HUBUNGAN ANTARA PAPARAN PESTISIDA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF GANGGUAN KULIT PADA PETANI DI DESA PAKUREJO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2016

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rangka mewujudkan pertanian sebagai leading sector melalui suatu

BAB III METODE PENELITIAN

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. KataKunci: Pengetahuan, sikap, penggunaan APD, petani pengguna pestisida.

THE BEHAVIOR IN USING OF PESTICIDES ON RICE FARMERS AT RJ VILLAGE BANDAR LAMPUNG

mengalami keracunan pestisida yang menyebabkan kematian antara orang. Di Indonesia diperkirakan terjadi kasus keracunan setiap

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

PERILAKU DAN APLIKASI PENGGUNAAN PESTISIDA SERTA KELUHAN KESEHATAN PETANI DI DESA URAT KECAMATAN PALIPI KABUPATEN SAMOSIR

Diana Mayasari Gambaran Perilaku Kerja Aman pada Petani Hortikultura di Desa Gisting Atas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

DETERMINAN GANGGUAN KEPEKAAN KULIT PADA PETANI BAWANG MERAH DESA WANASARI KECAMATAN WANASARI KABUPATEN BREBES

BAB I PENDAHULUAN. dan didukung dengan kondisi kesuburan tanah dan iklim tropis yang dapat

Keywords: Pecticides, Cholinesterase, Poisoning, Risk Factor

Unnes Journal of Public Health

SUMMARY NURLAILA GAIB NIM :

STUDI PREVALENSI KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI PENYEMPROT SAYUR DI DESA MENDONGAN KECAMATAN SUMOWONO KABUPATEN SEMARANG

Jurnal Kesehatan Masyarakat

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi. Kata Kunci : Kadar Cholinesterase Darah, Petani Penyemprot Pestisida Padi Sawah

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG BAHAYA PESTISIDA, PENDIDIKAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI (APD) PADA PETANI BAWANG MERAH

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

BAB I PENDAHULUAN. pekerja yang terganggu kesehatannya (Faris, 2009). masyarakat untuk mempertahankan hidupnya dan kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen semu (Quasi Experiment) Kelompok Intervensi O1 X O2

Paparan Pestisida. Dan Keselamatan Kerja

BAB I PENDAHULUAN. membunuh atau mengendalikan berbagai hama tanaman. Tetapi pestisida. lingkungan apabila tidak tepat dalam menggunakannya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. meningkat tinggi setelah aplikasi pestisida. Penggunaan bahan-bahan beracun itu pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia adalah salah satu negara berkembang dan negara agraris yang

III. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI BAWANG MERAH DI DESA KEDUNGUTER KECAMATAN BREBES KABUPATEN BREBES

ANALISIS KADAR CHOLINESTERASE DARAH PADA PETANI PENYEMPROT PESTISIDA TANAMAN HORTIKULTURA DI PERKEBUNAN WAWO MATANI KOTA TOMOHON

KUESIONER PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Peningkatan jumlah penduduk setiap tahunnya menyebabkan peningkatan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan pestisida di seluruh dunia (world-wide), tetapi dalam hal kematian

ABSTRACT. Keywords: Cholinesterase, Pesticide Poisoning, Horticulture Farmers

BAB I PENDAHULUAN. pertanian, termasuk perkebunan sebagai sumber penghasilan utama daerah.

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sistem pertanian di Indonesia. Pestisida digunakan untuk mengurangi

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PETANI PENYEMPROT PADA PENGGUNAAN PESTISIDA DI DESA SUGIHEN KECAMATAN DOLAT RAYAT TAHUN 2013

ABSTRAK. Simpulan : Ada hubungan pengetahuan APD masker dengan kedisiplinan penggunaannya. Kata Kunci : Pengetahuan APD, Kedisiplinan

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado. Kata Kunci: Intensitas Kebisingan, Kelelahan Kerja, Tenaga Kerja Ground Handling

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI MAHASISWA TENTANG MUTU PELAYANAN POLIKLINIK DIAN NUSWANTORO DENGAN KEPUTUSAN PEMANFAATAN ULANG DI UPT POLIKLINIK DIAN

