BERMAIN TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA TODDLER

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit merupakan keadaan dimana terjadi suatu proses penyakit dan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan motorik, verbal, dan ketrampilan sosial secara. terhadap kebersihan dan kesehatan.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN PRE OPERASI TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN PRE OPERASI HERNIA DI RSUD KUDUS ABSTRAK

PENGARUH TERAPI MUSIK TERHADAP PENURUNAN TINGKAT KECEMASAN PADA ANAK YANG DIRAWAT DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan sampai dengan usia 18 tahun (IDAI, 2014). Anak merupakan individu

STUDI DESKRIPTIF PEMBERIAN OKSIGEN DENGAN HEAD BOX TERHADAP PENINGKATAN SATURASI OKSIGEN PADA NEONATUS DI RUANG PERINATALOGI RSI KENDAL ABSTRAK

GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh karena anak tidak memahami mengapa harus dirawat,

BAB I PENDAHULUAN. hidup mereka. Anak juga seringkali menjalani prosedur yang membuat. Anak-anak cenderung merespon hospitalisasi dengan munculnya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Landasan teoritis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu:

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan stres karena terdapat ancaman

BAB 1 PENDAHULUAN. Keluarga merupakan orang terdekat dari seseorang yang mengalami

PERILAKU CARING PERAWAT DENGAN KECEMASAN PADA PASIEN ANAK PRASEKOLAH DI RUMAH SAKIT ANAK DAN BERSALIN (RSAB) MUHAMMADIYAH KOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. adanya bahaya (Mulyono, 2008). Beberapa kasus kecemasan (5-42%),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan

JURNAL ARIF FIRMANTO J. ATISINA NIM :

PENGARUH AKTIVITAS BERMAIN BOLA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA TODDLER DI PAUD TUNAS CENDIKIA KEJAPANAN GEMPOL PASURUAN.

PENGARUH CERITA MELALUI AUDIOVISUAL TERHADAP TINGKAT KECEMASAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RSU PKU MUHAMMADIYAH BANTUL

PENGARUH TERAPI OKUPASIONAL TERHADAP PENURUNAN TINGKAT DEPRESI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI LUHUR KOTA JAMBI TAHUN 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh banyak faktor, baik faktor dari petugas (perawat, dokter dan tenaga

Oleh; Wahyu Riniasih 1). Fatchulloh 2) 1) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners 2) Staf Pengajar STIKES An Nur Purwodadi Prodi Ners

BAB III METODE PENELITIAN. kemudian menelaah dua variabel pada suatu situasi atau. sekelompok subjek. Hal ini dilakukan untuk melihat hubungan

FLORENTIANUS TAT 1, SELFIANA A. SING 2. Abstract

BAB I PENDAHULUAN. memberikan ekspresi terhadap pemikiran menjadi kreatif. Permainan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat kompleks. Hirarki kebutuhan dasar manusia menurut Maslow adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menjalani perawatan di rumah sakit (hospitalisasi) merupakan pengalaman

Setiap bayi memiliki pola temperamen yang berbeda beda. Dimana

TINGKAT KECEMASAN KELUARGA DALAM MENGHADAPI ANGGOTA KELUARGA YANG MENGALAMI SERANGAN STROKE DI RUANG STROKE RUMAH SAKIT FAISAL MAKASSAR

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

BAB I PENDAHULUAN. penjahitan luka (Sustyowati, dkk, 2010). Potter & Perry (2005) menyebutkan bahwa menghadapi pembedahan pasien akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kecemasan merupakan perasaan yang timbul akibat ketakutan, raguragu,

BAB l PENDAHULUAN. peningkatan jumlah anak di Indonesia. Hal ini memberi konsekuensi

Performance Hospital Service Against The Level Of Anxiety In Child. Performance Pelayanan Rumah Sakit Terhadap Tingkat Kecemasan Anak

Transkripsi:

PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 2 Wiji Lestari ABSTRAK Hospitalisasi yang dialami anak anak menyebabkan kecemasan, salah satu nya adalah karena prosedur tindakan yang menyakitkan. Untuk mengurangi kecemasan diperlukan media yang efektif yang mengekspresikan perasaan mereka melalui permainan. Origami merupakan permainan yang diterapkan pada anak usia prasekolah karena merupakan permainan yang kreatif, imajinatif dan dapat digunakan untuk mengekspresikan perasaan sehingga dapat mengurangi kecemasan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisas, jenis penelitian eksperimen semu (quasi experiment) dengan menggunakan design non-equivalentpre test-post test. Proses penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 Juli - 1 Agustus 213 di ruang mawar RSUD Kraton Pekalongan dengan menggunakan metode sampling jenuh. Jumlah sampel 3. Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi (p<,5). Berdasarkan hasil penelitian tersebut perlu penerapan teori bermain origami sebagai salah satu intervensi untuk mengurangikecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. Kata kunci: bermain origami, kecemasan 2 Vol. 8 No. 1 Maret 215 : 1-23

PENDAHULUAN agi anak yang dirawat di rumah sakit hospitalisasi merupakan masalah yang dapat menimbulkan kecemasan utamanya karena lingkungan yang asing bagi anak,peralatan yang menakutkan maupun prosedur tindakan yang menyakitkan. Untuk mengurangi kecemasan diperlukan terapi yang dapat mengalihkan perhatian mereka terhadap kecemasan. Dengan melakukan permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stres yang dialaminya.mainan pengalih memungkinkan anak berfokus pada perhatian mereka akan pengalaman yang menyenangkan dan untuk memainkan situasi yang terjadi pada saat anak menggabungkan antara kenyataan dan imajinasi. Anak usia prasekolah sudah lebih aktif, kreatif dan imajinatif dalam melakukan permainan, selain itu kemampuan motoriknya sudah lebih matang dibandingkan anak usia toddler. Karena itulah anak usia pra sekolah bisa diberikan permainan yang lebih bervariasi.. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa permainan dapat digunakan sebagai tindakan teraupetik seperti bermain puzle, mewarnai, menggambar dan origami. Origami merupakan salah satu permainan yang dapat merangsang aktifitas dan khayalan anak. Dengan melakukan permainan anak akan mengalihkan rasa cemasnya melalui permainan. Kecemasan pada anak di ruang mawar RSUD Kraton seperti banyaknya anak yang menangis dan menolak ketika akan dilakukan tindakan keperawatan,belum adanya mainan maupun ruang untuk bermain serta belum pernah di lakukan penelitian mengenai pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak itulah yang mendasari penulis ingin mengurangi kecemasan akibat hospitalisasi dengan menggabungkan teknik bermain dan kegiatan pengalih kedalam kegitan sehari-hari.adapun tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak usia pra sekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang mawar RSUD Kraton pekalongan. Berkaitan dangan upaya mengatasi masalah yang timbul pada anak selama dalam perawatan di rumah sakit, fokus intervensi keperawatan adalah PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 3 Wiji Lestari*, Edy Soesanto**, Dera Alfiyanti***

meminimalkan stressor, memaksimalkan manfaat hospitalisasi, memberikan dukungan psikologis dan mempersiapkan anak selama di rawat di rumah sakit. METODE Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu (quasi experiment) di mana menggunakan desain non equivalent pre test post test. Sampel yang digunakan adalah anak usia pra sekolah yang berumur 5 6 tahun. Adapun jumlah sampel sebanyak 3 anak. Penelitian dilakukan di ruang mawar RSUD Kraton Pekalongan.alat pengumpul data dengan menggunakan lembar observasi kecemasan anak selama tindakan keperawatan dari alfianti yang terdiri dari 8 karakteristik kecemasan.lembar observasi ini telah di lakukan uji coba sebelumnya. Proses penelitian dilaksanakan pada tanggal 1 juli 1 agustus 213 di ruang mawar RSUD Kraton. Data di analisis secara univariat dan bivariat dengan menggunakan korelasi dan uji Wilcoxon. HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan terhadap anak usia prasekolah yang berumur 5 sampai 6 tahun. Dari hasil penelitian diperoleh usia terendah 5 tahun dan tertinggi 6,4 tahun (tabel 1). Tabel 1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di Ruang Mawar RSUD Kraton Pekalongan Juli Agustus 213 (n = 3) Variabel Rata-rata Simpangan Baku Minimum Maksimum Umur responden 5,77,4572 5, 6,4 Berdasarkan jenis kelamin ada 13 anak yang berjenis kelamin laki laki dan 17 anak berjenis kelamin perempuan. Berdasarkan bermain origami diperoleh hasil 29 anak yang bermain origaminya baik yaitu berhasil menyelesaikan origami 1% dalam waktu 3 menit dan 1 anak yang bermain origaminya kurang baik yaitu berhasil menyelesaikan origami 9% dalam waktu 3 menit. Berdasarkan 4 Vol. 8 No. 1 Maret 215 : 1-23

