BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HOMESTAY ( ORIENTASI SOSIAL dan BUDAYA ) Edukasi Pertanian Jungle Track Pertunjukan Kesenian PHSIKO TERAPAN ALAM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi dan Kreatif posted : 24 Oktober 2013, diakses : 8 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. diakses 28/9/ :38 AM 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

JUDUL UNIT : Membaca dan Menafsirkan Naskah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PROSES Sebagai rumah produksi layanan penuh, kami menyediakan semua dukungan produksi, dari hulu hingga hilir.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. devisa bagi negara, terutama Pendapatan Anggaran Daerah (PAD) bagi daerah

Lokasi Produksi FTV Benjang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian mengenai Peran Director Of Photography Dalam Proses

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian skripsi ini, tipe penelitian yang digunakan adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KERANGKA / DASAR PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di Indonesia banyak penduduknya yang mengalami gangguan jiwa, salah satu gangguan jiwa yang paling

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Pada Bab IV ini membahas tentang bagaimana penerapan elemen-elemen. rancangan karya terhadap pengembangan film pendek ini.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Program Dokumenter Drama. Modul ke: 12FIKOM. Fakultas. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

Ketentuan Penulisan. Skripsi/Kajian Komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang belum terlalu terpublikasi. dari potensi wisata alamnya, Indonesia jauh lebih unggul dibandingkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUDUL UNIT : Merancang Dan Membuat Animasi

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey, daerah ini kaya akan pemandangan alam dan mempunyai udara yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. jazz, blues, rock, dan lain sebagainya. Diantara sekian banyak aliran musik

BAB 1 PENDAHULUAN. bertanggung jawab saat pra-produksi, produksi dan pasca produksi. dari siapapun, termasuk penulis naskah, sutradara atau produser.

PERANCANGAN VISUAL DESTINATION BOOK MUSEUM KERETA API AMBARAWA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan

BAB II LANDASAN TEORI

JUDUL UNIT : Merancang dan Membuat Rencana Kerja Kamera

BAB I PENDAHULUAN. Ciwidey merupakan salah satu kawasan wisata yang terdapat di kabupaten

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jawa Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia yang menawarkan beragam tempat wisata yag terbagi menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Bandung ibu kota Jawa Barat terkenal dengan banyaknya objek wisata yang dikunjungi oleh

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

Produksi Iklan Audio _ Visual

Sumber : Gambar 1.2 Pantai Pangandaran

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta dan banyak memiliki potensi wisata walaupun semua

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Media massa adalah jembatan informasi bagi masyarakat, dengan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang


DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. serba cepat, mudah dan efisien. Kini teknologi telah menjangkau semua lapisan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB. I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PEMERINTAHAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DINAS KEBUDAYAAN DAN PARIWISATA Jalan Demang lebar daun Kav. IX Palembang, Provinsi Sumatera Selatan Telp.

agrowisata ini juga terdapat pada penelitian Ernaldi (2010), Zunia (2012), Machrodji (2004), dan Masang (2006). Masang (2006) yang dikutip dari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JUDUL UNIT : Melakukan Pemilihan Pemain

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan media audio visual yang lebih dikenal dengan video klip.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipadukan dengan adanya perkembangan bidang multimedia

BAB II METODOLOGI. 2. Manfaat Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

