BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi pemerintah, sekaligus sarana bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli surat-surat berharga. Sesuai dengan UU Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995 pasar modal dapat diartikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek. Pasar modal memiliki peran penting dalam kemajuan perekonomian suatu negara, yang merupakan sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana bukan hanya dari masyarakat dalam negeri tetapi juga sarana untuk mengundang masuknya investor asing dan dana asing. Bursa Efek Indonesia (BEI). Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan lembaga yang mengelola pasar modal di Indonesia. BEI menyediakan infrastruktur bagi terselenggaranya transaksi di pasar modal. Perusahaan-perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia terbagi menjadi beberapa sektor, antara lain: sektor industri penghasil bahan baku (sektor pertanian dan sektor pertambangan), sektor industri pengolahan atau manufaktur (sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri dan sektor industri barang konsumsi), dan sektor jasa (sektor property dan real estate, sektor infrastruktur, utilitas dan transportasi, sektor keuangan serta sektor perdagangan, jasa dan investasi) (www.sahamok.com, diakses 19 Januari 2015). Industri Property dan Real Estate pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian mengenai industri real estate tercantum dalam PDMN No.5 Tahun 1974 yang mengatur tentang industri real estate. Dalam peraturan ini pengertian industri real estate adalah perusahaan property yang bergerak dalam bidang penyediaan, pengadaan, serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha industri, termasuk industri pariwisata. Sedangkan definisi Property menurut SK Menteri Perumahan 1
Rakyat no.05/kpts/bkp4n/1995, Ps 1.a:4 adalah tanah hak dan atau bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain, property adalah industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan kepemilikan. Sejak terjadinya krisis keuangan global yang bermula pada tahun 2008 dan diawali jatuhnya industri property di Amerika Serikat yang akhirnya berdampak pula pada wilayah Asia (Bisnis Indonesia, 2010). Salah satunya Indonesia, sempat mengalami guncangan akibat krisis tersebut, sekitar kuarter ketiga tahun 2008 lalu, pada 8 Oktober indeks bursa saham Indonesia tutup sementara. Kondisi ini dianggap mengancam sektor finansial Indonesia. Sektor property merupakan salah satu sektor yang paling terpuruk sejak krisis global, sehingga terjadi penurunan demand untuk sektor property Indonesia. 10.00% Gambar 1.1 Grafik Pertumbuhan Industri Real Estate and Property 8.00% 6.00% 4.00% 8.24% 5.10% 5.70% 6.80% 7.15% 7.56% 2.00% 0.00% 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Sumber: data Badan Pusat Statistik yang diolah penulis (2015) Namun hal ini tidak menyurutkan perkembangan bisnis property dan real estate untuk terus melakukan ekspansi. Sehingga industri properti merupakan salah satu bidang yang tidak akan mati. Keberadaannya dibutuhkan oleh seluruh masyarakat di belahan dunia manapun. Setiap harinya banyak bisnis baru bermunculan, baik berupa barang maupun jasa, hal tersebut menjadi salah satu faktor utama menjamurnya bangunan-bangunan baru sebagai modal bagi yang membutuhkan lokasi untuk menjalankan bisnis. Industri Property dan Real Estate digunakan dalam penelitian ini karena menurut data dari Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa sektor Property dan Real Estate ini mengalami pertubuhan yang 2