diagnosa penyakit ada 1 dengan diagnosa febris, 8 BRPN, 6 GE, 4 DHF dan 2 Typhoid (tabel 2). Tabel 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Bermain Origami, Diagnosa Penyakit Di Ruang Mawar RSUD Kraton Pekalongan Juli Agustus 213 (n = 3) Variabel Frekuensi Persentase Jenis Kelamin Laki laki Perempuan Total Bermain origami Baik Kurang baik Total Diagnosa Febris BRPN GE DHF Typhoid Fever Total 13 17 3 29 1 3 1 8 6 4 2 3 43,3 56,7 1, 96,7 3,3 1, 33,3 26,7 2, 13,3 6,7 1, Skor kecemasan sebelum dilakukan permainan origami diperoleh rata rata kecemasan 2,3 dengan nilai minimum 1 dan nilai maksimum 4, sedangkan skor kecemasan setelah dilakukan permainan origami diperoleh rata rata kecemasan,43 dengan nilai minimum dan maksimum 1(tabel 3). PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 5 Wiji Lestari*, Edy Soesanto**, Dera Alfiyanti***

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Skor Kecemasan Responden Sebelum dan Sesudah Bermain Origami Di Ruang Mawar RSUD Kraton Pekalongan Juli Agustus 213 (n=3) Variabel Ratarata Median Simpangan Minimum Maksimum Baku Skor pre 2,3 2,,794 1 4 test Skor post test,43,,54 1 Berdasarkan karakteristik kecemasan responden diperoleh hasil sebagai berikut: sebelum dilakukan permainan origami ada 11 anak yang menangis sebelum dilakukan tindakan dan 19 anak yang tidak menangis sebelum dilakukan tindakan. Ada 4 anak yang menjerit/berteriak dan 26 yang menjerit / berteriak sebelum dilakukan tindakan keperawatan. Tidak ada anak yang mengamuk sebelum tindakan. Ada 18 anak yang menolak dilakukan tindakan secara verbal dan 12 anak tidak menolak dilakukan tindakan secara verbal. Ada 15 anak yang berusaha menjauhkan stimulasi tindakan dan 15 anak yang tidak menjauhkan stimulasi tindakan. Tidak adaa anak yang menyerang secara fisik atau verbal. Ada 21 anak yang memegangi orang tua dan 9 anak yang tidak memegangi orang tua. Tidak ada anak yang meminta agar tindakan diakhiri. Setelah diberikan permainan origami diperoleh hasil sebagai berikut: tidak ada anak yang menangis pada waktu akan dilakukan tindakan keperawatan (injeksi). Tidak ada anak yang menjerit atau berteriak dan tidak ada yang mengamuk ketika akan dilakukan tindakan keperawatan. 1 anak menolak dilakukan tindaka secara verbal dan 29 anak tidak menolak dilakukan tindakan secara berbal. 3 anak berusaha menjauhkan stimulasi tindakan dan 27 anak tidak menjauhkan stimulasi tindakan. Tidak ada anak yang menyerang secara fisik atau verbal. Ada 4 anak yang memegangi orang tua dan 26 anak yang tidak memegangi orang tua. Ada 5 anak meminta agar tindakan diakhiri dan 25 anak tidak meminta agar tindakan diakhiri (tabel 4). 6 Vol. 8 No. 1 Maret 215 : 1-23