6. MODEL PENGEMBANGAN DAN RANCANGAN IMPLEMENTASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Desa Wisata Lebak Muncang merupakan kawasan wisata yang berlokasi di Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Ditetapkan sebagai desa wisata pada tahun 2011 bersama sembilan desa wisata lainnya oleh Bupati Bandung Bapak H. Dadang M. Nasser SH, S.Ip. Desa Wisata Lebak Muncang termasuk dalam kategori agrowisata karena bentuk wisatanya berupa bercocok tanam di perkebunan sayuran serta memetik buah strawberi langsung dari pohonya sehingga selain berwisata menikmati keindahan alam juga memberikan pengalaman tersendiri mengenai edukasi pertanian yang diajarkan secara langsung oleh petani setempat. Desa Wisata Lebak Muncang juga terdapat fasilitas berupa jalur tracking, kebun teh, melihat pabrik kopi luwak dan budidaya jamur serta menyediakan homestay untuk para wisatawan bila ingin menginap dan ini merupakan salah satu keunggulan yang dimiliki oleh Desa Wisata Lebak Muncang. Bentuk homestay disini dimana kita ikut berbaur dan tinggal bersama masyarakat sehingga kita dapat bersosialisasi secara langsung dan mengetahui bagaimana pola hidup sehari-hari yang dilakukan oleh masyarakat setempat. Desa Wisata Lebak Muncang ini dikelola langsung oleh Kelompok Pekerja (POKJA) Lebak Muncang yang diketuai oleh Bapak Asep Ahmad Sopian dan anggotanya sebagian besar terdiri dari para petani. Kawasan wisata di Lebak Muncang atau area perkebunannya milik masyarakat setempat sendiri yang juga berprofesi sebagai petani buah dan sayuran sehingga ketika dijadikan sebagai kawasan wisata serta hadirnya para wisatawan yang ada sangat memberikan manfaat yang lebih bagi para petani serta masyarakat pada khususnya. Dalam hal promosi, Desa Wisata Lebak Muncang dibantu oleh pihak pemerintah dari Dinas Pemuda Olahraga dan Pariwisata (Dispopar) Kabupaten Bandung seperti menyediakan brosur serta diikusertakan dalam pameran tahunan yang diadakan oleh pemerintah setempat. Dari pihak POKJA Lebak Muncang sendiri 1

bentuk promosi yang sudah dilakukan adalah dengan menyediakan situs resmi dan membuat proposal paket penawaran wisata, namun hal ini dinilai masih belum maksimal dikarenakan masih kurangya dalam hal manajemen promosi yang dilakukan baik dari segi bentuk kegiatan promosi maupun konten yang tersedia. Selain itu Desa Wisata Lebak Muncang terletak berdekatan dengan kawasan wisata uggulan seperti Ranca Upas, Pemandian air panas Cimanggu dan Ciwalini, Situ Patengan dan Kawah Putih dimana hal ini bisa menjadi faktor pendukung untuk mendatang wisatawan lebih banyak lagi karena berada pada satu jalur arah wisata namun secara umum juga bisa menjadi ancaman tersendiri bagi Desa Wisata Lebak Muncang karena dari hasil pengamatan dan evaluasi dari Dispopar Kabupaten Bandung, masih banyaknya wisatawan yang cenderung memilih kawasan wisata alam seperti Kawah Putih dan Situ Patengan. Hadirnya media sosial menjadi bagian dari sebuah kehidupan yang modern dimana membuat orang semakin mudah berkomunikasi antar satu dengan yang lainnya. Dengan internet kita dapat mengetahui segala macam informasi yang ada di tiap-tiap penjuru dunia. Hal tersebut mempengaruhi tren gaya hidup saat ini, tidak hanya berdampak pada kalangan atas namun juga berdampak hingga ke seluruh elemen masyarakat yang ada. Adanya fenomena like and share yang sering terjadi di dunia maya dikarenakan karakteristik orang-orang saat ini adalah mereka ingin dihargai dan diapresiasi. Dari fonomena tersebut rata-rata pembisnis menggunakan dan memanfaatkan media social tersebut sebagai media promosi. Dan fenomena yang terjadi terhadap produk pariwisata khususnya di wilayah Kabupaten Bandung ialah perkembangan daya tarik wisata yang dikembangkan oleh pihak swasta atau lembaga formal lain lebih maju dibandingkan dengan yang dikembangkan oleh masyarakat lokal. Perkembangan teknologi dan desain selalu berjalan beriringan dimana setiap inovasi teknologi yang ada. Teknologi yang semakin maju berdampak pula pada perkembangan bentuk kegiatan promosi. Film juga memberi dampak positif terhadap perekonomian, khususnya industri pariwisata. Hal ini dibuktikan dari data yang diuraikan oleh Martin Cuff, ahli ekonomi pembangunan yang berfokus pada media 2

