BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Pilgub Jabar telah dilaksanakan pada tanggal 24 Pebruari 2013, yang

BAB I PENDAHULUAN. negara tersebut ( Dalam prakteknya secara teknis yang

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan untuk mendapatkan data antara lain: - Tinjauan Pustaka : Buku Mengapa Kami Memilih Golput.

LAPORAN HASIL PENELITIAN

PEMILUKADA PASCA REFORMASI DI INDONESIA. Oleh : Muhammad Afied Hambali Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta. Abstrack

MEKANISME PENYELENGGARAAN PEMILIHAN GUBERNUR DAN WAKIL GUBERNUR JATENG DAN BUPATI DAN WAKIL BUPATI KUDUS TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN. Politik merupakan proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Kegiatan pemilu merupakan agenda politik yang diadakan oleh negara setiap

DAFTAR PUSTAKA. Masyarakat. Jakarta: CV Multiguna. Utama. Rustan, Surianto. (2009). Mendesain Logo. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara demokratis merupakan negara yang memberi peluang dan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Untuk menghimpun seluruh program dan kegiatan yang dilakukan oleh Komisi

MAKALAH ISLAM. Membangun Kesadaran Politik Umat Menghadapi PEMILU

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

I. PENDAHULUAN. demokrasi, Sekaligus merupakan ciri khas adanya modernisasi politik. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. karena keberhasilan suatu perusahaan atau organisasi terletak pada kemampuan

BAB V PENUTUP. sistem-sistem yang diterapkan dalam penyelenggaraan Pemilu di kedua Pemilu itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. memilih sebuah partai politik karena dianggap sebagai representasi dari agama

BAB I PENDAHULUAN. dan juga pada pemilu (Pemilu). Pada umumnya partai politik itu dapat dikatakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum sebagai sarana demokrasi dan juga sebagai cerminan. menyampaikan hak nya sebagai warganegara. Pemilihan umum merupakan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (selanjutnya disebut Pemilu) adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Faktor Penyabab Masyarakat Yang Tidak Menggunakan Hak Pilihnya

BAB I PENDAHULUAN. antara lain karena Indonesia melaksanakan sejumlah kegiatan politik yang

I. PENDAHULUAN. Penelitian ini mengkaji tentang Badan Pengawas Pemilu (BAWASLU), proses. pengawasan dan hambatan-hambatan yang dialami dalam mengawasi

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

LAPORAN PENELITIAN ANALISIS PENYEBAB MASYARAKAT TIDAK MENGGUNAKAN HAK PILIHNYA DALAM PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF TAHUN 2014 DI KABUPATEN TEGAL Oleh:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan Indonesia dari sentralistik menjadi desentralistik sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sosialisasi yang dilaksanakan di Madrasah Aliyah Sukasari Desa Cibeureum Kecamatan Kertasari Kabupaten Bandung,

Caroline Paskarina. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

SEKILAS PEMILU PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU

PANDUAN AKUNTABILITAS POLITIK

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB 1 Pendahuluan. 1.1 Pengertian KPPS

BAB VII PENUTUP Kesimpulan. kualitas dan kuantitas pemilih dalam menggunakan hak pilihnya. Relawan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perjalanan politik di Indonesia selama ini telah menorehkan sejarah panjang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

KEWAJIBAN PELAPORAN DANA KAMPANYE PESERTA PEMILIHAN UMUM LEGISLATIF 2014

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. 1999, 2004, 2009 dan Jumlah kontestan partai partai politik dalam pemilihan disetiap

BAB I PENDAHULUAN. teknologi baru untuk memuaskan kebutuhan. Untuk dapat beradaptasi dengan perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan baru. Memilihan umum (pemilu) dalam era reformasi dan

Dewi Masita Umar, NIM: ,**Jusdin Puluhulawa., SH, M.Si***Dr.Udin Hamim, S.Pd.,SH, M.Si, Jurusan Ilmu Hukum dan Kemasyarakatan, Program Studi

BAB Latar Belakang.

LAPORAN SINGKAT PANJA RUU PILKADA KOMISI II DPR RI

PEMILU. Oleh : Nur Hidayah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian juta 66,9 juta (67 juta) Golput atau suara penduduk

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

HASIL PEROLEHAN SUARA PESERTA PEMILU TAHUN 2009 PARTAI POLITIK (DPR RI)

BAB I PENDAHULUAN. media yang didesain secara khusus mampu menyebarkan informasi kepada

BAB I PENDAHULUAN. Pada Juni 2005, rakyat Indonesia melakukan sebuah proses politik yang

MEKANISME DAN MASALAH-MASALAH KRUSIAL YANG DIHADAPI DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH SECARA LANGSUNG. Oleh : Nurul Huda, SH Mhum

BAB 1 PENDAHULUAN. pesat, dibuktikan semenjak paska reformasi terdapat pergeseran yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

Demokrasi Sudah Digagas Jauh Sebelum Merdeka

xiv digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.

I. PENDAHULUAN. Pemilu merupakan proses pemilihan orang-orang untuk mengisi jabatan-jabatan

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

BAB I Pastikan Pilihan Anda Adalah Peserta Pemilu dan Calon Yang Memiliki Rekam Jejak Yang Baik

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

Good Party Governance Solusi Tuntas Menuju Indonesia Baru

MEMAKNAI ULANG PARTISIPASI POLITIK WARGA: TAHU, MAMPU, AWASI PUSAT KAJIAN POLITIK FISIP UNIVERSITAS INDONESIA 28 JANUARI 2015

TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA PERMASAALAHAN YANG TIMBUL DARI PILKADA 2005 TERKAIT DENGAN PANCASILA

Antara Harapan dan Kecemasan Menyusup di Celah Sempit Pemilu 2004

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Simpulan. Perubahan regulasi yang mengatur tentang partai politik dari waktu ke waktu

2015 PERKEMBANGAN SISTEM POLITIK MASA REFORMASI DI INDONESIA

C. Tujuan Penulisan. Berikut adalah tujuan penulisan makalah pemilukada (Pemilihan Umum Kepala. Daerah).

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

I. PENDAHULUAN. kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat. Pada pasal 1 ayat 2 Undang-

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

I. PENDAHULUAN. memberikan kebebasan kepada masyarakat untuk menyatakan pendapat

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

Pemilu 2009, Menjanjikan tetapi Mencemaskan

BAB I PENDAHULUAN. mengontrol berdasarkan prinsip checks and balances.

BAB I PENDAHULUAN. Simbol manifestasi negara demokrasi adalah gagasan demokrasi dari

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

Memutuskan : Menetapkan : PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM MAHASISWA TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMILIHAN UMUM MAHASISWA. BAB I KETENTUAN UMUM

UNTUK SISWA SMA SE-KOTA MEDAN

PRESS RELEASE PERKUMPULAN UNTUK PEMILU DAN DEMOKRASI (PERLUDEM) Selasa, 14 Maret 2017

I. PENDAHULUAN. diatur dalam Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pemilu

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. demokrasi, desentralisasi dan globalisasi. Jawaban yang tepat untuk menjawab

EVALUASI PEMILU 2014 DI SUMATERA UTARA 1. Muryanto Amin 2

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

I. PENDAHULUAN. demokrasi. Hal ini dipertegas oleh Pasal 1 ayat 2 UUD 1945 yang berbunyi

BAB I PENDAHULUAN. menyangkut kepentingan rakyat harus didasarkan pada kedaulatan rakyat. Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai media massa baik elektronik maupun cetak semua menyajikan

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

PERANAN MEDIA MASSA TERHADAP KESADARAN POLITIK MASYARAKAT DI DUSUN WIJILAN WIJIMULYO NANGGULAN KULON PROGO DALAM PEMILIHAN UMUM 9 APRIL 2014 ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. dikehendaki. Namun banyak pula yang beranggapan bahwa politik tidak hanya

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2003 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pilkada beberapa daerah telah berlangsung. Hasilnya menunjukkan bahwa angka Golput semakin meningkat, bahkan pemenang pemiluhan umum adalah golput. Di Medan, angka golput mencapai 63,38% dari total DPT. Jawa Barat juga hampir menyamai, sekitar 60 % dari pemilih yang terdaftar di KPU. Sedangkan, jauh sebelum dua pilkada terakhir, Jakarta memiliki angka golput sebesar 37 %. Tingginya angka Golput tidak sebanding dengan ongkos politik yang dikeluarkan masing-masing pasangan calon dan KPU sendiri. Padahal, sepanjang masih ada celah, para pasangan calon cenderung memanfaatkan waktu untuk mendahului untuk kampanye dengan dalih sosialisasi. Mesin politik yang seharusnya mampu memanaskan para pasangan calon juga seperti tidak berfungsi. Sejumlah partai politik yang mengusung pasangan calon tidak menjamin akan merenguh banyak suara. Sangat disayangkan, Indonesia yang merupakan negara demokrasi, negara yang berhasil menggulingkan Orde Baru untuk sebuah kebebasan di era reformasi saat ini malah mengalami transisi yang justru seperti kehilangan arah. Tidak memilih, dan hanya sekedar menerima money politiknya saja. Dalam hal ini, pemerintah perlu melakukan manuver pengembalian kepercayaan rakyat. Karena dalam dua pilkada terakhir, inkumben terpilih kembali. Terpilih berarti diberi kesempatan mengevaluasi diri. Sedangkan, golput yang terjadi dikarenakan track record para pasangan calon lainnya tidak menunjukkan realisasi perjuangan kepentingan rakyat yang berarti. Jelas rakyat butuh bukti, daripada mengira-ngira para pasangan calon, lebih baik memilih yang lama, atau tidak memilih sama sekali. Nyatanya pilihan atas pilihan ini memilih tidak memilih siapapun alias golput. Angka golput menjadi cermin bagi banyak pihak. Tidak hanya partai politik tetapi KPU yang punya tanggungjawab mendorong masyarakat untuk berpolitik. Para pendidik juga 1

