Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa simpulan: 1. Dengan telah dapat dibangunnya model ASDIJ sehingga dapat menjawab

dokumen-dokumen yang mirip
HASIL DAN PEMBAHASAN. sekarang(present value) selama horizon waktu dari tahun yang

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat. Daerah Irigasi Jatiluhur dibangun oleh Pemerintah Republik

I. PENDAHULUAN. di Jawa dengan wilayah tangkapan seluas ribu kilometer persegi. Curah

ANALISIS EKONOMI DAN HIDROLOGI PENGELOLAAN SUMBERDAYA AIR WADUK JUANDA OLEH PERUSAHAAN UMUM JASA TIRTA II: PENDEKATAN OPTIMASI DINAMIK DISERTASI

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

ANALISIS EKONOMI DAN HIDROLOGI PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR WADUK JUANDA OLEH PERUM JASA TIRTA II: PENDEKATAN OPTIMASI DINAMIK

I. PENDAHULUAN. membangun infrastruktur dan fasilitas pelayanan umum. pasar yang tidak sempurna, serta eksternalitas dari kegiatan ekonomi.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VII. PENGARUH KEBIJAKAN TERHADAP ALOKASI SUMBERDAYA AIR, STOK AIR TANAH, NILAI KINI BENEFIT SOSIAL DAN NILAI EKONOMI AIR

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air memiliki karakteristik unik dibandingkan dengan sumber daya alam

VIII SKENARIO ALTERNATIF KEBIJAKAN PENGEMBANGAN SISTEM AGROINDUSTRI KAKAO

BAB I PENDAHULUAN. Kesinambungan fiskal (fiscal sustainability) merupakan kunci dari kebijakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

Kajian Pengenaan PPN atas Penyediaan Air Bersih dan Biaya Jasa Penggelolaan SDA (BPSDA)

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

PENDAHULUAN Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ekonomi yang terjadi. Bagi daerah indikator ini penting untuk mengetahui

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

VI. DAMPAK KEBIJAKAN EKONOMI DI SEKTOR AGROINDUSTRI TERHADAP OUTPUT SEKTORAL, PENDAPATAN TENAGA KERJA DAN RUMAH TANGGA

1. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Industri Pengolahan

KEBIJAKAN HARGA. Kebijakan Yang Mempengaruhi Insentif Bagi Produsen : Kebijakan Harga_2. Julian Adam Ridjal, SP., MP.

I. PENDAHULUAN. Kebijakan fiskal merupakan kebijakan yang diambil pemerintah untuk mengarahkan

Materi USULAN KEBIJAKAN KHUSUS PRESIDEN R.I

Pembangunan Ekonomi Indonesia Yang Berkualitas: Langkah dan Tantangan

RUMUSAN RAPAT KOORDINASI PANGAN TERPADU SE KALTIM TAHUN 2015

I. PENDAHULUAN. berbasis tebu merupakan salah satu sumber pendapatan bagi sekitar 900 ribu

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan pembangunan dalam menunjang penyediaan pangan. Satuan kerja irigasi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kokoh dan pesat. Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Citarum merupakan gabungan beberapa wilayah luas sungai dengan luas

Drought Management Untuk Meminimalisasi Risiko Kekeringan

BAB 5 BAB V SIMPULAN DAN SARAN. sebelumnya, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut.

VI. GAMBARAN UMUM DAERAH IRIGASI JATILUHUR. 6.1 Perekonomian Wilayah Jawa Barat dan Wilayah Sekitar Daerah Irigasi Jatiluhur

Kebijakan PNBP untuk kegiatan dan layanan data dalam konteks Satu Data Pembangunan Berkelanjutan: Persoalan dan usulan solusi

BAB I PENDAHULUAN. provinsi. Dalam provinsi itu dikembangkan kembali dalam kabupaten kota,

Optimalisasi Kinerja Badan Usaha Milik Daerah Penyelenggara SPAM

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

1.1 Latar Belakang Masalah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. kita tidak dapat dipisahkan dari senyawa kimia ini. Berdasarkan UU RI No.7

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI

VII. ANALISIS DAYA SAING USAHATANI JAGUNG

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN TEMUKAN PEMBOROSAN AIR BERSIH SENILAI Rp791 MILIAR

Kebijakan PSO/Subsidi Pupuk dan Sistem Distribusi. I. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. dan kesejahteraan masyarakat. Untuk itu maka pelaksanaan otonomi daerah. pendapatan dan pembiayaan kebutuhan pembangunan di daerahnya.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

GAMBARAN UMUM. pada posisi 8-12 Lintang Selatan dan Bujur Timur.

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN. menerus berupaya untuk mensejahterakan rakyatnya. Salah satu hal yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. pertumbuhan ekonomi di suatu wilayah. Ketimpangan ekonomi antar wilayah

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

TINJAUAN PUSTAKA. Budidaya tebu adalah proses pengelolaan lingkungan tumbuh tanaman

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

BAB I PENDAHULUAN. upaya yang berkesinambungan yang meliputi pembangunan masyarakat, bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2004 tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

V. HASIL DAN PEMBAHASAN Peranan Sektor Hotel dan Restoran Terhadap Perekonomian Kota Cirebon Berdasarkan Struktur Permintaan

Catatan : Kebijakan Transfer ke Daerah Dalam rangka RAPBNP Tahun 2011 Kebijakan belanja daerah atau transfer ke daerah dalam APBN 2011

KEBIJAKAN LOKASI PROGRAM PERBAIKAN IRIGASI BERDASARKAN PELUANG PENINGKATAN INDEKS PERTANAMAN (IP) 1

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam

EXECUTIVE SUMMARY PEMETAAN ZONASI POTENSI DAN ALIH FUNGSI LAHAN IRIGASI

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dan pelayanan publik, mengoptimalkan potensi pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Perwujudan dari otonomi daerah dalam pertumbuhan ekonomi dan

IX. DAMPAK PERUBAHAN VARIABEL EKONOMI DAN TEKNIS

Lampiran I. Kuesioner Penelitian Analisis Strategi Bisnis Pada PT Rekadaya Elektrika

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

HASIL PEMERIKSAAN BPK ATAS KETEPATAN SASARAN REALISASI BELANJA SUBSIDI ENERGI (Tinjauan atas subsidi listrik)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, KETERBATASAN, DAN SARAN PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Anggaran merupakan hal penting bagi suatu pemerintah untuk. menjalankan roda pemerintahannya.anggaranadalah dokumen yang berisi

PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

- 1 - LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 04/Permentan/HK.140/2/2016 TANGGAL : 5 Pebruari 2016

Hasil penelitian Alfirman dan Sutriono (2006) yang meneliti masalah hubungan. pengeluaran rutin dengan produk domestik bruto (PDB) menemukan bahwa

Transkripsi:

178 VIII. SIMPULAN DAN SARAN 8.1 Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik beberapa simpulan: 1. Dengan telah dapat dibangunnya model ASDIJ sehingga dapat menjawab (1) alokasi air yang optimal untuk setiap sektor pengguna, (2) besaran nilai air persatuan unit yang optimal sehingga dapat memberikan keseimbangan harga air antara pengguna dan pengelola, dan (3) peningkatan manfaat sosial bersih yang optimal bagi pengelolanya. 2. Dengan model ASDIJ telah dapat menetapkan skenario yang paling baik diantara skenario-skenario untuk membuat alokasi air optimum terbaik yaitu pada kuota air untuk irigasi 80 persen. Dengan kuota ini, air irigasi untuk mengairi sawah seluas 240 ribu hektar dengan 2 kali tanam dalam 1 tahun dapat terjamin pasokan airnya untuk irigasi sehingga dapat menunjang stok pangan nasional dengan baik. 3. Dari beberapa skenario telah dapat diestimasi besarnya alokasi air untuk sektor irigasi sebesar 80 persen berarti berkurangnya alokasi air untuk irigasi yang semula sebesar 85 persen (status quo), tetapi masih dapat menjamin akan kebutuhan air untuk irigasi. Air yang dialokasikan untuk non irigasi menjadi sebesar 20 persen, akan menunjang kebutuhan air untuk domestik dan industri yang meningkat terus sehingga kebutuhan air untuk irigasi dan non irigasi dapat memberikan keseimbangan dalam alokasi air. Dengan merealokasi air untuk irigasi menjadi non irigasi sebesar 5 persen (85 persen menjadi 80 persen), akan memberikan dampak kepada

179 peningkatan manfaat sosial bersih bagi pengelolanya. Di pihak lain alokasi air untuk non irigasi tetap akan terjamin dalam arti akan memberikan manfaat bagi pengguna dan pengelolanya. 4. Dengan model ASDIJ, telah dapat ditetapkan besarnya nilai air yang terdiri dari biaya marjinal dan biaya marjinal pengguna (marginal user cost) yang optimal. Hal ini berarti bahwa sektor pengguna menanggung biaya marjinal dan biaya marjinal pengguna yang akan digunakan untuk menjaga kelestarian infrastruktur bangunan air dari kerusakan karena lingkungan. 5. Dengan estimasi alokasi air untuk irigasi sebesar 80 persen dan non irigassi 20 persen serta nilai air yang lebih besar dari tarif air yang ditetapkan pemerintah maka akan memberikan jumlah manfaat sosial lebih besar dibandingkan dengan menggunakan tarif yang ditetapkan pemerintah. 8.2 Saran Kebijakan Berdasarkan hasil optimasi dan kondisi lapangan ada beberapa kebijakan yang perlu dipertimbangkan agar dapat tercapai alokasi sumberdaya yang mendatangkan kesejahteraan bagi pengguna, pengelola dan masyarakat: 1. Pemerintah perlu memberikan subsidi berupa kompensasi biaya kewajiban pelayanan umum (public service obligation) untuk menanggulangi kekurangan biaya operasi dan pemeliharaan sebesar selisih antara nilai air dengan tarif air yang berlaku kepada Perusahaan Umum Jasa Tirta II selama ini. 2. Pemerintah dalam menetapkan tarif air untuk sektor pengguna: Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten/Kota, industri dan listrik sebaiknya merujuk kepada nilai air yang seharusnya diterima oleh pengelola maupun pengguna