PAPARAN PESTISIDA DI LINGKUNGAN KITA

Kata Kunci: pengetahuan, pendapatan, minyak jelantah

PENGARUH PENYULUHAN PESTISIDA TERHADAP PENGETAHUAN DAN HIGIENE PERSONAL PETANI PENYEMPROT PADI DI DESA PONDOK NGUTER SUKOHARJO

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN TINDAKAN PENGGUNAAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat. Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Penambangan Emas Desa Hulawa

BAB I PENDAHULUAN. diketahui kapan terjadinya, tetapi hal tersebut dapat dicegah. Kondisi tidak

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

Oleh : Rani Angreani Walangitan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh hamahama

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 5 No. 2 MEI 2016 ISSN

Moch. Fatkhun Nizar Hartati Tuna Ningsih Dewi Sumaningrum Institut Ilmu Kesehatan Bhakti Wiyata Kediri

HUBUNGAN HIGIENE PERORANGAN DAN CARA PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN TINGKAT KERACUNAN PESTISIDA PADA PETANI DI DESA KEMBANG KUNING KECAMATAN CEPOGO

SURAT PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

PERILAKU TIDAK AMAN (UNSAFE BEHAVIOUR) PADA PEKERJA DI UNIT MATERIAL PT. SANGO CERAMICS INDONESIA SEMARANG

HUBUNGAN RIWAYAT PAPARAN PESTISIDA DENGAN TEKANAN DARAH PADA PETANI PENYEMPROT DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN NGABLAK KABUPATEN MAGELANG

METODOLOGI PENELlTlAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

Kata Kunci:Pengetahuan, Sikap, Lama Kontak, Masa Kerja, Tata Cara, Keterpaparan Pestisida

BAB I PENDAHULUAN. Pestisida mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk membunuh jasad

BABI PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki wilayah perkebunan kelapa sawit yang cukup luas.

BAB I PENDAHULUAN. dan berkesinambungan terus diupayakan untuk mencapai tujuan nasional. Adapun

PESTISIDA 1. Pengertian 2. Dinamika Pestisida di lingkungan Permasalahan

BAB 1 : PENDAHULUAN. upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat diperlukan. Salah satunya dengan cara

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PRAKTIK PEMAKAIAN (APD) ALAT PELINGDUNG DIRI PADA PETANI PENGGUNA PESTISIDA DI DESA CURUT KEC.

HUBUNGAN PELAYANAN POSYANDU X DENGAN TINGKAT KEPUASAN LANSIA

Keperpustakaan : 29 ( ) Kata Kunci : Cholinesterase, petani penjamah, pestisida

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan produksi pertanian.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi pengembangan dan pembinaan sumber daya manusia Indonesia dan

Kejadian Keracunan Pestisida Pada Istri Petani Bawang Merah di Desa Kedunguter Kecamatan Brebes Kabupaten Brebes

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

Surahma Asti Mulasari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta

Keywords: PPE; knowledge; attitude; comfort

HUBUNGAN PENGETAHUAN, SIKAP, KETERSEDIAAN APD DENGAN KEPATUHAN PEMAKAIAN APD PEKERJA BAGIAN WEAVING PT ISKANDARTEX INDAH PRINTING TEXTILE SKRIPSI

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

KUESIONER PENELITIAN

The Relations of Knowledge and The Adherence to Use PPE in Medical Service Employees in PKU Muhammadiyah Gamping Hospital.

I. PENDAHULUAN. Tanggamus merupakan salah satu daerah penghasil sayuran di Provinsi Lampung.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terpadat di

Journal of Sport Sciences and Fitness

PHBS yang Buruk Meningkatkan Kejadian Diare. Bad Hygienic and Healthy Behavior Increasing Occurrence of Diarrhea

Desi Putri Utami; Onny Setiani; Hanan Lanang Dangiran; Yusniar Hanani Darundiati

Catur Setiya Sulistiyana, Yogi Irawan Fakultas Kedokteran, Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon

ARTIKEL. Irnawati Marsaulina,* Arlinda Sari Wahyuni**

POLA DAN PERILAKU PENYEMPROTAN PESTISIDA TERHADAP KELUHAN KESEHATAN PETANI JERUK DI DESA BERASTEPU KECAMATAN SIMPANG EMPAT KABUPATEN KARO TAHUN 2011