dan film dari Inggris. Menurut Cuff, dampak positif film tidak dirasakan industri film semata tetapi juga pada industri perjalanan internasional. Dia lantas menyitir data dari sebuah riset pada 1998. Data ini menunjukkan kunjungan wisatawan ke sebuah lokasi pengambilan gambar film naik 54 persen selama empat tahun berikutnya. Di Indonesia, Kementrian Parawisata merancang film tourism yang dinamai dengan Wonderful Indonesia konten daripada film tersebut berisikan mengenai potensi-potensi wisata yang ada di tiap-tiap daerah Indonesia guna memberikan gambaran mengenai situasi dan kondisi kawasan wisata yang ada. Hadirnya media sosial turut membantu dalam kegiatan promosi yang dilakukan oleh pelaku pemasaran, seperti halnya film promosi wisata Wonderful Indonesia tersebut diunggah ke jejaring sosial yang ada. Film tourism yang di unggah di media social kebanyakan berdurasi singkat, sehingga film tourism di Indonesia kebanyakan hanya menampilkan keindahankeindahan alam, tanpa memperhatikan unsur naratif di dalam cerita. Sangat jarang film tourism di Indonesia membuat variasi baru. Memang sangatlah penting mempilkan keindahan alam, namun apabila terus-menerus menampilkan keindahan alam tanpa ada cerita yang menarik penonton akan merasa jenuh. Penggayan cerita didalam film sangatlah penting untuk memberikan kertertarikan penonton, sehingga penonton rela mengorbakan waktunya untuk melihat film tersebut. Desa wisata Lebak Muncang juga unggul dalam keindahan alam, namun disisi lain juga Desa Wisata Lebak Muncang juga unggul dalam kegiatan Argowisata. Untuk pembuatan film tourism desa wisata Lebak Muncang, karakteristik yang ada di desa tersebut dimasukan kedalam unsur naratif di dalam film agar film tersebut memeliki cerita yang tidak hanya menampilkan keindahan namun juga menampilkan tokoh dan permasalahan, sehingga akan ada penggayaan baru dalam pembuatan film tourism yang di media social khususnya di Indonesia. Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk membuat film tourism desa wisata Lebak Muncang yang menampilkan unsur naratif cerita agar dengan film tersebut dapat menambah jumlah wisatawan yang berkunjung di desa tersebut. 3

1.2 Permasalahan 1.2.1 Indentifikasi Masalah Dengan melihat dan menganalisa permasalahan pada latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut : 1. Keberadaan Desa Wisata Lebak Muncang masih banyak yang belum mengetahuinya, 2. Wisatawan pada umumnya cenderung lebih memilih kawasan wisata alam seperti Kawah Putih, dan 3. Promosi yang dilakukan masih masih belum menarik perhatian masyarakat umum (Kalangan Pelajar) di Kota Bandung. 4. film-film tourism yang ada di Indonesia terutama di media sosial, alur cerita yang dibuat lebih cenderung menampilkan keindahan-keindahan alam, masih jarang membuat pegayaan baru dalam cerita. 5. Penyutradaraan dalam produksi film tourism yang dapat menjadi media informasi dan komunikatif. 1.2.2 Batasan Masalah Setelah mengidentifikasikan masalah di atas, maka agar pembahasan tidak terlalu meluas perlu adanya pembantasan masalah yaitu penulis akan menfokuskan permasalahan kepada penyutradaraan dalam Film Tourism Desa Wisata Lebak Muncang. 1.2.3 Rumusan Masalah 1. Bagaimana menentukan karakteristik desa wisata Lebak Muncang melalui elemen desa wisata yang dimasukan kedalam unsur naratif film? 2. Bagaimana penyutradaraan film tourism desa wisata Lebak Muncang? 4

1.3 Ruang Lingkup Agar permasalahan tidak meluas, penulis membatasi runag lingkup permasalahn sebagai berikut : 1. Apa Media yang dirancang berupa media film tourism. 2. Bagaimana Dalam merancang media film ini penulis akan berperan dan berbicara melalui sudut pandang sutradara. 3. Siapa Target audient dari perancangan ini adalah anak usia (12-17) tahun sekolah menengah keatas di wilayah geografis perkotaan. 4. Dimana Penelitian akan dilakukan di desa wisata Lebak Muncang kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung, Jawa Barat. 5. Kapan Produksi film tourism dilakukan pada bulan januari dan penyebaran pemberitahuan film ini dilakukan sebelum libur sekolah, melalui media sosial. 6. Kenapa Dengan dilakukannya perancangan film tourism ini maka diharapkan dapat meningkatkan jumlah wisatawan yang datang berkunjung ke Desa Wisata Lebak Muncang. 1.4 Tujuan Perencanaan Adapun tujuan yang hendak dicapai melalui perancangan ini adalah sebagai berikut : a. Untuk mengetahui karakteristk desa wisata Lebak Muncang yang akan dijadikan sebagai film tourism. 5