180 3. Perusahaan Umum Jasa Tirta II di dalam mengelola air perlu memperhatikan alokasi air yang optimal pada setiap sektor agar kepentingan pengguna dan pengelola dapat terpenuhi dengan baik dan seimbang. 4. Perusahaan Umum Jasa Tirta II dalam mengalokasikan air berdasarkan kuota air untuk irigasi 85 persen dan 80 persen pada tingkat pertumbuhan ekonomi 5 persen dan tingkat diskonto 5 persen dapat diterapkan, karena pengelola dan pengguna masih mendapatkan manfaat sosial. 8.3 Implikasi Kebijakan Berdasarkan hasil optimasi dan kondisi di lapangan, ada beberapa kebijakan yang perlu dipertimbangkan agar dapat tercapai alokasi dan nilai sumberdaya air yang mendatangkan kesejahteraan bagi semua pengguna, pengelola dan masyarakat. 1. Dengan model ASDIJ yang dapat memberikan solusi kepada Perusahaan Umum Jasa Tirta II untuk mengefisienkan penggunaan air melalui alokasi dan nilai air untuk operasi dan pemeliharaan di Daerah Irigasi Jatiluhur. Hal ini akan memberikan manfaat bersih yang optimal pula kepada pengelolanya sehingga dapat berpengaruh kepada kebijakan fiskal yang dapat mengurangi beba anggaran pemerintah dalam menyediakan air bagi para penggunanya, terutama air untuk irigasi sebagai tanggung jawab pemerintah. 2. Alokasi air untuk irigasi pemanfaatannya masih dominan antara 80 persen sampai dengan 85 persen, sehingga Daerah Irigasi Jatiluhur masih tetap

181 dapat dipertahankan sebagai penghasil pangan untuk ketahanan pangan. Demikian juga Daerah Irigasi Jatiluhur masih tetap dapat memasok air baku dengan baik untuk kebutuhan air baku perusahaan daerah air minum dan industri yang meningkat terus. Oleh karena itu, Perusahaan Umum Jasa Tirta II diharapkan agar meminta pemerintah untuk meningkatkan kapasitas saluran air yang dapat menjamin ketersediaan air bagi semua sektor pengguna air di Daerah Irigasi Jatiluhur. Hal tersebut dimaksudkan agar ketahanan pangan dapat dipertahankan dengan baik dan pertumbuhan eknomi melalui sektor industri di Daerah Irigasi Jatiluhur tidak akan bertumbuh dengan pesat, karena hal ini sangat berpengaruh baik kepada kebijakan fiskal maupun moneter. 3. Telah dapat dirumuskan besarnya nilai air untuk Daerah Irigasi Jatiluhur. Oleh karena itu, Perusahaan Umum Jasa Tirta II diminta mengusulkan kepada pemerintah agar meninjau kembali tarif air yang terlalu rendah agar dapat disesuaikan dengan kondisi yang wajar sesuai dengan perhitungan model ASDIJ. Dengan kenaikan tarif diharapkan penggunaan air akan menjadi lebih efisien dan sekaligus dapat membantu pemerintah dalam pemanfaatan air bagi para penggunanya, karena masyarakat ikut menanggung akan keberlanjutan infrastruktur yang telah dibangun. Hal ini akan berpengaruh kepada kebijakan fiskal pemeritah yang akan menambah biaya APBN untuk penyediaan air untuk irigasi yang menjadi tanggung jawab pemerintah. 4. Dapat diestimasi manfaat sosial bersih dengan berbagai pola alokasi. Manfaat sosial bersih yang diterima oleh Perusahaan Umum Jasa Tirta II

182 akan selalu meningkat terus. Pola alokasi terbaik dan dapat diterapkan di Daerah Irigasi Jatiluhur adalah alokasi air untuk irigasi 80 persen sampai dengan 85 persen. Pilihan ini akan tetap memberikan manfaat sosial bersih bagi pengguna dan Perusahaan Umum Jasa Tirta II. Hal ini akan membantu meringankan tanggung jawab pemerintah yaitu dapat mengurangi beban APBN. 8.4 Saran Penelitian Lanjutan Agar diperoleh model yang dapat menangkap semua fenomena yang ada, model ASDIJ dapat dikembangkan lebih lanjut dengan memasukkan, yaitu: 1. Memperluas pembuatan model untuk mencari nilai air yang sesungguhnya, dengan menambah variabel faktor investasi, biaya ekstrasi, biaya manajemen dan biaya lingkungan dimasukkan. 2. Memperluas pembuatan model dengan menambah variabel untuk mencari nilai air yang memberikan keseimbangan antar pengguna baik dari segi jarak maupun besaran penggunaan air. 3. Mempertajam kendala dengan menambah variabel sumberdaya yang ada di Daerah Irigasi Jatiluhur sehingga dapat memberikan output yang lebih akurat.