Hansen STIKES Muhammadiyah Samarinda ABSTRACT

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado

FAKTOR FAKTOR RISIKO PAPARAN GAS KARBONMONOKSIDA (CO) TERHADAP KADAR KARBOKSIHEMOGLOBIN

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

Faktor Determinan Aktivitas Kholinesterase Darah Petani Holtikultura di Kabupaten Majalengka

PESTISIDA : HAL HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI DAN LAMA PENYEMPROTAN DAN INTERVAL KONTAK PESTISIDA DENGAN AKTIVITAS CHOLINESTERASE

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PAPARAN PESTISIDA DENGAN KELUHAN SUBJEKTIF GANGGUAN KULIT PADA PETANI DI DESA PAKUREJO KECAMATAN BULU KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2016 Aprilia Nugraheni Setyosari*), Supriyono Asfawi**) *) Alumni Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro Jl Nakula I No 5-11 Semarang Email : 411201201491@mhs.dinus.ac.id ABSTRACT Background : Farmer s habit in the use of pesticides sometimes not following the rule, besides dossag on used to exceed measure, the uses of banned pesticides, farmers also often mixing several species of pesticides, with the rationale of increases the poison in plant pest. Initial survey has been done with 10 farmers in the village pakurejo district Bulu conducted in random through technique interview obtained the results, in unmannerly use personal protective equipment 50% of chilis farmers did not use complete personal protective equipment and mostly did not use a glove with the reason for uncomfortable 40% of chili farmers complained about any skin disorder like itchy and heat after spraying pesticide. Method : The study was explanatory research which research define relationship between dependent variables and independent variables through tested by statistic test. Population on this study was 168 people with sample were 63 people. Result : The study results showed there is relationship between completeness of personal protective equipment, frequency spraying, spraying doses, direction spraying with subjective complaints skin disorder (p value <0.05). There was no relationship between long spraying with subjective complaints skin disorder with p value > 0.05. Conclusion : For the respondents should be checking soon the complaints experienced to nearest health service in order not to be exposure to pesticide heavier. Keywords: pesticides, farmers, any skin disorder ABSTRAK Latar Belakang : Kebiasaan petani dalam menggunakan kadang-kadang menyalahi aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, penggunaan yang dilarang beredar, petani juga sering mencampur beberapa jenis, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada hama tanaman. Survei awal yang dilakukan terhadap 10 petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu yang dilakukan secara acak melalui teknik wawancara didapatkan hasil, dalam perilaku menggunakan APD 50% petani cabai tidak menggunakan APD secara lengkap dan kebanyakan tidak menggunakan sarung tangan dengan alasan tidak terbiasa dan tidak nyaman. 40% petani cabai mengeluhkan gangguan kulit seperti gatal dan panas saat setelah.

Metode : Penelitian ini merupakan pelelitian dengan metode Explanatory Research yakni menganalisis penelitian yang menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui pengujian hipotesis yang dirumuskan. Pendekatan penelitian ini adalah cross sectional karena dengan cara mengamati atau observasi dan di ukur dengan waktu yang bersamaan. Dengan uji statistik yang digunakan adalah rank spearman. Populasi pada penelitian ini 168 orang dengan sampel berjumlah 63 orang. Hasil : Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara APD, frekuensi, dosis, arah dengan keluhan subjektif gangguan kulit. Karena uji rank spearman menunjukkan bahwa semua p value < 0.05 dan tidak ada hubungan lama dan keluhan subjektif gangguan kulit dengan p value > 0.05. Saran : Bagi para responden sebaiknya segera memeriksakan keluhan yang dialami ke layanan kesehatan terdekat agak tidak terjadi paparan yang lebih berat. Kata kunci :, petani, gangguan kulit PENDAHULUAN Penggunaan dalam pertanian telah menunjukan kemampuannya di dalam menanggulangi / mengurangi merosotnya hasil akibat serangan hama dan penyakit. Dan sejarah telah menunjukan bahwa dengan adanya, beberapa negara yang nyaris akan kelaparan karena terjadinya peletusan hama dapat terhindar. Pada saat timbulnya eksplosi hama, memegang peranan yang penting, karena dapat menekan hama dalam waktu singkat, lebih mudah diaplikasikan dan relatif mudah biayanya. Kabupaten Temanggung merupakan daerah agraris yang sebagian penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sebanyak 213.910 jiwa. Luas wilayah kabupaten Temanggung sebesar 87,065 hektar yang terdiri dari luas lahan pertanian mencapai 60,956 hektar. Tanah yang subur menyebabkan sebagian besar tanaman dapat tumbuh dengan baik. (1) Kecamatan Bulu adalah salah satu dari 20 kecamatan di wilayah Kabupaten Temanggung. Jarak dari Kota Temanggung 6 Km dengan luas 4.303,96 Ha. Dengan rincian Lahan Sawah 1.370,84 Ha dan Bukan Lahan Sawah 2.933,12 Ha. Berdasarkan registrasi yang dilakukan Kecamatan Bulu dengan jumlah penduduk 45.828 jiwa, mata pencaharian masih didominasi oleh sektor pertanian yaitu 16.285 jiwa.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khabib Mualim dengan judul Analisi faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian keracunan Pestisida Organofosfat Pada Petani Penyemprot Hama Tanaman di Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung 2002 dengan hasil keracunan paling banyak di Desa Pakurejo 30,3% pada kelompok umur 30-39 tahun 30,8% dan berpendidikan tamat SD 59,1 % dengan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian keracunan adalah status gizi <18,5. Survei awal yang dilakukan terhadap 10 petani cabai di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu yang dilakukan secara acak melalui teknik wawancara didapatkan hasil, dalam prilaku menggunakan APD 50% petani cabai tidak menggunakan APD secara lengkap dan kebanyakan tidak menggunakan sarung tangan dengan alasan tidak terbiasa dan tidak nyaman. 40% petani cabai mengeluhkan gangguan kulit seperti gatal dan panas saat setelah. Keracunan secara kronik maupun akut dapat terjadi pada pemakai dan pekerja yang berhubungan dengan misalnya petani, pengecer, pekerja gudang dll. Keracunan tersebut terjadi karena kontaminasi melalui mulut atau saluran pernafasan, kulit atau pernafasan dll. (2) Selanjutnya, berdasarkan realita tersebut maka diperlukan suatu penelitian apakah ada hubungan antara paparan dengan keluhan subjektif gangguan kulit pada petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun 2016 METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah 168 petani yang berada di Desa Pakurejo. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 63 petani yang diambil dengan teknik Proporsional sampling. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu kuesioner yang diolah dengan spss menggunkan uji statistik rank sperman. (3)

HASIL Tabel 1 Penggunaan APD Petani di Desa Pakurejo Kacematan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun 2016 1. Menggunakan masker saat pencampuran 13 (20.9%) 10 (15.9%) 40 (63.5%) Tabel 1 Penggunaan APD Petani di Desa Pakurejo Kacematan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun 2016 (lanjutan) No Pertanyaan Sering Kadang - 2. Menggunakan sarung tangan ketika pencampuran 3. Menggunakan baju panjang ketika pencampuran 4. celana panjang ketika pencampuran 5. Mernggunakan sepatu boot ketika pencampuran 6. Menggunakn masker ketika 7. Menggunakan sarung tangan ketika 8. Menggunakan baju panjang ketika? 8 (12.7%) 47 (74.6%) 43 (68.3%) 12 (19.0%) 21 (33.3%) 7 (11.1%) 59 (93.7%) kadang 4 (6.3%) 10 (15.9%) 16 (25.4%) 32 (50.8%) 15 (23.8%) 8 (12.7%) 3 (4.8%) 51 (81.0%) 6 (9.5%) 4 (6.3%) 19 (30.2%) 27 (42.9%) 48 (76.2%) 1 (1.6%)

9. Menggunakan celana panjang ketika 10. Menggunakan sepatu boot ketika Sumber : Data Primer 2016 59 (93.7%) 32 (50.8%) 3 (4.8%) 21 (33.3%) 1 (1.6%) 10 (15.9%) Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui penggunaan APD saat pencampuran dan tidak lengkap karena sebagian besar petani tidak menggunakan masker dan sarung tangan. Petani hanya menggunakan baju panjang, celana panjang dan kadangkadang menggunakan sepatu boot. Tabel 2 Lama Penyemprotan Pestisida Petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun 2016 1. Melakukan kurang dari 4 jam dalam satu hari 42 (66.7%) 9 (14.3%) 12 (19.0%) 2. Melakukan istirahat ketika 3. Penyemprotan yang lakukan selalu sesuai dengan label kemasan Sumber: Data primer 2016 30 (47.6%) 30 (52.4%) 19 (30.2%) 10 (15.9%) 14 (22.2%) 20 (31.7%) Dari tabel 2 dapat disimpulkan bahwa pada lama dalam kategori baik terbukti dengan sebagian besar petani kurang dari 4 jam (66.7%), sering istirahat saat (47.6%) dan yang dilakukan sesuai dengan label kemasan yang digunakan (52.4%). Tabel 3 Frekuensi Penyemprotan Pestisida Petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten temanggung Tahun 2016

1. Melakukan kurang dari 2 kali dalam satu minggu? 2. Memberikan selang waktu dengan dalam satu minggu? Sumber: Data primer 2016 33 (52.4%) 38 (60.3%) 12 (19.0%) 11 (17.5%) 18 (28.6%) 14 (22.2%) Pada tabel 3 dapat diketahui frekuensi sudah dilakukan petani dengan baik karena sebagian besar kurang dari 2 kali dalam satu minggu ( 52.4%) dan memberikan selang waktu dalam dalam satu minggu (60.3%). Tabel 4 Dosis Penyemprotan Pestisida Petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung Tahun 2016 1. Sebelum terlebih dahulu membaca label petunjuk pemakaian 18 (28.6%) 14 (22.2%) 31 (49.2%) 2. Menggunakan dosis sesuai dengan aturan yang tertera di dalam label kemasan 18 (28.6%) 12 (19.0%) 33 (52.4%) Sumber: Data primer 2016 Berdasarkan pada tabel diatas diketahui bahwa perilaku petani dalam dosis dapat menjadi risiko terjadinya keluhan subjektif gangguan kulit karen sebagian besar petani tidak membaca label kemasan sebelum (49.2%) dan membrikan dosis tidak sesuai dengan aturan (52.4%). Tabel 5 Arah Penyemprotan Pestisida Petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten temanggung Tahun 2016 1. Saat dengan memperhatikan arah 28 (44.4%) 10 (15.9%) 25 (39.7%)

Tabel 5 Arah Penyemprotan Pestisida Petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten temanggung Tahun 2016 (lanjutan) Arah angin 2. Melakukan dengan cara bergerak mundur 17 (27.0%) 25 (39.7%) 21 (33.3%) 3. Menghentikan jika pada saat tiba-tiba angin bertiup kencang Sumber: Data primer 2016 31 (49.2%) 8 (12.7%) 24 (38.1%) Dari tabel 5 dapat diketahui bahwa petani memperhatikan arah angin saat (44.45%) dan menghentikan saat tiba-tiba angin bertiup kencang (49.2%). Tabel 6 Kejadian Keluhan Subjektif Gangguan Kulit Petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten temanggung Tahun 2016 1. Dalam satu tahun terakhir ini mengalami gangguan kulit? (seperti iritasi, gatal,rasa terbakar pada kulit dan bercak pada kulit) 33 (52.4%) 19 (30.2%) 11 (17.5%) 2. Gangguan kulit yang dialami terletak pada bagian kulit tangan,kaki dan muka 3. Gangguan yang dialami dirasakan saat pencampuran? 4. Gangguan yang dialami dirasakan saat setelah 36 (57.1%) 6 (9.5%) 4 (6.3%) 15 (23.8%) 12 (19.0%) 5 (7.9%) 12 (19.0%) 45 (71.4%) 54 (85.7%)

Tabel 6 Kejadian Keluhan Subjektif Gangguan Kulit Petani di Desa Pakurejo Kecamatan Bulu Kabupaten temanggung Tahun 2016 (lanjutan) 5. Gangguan yang dialami dirasakan saat 39 (61.9%) 13 (20.6%) 11 (17.5%) 6. Saat kontak dengan gangguan kulit yang dirasakan semakin bertambah parah 7. Gangguan yang dialami dirasakan saat setelah? 37 (58.7%) 26 (41.3%) 15 (23.8%) 21 (33.3%) 11 (17.5%) 16 (25.4%) Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa petani mengalami gangguan kulit (iritasi, gatal, rasa terbakar pada kuit, bercak pada kulit) sebanyak (52.4%) yang dirasakan pada saat (61.9%), saat dirasakan semakin parah (58.7%) dan dirasakan juga saat setelah (41.3%). Tabel 7 Hasil uji hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Variabel Bebas Variabel Terikat P value Koefisien Korelasi Kelengkapan Keluhan Subjektif 0.022 0.288 APD Gangguan Kulit Lama Keluhan Subjektif 0.125 0.195 Penyemprotan Gangguan Kulit Frekuensi Keluhan Subjektif 0.031 0.273 Penyemprotan Gangguan Kulit Dosis Keluhan Subjektif 0.029 0.275 Penyemprotan Gangguan Kulit Arah Penyemprotan Keluhan Subjektif Gangguan Kulit 0.032 0.270 Sumber : Data Primer 2016 Berdasarkan hasil uji statistik rank spearmen, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelengkapan APD, frekuensi, dosis, arah dengan keluhan subjektif gangguan kulit.

Sedangkan tidak ada hubungan antara lama dengan keluhan subjektif gangguan kulit. PEMBAHASAN A. Hubungan Kelengkapan APD dengan Keluhan Subjektif Gangguan Kulit Pakaian dan/ atau peralatan pelindung tubuh harus dipakai bukan saja waktu aplikasi, tetapi sejak mulai mencampur, mencuci peralatan aplikasi dan sesudah aplikasi selesai. (4) Dari hasil penelitian yang dilakukan, saat pencampuran dan responden sudah menggunakan APD walaupun tidak lengkap. Pada saat pencampuran responden banyak yang tidak menggunakan masker dan sarung tangan, kadang-kadang menggunakan sepatu boot dan sebagian besar sering menggunakan baju panjang dan celana panjang saat pencampuran. Pada saat sebagian responden menggunakan APD seperti sepatu boot, baju panjang dan celana panjang,akan tetapi sebagian besar responden tidak menggunakan masker dan sarung tangan. Setelah dilakukan uji statistik disimpulkan bahwa ada hubungan antara kelengkapan APD dengan keluhan subjektif gangguan kulit. Artinya kelengkapan APD menjadi salah satu faktor terjadinya keluhan subjektif gangguan kulit pada responden. Faktor yang menyebabkan petani enggan menggunakan APD dengan lengkap karena tidak pernah diadakannya penyuluhan tentang pentingnya menggunakan APD secara lengkap oleh Dinas Pertanian. Hal tersebut seharusnya dilakukan oleh Dinas terkait melihat faktor pendidikan yang rendah di daerah tersebut, karena petani sangat minim informasi tentang bahaya. Faktor dalam penelitian ini adalah tingkat pendidikan responden yang rendah. Penelitian yang sama dilakukan oleh Endro Hari Yulianto tahun 2004 yang menyatakan ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan penggunaan APD. (5) Sebaiknya petani memakai alat pelindung diri yang wajib dikenakan untuk meminimalkan masuknya lewat jalur pernapasan, inhalasi dan pencernaan, oleh karena itu pemakaian masker, sarung tangan, baju lengan