perlu berbenah karena edukasi politik justru bersumber dari mereka, setidaknya menghindari kegagalan transfer ilmu tentang arti penting politik bagi keberlangsungan sebuah negara. Pemilu membutuhkan partisipasi aktif dari semua warga negara untuk bersama-sama membangun negara menjadi lebih baik dan demokratis. Oleh karena itu, partai politik (parpol) memiliki peran strategis untuk mendorong partisipasi rakyat dalam pemilu. Apabila parpol mampu menyuarakan hati nurani rakyat maka pemilu akan menjadi pesta demokrasi yang dinanti-nantikan rakyat untuk terciptanya perubahan yang lebih baik dengan cara damai. Menjelang Pemilu 2014, sebagaimana pemilu sebelumnya, kekhawatiran terhadap membengkaknya golongan putih atau golput masih saja ada. Bahkan, kekhawatiran itu makin kuat. Hal itu wajar saja meskipun Pemilu 2009 berjalan baik, menjadi kebanggaan rakyat Indonesia, serta dipuji bangsa-bangsa lain. Fenomena golput bukan hal baru. Itu sudah ada sejak pemilu pertama di republik ini, yakni 1955. Pada masa itu, golput diartikan sebagai akibat ketidaktahuan masyarakat tentang pemilu, biasanya mereka tidak datang ke tempat pemungutan suara. Namun, untuk menentukan angka golput tidak mudah, karena biasanya, suara tidak sah juga dikelompokkan sebagai golput. Pada era Orde Baru golput lebih diartikan sebagai sebuah gerakan moral, sebagai tindakan protes terhadap sistem yang diterapkan saat itu. Pada 1971, sebulan sebelum pemilu, Arief Budiman dengan didampingi aktivis mahasiswa dan pemuda memproklamirkan gerakan moral yang dinamakan golput. Sebanyak 34 eksponen ditahan penguasa pada waktu itu, dan golput pun diharamkan. Wacana golput kembali menjadi isu hangat menjelang Pemilu 2004. Sebab atau Akibat Hak dalam ilmu hukum adalah peranan seseorang yang mempunyai sifat fakultatif. Artinya boleh dilaksanakan boleh juga tidak dilaksanakan (lihat, Ensiklopedi Nasional Indonesia). Untuk melaksanakan hak ini maka kepada individu diberikan perlindungan agar setiap individu bebas untuk melaksanakan haknya atau tidak. 2