cukup tinggi ditahun 2010 sampai dengan 2014. Industri pada sektor ini dikategorikan sedang berkembang cukup pesat, sehingga industri dalam sektor ini akan mendapatkan perhatian lebih dari para investor yang akan menanamkan modalnya. Bisnis properti saat ini sangat berkembang pesat dan dapat dikatakan menjanjikan. Perkembangannya semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyaknya gedung perkantoran, mall, perumahan, serta bangunan lainnya dapat menjadi salah satu bukti bahwa memang ada pangsa pasar yang cukup besar untuk bisnis ni. Kebutuhan akan properti terutama perumahan semakin meningkat secara signifikan. Dalam satu artikel Direktur PT Ciputra Properti Tbk, Artadinata Djangkar mengatakan pertumbuhan sektor properti di Indonesia pada tahun 2012 diperkirakan tetap cerah dan memiliki permintaan yang tinggi seperti yang terjadi pada tahun 2011 (Wartakota, 2012). Dengan adanya kemudahan akses informasi tersebut memberikan kesempatan siapapun untuk mengolah data yang terdapat di Bursa Efek Indonesia, salah satunya data mengenai perusahaan yang bergerak pada industri Property dan Real Estate. 1.2 Latar Belakang Penelitian Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal dan perkembangan berbagai jenis industri pada negara tersebut. Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang dalam bentuk ekuitas dan hutang yang jatuh tempo lebih dari satu tahun. Dalam aktivitas di pasar modal, para investor memiliki harapan dari investasi yang dilakukannya, yaitu berupa dividen. Dividen adalah pembagian laba yang diperoleh perusahaan kepada para pemegang saham yang sebanding dengan jumlah saham yang dimiliki. Dividen akan diterima oleh pemegang saham hanya apabila ada usaha akan menghasilkan cukup uang untuk membagi dividen tersebut dan apabila dewan direksi menganggap layak bagi perusahaan untuk mengumumkan dividen (Sartono, 2009:45). Kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang 3
saham dan perusahaan yang membayar dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk dividen akan mengurangi sumber dana internalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal, sekaligus memperkecil risiko perusahaan (Lisa dan Clara, 2009). Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada dividen payout rationya yaitu presentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai, artinya besar kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan sisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai dividen payout ratio ini sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan baik maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya dividen payout ratio sesuai dengan harapan pemegang saham dan tentu tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap tumbuh dan sehat (Mardaleni, 2014). Berikut merupakan persentase pertumbuhan dividen payout ratio pada perusahaan property dan real estate dari tahun 2010 sampai dengan 2014: 4
Tabel 1.1 Pertumbuhan Dividen Payout Ratio Pertumbuhan Dividen Tahun Persentase (%) 2010 2011 2012 2013 2014 23,54 24,22 24,64 26,34 26,58 Sumber: Bursa Efek Indonesia (Data diolah) Dari Tabel 1.1 terlihat bahwa terjadi peningkatan dividen pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010 hingga 2014. Salah satu fenomena yang mempengaruhi dividen payout ratio adalah pada perusahaan ASRI Tbk. (Alam Sutera Realty Tbk). Selama 3 tahun hutang yang dimiliki oleh ASRI Tbk dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, dengan adanya hutang pada perusahaan menimbulkan risiko yang cukup besar bagi perusahaan. Namun bagi ASRI Tbk dengan adanya risiko yang tinggi tersebut diikuti pula dengan dividen payout ratio yang semakin tinggi. Sehingga semakin tingginya hutang perusahaan tidak mempengaruhi pebayaran dividen payout ratio yang semakin rendah. Hal ini berbeda dengan perusahaan KPIG Tbk. (Global Land and Development Tbk) yang memiliki hutang yang cukup rendah tetapi tidak membagikan dividen kepada para investor secara stabil, ini dikarenakan kebijakan perusahaan tersebut yang lebih mendahulukan ekspansi bagi perusahaan dari pada membayarkan dividen kepada investor. Jika dilihat dari tabel dibawah ini maka terjadinya perbedaan antara dua perusahaan tersebut dikarenakan adanya kebijakan yang berbeda dimana ASRI tbk lebih memiilih untuk membagikan dividennya kepada pemegang saham, sedangkan KPIG tbk lebih memilih untuk menahan labanya untuk operasional perusahaan. 5
