DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i PERNYATAAN PERSETUJUAN... ii HALAMAN PENGESAHAN... iv ABSTRAK... v ABSTRACT... vi KATA PENGANTAR... vii DAFTAR ISI... ix DAFTAR GAMBAR... xii DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR LAMPIRAN... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 4 1.3 Tujuan Penelitian... 5 1.4 Manfaat Penelitian... 5 1.4.1 Manfaat Teoritis... 5 1.4.2 Manfaat Praktis... 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Usia Menarche... 6 2.2 Siklus Menstruasi... 6 2.2.1 Fase Menstruasi... 7 2.2.2 Fase Folikular... 7 2.2.3 Fase Luteal... 8 2.2.4 Fase Pasca Ovulasi atau Fase Sekresi.... 8 2.3 Gangguan Menstruasi... 9 2.4 Dysmenorrhea... 10 2.4.1 Definisi Dysmenorrhea... 10 2.4.2 Klasifikasi Dysmenorrhea... 11 2.4.2.1 Dysmenorrhea Primer... 11 2.4.2.2 Dysmenorrhea Sekunder... 11
2.4.3 Epidemiologi Dysmenorrhea Primer... 11 2.4.4 Derajat Nyeri Dysmenorrhea Primer... 12 2.4.5 Faktor Risiko Dysmenorrhea Primer... 13 2.4.6 Patofisiologi Dysmenorrhea Primer... 16 2.4.7 Karakteristik Nyeri Dysmenorrhea Primer... 16 2.4.8 Diagnosis Dysmenorrhea Primer... 17 2.4.9 Penatalaksanaan Dysmenorrhea Primer... 17 2.5 Pengukuran Intensitas Nyeri Dysmenorrhea Primer... 17 2.6 Indeks Massa Tubuh... 18 2.6.1 Definisi Indeks Massa Tubuh... 18 2.6.2 Cara Pengukuran Indeks Massa Tubuh... 19 2.6.3 Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight... 19 2.6.4 Etiologi Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight... 20 2.6.5 Epidemiologi Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight... 22 2.6.6 Pengukuran dan Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight... 22 2.7 Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight dengan Tingkat Nyeri Dysmenorrhea Primer... 23 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KERANGKA KONSEP, DAN HIPOTESIS 3.1 Kerangka Berpikir... 27 3.2 Kerangka Konsep... 28 3.3 Hipotesis... 29 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian... 30 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 30 4.3 Populasi dan Sampel... 30 4.3.1 Populasi... 30 4.3.2 Sampel... 31 4.3.3 Besar sampel... 32 4.3.4 Cara Pemilihan Sampel... 33 4.4 Variabel Penelitian... 33 4.4.1 Variabel... 33 4.5 Definisi Operasional Variabel... 33
4.5.1 Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight... 33 4.5.2 Dysmenorrhea Primer... 34 4.5.3 Remaja Putri... 34 4.6 Instrumen Penelitian... 35 4.7 Prosedur Penelitian... 35 4.7.1 Prosedur Pendahuluan... 35 4.7.2 Prosedur Pelaksanaan... 36 4.8 Alur Penelitian... 38 4.9 Teknik Analisis Data... 38 4.10 Jadwal Penelitian... 40 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Analisis Univariat... 41 5.1.1 Karakteristik Responden... 41 5.2 Analisis Bivariat... 44 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Responden... 47 6.1.1 Usia... 47 6.1.2 Indeks Massa Tubuh... 48 6.1.3 Tingkat Nyeri pada Dysmenorrhea Primer... 49 6.2 Hubungan antara Indeks Massa Tubuh (IMT) kategori Underweight dengan Tingkat Nyeri Dysmenorrhea Primer... 50 6.3 Keterbatasan Penelitian... 56 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan... 57 7.2 Saran... 58 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR 2.1 Siklus Menstruasi... 9 2.2 Skala Pengukuran Nyeri... 18 3.1 Kerangka Konsep Penelitian... 28 4.1 Alur Penelitian... 38 5.1 Distribusi Frekuensi Dysmenorrhea Primer Berdasarkan Penggunaan Obat Analgesik.... 44
DAFTAR TABEL 2.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Asia Pasifik... 23 4.1 Kategori Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut Asia Pasifik... 37 4.2 Jadwal Penelitian... 40 5.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 42 5.2 Karakteristik Responden Berdasarkan IMT... 42 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Nyeri... 43 5.4 Distribusi Frekuensi Dysmenorrhea Primer Berdasarkan Penggunaan Obat Analgesik... 43 5.5 Tabel Indeks Massa Tubuh dengan Dysmenorrhea Primer... 45 DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Ethical Clearance Lampiran 2 : Curiculum Vitae Lampiran 3 : Informed Consent Lampiran 4 : Lembar Persetujuan Lampiran 5 : Kuisioner Lampiran 6 : Data SPSS Lampiran 7 : Dokumentasi Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh Kategori Underweight dengan Tingkat Nyeri Dysmenorrhea Primer Pada Remaja Putri Sekolah Menengah Pertama ABSTRAK
Usia menarche adalah masa di mana perempuan pertama kali mengalami menstruasi disebut menarche. Menarche dapat terjadi antara usia 12-17 tahun. Usia menarche secara statistik dipengaruhi oleh faktor keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan. Terjadinya haid pertama kali atau menarche adalah salah satu tanda bahwa remaja tersebut telah mengalami perubahan di dalam dirinya yang mencangkup perubahan fisik, biologi, psikologik maupun social. Usia menarche yang cepat adalah < 12 tahun yang menjadi faktor risiko terjadinya dysmenorrhea primer. Dysmenorrhea yaitu rasa nyeri saat menstruasi berupa kram ringan pada bagian kemaluan dan keluhan yang sering dialami pada remaja putri tepatnya di perut bagian bawah sampai mengganggu aktivitas sehari-hari. Indeks massa tubuh merupakan salah satu faktor risiko terjadinya dysmenorrhea primer. Indeks massa tubuh di bawah 18 di mana dalam klasifikasi World Health Organization dikategorikan dalam Underweight diketahui menyebabkan dysmenorrhea primer berat. Permasalahan dalam penelitian ini apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri Sekolah Menengah Pertama. Rancangan penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Teknik yang digunakan untuk menentukan sampel yaitu systematic random sampling. Besar sampel adalah 52 orang remaja putri di SMP N 9 Denpasar dan SMPK Santo Yoseph Denpasar. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis chi square test. Berdasarkan hasil penelitian, tingkat nyeri ringan paling banyak pada indeks massa tubuh kategori normal yaitu sebanyak 16 responden (30,8%), tingkat nyeri sedang paling banyak pada indeks massa tubuh kategori normal yaitu sebanyak 15 responden (28,8%) dan tingkat nyeri berat paling banyak pada indeks massa tubuh kategori underweight yaitu sebanyak 4 responden (7,7%). Dari analisis data dengan menggunakan metode uji chi square, didapatkan nilai p sebesar 0,041 sehingga p<0,05. Berdasarkan hasil uji statistik maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan bermakna antara indeks massa tubuh underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer. Kata kunci : usia menarche, dysmenorrhea primer, underweight
Association Between Body Mass Index Category Underweight with Primary Dysmenorrhea Pain Levels In Young Women Junior High School ABSTRACT Age of menarche was a time where women were first menstruation is called menarche. Menarche may occur between the ages of 12-17 years. Age of menarche was statistically affected by hereditary factors, nutritional status, and health. The occurrence of the first menstruation or menarche is one of the signs that the adolescent has experienced a change in him which include changes in physical, biological, psychological and social. Age of menarche fast is <12 years be risk factors for primary dysmenorrhea. Dysmenorrhea is pain during menstruation form of mild cramps in the genitals and complaints are often experienced in adolescent precisely in the lower abdomen to interfere with daily activities. Body mass index is a risk factor for primary dysmenorrhea. The body mass index below 18 in which the World Health Organization classification categorized under Underweight known to cause severe primary dysmenorrhea. Problems in this study whether there is a association between body mass index categories of underweight with a pain level of primary dysmenorrhea in adolescent girls junior high school. The research design analytic cross sectional. The technique used to determine the sample that is systematic random sampling. The sample size is 52 teenage girls in SMPN 9 Denpasar and SMPK Santo Yoseph Denpasar. The data analysis technique used is the analysis chi square test. Based on this research, the most mild pain level on a normal body mass index categories as many as 16 respondents (30.8%), pain level was the highest during normal body mass index categories as many as 15 respondents (28.8%) and the severe level of pain on the body mass index categories of underweight as many as 4 respondents (7.7%). From the data analysis using chi square test, p value of 0.041 to p <0.05. Based on the statistical test results it can be concluded that there is a significant association between body mass index underweight with primary dysmenorrhea pain level. Keywords: age of menarche, primary dysmenorrhea, underweight
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pubertas adalah suatu fase ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi seksual. Masa pubertas dalam kehidupan dimulai saat berumur 8 hingga 10 tahun dan berakhir kurang lebih di usia 15 hingga 17 tahun, dimana rentang usia tersebut telah memasuki masa remaja. Masa remaja akan dilewati oleh laki-laki maupun perempuan. Remaja putri akan mengalami fase pubertas yang ditandai dengan perkembangan seks primer dan seks sekunder. Perkembangan seks sekunder ditandai dengan lengkung tubuh berkembang, adanya bulu di ketiak dan daerah pubis (Andrini, 2014). Perkembangan seks primer ditandai dengan permulaan menstruasi atau menarche, perkembangan pada uterus, vagina membesar, buah dada membesar, jaringan ikat dan saluran darah bertambah. Permulaan menstruasi atau menarche yang dialami remaja putri biasanya mengalami nyeri haid atau dysmenorrhea. Pada usia 12-15 tahun merupakan usia terbanyak yang mengeluhkan dysmenorrhea sebanyak 53,9 % kasus. Hal ini menunjukkan tingginya prevalensi kejadian dysmenorrhea pada remaja. Dysmenorrhea atau yang lebih dikenal dengan nama nyeri haid adalah keluhan yang sering dialami pada remaja putri tepatnya di perut bagian bawah. Terdapat dua jenis dysmenorrhea, yaitu primer dan sekunder. Dysmenorrhea primer merupakan nyeri saat menstruasi yang terjadi tanpa adanya kelainan pada pelvis. Dysmenorrhea primer terjadi mulai 2-3 tahun setelah usia menarche yaitu pertama kali terjadinya dysmenorrhea. Biasanya ini terjadi pada perempuan dengan usia 15-25 tahun. Menurut Widjanarko (2006) gejala yang dirasakan
adalah nyeri panggul atau perut bagian bawah (umumnya berlangsung 8 72 jam), yang menjalar ke punggung dan sepanjang paha, terjadi sebelum dan selama menstruasi. Selain itu, tidak disertai dengan peningkatan jumlah darah haid dan puncak rasa nyeri sering kali terjadi pada saat perdarahan masih sedikit. Dysmenorrhea sekunder terjadi akibat adanya keadaan patologis dari pelvis dan terjadi pada perempuan dengan usia > 25 tahun. Diketahui bahwa prevalensi dysmenorrhea mencapai 90% dengan 10-15 % mengeluh tidak dapat bekerja akibat nyeri yang dirasakan (Oats & Abraham, 2010; Smith, 2009). Prevalensi dysmenorrhea pada perempuan dinyatakan sebesar 16-91% di seluruh dunia, 16 % ditemukan pada perempuan Jepang dengan usia 17-51 tahun. