BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah

dokumen-dokumen yang mirip
PERBANDINGAN KONFIGURASI TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN PADA PASIEN CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN ORANG NORMAL

BAB IV METODE PENELITIAN. Semarang dalam kurun waktu Mei Juni pada tahun 2015.

I. PENDAHULUAN. nervus medianus tertekan di dalam Carpal Tunnel (terowongan karpal) di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1

Carpal tunnel syndrome

BAB I PENDAHULUAN. kreativitas manusia sehingga kreativitas manusia adalah sumber ekonomi. pada produksi kreativitas dan inovasi manusia.

BAB 1 : PENDAHULUAN. efektif dalam arti perlunya kecermatan penggunaan daya, usaha, pikiran, dana dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. saraf yang terjadi ketika saraf medianus pada pergelangan tangan terjepit

BAB I PENDAHULUAN. menerapkan suatu sistem kerja tetap bagi para pekerjanya, yaitu sistem

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan salah satu bidang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatifnya

BAB I PENDAHULUAN. yang berulang-ulang. Salah satunya adalah mengetik atau menekan dan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. mencukupi kehidupan dan/atau untuk aktualisasi diri. Namun dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh ligamen-ligamen kuat yang mempersatukan tulang-tulang ini. Ulna distal

BAB I PENDAHULUAN. dan mengobati kecelakaan kerja dan penyakit sudah lama diketahui dan

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu pekerjaan. Komputer yang banyak digunakan oleh segala kalangan untuk

BAB I PENDAHULUAN. batasan World Health Organization (WHO) adalah keadaan sejahtera dari

Faktor Risiko Kejadian Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Wanita Pemetik Melati di Desa Karangcengis, Purbalingga

KELUHAN SUBJEKTIF CARPAL TUNNEL SYNDROME PADA PEMERAH SUSU SAPI DI BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

Factors Affecting The Occurrence of Carpal Tunnel Syndrome (CTS) in Cleaning Workers of Onion Bark at Trade Unit Bawang Lanang Iringmulyo Metro City

HUBUNGAN DIABETES MELITUS TERHADAP KEJADIAN SINDROMA TEROWONGAN KARPAL DI RS BETHESDA YOGYAKARTA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009,

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup sehat bagi setiap penduduk akan mewujudkan kesehatan yang

Kata kunci : Carpal Tunnel Syndrome (CTS), pengrajin, batu tatakan.

Hubungan Gerakan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Dengan Keluhan Carpal Tunnel Syndrome Pada Pekerja Pengepakan PT. Logan Food Karanganyar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN NEUROLOGI

Repository.unimus.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan UUD 1945 adalah melindungi segenap Bangsa Indonesia dan seluruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL. Pasien atas nama Ny.IA berumur 65 tahun yang mengeluh pergelangan

BAB I PENDAHULUAN. tidak hanya di kantor, tetapi juga di rumah, sekolah, bahkan kafe-kafe. Dari

BAB 1 PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan guna mencapai kesadaran, kemauan dan kemampuan

ABSTRAK. Deteksi Dini Sindrom Terowongan Karpal

KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP Kerangka Teori

Journal Reading ULFA ELSANATA ( )

BAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena

BAB 1 PENDHULUAN. Perkembangan industri percetakan di Indonesia berjalan pesat hingga

BAB I PENDAHULUAN. banyak tenaga kerja untuk mengoperasikan peralatan kerja industri.

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR-FAKTOR INDIVIDU DENGAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA KONVEKSI

HUBUNGAN UMUR DAN MASA KERJA TERHADAP KEJADIAN CARPAL TUNNEL SYNDROME (CTS) PADA PEKERJA PEMECAH BATU DI KELURAHAN CIBUNIGEULIS KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. melitus tipe 2 (DM) di seluruh dunia. Jumlah kasus DM mencapai 8,4 juta penderita

BAB I PENDAHULUAN. yang mengenai mereka di usia lanjut atau usia dewasa dimana rawan kartilago yang

CARPAL TUNNEL SYNDROME ( C T S )

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

DAFTAR PUSTAKA. 6. Ranstam J, Rose I. Prevalence of Carpal Tunnel Syndrome

BAB I PENDAHULUAN. yang diberikan untuk gangguan muskuloskeletal yang terjadi pada pekerja UKDW

BAB I PENDAHULUAN. berat. Apabila terjadi gangguan pada tangan maka kita akan kesulitan untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Upaya perlindungan terhadap bahaya yang timbul serta pencapaiaan

Faktor Prediktor Carpal Tunnel Syndrome (CTS) pada Pengrajin Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM)