panjang dan celana panjang sangat dianjurkan untuk mengurangi risiko masuknya dalam tubuh. (6) B. Hubungan Lama Penyemprotan dengan Keluhan Subjektif Gangguan Kulit Lama yang dilakukan di setiap lahan petani kurang dari 4 jam setiap hari (66.7%). Melakukan istirahat pada saat dengan (47.6%) dan lama sesuai dengan label kemasan (52.4%). Perilaku petani dalam sudah baik karena sudah menerapkan lama yang sesuai dengan label kemasan. Dari hasil uji statistik yang dilakukan bahwa tidak ada hubungan antara lama dengan gangguan subjektif gangguan kulit. Dapat diartikan lama merupakan bukan faktor utama memicu kejadian keluhan subjektif gangguan kulit. Hal tersebut dikarenakan perilaku responden yang memperhatikan lama. Hasil penelitian yang sama telah dilakukan oleh Bekti Astuti tahun 2002, yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan antara lama dengan keracunan pada petani penyemprot hama di Desa Bumen Kecamatan Sumowono Kabupaten Semarang tahun 2002. (7) Menurut Permenaker No.Per-03/Men1986 pasal 2 ayat 2a dinyatakan bahwa untuk menjaga efek yang tidak diinginkan maka dianjurkan supaya tidak melebihi 4 jam sehari dalam seminggu berturut-turut bila menggunakan. (8) C. Hubungan Frekuensi Penyemprotan dengan Keluhan Subjektif Gangguan Kulit Pemaparan pada tubuh manusia dengan frekuensi yang sering dan dengan interval waktu yang pendek menyebabkan residu dalam tubuh manusia menjadi lebih tinggi, secara tidak langsung kegiatan petani yang mengurangi frekuensi menyemprot dapat mengurangi terpaparnya petani tersebut oleh. (9)

Penelitian yang dilakukan pada petani tidak lebih dari dua kali dalam satu minggu sebanyak (52.4%) dan selang waktu dalam sebanyak 38 responden (60.3%). Berdasarkan uji statistik yang dilakukan didapatkan hasil ada hubungan antara frekuensi dengan keluhan subjektif gangguan kulit. Penelitian yang sama dilakukan oleh Agung Rosyid Budiawan pada tahun 2014, berdasarkan uji yang dilakukan terhadap tingkat frekuensi dengan Cholinesterase petani bahwa ada hubungan antara tingkat frekuensi dengan Cholinesterase petani bawang merah di Ngurensiti Pati. (6) D. Hubungan Dosis Penyemprotan dengan Keluhan Subjektif Gangguan Kulit Distribusi keracunan berdasarkan dosis dikelompokkan menjadi 2 kelompok yaitu penggunaan dosis tidak sesuai dan penggunaan dosis sesuai aturan. (10) Kebanyakan petani memberikan dosis pada saat akan menggunakan tutup dari botol kemasan, hal tersebut dilakukan karena sudah terbiasa. Berdasarkan penelitian yang dilakukan para responden sebagian besar tidak membaca label kemasan sebelum (49.2%). Responden juga tidak sesuai dengan aturan di label kemasan sebanyak (52.4%).Hal tersebut dikarenakan responden tidak memperhatian dosis yang digunakan pada saat. Dosis semakin besar semakin mempermudah terjadinya keracunan pada petani pengguna karena bila dosis penggunaan bertambah, maka efek dari juga bertambah. (11) E. Hubungan Arah Penyemprotan dengan Keluhan Subjektif Gangguan Kulit Penyemprotan merupakan proses dimana digunakan sesuai dengan fungsi dan kebutuhannya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembaban dan curah hujan. Penyemprotan yang tidak sesuai dengan arah angin memberikan paparan yang lebih besar. (12)

Hasil penelitian menunjukkan petani di Kelurahan Pakurejo memperhatikan arah angin (44.4%) dan yang tidak memperhatikan arah angin yaitu (39.7%). Walaupun banyak yang memperhatikan arah angin tetapi yang tidak memperhatikan arah angin juga tidak sedikit. Responden kadang-kadang dengan cara mundur sebanyak (39.7%) dan yang tidak dengan cara bergerak mundur (33.3%). Tetapi saat tiba-tiba angin bertiup kencang sebanyak (49.2%) memilih menghentikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Ais Regi Osang dkk pada tahun 2016 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara arah angin dengan kadar kolinesterase darah. (13) Walaupun hasil menunjukan sebagian petani memperhatikan arah angin saat tetapi tidak sedikit yang menyatakan tidak pernah memperhatikan arah angin, hal tersebut dikarenakan faktor ketidaktahuan responden tentang teknik yang baik dan benar. Saat angin tiba-tiba bertiup kencang sebagian besar responden memilih berhenti, tidak karena takut bila terkena cairan, tetapi responden beralasan tidak mau yang mereka beli terbuang secara sia-sia. SIMPULAN 1. Faktor yang mempengaruhi kelengkapan APD terhadap keluhan subjektif gangguan kulit adalah tidak pemakaian masker (63.5%) dan sarung tangan (81.0%) saat pencampuran dan tidak memakai masker (42.9%) dan sarung tangan (76.2%) saat. 2. Lama dalam penggunaan dengan kategori cukup baik sebesar 51.7 %. 3. Frekuensi dalam penggunaan dengan kategori cukup baik sebesar 65.1 %. 4. Dosis dalam penggunaan dengan kategori kurang sebesar 63.5% 5. Arah dalam penggunaan dengan kategori kurang sebesar 51.7%.

6. Kejadian keluhan subjektif gangguan kulit dengan kategori kurang sebesar 51.7%. 7. Ada hubungan antara kelengkapan APD dengan keluhan subjektif gangguan kulit. 8. Tidak ada hubungan antara lama kerja dengan keluhan subjektif gangguan kulit. 9. Ada hubungan antara frekuensi dengan keluhan subjektif gangguan kulit. 10. Ada hubungan antara dosis dengan keluhan subjektif gangguan kulit. 11. Ada hubungan antara arah dengan keluhan subjektif SARAN gangguan kulit 1. Untuk petani diharapkan menggunakan APD secara lengkap seperti masker, sarung tangan, baju panjang, celana panjang dan sepatu boot saat pencampuran maupun. 2. Petani diharapkan memperhatian frekuensi yaitu kurang dari dua jam setiap hari dan memberikan selang waktu saat. 3. Petani diharapkan memperhatikan dosis dengan cara membaca label kemasan sebelum dan sesuai aturan yang tertera pada label kemasan. 4. Petani diharapkan memperhatikan arah angin saat 5. Petani diharapkan pencampuran di ruang terbuka DAFTAR PUSTAKA agar memperkecil kemungkinan terpapar. 1. Subiyakto Sudarmo. Pestisida. Kanisius. Yogyakarta.1991 2. Pemerintah Kabupaten Temangung. Sekilas Temanggung 2015. http://www.temanggungkab.go.id/info/detail/2/17/sekilastemanggung.html Diakses 25 Novermber 2015.

3. Sutanto,Luknis Sabri. Statistik Kesehatan. PT. Rajagrafindo Persada. Jakarta Utara. 2010 4. Direktorat Pupuk dan Pestsida. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida. Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian. Kementrian Pertanian. 2011 5. Endro Hari Yulianto. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Penggunaan APD pada Petani dalam Menyemprot Hama di Desa Doplang Kecamatan Jati Kabupaten Blora (skripsi).2004 6. Agung Rosyid Budiawan. Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Cholinesterase Pada Petani Bawang Merah di Ngurensiti Pati. Unnes Journal of Public Health 3 (1).2013 7. Bekti Astuti. Hubungan Faktor-faktor Pemaparan Pestisida pada Petani Penyemprot terhadap Aktifitas Kholinesterase dalam Darah Petani di Desa Bumen, Kecamatan Sumowono, Kabupaten Semarang (skripsi).2002 8. Permenaker No. Per-03/men 1986 Tentang Kinerja dengan Pestisida(http://perundangan.pertanian.go.id/admin/file/SK-194-02.pdf) Diakses 2 Juni 2016 9. Afriyanto. Kajian Keracunan Pestisida pada Petani Penyemprot Cabe di Desa Candi, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang (Thesis). 2008 10. Khabib Mualim. Analisis faktor Risiko yang berhubungan terhadap Kejadian Keracunan Pestisida Organofosfat Pada Petani Penyemprot Hama tanaman di Kecamatan Bulu Kabupaten temanggung (thesis).2002 11. Suma mur,pk ; Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja, PT.Gunung Agung,Jakarta,248,1996 12. Fitria Saftarina. The behavior in using of Pesticides on Rice farmers at RJ Village Bandar Lampung.JUKE Volume 4 nomor 8 September 2014. 13. Ais Regi Osang dkk. Hubungan antara Masa Kerja dan Arah Angin dengan Kadar Kolinesterase Darah Pada Petani Padi pengguna Pestisida di Desa Pengian Tengah Kecamatan Passi Timur kabupaten Bolang Mongondow. Jurnal Ilmiah Farmasi-UNSRAT Vol.5 No.2 2016 ISSN 2302-2493.2016.