b. Untuk dapat menggambarkan penyutradaraan dalam produksi film tourism desa wisata Lebak Muncang. 1.5 Manfaat Perancangan 1.5.1 Bagi Masyarakat Umum Memberikan informasi mengenai kawasan wisata unggulan alternatif yang bisa dijadikan sebagai tempat rekreasi yang berwawasan lingkungan hidup. 1.5.2 Bagi Akademis Memberikan informasi mengenai penerapan keilmuan yang sudah dilalui selama masa perkuliahan sehingga dapat memberikan contoh dan referensi bagi pelaku peneliti sejenis. 1.5.3 Bagi Penulis dan Rekan-rekan Seprofesi Dapat membantu terhadap pihak terkait yang dijadikan objek penelitan dalam penerapan studi keilmuan dengan cara dan teknis yang sudah pernah dipelajar serta memberikan informasi dan referensi mengenai model perancangan yang dilakukan kepada rekan seprofesi. 1.6 Metodologi Perancangan 1.6.1 Metode Pengumpulan Data a. Observasi Melakukan pengamatan langsung objek penelitian yaitu Desa Wisata Lebak Muncang Kabupaten Bandung. Pengamatan dilakukan guna melihat kondisi fisik secara langsung. Penulis juga mendokumentasikan objek guna sebagai data lapangan demi kelengkapan penelitian. 6

b. Wawancara Cara pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan (interview) kepada informan yang terkait dengan penelitian seperti pemilik/ ketua pengurus Desa Wisata Lebak Muncang dan dinas pariwisata setempat. c. Studi Literatur Cara mengumpulkan data dengan mempelajari bukubuku dan artikel yang didalamnya terdapat teori dan berita yang sesuai dengan objek penelitian. d. Kumpulan arsip dan dokumen Mengumpulkan dokumen seperti foto objek, brosur dan data-data sejenis yang berkaitan dengan objek penelitian Desa Wisata Lebak Muncang. 1.6.2 Metode Analisis Data Agar dapat membuat sebuah perancangan yang tepat maka dibutuhkan sumber data-data terkait secara keseluruhan. Sebelum melakukan perancangan penulis melakukan penelitian. Penulis menggunakan Metode Kualitatif, dalam sebuah kutipan Moleong (2014:4) dalam buku Metodologi Peneltian Kualitatif mengatakan tentang metode kualitatif yakni sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan yang dilakukan untuk objek melalui ekologi (lingkungan). 7

1.6.3 Metode Perancangan Untuk merancang sebuah film tourism Desa wisata Lebak Muncang, Tahapan perancangan yang penulis lakukan yaitu sebagai berikut: a) Pra Produksi Melakukan Pengumpulan data yang terkait dengan objek penelitian, menganalisis film-film sejenis yang dapat dijadikan sebagai ide awal dalam pembuatan cerita film dan menganalisis objek wisata yang akan dijadikan sebagai landasan dalam pembuatan cerita kemudian masuk kedalam tahapan : 1. Interpretasi Skenario membuat skenario yang menyangkut isi cerita, struktur dramatik, penyajian informasi, dan semua hal yang berhubungan dengan estetika dan tujuan artistik film. 2. Pemilihan kru Sutradara dan Produser memilih dan menentukan kru yang akan terlibat di dalam produksi. 3. Casting Sutradara menentukan dan melakukan casting terhadap para pemain utama dan pendukung yang dibantu oleh Asisten Sutradara dan Casting Director. 4. hunting lokasi a. Hunting lokasi bersama Penata Fotografi, Penata Artistik, Asisten Sutradara, dan Manajer Produksi b. Menentukan lokasi yang akan digunakan shooting berdasarkan diskusi dengan Penata Fotografi, Penata Artistik, dan Penata Suara. c. Sutradara memastikan lokasi berdasarkan semua aspek teknis. 5. Perencanaan shoot a. Sutradara merumuskan dan menyusun director shot pada setiap scene yang ada di skenario. 8

b. Sutradara membuat ilustrasi staging pemain dan peletakan kamera ke dalam bentuk floor plan. c. Sutradara membuat storyboard dibantu oleh storyboard artist. 6. final praproduksi Sutradara melakukan diskusi/evaluasi bersama-sama dengan kru dan pemain utama untuk persiapan shooting yang terkait dengan teknis penyutradaraan dan artistik. b) Produksi 1. Berdasarkan breakdown shooting, sutradara menjelaskan adegannya kepada Astradara (Asisten Sutradara) dan Kru utama lainnya tentang urutan shot yang akan diambil (take). 2. Mengkoordinasikan kepada Astrada untuk melakukan latihan blocking pemain yang disesuaikan dengan blocking kamera. 3. Sutradara memberikan pengarahan terhadap pemain apabila dirasa kurang dalam akting. 4. Sutradara mengambil keputusan yang cepat dan tepat dalam hal kreatif apabila ada persoalan di lapangan. 5. Melihat hasil shooting. c) Pasca Produksi 1. Bila ada catatan khusus dari laboratorium (untuk produksi film) atau Editor, Sutradara melihat dan mengevaluasi hasil shooting/materi editing. 2. Melihat dan mendiskusikan dengan Editor hasil rought cut dan fine cut. 3. Melakukan evaluasi tahap akhir dan diskusi dengan penata musik tentang ilustrasi musik yang telah dikonsepkan terlebih dulu pada saat praproduksi. 4. Melakukan evaluasi dan diskusi jalannya mixing berdasarkan konsep suara yang telah ditentukan pada saat praproduksi. 9

5. Berdasarkan konsep warna yang telah ditentukan pada saat praproduksi, Sutradara melakukan koreksi warna di laboratorium/studio, setelah berdiskusi dengan Produser dan Penata Fotografi. 10

1.7 Kerangka Perancanga Fenomena perkembangan daya tarik wisata yang dikembangkan oleh pihak swasta atau lembaga formal lain lebih maju dibandingkan dengan yang dikembangkan oleh masyarakat lokal. Rumusan Masalah - Bagaimana menentukan karakteristik desa wisata Lebak Muncang melalui elemen desa wisata yang dimasukan kedalam unsur naratif cerita film? - Bagaimana penyutradaraan film tourism desa wisata Lebak Muncang? Indentifikasi - Keberadaan Desa Wisata Lebak Muncang masih banyak yang belum mengetahuinya - Wisatawan pada umumnya cenderung lebih memilih kawasan wisata alam seperti Kawah Putih - film-film tourism yang ada di Indonesia terutama di media sosial, alur cerita yang dibuat lebih cenderung menampilkan keindahankeindahan alam, masih jarang membuat pegayaan baru dalam cerita. Ruang Lingkup penyutradaraan dalam Film Tourism Desa Wisata Lebak Muncang. Landasan Teori Data Analisis data Dengan pendekatan ekologi (lingkungan) Teknik Pengumpulan data -studi pustaka -literatur -observasi -wawancara Solusi Penyutradaraan film tourism desa wisata lebak muncang Pra produksi Produksi Pasca produksi Film tourism desa wisata Lebak Muncang yang dijadikan sebagai media promosi Gambar 1.1 Skema Perancangang Sumber: penulis 11

1.8 Pembabakan BAB I Pendahuluan Memaparkan mengenai latar belakang mengapa diangkatnya objek tersebut untuk dijadikan tugas akhir serta memaprkan mengenai identifikasi dan rumusan masalah serta metode yang digunakan BAB II Tinjauan Pustaka Memaparkan mengenai beberapa rincian teori-teori yang digunakan dalam tugas akhir serta bentuk teori yang akan diterapkan dalam perancangan tugas akhir. BAB III Data dan Analisi Menjelaskan mengenai hasil data-data yang telah ditelusuri serta kemudian data tersebut dianalisis dengan metode tertentu guna mendapat sebuah kesimpulan yang tepat yang kemudian diajukan ke tahap perancangan. BAB IV Konsep dan Perancangan Memaparkan mengenai bagaimana bentuk konsep dan hasil akhir dari pada perancangan Film Tourism Desa Wisata Lebak Muncang Kabupaten Bandung. BAB V Penutup Memaparkan mengenai kesimpulan dari hasil tugas akhir yang berlandas pada latar belakang masalah dari pendahuluan serta saran mengenai objek penelititan yang diteliti. 12