Carpal Tunnel Syndrome di Bagian Instalasi Gizi

EMG digunakan untuk memastikan diagnosis dan untuk menduga beratnya sindroma kubital. Juga berguna menilai (8,12) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara

BAB I PENDAHULUAN. Pergelangan tangan dan jari-jari tangan merupakan kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bells Palsy adalah kelumpuhan atau kerusakan pada nervus facialis

BAB I PENDAHULUAN. Batu empedu merupakan batu yang terdapat pada kandung empedu atau pada

BAB 1 PENDAHULUAN. empedu atau di dalam duktus koledokus, atau pada kedua-duanya (Wibowo et al.,

PERBANDINGAN KONFIGURASI TANGAN DAN PERGELANGAN TANGAN PADA PASIEN CARPAL TUNNEL SYNDROME DENGAN ORANG NORMAL

BAB II LANDASAN TEORI. a. Pengertian Gerakan Berulang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan. Kelainan penyerta yang timbul pada bayi baru lahir akan menghambat

BAB 1 PENDAHULUAN. Stroke yang disebut juga sebagai serangan otak atau brain attack ditandai

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan yang belum dapat diselesaikan oleh negara-negara maju. dan berkembang di dunia. Studi pada tahun 2013 dari Institute for

BAB 4 HASIL. Korelasi stadium..., Nurul Nadia H.W.L., FK UI., Universitas Indonesia

PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI PADA KONDISI CARPAL TUNNEL SYNDROM DENGAN MODALITAS ULTRASOUND DAN TERAPI LATIHAN. DI RS.AL.dr.RAMELAN. SURABAYA.

BAB III METODE PENELITIAN. analitik dengan pendekatan cross-sectional, yaitu suatu penelitian untuk

2 Penyakit asam urat diperkirakan terjadi pada 840 orang dari setiap orang. Prevalensi penyakit asam urat di Indonesia terjadi pada usia di ba

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduknya memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan serta

BAB I PENDAHULUAN. dalam menghasilkan suatu produksi. Tidak sedikit proses produksi yang

BAB I PENDAHULUAN. pemerahan yang dilakukandan batas maksimum residu dalam bahan makanan. menggunakan tangan (Handayani dan Purwanti, 2010).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun sosial. Perubahan fisik pada masa remaja ditandai dengan pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. Pengukuran antropometri terdiri dari body mass index

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. optimal. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan upaya pengelolaan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. penyakit kronis telah terjadi di Indonesia seiring dengan kemajuan teknologi dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. yang optimal. Kesehatan optimal yaitu dimana keadaan sejahtera dari badan, jiwa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. aliran darah dalam vena mengalami arah aliran retrograde atau aliran balik

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutaan merupakan suatu masalah kesehatan di dunia, dilaporkan bahwa

Obat Diabetes Ampuh Bagi Neuropati Jenis Tambahan

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan perangkat Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) teknologi. Seolah-olah hidup manusia sudah sangat tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. apabila terjadi kerusakan. Salah satu keluhan yang sering dialami lansia akibat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN orang dari 1 juta penduduk menderita PJK. 2 Hal ini diperkuat oleh hasil

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini berlokasi di RSUP Dr. Kariadi Semarang bagian saraf dan rehabilitasi medik

BAB I PENDAHULUAN. Menurut International Diabetes Federation (IDF, 2015), diabetes. mengamati peningkatan kadar glukosa dalam darah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom Terowongan Karpal atau Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati kompresi simtomatik nervus medianus pada pergelangan tangan berupa peningkatan tekanan di dalam terowongan carpal dan penurunan fungsi saraf di tingkat tersebut. 1 Gejala yang tampak pada penderita CTS adalah nyeri, kesemutan, mati rasa atau rasa tebal, kelemahan pada area yang disarafi nervus medianus, sampai atrofi otot. Gejala tersebut dapat bersifat irreversibel bila tidak ditangani dan dapat mengganggu aktivitas penderita CTS. 2 Hal tersebut dapat berdampak pada menurunnya produktivitas kerja penderita CTS. 3,4 CTS merupakan salah satu gangguan ekstremitas atas yang paling sering terjadi. Prevalensi CTS beragam di berbagai negara di dunia. Survey di Amerika Serikat pada tahun 1988 memperkirakan prevalensi CTS sebesar 1,55 % dari 170 juta orang. 5 Di Swedia dilaporkan prevalensi CTS secara klinis sebesar 3,8 % dan prevalensi CTS yang dikonfirmasi secara klinis dan dengan elektrofisiologi sebesar 2,7 %. 6 Pada populasi khusus, dilaporkan prevalensi terbesar pada pekerja dengan pergerakan tangan berulang yang tinggi dan beban yang besar, seperti tukang giling, tukang potong daging, pekerja toko grosir. 7 Di Indonesia sendiri peneliti belum menemukan besar prevalensi pada populasi umum. Namun, terdapat penelitian prevalensi pada populasi khusus yakni penelitian prevalensi CTS pada pekerja garmen di Jakarta yang dilaporkan sebesar 20,3 %. 8 Selain itu 1