Tabel 4 Karakteristik Kecemasan Responden Sebelum dan Sesudah Bermain Origami di Ruang Mawar RSUD Kraton Pekalongan Juli-Agustus 213 ( n=3 ) Sebelum Sesudah Karakteristik Frekuens Persentas Frekuensi Persentase i e Menangis Tidak menangis 11 19 36,7 63,3 3 1 Menjerit / berteriak Tidak 4 26 13,3 86,7 3 1 menjerit/berteriak Mengamuk Tidak mengamuk 3 1, 3 1, Menolak dilakukan tindakan secara verbal Tidak menolak 18 12 6, 4, 1 29 3,3 96,7 dilakukan tindakan secara verbal Berusaha menjauhkan stimulasi tindakan Tidak menjauhkan 15 15 5, 5, 3 27 1 9 stimulasi tindakan Menyerang secara fisik atau verbal Tidak menyerang 3 1, 3 1, secara fisik atau verbal Memegangi orang tua Tidak memegangi orang tua 21 9 7, 3, 4 26 13,3 86,7 PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 7 Wiji Lestari*, Edy Soesanto**, Dera Alfiyanti***

Meminta agar 5 16,7 tindakan diakhiri Tidak meminta agar 3 1, 25 83,3 tindakan diakhiri Dari hasil penelitian diperoleh ada pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang mawar karena p-value (,) < α (,5). Tabel 5 Analisis Perubahan Tingkat Kecemasan Sebelum dan Sesudah Bermain Origami Anak Usia 5-6 Tahun Di ruang Mawar RSUD Kraton Pekalongan Juli-Agustus 213 (n =32) Z Nilai p Skor kecemasan sebelum tindakan kecemasan setelah tindakan - skor -4,867. Berdasarkan umur banyaknya responden yang berumur lebih dari 6 tahun sebanyak 11 (36,7%) sedangkan yang berumur 5 sampai 6 tahun sebanyak 19 (63,3%). Dalam penelitian ini hanya meneliti anak usia prasekolah yang berusia 5 sampai 6 tahun saja. Sesuai dengan prinsip permainan anak yang dirawat di rumah sakit bahwa permainan harus melibatkan kelompok umur yang sama (Supartini, 24). Responden dengan usia 5 dan 6 tahun beda usianya tidak terlalu jauh sehingga sesuai dengan prinsip permainan anak. Selain itu anak usia 5-6 tahun lebih kreatif dan imajinatif dalam bermain origami. Berdasarkan jenis kelamin (tabel 2) menunjukkan bahwa responden perempuan lebih banyak dari responden laki laki dimana ada 17 (53,1%) responden perempuan dan 13 (43,3%) responden laki laki. Berdasarkan penelitian kecemasan lebih banyak dialami perempuan dari pada laki - laki karena perempuan lebih sensitif sedangkan laki laki lebih aktif dan eksploratif. 8 Vol. 8 No. 1 Maret 215 : 1-23

Berdasarkan cara bermain origami (tabel 2) didapatkan bahwa responden yang bermain origaminya baik sebanyak 29 (96,7%) responden. Dikatakan bermain origami baik karena responden mampu membuat origami pesawat dalam waktu 3 menit tanpa bantuan orang lain. Sedangkan yang bermain origaminya kurang baik sebanyak 1 (3,3%) responden. Dikatakan bermain kurang baik karena responden tidak mampu menyelesaikan 1% origami pesawat dalam waktu 3 menit. Pada penelitian ini responden hanya mampu menyelesaikan origami pesawat 9% saja. Menurut (Damayanti, 211) origami dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan pada anak usia prasekolah karena gerakan melipat kertas selain dapat mengembangkan daya cipta juga dapat mengembangkan sistem syaraf motorik. Berdasarkan diagnosa penyakit (tabel 2) didapatkan responden dengan diagnosa febris yang paling banyak yaitu ada 1 (33,3%) responden. Sedangkan yang paling sedikit adalah responden dengan diagnosa Thyphoid yaitu 2 (6,7%) responden. Menurut (Isaacs, 24) salah satu yang mempengaruhi tingkat kecemasan adalah status kesehatan jiwa dan fisik. Bagi anak-anak sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan tekanan serta adanya pembatasan yang berlawanan dengan keinginan mereka sehingga menimbulkan kecemasan. Berdasarkan jenis kelamin, umur dan diagnosa penyakit dari 3 responden yang ada di ruang mawar setelah diteliti semuanya menunjukkan adanya kecemasan, dimana diperoleh skor kecemasan antara 1 sampai 4 pada saat responden akan dilakukan tindakan keperawatan berupa injeksi. Kecemasan tersebut berupa menangis, menjerit ataupun berteriak, menolak ketika akan dilakukan tindakan keperawatan, berusaha menjauhkan stimulasi tindakan dan memegangi orang tua. Pada penelitian ini diketahui reaksi kecemasan anak yang terbanyak adalah dengan memegangi orang tua. Bagi anak orang tua adalah pelindung sehingga ketika anak mengalami kecemasan reaksi mereka memegangi orang tua. Sedangkan kecemasan yang tidak ditemukan dalam penelitian ini adalah mengamuk, menyerang secara fisik atau verbal dan meminta agar tindakan diakhiri. PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 9 Wiji Lestari*, Edy Soesanto**, Dera Alfiyanti***