Tabel 1.2 Informasi Keuangan Leverage dan Dividen Payout Ratio Alam Sutera Realty Tbk. dan MNC Land Tbk. No. Nama Perusahaan Tahun DER DPR 1. ASRI 2010 0,107 0,05 2011 0,116 0,12 2012 0,131 0,10 2013 0,171 0,26 2014 0,166 0,16 2. KPIG 2010 0,070-2011 0,080-2012 0,230-2013 0,210-2014 0,240 0,16 Sumber: Bursa Efek Indonesia (Data diolah) Penelitian ini menggunakan variabel-variabel rasio keuangan dalam memprediksi kebijakan dividen. Menurut (Kamaludin 2011:40) Rasio keuangan dirancang untuk membantu mengevaluasi laporan keuangan atau membantu kita mengidentifikasikan beberapa kekuatan dan kelemahan keuangan perusahaan. Rasio keuangan dapat juga sebagai pembanding posisi perusahaan dengan pesaing untuk kebijakan keuangan perusahaan ke depan. Rasio-rasio keuangan yang digunakan antara lain adalah rasio solvabilitas atau leverage yaitu debt to equity ratio, ratio profitabilitas yaitu return on assets dan cash position. Cash position merupakan salah satu ukuran dari rasio likuiditas yang merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya melalui sejumlah kas yang dimiliki perusahaan. Dimana semakin tinggi cash position menunjukkan kemampuan kas perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan semakin meningkatnya cash position juga dapat meningkatkan keyakinan para investor untuk membayar dividen payout ratio yang diharapkan oleh investor (Herdy, 2011). Riset-riset sebelumnya mengenai pengaruh cash position terhadap dividen payout ratio telah banyak dilakukan, 6
menurut Herdy Tedjo (2011) cash position tidak memiliki pengaruh terhadap dividen payout ratio, sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Lisa dan Clara, (2009); Anggit dan Djoko, (2012) menyatakan bahwa variable cash position memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio. DER merupakan salah satu dari rasio leverage yang digunakan untuk mengukur tingkat penggunaan hutang terhadap total modal yang dimiliki oleh perusahaan. DER juga mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Mardaleni, 2014). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima karena kewajiban untuk membayar hutang jauh lebih diutamakan dari pada pembagian dividen bagi pemegang saham (Lisa dan Clara, 2009). Menurut Herdy (2011) DER berpengaruh signifikan terhadap dividen payout ratio yang diperkuat oleh penelitian Danang dan Aris (2010), Pornumpai (2013), Dyah (2010), Nasim (2011). Namun hasil penelitian Mardaleni (2014), Lisa dan Clara (2009), Arief (2012) menyatakan variabel DER tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio. ROA adalah rasio perbandingan net income dengan total aset. ROA merupakan rasio profitabilitas yang dapat dipergunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dengan aset yang dimiliki pada masa lalu, dan kemudian dianalisis untuk memproyeksikan kemampuan perusahaan, maka berpengaruh pada tingginya ketersediaan dana pada perusahaan yang dialokasikan untuk dividen (Anggit dan Djoko, 2012). ROA yang semakin besar berarti bahwa perusahaan tersebut dapat memanfaatkan seluruh asetnya dalam memperoleh laba sehingga tingkat pembagian dividen yang diharapkan akan semakin tinggi. Penelitian yang dilakukan Anggit dan Djoko (2012), Lisa dan Clara (2009), Dyah (2010), Arief (2012) menyatakan variabel ROA berpengaruh positif dan signifikan terhadap dividen payout ratio. Sedangkan Danang dan Aris (2010), Pornumpai (2013), Siti (2011) menyatakan variabel ROA tidak berpengaruh terhadap dividen payout ratio. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tidak semuanya membagikan dividen kepada para pemegang saham, baik itu dalam bentuk 7
dividen tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan yang berbeda dalam membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap perusahaan. Sektor property dan real estate merupakan sektor yang paling sedikit membagikan dividen kepada para pemegang saham selama periode 2010-2014, ada sebanyak 14 perusahaan yang membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengambil judul PENGARUH CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO (DER) DAN RETURN ON ASSETS (ROA) TERHADAP DIVIDEN PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI) PERIODE 2010-2014 1.3 Perumusan Masalah Berbagai penelitian terdahulu telah juga telah mengkaji, namun terdapat perbedaan dalam hasi penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio. Ketidak konsistensian tersebut menimbulkan beberapa masalah yang dapat dirumuskan oleh peneliti tingkatsebagai berikut: 1. Bagaimana cash position, DER (Debt to Equity Ratio) dan ROA (Return on Assets) dan dividen payout ratio 2. Bagaimana cash position, DER (Debt to Equity Ratio) dan ROA (Return on Assets) berpengaruh secara simultan terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014? 