ANALISIS KELEMAHAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. Susilawati & Dwi Seftihani (2014) mengungkapkan bahwa perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Reformasi manajemen keuangan negara di Indonesia diawali lahirnya

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

Peran Audit Atas Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Dalam Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas. 2. Kajian Pustaka dan Hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan laporan keuangan merupakan salah satu kriteria dalam sistem reward. yang dapat menunjukkan kondisi sebenarnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang baik atau yang biasa disebut sebagai good government governance di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. transparansi pada laporan keuangan pemerintah daerah. Munculnya Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. reformasi dapat dinilai kurang pesat, pada saat itu yang lebih mendapat perhatian

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat tersalurkan. Selain itu dalam Pemerintahan yang baik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Otonomi Daerah di Indonesia, Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. mengamanatkan bahwa setiap kepala daerah wajib menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance merupakan function of governing. Salah

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

BAB I PENDAHULUAN. kinerja aparat birokrasi menurun. Terungkapnya banyak kasus-kasus korupsi baik

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan hasil kegiatan operasional. Laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi dalam bidang pengelolaan keuangan daerah. membuat pemerintah daerah dituntut membawa perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kondisi ekonomi, sosial dan politik adalah dengan mengembalikan kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis atas..., Desi Intan Anggraheni, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH PUSAT DAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 MEMBAIK

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Ditetapkannya Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai manajemen maupun alat informasi bagi publik. Informasi akuntansi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Ulum, 2004). (Stanbury, 2003 dalam Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. situasi kompetisi global seperti ini, Good Corporate Governance (GCG)

BAB 1 PENDAHULUAN. hal pengelolaan keuangan dan aset daerah. Berdasarkan Permendagri No. 21 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Frilia Dera Waliah, 2015 ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH KOTA BANDUNG DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. laporan pertanggungjawaban berupa Laporan Keuangan. Akuntansi sektor publik

BAB I PENDAHULUAN. melalui laporan keuangan pemerintah daerah yang digunakan sebagai dasar

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. karena beberapa penelitian menunjukkan bahwa terjadinya krisis ekonomi di

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan UU No. 15 Tahun 2004

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. publik dalam rangka pemenuhan hak publik. Untuk pengertian good governance,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah menantang pemerintah daerah untuk. mewujudkan pemerintah yang akuntabilitas dan transparan.

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaran pemerintahan yang baik (good governance), salah. satunya termasuk negara Indonesia. Pemerintahan yang baik adalah

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah melakukan reformasi pengelolaan keuangan dengan. mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara,

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Sebagai wujud pertanggungjawaban daerah atas otonomi pengelolaan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi semacam new product dari sebuah industri bernama pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya tuntutan masyarakat atas terwujudnya good governance di Indonesia

BULETIN TEKNIS NOMOR 01 PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN ATAS LAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin maju dan terbukanya sistem informasi dewasa ini, isu-isu

BAB I PENDAHULUAN. untuk menerapkan akuntabilitas publik. Akuntabilitas publik dapat diartikan sebagai bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

ABSTRAK. Kata kunci: good governance, pengelolaan keuangan, sistem pengendalian intern pemerintah, kinerja pemerintah.

ANALISIS HASIL AUDIT LAPORAN KEUANGAN KEMENTERIAN/LEMBAGA

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah (APIP) yang terdapat dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan ekonomi, sudah pasti disemua negara di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemerintah telah menerbitkan peraturan tentang tingkat pengungkapan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus berpartisipasi dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik (good

BAB I PENDAHULUAN. keuangan dibuat untuk memberi informasi kepada pengguna internal dan

Transkripsi:

ANALISIS KELEMAHAN SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH DAERAH HAFSAH RAMDHANSYAH HASAN SAKTI SIREGAR UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA Jl. Kapten Muchtar Basri No 3 Medan Telp (061) 6624567 h_santigar@yahoo.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelemahan-kelemahan dalam penerapan sistem pengendalian intern pemerintah daerah. Populasi penelitian ini adalah seluruh inspektorat di pemerintah kabupaten/kota di Sumatera Utara, termasuk Provinsi Sumatera Utara. Sampel yang diambil menggunakan metode purposive sampling. Sumber data penelitian ini adalah data primer dengan teknik pengutipan melalui kuisioner. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik deskriptif. Hasil analisis data mendapati bahwa masih terdapat berbagai kelemahan dalam penerapan sistem pengendalian intern pemerintah daerah. Kelemahan tersebut antara lain kelemahan dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM), atau tepatnya sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai. Selain itu kelemahan pada kelemahan dalam pengelolaan fisik aset. Oleh karena itu pemerintah daerah diharapkan terus melakukan pembenahan dalam penerapan sistem pengendalian intern pemerintah daerah agar tujuan dari penerapan sistem tersebut dapat tercapai. Kata kunci: sistem pengendalian intern pemerintah, kelemahan sistem, pemerintah daerah Pendahuluan Dewasa ini kata transparansi dan akuntabilitas sangat populer dan diperbincangkan di kalangan masyarakat, mulai dari masyarakat bawah sampai masyarakat atas, mulai dari masyarakat tidak berpendidikan sampai dengan para intelektual, di daerah maupun di pusat. Kedua kata ini selalu dihubungkan dengan kata reformasi dan good governance. Tidak ada reformasi dan good governance tanpa pelaksanaan transparansi dan akuntabilitas. Bahkan kedua kata ini sering digunakan para tokoh masyarakat, LSM, elit politik untuk memperoleh simpati dari masyarakat. Menurut KSAP (2010), setiap entitas pelaporan mempunyai kewajiban untuk melaporkan upaya upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam

pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan tersetruktur pada suatu periode pelaporan untuk kepentingan akuntabilitas, manajemen, transparansi, keseimbangan antar generasi dan evaluasi kinerja. Akuntabilitas dapat diartikan sebagai bentuk kewajiban mempertanggungjawabkan keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggung jawaban yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo 2009). Media yang dimaksud adalah laporan keuangan pemerintah yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Laporan keuangan pemerintah meliputi Laporan Keuangan Pemerintah Pusat (LKPP), Laporan Keuangan Kementerian Lembaga (LKKL), dan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Adapun tingkat kualitas laporan keuangan yang telah diaudit berdasarkan opini berturut-turut adalah WTP (Unqualified Opinion), WDP (Qualified Opinion), tidak memberikan pendapat (Disclaimer Opinion) dan pendapat tidak wajar (Adverse Opinion). Adapun yang jadi pertimbangan bagi auditor BPK dalam memberikan audit opinion adalah: 1. Efektifitas sistem internal control 2. Kesesuaian terhadap SAP 3. Kepatuhan terhadap perundangundangan yang berlaku 4. Pengungkapan yang memadai. Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 33 kabupaten/kota dan satu provinsi, tentunya juga masing-masing pemerintah daerah membuat laporan keuangan pemerintah daerah, dan setiap laporan keuangan tersebut diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Berdasarkan pada data yang diperoleh dari BPK, ternyata sejak tahun anggaran 2008 sampai dengan tahun anggaran 2012 hanya empat LKPD yang mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) yaitu Kota Medan, Kota Binjai, Kota Sibolga, dan Kabupaten Humbang Hasundutan. Bahkan Kota Sibolga mengalami penurunan peringkat menjadi WDP pada tahun anggaran 2012. Berdasakan uraian diatas, maka perlu dilakukan analisis terhadap kelemahan sistem pengendalian intern yang diterapkan pemerintah daerah. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai kelemahan internal control pemerintah daerah, baik itu pemerintah kabupaten maupun pemerintah kota dan pemerintah provinsi yang diduga sebagai penyebab tidak dapat diberikannya opini Wajar Tanpa Pengecualian.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif yang berbentuk kualitatif, yaitu menemukan permasalahan secara umum kemudian mensegmentasikan permasalahan secara spesifik melalui penyebaran kuisioner, observasi terhadap pelaksanaan prinsip-prinsip internal control pada pemerintah Pemkab dan Pemko di wilayah Provinsi Sumatera Utara termasuk pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Populasi penelitian ini adalah pemerintah kabupaten dan pemerintah kota di wilayah Provinsi Sumatera Utara termasuk pemerintah Provinsi Sumatera Utara. Terdapat sejumlah 33 pemerintah kabupaten maupun pemerintah kota ditambah satu pemerintah provinsi. Dengan demikian populasi penelitian ini terdiri dari 34 laporan keuangan pemerintah daerah. Tenik pengambilan sampel yang digunakan peneliti adalah purposive sampling yang termasuk dalam non probability sampling. Pada non probability sampling setiap satuan dari populasi atau setiap anggota populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Peneliti menggunakan sampel ini karena generalisasi tidak menjadi tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini semata-mata ingin mendapatkan gambaran mengenai kelemahan internal control yang dimiliki pemerintah daerah kabupaten/kota mapun provinsi yang ada di Sumatera Utara. Adapun kriteria yang digunakan untuk dijadikan sampel adalah sebagai berikut: 1. Pemkab/Pemko/Pemprov belum pernah mendapatkan opini WTP 2. Inspektorat/BPK/BPKP memberikan data yang akan digunakan untuk menilai internal control Pemkab/Pemko/Pemprov 3. Mudah dijangkau dari Medan Data yang digunakan dalam penelitian ini akan dikumpulkan melalui kuisioner. Teknik analisis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif yakni metode yang memberikan penjelasan dan uraian hasil penyebaran kuisioner dan observasi yang dilakukan untuk menemukan akar permasalahan secara spesifik. Hasil dan Pembahasan Sistem pengendalian merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam penyajian laporan keuangan Pemerintah Daerah. Pengendalian intern merupakan elemen penting dalam penilaian laporan keuangan Pemerintah Daerah. Bahkan salah satu kriteria penilaian auditor untuk memberikan opini audit atas laporan keuangan Pemerintah Daerah adalah efekivitas pengendalian intern. Untuk menilai

pengendalian intern yang telah diterapkan di berbagai pemerintahan daerah, digunakan kuisioner yang diadopsi dari buku pedoman pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan dalam melakukan pemeriksaan atas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Sebenarnya kelemahan pengendalian intern suatu pemerintah daerah dapat diidentifikasi dengan melihat laporan hasil pemeriksaan Badan Pemeriksa Keuangan atas laporan keuangan Pemerintah Daerah. Namun karena laporan hasil pemeriksaan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah tidak dapat diberikan oleh pihak-pihak yang terkait, maka penelitian ini menggunakan kuisioner untuk memperoleh kelemahan dalam penerapan pengendalian intern di pemerintahan daerah. Berdasarkan jawaban responden yang terdiri dari inspektorat berbagai daerah kota dan kabupaten di Provinsi Sumatera Utara diperoleh berbagai kelemahan pengendalian intern dalam pemerintahan daerah. Kelemahan pengendalian intern dibagi kepada tiga bagian yaitu kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan kelemahan struktur pengendalian intern. Berikut ini tabel hasil pengolahan data kelemahan pengendalian akuntansi dan pelaporan. Tabel 1.1 Kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan No. Kelemahan 1 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat 2 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan 3 Entitas terlambat menyampaikan laporan 4 Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai 5 Sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai Jawaban Responden Ya Tidak 24 18 14 28 27 15 16 26 33 9 Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa kelemahan pengendalian intern yang kedua adalah kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja. Sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja merupakan elemen-elemen di lingkungan pemerintah daerah yang terlibat dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah dimulai dari perencanaan hingga pelaksanaannya. Berikut ini tabel jawaban responden tentang kelemahan

sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja. Tabel 1.2 Kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja belum dilakukan berakibat peningkatan biaya/belanja 7 Kelemahan pengelolaan fisik aset 38 4 No. Kelemahan 1 Perencanaan kegiatan tidak memadai 2 Mekanisme pemungutan, penyetoran dan pelaporan serta penggunaan penerimaan daerah/perusahaan dan hibah tidak sesuai ketentuan 3 Penyimpangan terhadap peraturan perundangundangan bidang teknis tertentu atau ketentuan intern organisasi yang diperiksa tentang pendapatan dan belanja 4 Pelaksanaan belanja di luar mekanisme APBD 5 Penetapan/pelaksa naan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan/penda patan 6 Penetapan/pelaksa naan kebijakan tidak tepat atau Jawaban Responden Ya Tidak 29 13 19 23 22 17 8 34 29 13 19 21 Selanjutnya kelemahan struktur pengendalian intern merupakan jenis kelemahan ketiga dalam kelemahan sistem pengendalian intern pemerintahan. Tabel berikut ini menjelaskan unsurunsur kelemahan struktur pengendalian intern. Tabel 1.3 Kelemahan struktur pengendalian intern No. Kelemahan 1 Entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur 2 SOP yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati 3 Entitas tidak memiliki satuan pengawas intern 4 Satuan pengawas intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan optimal 5 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang memadai Jawaban Responden Ya Tida 33 9 36 6 5 37 35 6 k 22 19