Bagi anak anak hospitalisasi merupakan salah satu penyebab kecemasan dimana tingkat stresor terhadap penyakit dan hospitalisasi berbeda menurut anak secara individu. Bagi anak tindakan atau prosedur yang menyakitkan merupakan penyebab kecemasan. Reaksi anak terhadap penyakit dan hospitalisasi sangat individual bargantung pada tahap perkembangan, pengalaman sebelumnya terhadap perawatan di rumah sakit, sistem dukungan yang ada dan kemampuan yang dimiliki. Pada umumnya reaksi anak pra sekolah terhadap sakit dan dirawat di rumah sakit antara lain dengan menolak makan, sering bertanya, menangis dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan. Perawatan di rumah sakit juga membuat anak kehilangan kontrol terhadap dirinya. Perawatan di rumah sakit sering kali dipersepsikan anak prasekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa malu bersalah atau takut. Ketakutan anak terhadap perlukaan muncul karena anak menganggap tindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya sehingga menimbulkan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal dengan mengucapkan kata kata marah, tidak mau bekerja sama dengan perawat dan ketergantungan pada orang tua. 3 responden yang diteliti setelah diberikan permainan origami menunjukkan adanya perubahan yang baik saat menerima tindakan keperawatan berupa injeksi. Perubahan karakteristik kecemasan itu antara lain : sebelum diberikan permainan origami terdapat 11 responden yang menangis dan setelah diberikan permainan origami tidak ada responden yang menangis. Terdapat 4 responden yang menjerit sebelum diberikan permainan origami dan tidak ada yang menjerit setelah diberikan permainan origami, sebelum diberikan permainan origami tidak ada responden yang mengamuk dan setelah diberikan permainan origami juga tidak ada responden yang mengamuk. 18 responden yang menolak dilakukan tindakan secara verbal sebelum diberikan permainan origami menjadi 1 yang menolak dilakukan tindakan secara verbal setelah diberikan permainan, ada 15 responden yang yang berusaha menjauhkan stimulasi tindakan sebelum diberikan permainan origami menjadi 3 responden yang berusaha rnenjauhkan stimulasi tindakan setelah diberikan permainan origami, sebelum dan sesudah 1 Vol. 8 No. 1 Maret 215 : 1-23

diberikan permainan origami tidak ada responden yang menyerang secara fisik maupun verbal, dan 21 responden yang memegangi orang tua sebelum diberikan permainan origami menjadi 4 responden setelah diberikan permainan origami. Setelah diberikan permainan origami terdapat 5 responden yang meminta agar tindakan diakhiri sedangkan sebelum diberikan permainan origami tidak ada responden yang meminta agar tindakan diakhiri hal ini karena pemberian injeksi dilakukan setelah dilakukan permainan origami. Skor kecemasan post test diperoleh sampai 1. Perawatan di rumah sakit merupakan pengalaman yang penuh dengan stres bagi anak, untuk itu diperlukan media yang dapat mengekspresikan perasaan mereka dan mampu bekerja sama dengan petugas kesehatan selama dalam perawatan. Media yang paling efektif adalah melalui permainan. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya akan memberikan rasa senang pada anak tetapi juga akan membantu mengekspresikan perasaan dan pikiran cemas, takut, sedih, tegang dan nyeri (Supartini, 24). Dengan melakukan permainan akan membantu anak menurunkan ketegangan maupun kecemasan ketika di rawat di rumah sakit. Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktifitas yang sehat dan diperlukan untuk tumbuh kembang anak. Permainan yang teraupetik akan meningkatkan kemampuan anak untuk mempunyai tingkah laku yang positif. Bermain origami merupakan permainan yang dapat diterapkan pada anak usia prasekolah. Dengan melipat kertas menjadi objek yang ornamental akan mengembangkan daya cipta dan memberikan rasa senang pada anak sehingga akan membantu anak menurunkan pikiran cemas, takut, sedih, tegang dan nyeri. Pada penelitian terhadap 3 responden semua dapat membuat origami pesawat dalam waktu 3 menit bahkan dapat membuat lebih dari satu origami. diperoleh data 29 (96,7%) responden dengan hasil bermain origaminya baik dan 1 (3,3%) responden dengan hasil bermain origami kurang baik. Dikatagorikan bermain baik karena responden dapat membuat origami kapal sampai selesai. Satu responden dengan hasil bermain origaminya kurang baik karena origami PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 11 Wiji Lestari*, Edy Soesanto**, Dera Alfiyanti***

kapal yang dibuat hanya selesai 9 %. Setelah peneliti kaji menurut ibu dan responden sebelum sakit responden bisa membuat origami pesawat. Di rumah sakit responden agak kesulitan membuat origami pesawat karena keterbatasan gerak dimana tangannya terpasang infus. Selain itu karena penyakit febris yang diderita membuat kondisi responden melemah. Menurut (Damayanti, 211) origami dapat digunakan untuk mengajarkan ketrampilan pada anak usia prasekolah karena gerakan melipat kertas selain dapat mengembangkan daya cipta juga dapat mengembangkan sistem syaraf motorik. Origami merupakan permainan yang dapat diterapkan pada anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi karena sesuai dengan prinsip permainan yang ada dirumah sakit yaitu tidak membutuhkan energi banyak, singkat, sederhana, aman dan murah. Pembahasan dari hasil penelitian ini bertujuan agar data yang diperoleh dapat memberi gambaran mengenai pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang mawar RSUD Kraton Pekalongan sejak tanggal 1 Juli sampai 1 Agustus 213. Penelitian kecemasan sebelum dan sesudah bermain origami dilakukan pada 3 responden dengan menggunakan WilcoxonTest didapatkan p value,. Karena p- value (,) < α (,5) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang Mawar RSUD Kraton Pekalongan. Bermain origami dapat digunakan untuk menurunkan kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang mawar RSUD Pekalongan. Sesuai dengan teori psyco analitic dari Freud dalam Semiun (26) menyatakan bahwa bermain berguna untuk mengurangi kecemasan anak dengan mencoba mengekspresikan berbagai dorongan impulsifnya dengan cara yang dapat diterima oleh lingkungan. Dalam penelitian ini origami dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan anak karena origami merupakan permainan yang dapat diterapkan dan sesuai digunakan untuk anak usia prasekolah. Dengan melakukan melipat kertas menjadi bentuk yang ornamental memungkinkan anak menggali dan 12 Vol. 8 No. 1 Maret 215 : 1-23

mengekspresikan perasaan dan pikirannya, mengalihkan perasaan nyeri dan relaksasi. Bermain merupakan alat yang efektif untuk menangani anak yang sedang dirawat di rumah sakit. Bermain di rumah sakit membuat normal sesuatu yang asing dan kadang kondisi lingkungan yang tidak ramah dan memberi jalan untuk menurunkan tekanan. Mainan pengalih memungkinkan anak berfokus pada perhatian mereka pada pengalaman yang menyenangkan dan untuk memainkan situasi yang terjadi pada saat anak menggabungkan antara kenyataan dan imajinasi. Bermain membantu anak memahami ketegangan dan tekanan, mengembangkan kapasitas mereka dan menguatkan pertahanan mereka (Potter- Perry 26). Keberhasilan bermain origami untuk menurunkan kecemasan pada anak usia prasekolah karena permainan ini sesuai dengan tumbuh kembang anak. Selain itu penerapannya di rumah sakit sesuai dengan prinsip permainan bahwa permainan tidak membutuhkan energi banyak, singkat, sederhana serta aman. Keberhasilan ini juga dipengaruhi oleh jenis umur responden. Pada penelitian ini menggunakan anak usia 5 sampai 6 tahun karena pada usia ini anak lebih aktif, kreatif dan imajinatif dalam melakukan permainan. Oleh karena itu dari hasil penelitian yang telah dilakukan mendukung teori sebelumnya yang menyebutkan bahwa bermain merupakan media yang yang paling efektif digunakan pada anak yang mengalami hospitalisasi. Permainan yang teraupetik didasari oleh pandangan bahwa bermain bagi anak merupakan aktifitas yang sehat dan diperlukan untuk tumbuh kembang anak dan memungkinkan untuk menggali dan mengekspresikan perasaan dan pikiran anak, mengalihkan perasan nyeri dan relaksasi. Dengan demikian kegiatan bermain harus menjadi bagian integral dari pelayanan kesehatan anak di rumah sakit (Supartini, 24). KESIMPULAN Dari penelitian yang telah dilakukan terhadap 3 anak usia prasekolah terjadi perubahan kecemasan sebelum dan sesudah dilakukan permainan origami. PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 13 Wiji Lestari*, Edy Soesanto**, Dera Alfiyanti***