3. Apakah Cash Position berpengaruh secara parsial terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014? 4. Apakah Debt to Equity Ratio berpengaruh secara parsial terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014? 5. Apakah Return on Assets berpengaruh secara parsial terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014? 8
1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui cash position, DER (Debt to Equity Ratio) dan ROA (Return on Assets) dan dividen payout ratio 2. Untuk mengetahui bagaimana cash position, DER (Debt to Equity Ratio) dan ROA (Return on Assets) berpengaruh secara simultan terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 3.a. Untuk mengetahui bagaimana Cash Position berpengaruh secara parsial terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 b.untuk mengetahui bagaimana Debt to Equity Ratio berpengaruh secara parsial terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 c. Untuk mengetahui bagaimana Return on Assets berpengaruh secara parsial terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 4. Berapa besar pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio dan Return on Assets terhadap dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 1.5 Kegunaan Penelitian 1. Aspek Teoritis Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah referensi yang dapat memberikan informasi bagi kemungkinan adanya penelitian lebih lanjut. Bagi kalangan akademis, diharapkan dapat menambah pengetahuan dan dijadikan acuan untuk penelitian serupa di masa yang akan datang. Bagi peneliti, diharapkan dapat membantu untuk menambah wacana dan referensi baik secara teori maupun praktek khususnya mengenai pembagian dividen pada perusahaan Property dan Real Estate sehingga dapat bermanfaat bagi penelitian selanjutnya yang terkait dan sejenis. 9
2. Aspek Praktis Bagi calon investor penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam pengambilan keputusan investasi dan dapat pertimbangan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio pada perusahaan Property dan Real Estate. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Pembahasan dalam skripsi ini akan dibagi dalam lima bab yang terdiri dari beberapa sub bab-sub bab. Sistematika penulisan skripsi ini secara garis besar adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran umum objek penelitian, latar belakang penelitian yang mengangkat fenomena yang menjadi isu penting sehingga layak untuk diteliti disertai dengan argumen teoritis yang ada, perumusan masalah yang didasarkan pada latar belakang penelitian, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian ini secara teoritis dan praktis serta sistematika penulisan secara umum. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Bab ini mengungkapkan dengan ringkas, jelas dan padat mengenai dividen payout ratio, cash position, DER (Debt To Equity Ratio) dan ROA (Return on Asses) dan asimetri informasi. Bab ini juga menguraikan penelitian terdahulu sebagai acuan penelitian ini, kerangka pemikiran yang membahas rangkaian pola pikir untuk menggambarkan masalah penelitian, hipotesis penelitian sebagai jawaban sementara atas masalah penelitian dan pedoman untuk pengujian data, serta ruang lingkup penelitian yang menjelaskan dengan rinci batasan dan cakupan penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang jenis penelitian yang digunakan, identifikasi variabel dependen dan variabel independen, definisi operasional variabel, tahapan penelitian, jenis dan sumber data (populasi dan sampel) serta teknik analisis data. 10
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan deskripsi dan verifikatif hasil penelitian yang telah dirumuskan dan pembahasan hasil penelitian. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menyajikan kesimpulan hasil analisis penelitian dan saran dari hasil penelitian ini. 11