Jika kita kaitkan dengan "hak memilih" maka itu berarti setiap individu bebas untuk memilih atau tidak memilih. Setiap individu bebas untuk memilih partai apa yang dia dambakan dan bebas untuk tidak memilih satu pun partai. Tepatlah apa yang pernah dikatakan oleh Nurcholis Madjid, kalau golput betul-betul dilarang itu melanggar demokrasi karena tidak memilih itu hak setiap orang. Pemilu itu bukan kewajiban. Memang di Australia pemilu adalah kewajiban, tapi banyak negara yang tidak mewajibkannya. Misalnya, Amerika serikat, demikian juga dengan Indonesia. Berdasarkan fenomena kehadiran golput dan konsepsi dari hak, dapat dipahami bahwa golput adalah akibat bukan sebab. Jika wacana golput kembali merebak menjelang Pemilu 2009 berarti ada penyebabnya. Ini juga telah diperingatkan oleh Salahuddin Wahid, "Kalau partai politik masih meneruskan perilakunya yang lebih mementingkan parpol dan para tokohnya, jangan heran kalau angka golput akan sangat tinggi." Apalagi dengan makin benderangnya dekadensi moral yang kian sering dipertontonkan anggota DPR (legislatif), Kejaksaan Agung (yudikatif), dan pemerintah (eksekutif), jumlah golput dikhawatirkan meningkat. Mengingat golput adalah akibat bukan sebab, maka jalan mudah untuk menekan angka golput bukan mendiskreditkannya. Apalagi menganggapnya sebagai sumber kekacauan, karena golput pada awal kehadirannya di negeri ini adalah sebuah gerakan moral. Yang perlu diperhatikan adalah jangan sampai orang menjadi golput karena paksaan. Itu merupakan pelanggaran dan bisa dikategorikan sebagai usaha untuk menggagalkan pemilu. Menganjurkan golput atau mengkondisikan seseorang untuk menjadi golput juga sulit dibuktikan. Ketika reformasi bergulir rakyat makin mengetahui bahwa hak memilih dijamin oleh hukum. Ada harapan untuk terlibat dalam usaha pembangunan bangsa dengan cara memilih pemimpin-pemimpin yang propembaruan. Oleh karena itu, pemilu di era reformasi menjadi kebanggaan seluruh rakyat Indonesia. Namun, sepuluh tahun reformasi telah bergulir dan dua pemilu yang dianggap sukses telah berlangsung di negeri ini. Perubahan belum juga kunjung terjadi. Pemimpin lebih takut 3

pada partai politik dibandingkan dengan menjalankan amanat rakyat. Itulah yang membuat menggelembungnya angka golput. B. RUMUSAN MASALAH Golput merupakan suatu tindakan demokratis yang mengundang kontroversi di masyarakat di mana masyarakat bebas menggunakan atau tidak menggunakan hak pilih mereka sebagai warga Negara. Dengan adanya golput, maka kemajuan demokrasi din Indonesia dari zaman ke zaman tidak akan berkembang seperti di Negara lain, misalnya Swiss. Oleh karena itu, rumusan masalah yang cocok dalam hal ini adalah bagaimana cara menekan jumlah golput dalam setiap pemilu di Indonesia? 4

BAB II KEBIJAKAN UNTUK MENEKAN JUMLAH GOLPUT Ketidakpuasan terhadap sistem politik, dan partai-partai politik, termasuk para pemimpinnya seringkali disalurkan dengan cara tidak menggunakan hak pilih atau golput saat pemilu digelar. Oleh karena itu, perlu adanya suatu regulasi yang mengatur maraknya golput di tengah-tangah masyarakat sekarang ini, walapun memang hal tersebut menyangkut hak asasi manusia dalam berdemokrasi tetapi ini merupakan masalah besar yang harus dicari solusinya sehingga dapat menekan jumlah golput untuk pemilihan umum yang akan datang. Berikut adalah beberapa saran kebijakan yang mungkin dapat menekan jumlah golput : Memilih dengan menggunakan teknologi Masyarakat sudah semakin maju di zaman ini terbukti dari pemanfaatan teknologi canggih yang dimiliki masyarakat. Tidah heran pada masa sekarang ini manusia memiliki peralatan teknologi lebih dari satu, misalnya kepemilikan handphone, tablet pc, dll. Pemerintah harus mempertimbangkan bagaimana masyarakat menggunakan teknologi ini supaya partisipasi masyarakat dalam politik bertumbuh dan tidak golput, misalnya dengan menerapkan pemilihan umum yang dikenal dengan vote di dunia maya. Dengan hal ini masyarakat yang mempunyai peralatan teknologi canggih kemungkinan tidak sempat ke TPS dapat menggunakan gadget mereka. Memang masih perlu pertimbangan melakukan sistem ini, karena pemilik pemilik peralatan canggih seperti tablet pc di Indonesia tidak memiliki data base yang lengkap dan apabila ada pun, sumber sumber data base pasti mengatakan jumlah yang berbeda. Tetapi dengan data base yang lengkap dan pengembangan di kemudian hari, kemungkinan besar hal ini dapat diterapkan di masa yang akan datang. Menutup tempat wisata di hari libur saat pemilu Pemilihan umum di Indonesia biasanya diberikan kelonggaran dengan memberikan libur satu atau dua hari. Tetapi apa yang terjadi, dengan hari libur yang panjang ini mengakibatkan masyarakat merasa lepas dari beban politik dan memilih untuk rekreasi ke tempat-tempat wisata. Memilih berlibur adalah suatu pilihan dan hak asasi mereka tetapi 5

suatu tindakan tidak peduli dengan politik Indonesia. Maka dengan hal tersebut perlu suatu regulasi yang mengatur tentang hari libur pemilihan umum di Indonesia dengan mengatur di dalamnya tentang penutupan tempat rekreasi dan apabila dilanggar dikenakan sanksi yang tegas. Hal ini memang berat mengingat penggunaan hari libur dalam pemilu adalah ahk masyarakat itu sendiri, tetapi alangkah baiknya masyarakat dapat memahami bahwa hari libur dalam pemilu tujuannya adalah untuk datang ke TPS dan memberikan suara mereka satu kali dalam 5 tahun. Membuat database orang-orang yang tinggal bukan di daerah Ada kalanya masyarakat tidak tinggal di daerah masing masing. Hal ini terjadi apabila seseorang pergi ke luar kota dengan tuntutan kerja, studi ataupun yang lainnya. Seringkali orang orang inilah yang tidak meggunakan hak suaranya karena tidak mempunyai KTP di lokasi perantauan sehingga tercatat di DPT daerah asal. Orang-orang yang merantau ini tidak mendapat panggilan untuk memilih atau formulir C6 di daerah perantauan mereka shingga tidak menggunakan hak suara mereka. Melihat kejadian di atas, maka perlu suatu data base yang mencatat berapa orang yang pergi dari daerah asal dan merantau di daerah lain tetapi masih dalam ruang lingkup satu provinsi terutama kepada mahasiswa yang sedang melanjutkan studi. Mengingat hari libur yang singkat yang diberikan pemerintah daerah sehingga tidak mungkin untuk pulang ke daerah masing masing dengan libur yang hanya satu hari saja. Dengan database yang lengkap dan akurat, maka pemerintah daerah dapat meminta KPU untuk mengirimkan surat panggilan pemilihan atau C6 ke daerah masing-masing. Atau KPU provinsi bekerja sama dengan KPU Daerah perantau untuk memberikan surat panggilan tersebut dengan kebijakan, memiilih di lokasi yang mereka tempati sekarang. TPS Khusus Mahasiswa Mahasiswa khususnya Sumatera Utara beredar di seluruh penjuru Sumatera Utara karena kuliah di berbagai tempat. Mahasiswa yang tempat tinggalnya jauh dari daerah asal lebih banyak di Sumatera Utara sehingga tidak mungkin pulang hanya untuk member suara saja. Oleh karena itu, pemerintah harus berfikir untuk mendirikan TPS khusus bagi 6

mahasiswa bekerjasama dengan institusi perguruan tinggi yang menjadi tempat mereka melanjutkan studi. KPU dapat bekerjasama dengan kampus sehingga dapat menyalurkan surat c6 kepada mahasiswa di luar daerah asal agar menggunakan hak pilih mereka. Hal ini perlu dipikirkan pemerintah agar mengurangi jumlah golput di kalangan mahasiswa TPS Lucky Draw Adakalanya masyarakat membutuhkan hal-hal baru dalam pemilihan umum shingga tidak terkesan monoton dari tahun ke tahun. Mengingat proses yang selama ini adalah datang, daftar, coblos dan pulang. Pemerintah harus mengembangkan beberapa cara agar masyarakat berlomba-lomba datang ke TPS masing-masing. Memang sebagian daerah telah menerapkan hal ini, tetapi tidak se-efektif yang diinginkan masyarakat. Dengan member hadiah dan undian di TPS, maka masyarakat akan betah tinggal di TPS dan beramai-ramai datang apalagi hadiah yang diberikan mengandung nilai materil tinggi. 7

PENUTUP Berbagai cara dilaksanakan KPU dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam politik atau yang dikenal dengan pemilihan umum. KPU telah melakukan sosialisasi jauh sebelum pemilihan dilaksanakan dan tidak bisa menyalahkan KPU dalam setiap pemilihan kepala daerah yang berlangsung. Apa yang dibutuhkan masyarakat dalam meningkatkan partisipasi politik untuk ke depannya adalah harus melahirkan suatu ide yang baru yang dianggap unik oleh masyarakat tetapi dengan keunikan ini, tingkat partisipasi masyarakat akan meningkat dalam politik. Makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu hal-hal yang tidak indah dalam makalah ini mohon dimaklumi. Terima kasih 8

DAFTAR PUSTAKA http://www.inilah.com/read/detail/29652/3-cara-mencegah-golput-di-2009 http://okezone.com/content/read/2013/03/15/9736/solusi-tekan-golput 9