Kesimpulan Berdasarkan pada hasil penelitian dan pembahasan maka kesimpulan yang dapat diambil adalah sebagai berikut: 1. Kelemahan sistem pengendalian intern terbagi ke dalam tiga bagian yaitu kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja, dan kelemahan struktur pengendalian intern. 2. Dalam kelemahan sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan, kelemahan yang paling utama adalah kelemahan dalam hal Sumber Daya Manusia (SDM), atau tepatnya sistem informasi akuntansi dan pelaporan belum didukung SDM yang memadai. 3. Kelemahan lain dalam sistem pengendalian akuntansi dan pelaporan adalah Pemerintah Daerah terlambat menyerahkan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD). Kemudian kelemahan dalam hal pencatatan transaksi yang tidak akurat, atau bahkan tidak dicatat. 4. Kelemahan dalam sistem pengendalian pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja yang paling menonjol adalah kelemahan dalam pengelolaan fisik aset. Kemudian diikuti dengan kelemahan dalam hal perencanaan anggaran, dan kelemahan dalam hal penetapan/pelaksanaan kebijakan tidak tepat atau belum dilakukan berakibat hilangnya potensi penerimaan/pendapatan. 5. Dalam hal struktur pengendalian intern, kelemahan yang paling utama adalah Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada pada entitas tidak berjalan secara optimal atau tidak ditaati. Selain itu satuan pengawas intern yang ada tidak memadai atau tidak berjalan optimal, kemudian entitas tidak memiliki SOP yang formal untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur, dan tidak terdapat pemisahan tugas dan fungsi yang tegas dalam entitas. Saran Berdasarkan pada kesimpulan yang diperoleh, maka saran-saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pemerintah daerah hendaknya lebih memperhatikan SDM para pegawai yang berhubungan dengan pengelolaan APBD, sebisa mungkin para pegawai tersebut

memiliki latar belakang pendidikan akuntansi. Kemudian pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan pengelolaan APBD agar terus diberikan kepada para pegawai untuk meningkatkan kompetensi pegawai. 2. Penyusunan LKPD hendaknya direncanakan dengan matang, sehingga LKPD dapat selesai tepat waktu dan diserahkan kepada Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) juga tepat pada waktunya. 3. Setiap transaksi yang terjadi di lingkungan pemerintah daerah hendaknya didukung dengan dokumen-dokumen yang memadai agar dapat dilakukan pencatatan dengan segera dan akurat. 4. Pemerintah daerah hendaknya melakukan inventarisasi aset dengan baik, dan kemudian melakukan pengelolaan aset daerah dengan cermat dan teliti agar tidak terjadi kerugian daerah yang disebabkan oleh kesalahan pengelolaan aset daerah. 5. Perlu dibuat SOP setiap kegiatan secara baku sebagai pedoman bagi para pegawai dalam melakukan pekerjaannya. Kemudian juga perlu dibuat pemisahan tugas dan fungsi yang jelas diantara setiap bagian agar tidak terjadi tumpang tindih wewenang dan kegiatan. Daftar Pustaka Bastian, Indra. (2007). Audit Sektor Publik. Edisi 2. Penerbit: Salaemba Empat, Jakarta. -----------------, (2006) Sistem Perencanaan dan Penganggaran Pemerintah Daerah di Indonesia. Penerbit: Salemba Empat, Jakarta. Indrawati, Sri Mulyani. (2009). Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Pengembangan SDM, Disampaikan pada Seminar Nasional Inisiatif BPK dalam Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Peningkatan Kapasitas SDM Pemerintah. Jakarta 22 Juli 2009. Mardiyanto. (2009). Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Pengembangan SDM, Disampaikan pada Seminar Nasional Inisiatif BPK dalam Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Peningkatan Kapasitas SDM Pemerintah. Jakarta 22 Juli 2009. Mardiasmo. (2007). Perwujudan Transparansi dan Akuntabilitas Publik melalui Akuntansi Sektor Publik: Suatu Sarana Good Governance. Jurnal Akuntansi Pemerintah. Vol 2 No. 1: 1-17.

Mulyadi. (2002). Auditing. Buku 1. Edisi 6. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta. Nasution, Anwar. (2009). Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Pengembangan SDM, Disampaikan pada Seminar Nasional Inisiatif BPK dalam Peningkatan Transparansi dan Akuntabilitas Keuangan Negara melalui Peningkatan Kapasitas SDM Pemerintah. Jakarta 22 Juli 2009. Purnomo, Herry. (2010). Governmental Accounting Standar-Setters Meeting of Asean Member Countris. Akuntan Indonesia. Edisi No. 27. Tahun IV: 16-17. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara. -------------------------, Undang-Undanng Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerntahan Daerah. -------------------------, Undang-Undanng Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. -------------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal. -------------------------, Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Tuanakotta, Theodorus M. (2006). Bepikir Kritis dalam Auditing. Jakarta: Salemba Empat.