2 juga dilaporkan kejadian CTS pada pemetik melati di Desa Karangcengis, Purbalingga sebesar 47,2 % dari 72 pekerja yang diteliti. 9 Prevalensi CTS lebih banyak pada populasi khusus yang berhubungan dengan pekerjaan yang menggunakan tangan. Di Instalasi Rehabilitasi Medik RS Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2006 terdapat 34 pasien baru terdiagnosa CTS atau sekitar 4 % dari 838 pasien baru. 10 Beberapa faktor risiko berperan dalam perkembangan CTS: kehamilan, umur lanjut, jenis kelamin perempuan, pekerjaan spesifik seperti pemotong daging, tukang giling, dan pekerjaan lainnya yang melibatkan gerakan repetitif tangan, riwayat keluarga, keadaan medis seperti, hipotiroidisme, diabetes, trauma, predisposisi anatomi pada pergelangan tangan dan tangan, penyakit infeksi, dan penyalahgunaan zat. 1 Hubungan antara CTS dan pekerjaan telah banyak diteliti sebelumnya. Pekerjaan yang berhubungan dengan pergerakan berulang ulang, pajanan getaran pada lengan dan tangan, pergerakan tangan yang kuat, gerakan memutar dan membengkokkan tangan meningkatkan risiko CTS. Faktor risiko yang berhubungan dengan pekerjaan dapat dimodifikasi dengan tindakan preventif di tempat kerja, seperti dengan cara pergantian aktivitas kerja yang melibatkan tangan atau pemberian waktu istirahat yang lebih lama. Hubungan antara struktur anatomi pada CTS telah diteliti sebelumnya. Boz, et al meneliti bahwa rasio pergelangan tangan penderita CTS lebih besar daripada kontrol. Begitu pula dengan shape index dan digit index. 11 Kamoltz,et al meneliti bahwa pasien CTS memiliki rasio pergelangan tangan lebih besar daripada kontrol. 12 Laurence, et al meneliti bahwa rasio tangan dan rasio

3 pergelangan tangan pada pasien CTS lebih rendah dari pada kontrol. 13 Sharifi- Mollayousefi, et al meneliti bahwa rasio pergelangan tangan dan shape index lebih besar pada semua pasien CTS daripada kontrol. 14 Chiotis, et al meneliti bahwa kecepatan konduksi sensorik dan latensi motor distal dari nervus medianus berhubungan dengan rasio tangan, rasio pergelangan tangan, rasio carpal tunnel inlet dan outlet. 15 Vogelin, et al meneliti bahwa dari pemeriksaan sonografi pasien CTS memiliki bentuk internal carpal tunnel yang lebih persegi daripada kontrol. 16 Antropometri tangan pada populasi umum telah dilakukan pada populasi dari berbagai ras dan etnis. Survei yang dilakukan National Institute of Occupational Health India menunjukkan bahwa panjang tangan, lebar dan tebal tangan, termasuk sendi jari dari perempuan India lebih kecil dari perempuan dari Amerika, Inggris, dan India Barat. Lingkar tangan dari perempuan India juga lebih kecil daripada perempuan Amerika. 17 Hal ini menunjukkan perbedaan antropometri tangan dari ras Asia khususnya India dengan ras kulit putih khususnya dari Eropa dan Amerika. Sedangkan pada populasi Jordan yang merupakan ras Timur Tengah dilaporkan bahwa perempuan Jordan mempunyai tangan yang lebih panjang daripada perempuan dari Bangladesh dan Vietnam tetapi lebih pendek dari Nigeria, Inggris, dan Meksiko. Lebar tangannya pun juga lebih luas dibanding Bangladesh, Vietnam, Nigeria, Meksiko, kecuali Inggris. 18 Kemudian di Asia sendiri juga terdapat perbedaan dari masing masing etnis. Yu-Cheng Lin et al melaporkan bahwa di antara etnis Taiwan, China, Jepang, dan Korea, panjang tangan paling besar dimiliki oleh Taiwan baik perempuan dan laki

4 laki. 19 Sedangkan di Indonesia sendiri belum ditemukan penelitian mengenai antropometri tangan pada populasi umum. Rasio pergelangan tangan merupakan perbandingan antara tebal pergelangan tangan dengan lebar pergelangan tangan, sedangkan rasio tangan didefinisikan sebagai perbandingan panjang tangan dengan lebar tangan. Dalam penelitian terdahulu menunjukkan bahwa kedua hal tersebut merupakan faktor risiko pada Carpal Tunnel Syndrome. Ukuran rasio tangan 2,2 berisiko dua kali lipat untuk terjadi CTS. Pada pria rasio tangan 2,2 meningkatkan risiko empat kali lipat. Hal ini mungkin disebabkan karena semakin kotak bentuk tangan dan semakin pendek jari tangan, maka semakin besar ekstensi atau fleksi yang diperlukan untuk satu gerakan, sehingga menambah tekanan pada area intrakarpal. Rasio pergelangan tangan >0,7 merupakan titik kritis untuk risiko pada CTS. Rasio pergelangan tangan >0,7 meningkatkan risiko CTS setidaknya dua kali lipat. Peran rasio pergelangan tangan pada perjalanan penyakit CTS tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi beberapa penjelasan diajukan. Mungkin terdapat hubungan antara rasio pergelangan tangan dan variasi pada stenosis karpal pada struktuk dinamik dan statik dan kelainan saraf medianus. 11,12,14,20 Pengukuran antropometri tangan dilakukan dengan alat sederhana maupun alat canggih. Kamolz, et al menggunakan standard engineering caliper untuk mengukur konfigurasi tangan dan pergelangan tangan sekaligus menggunakan ultrasound untuk mengukur carpal tunnel ratio. 12 Sharifi-Mollayousefi, et al menggunakan sebuah compass untuk mengukur antropometri tangan dan pergelangan tangan. 14 Vogelin, et al mengukur bentuk internal carpal tunnel

5 menggunakan ultrasound. 16 Pengukuran dengan alat sederhana seperti caliper atau jangka sorong dapat digunakan untuk mengetahui predisposisi CTS pada seseorang. Lebih jauh lagi jangka sorong mungkin dapat digunakan sebagai screening CTS. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini mengambil topik konfigurasi tangan dan pergelangan tangan pada pasien CTS. Masih sedikit penelitian mengenai hal tersebut yang dilakukan terutama di Indonesia. Diharapkan penelitian ini dapat menambah pengetahuan mengenai ilmu kedokteran khususnya mengenai Carpal Tunnel Syndrome. 1.2 Permasalahan Penelitian 1.2.1 Permasalahan Umum Apakah ada perbedaan konfigurasi pergelangan tangan dan tangan pada pasien CTS dengan yang normal? 1.2.2 Permasalahan khusus 1. Apakah ada perbedaan rasio tangan pada pasien CTS dengan yang normal? 2. Apakah ada perbedaan rasio pergelangan tangan pada pasien CTS dengan yang normal?

6 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan umum Mengetahui perbandingan konfigurasi tangan dan pergelangan tangan pada Carpal Tunnel Syndrome dengan yang normal. 1.3.2 Tujuan khusus 1. Mengetahui perbandingan rasio tangan pada Carpal Tunnel Syndrome dengan yang normal. 2. Mengetahui perbandingan rasio pergelangan tangan pada Carpal Tunnel Syndrome dengan yang normal. 1.4 Manfaat Penelitian 1. Menambah ilmu pengetahuan terutama mengenai Carpal Tunnel Syndrome. 2. Dapat mengetahui ukuran tangan dan pergelangan tangan pada Carpal Tunnel Syndrome. 3. Dapat digunakan untuk screening pada Carpal Tunnel Syndrome. 4. Memberikan informasi tentang rasio pergelangan tangan dan rasio tangan untuk penelitian selanjutnya.

7 1.5 Keaslian Penelitian Tabel 1. Orisinalitas penelitian No Penelitian Peneliti Metode Hasil 1 Faktor Risiko Cavit Boz, Analitik Indeks Massa Tubuh Individu pada Carpal Tunnel Syndrome : Sebuah Evaluasi Indeks Massa Mehmet Ozmenoglu, Vildan Altunayoglu, observasional merupakan faktor risiko signifikan pada penderita CTS perempuan maupun laki laki (P<0,001). Indeks pergelangan Tubuh, Indeks Pergelangan Tangan, dan Pengukuran Sibel Velioglu, Zekeriya Alioglu tangan merupakan faktor risiko CTS pada perempuan tetapi bukan pada laki laki Antropometri (P<0,001). Antropometri Tangan. 11 tangan dan pergelangan Diterbitkan tahun 2004. Turki tangan merupakan faktor risiko independen CTS pada perempuan, tetapi tidak pada laki laki.