Anak mengalami penurunan kecemasan setelah diberikan permainan origami. Sebelum diberikan permainan origami diperoleh skor kecemasan 1 sampai 4. Setelah diberikan permainan origami diperoleh skor sampai 1. Dengan bermain anak menjadi lebih rileks sehingga bisa mengalihkan rasa cemasnya pada permainan. Diperoleh p-value, < α,5 yang berarti ada pengaruh bermain origami terhadap kecemasan anak usia prasekolah yang mengalami hospitalisasi di ruang mawar RSUD kraton Pekalongan.Dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa bermain origami dapat dipergunakan atau dijadikan alternatif untuk mengurangi kecemasan karena tindakan keperawatan. DAFTAR PUSTAKA Alimul, A. Aziz. ( 27 ). Riset keperawatan dan Tehnik Penulisan Ilmiah, Edisi 2 Jakarta : Salemba Medika. Alimul, A. Aziz. ( 25 ). Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, Edisi 1, Jakarta : Salemba Medika. Arikunto, S. ( 26 ). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Edisi revisi VI, Jakrta: Rineka Cipta. Damayanti, A. ( 211 ). Ayo Melipat Origami, Jogjakarta ; Cahaya Atma Pustaka. Damayanti, A. ( 212 ), Berkreasi Sambil Bercerita, Jakarta : Indra Pustaka. Kaplan & Sadock ( 1997 ). Sinopsis Psikiatri, Edisi VII, Jilid 2, Alih Bahasa: Widjaya Kusuma, Jakarta : Bina Putra Aksara. Mulyadi, A. ( 211). Tehnik Origami Membuat Pesawat, http: //Sekedar tahu. Blok spot. Com. Diperoleh 21 Januari 213. Notoatmodjo, S. ( 25 ). Metodologi Penelitian Kesehatan, cetakan III, Jakarta: Aneka Cipta. Potter, Perry. (26). Fundamental Keperwatan: Konsep, Proses dan Praktek, Vol 1 Edisi 4. Alih Bahasa: Devi Yulianti. Jakarta : EGC. Soetjiningsih. (25). Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC. Semiun, Y. (26). Kesehatan Mental 2. OFM : Kanisius. Suherman. (2). Buku Saku Perkembangan Anak, Jakarta : EGC. 14 Vol. 8 No. 1 Maret 215 : 1-23

Supartini, Y. (24). Konsep dasar keperawatan anak, Edisi 1. Jakarta : EGC. Suriadi. (26). Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 2. Jakarta : Sagung Seto. Tedjosaputra. (28). Bermain Mainan dan Permainan, Jakarta : Grasindo. Westriningsih. (212). Solusi Praktis dan Mudah Menguasai SPSS 2 Untuk Pengolahan Data. Yogyakarta : ANDI. Wong, D.L. (23). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatric, Edisi 4. Alih bahasa : Monica Ester. Jakarta : EGC. Wong. (29). Keperawatan Pediatric, Vol 1. Alih Bahasa : Agus Sutarno, Jakarta : EGC. PENGARUH BERMAIN ORIGAMI TERHADAP KECEMASAN ANAK USIA PRA SEKOLAH YANG MENGALAMI HOSPITALISASI DI RUANG MAWAR RSUD KRATON PEKALONGAN 15 Wiji Lestari*, Edy Soesanto**, Dera Alfiyanti***