8 2 Carpal Tunnel L.-P. Kamolz, Anatlitik Panjang tangan lebih Syndrome : Sebuah Pertanyaan H. Beck, W. Haslik, observasional besar si grup kontrol (19 cm kontrol; 18,2 pasien). Lebar telapak tangan Konfigurasi Tangan dan Pergelangan R. Hogler, M. Rab, lebih besar pada grup pasien (9,1 cm pasien; 8,6 cm kontrol). Tangan? 12 Diterbitkan K. F. Schrogendorger, Pasien CTS mempunyai pergelangan tangan yang tahun 2004. M. Dorfer lebih kotak (0,72) dan Austria terowongan karpal yang lebih kotak (0,48) daripada kontrol (0,68 dan 0,42). Anatomi dari tangan, pergelangan tangan, dan carpal tunnel mungkin merupakan predisposisi CTS

9 3 Konfigurasi Laurence A Analitik Lebar telapak tangan Tangan dan Galea, observasional lebih besar pada pasien Pergelangan Tangan pada Pasien dengan Carpal Tunnel Ray Gatt, Carmel Sciberras secara signifikan. Tidak ada perbedaan signifikan antara kedua grup. Lebar pergelangan tangan dan Syndrome. 13 tebal pergelangan tangan Diterbitkan tahun 2007. Malta lebih besar pada grup pasien. Rasio tangan dan rasio pergelangan tangan lebih kecil pada grup pasien secara signifikan. Anatomi tangan dan pergelangan tangan mungkin mempengaruhi CTS.

10 4 Penilaian Indeks A. Sharifi- Analitik Nilai rata rata Indeks Massa Tubuh Mollayousefi, observasional Massa Tubuh, rasio dan Pengukuran Antropometri Tangan sebagai Faktor Risiko M. Yazdchi- Marandi, H. Ayramlou, pergelangan tangan, shape index, lebih tinggi pada semua pasien CTS dan perempuan Independen Carpal Tunnel Syndrome. 14 P. Heidari, A. Salavati, dibandingkan kontrol, sedangkan pada laki laki hanya Indeks Massa Diterbitkan tahun 2008. Iran S. Zarrintan Tubuh dan rasio pergelangan tangan yang lebih tinggi. Indeks Massa Tubuh, rasio pergelangan tangan, dan shape index merupakan faktor risiko independen untuk CTS

11 5 Peran Konstantinos Analitik Perbedaan antara pasien Karakteristik Chiotis, observasional dan kontrol signifikan Antropometri pada Carpal Tunnel Syndrome Idiopatik. 15 Diterbikan tahun 2013. Yunani Nikolaos Dimisianos, Aspasia Rigopoulou, Athina Chrysanthopou lou, Elisabeth Chroni untuk rasio tangan dan pergelangan tangan dan semua dimensi ultrasonografi. Kecepatan konduksi sensorik dan latensi motorik distal pada saraf medianus pada semua subyek berkorelasi dengan rasio tangan, rasio pergelangan tangan, carpal tunnel inlet ratio, dan carpal tunnel outlet ratio. Rasio pergelangan tangan secara signifikan berkorelasi dengan carpal tunnel inlet ratio dan carpal tunnel outlet ratio. Sebuah konfigurasi tangan dan pergelangan tangan yang khusus, yaitu tangan yang pendek dan lebar, dan pergelangan tangan yang kotak dan pintu masuk terowongan yang dalam menunjukkan peningkatan kecenderungan CTS idiopatik.

12 6 Pengukuran Esther Analitik Ultrasonografi Sonografi Vögelin, observasional menunjukkan konfigurasi Pergelangan Tangan dan Deteksi Ciri Ciri Anatomis pada Carpal Tunnel Thomas Mészàros, Franziska Schöni, internal carpal tunnel yang kotakpda pasien CTS dibandingkan kontrol (P<0,001). Pasien dengan CTS Syndrome. 16 Diterbitkan tahun 2014. Swiss Mihai A. Constantinescu menunjukkan kecenderungan terhadap keberadaan otot fleksor di terowongan karpal. CTS terdapat pada wanita dengan Indeks Massa Tubuh yang lebih tinggi (P=0,015). Ultrasonografi dapat mendeteksi ciri ciri anatomis spesifik pada tingkat pergelangan tangan pada pasien CTS. Penelitian ini berbeda dari penelitian sebelumnya dalam hal lokasi yaitu di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang dan dalam hal subyek penelitian yang merupakan ras Asia khususnya dari Indonesia.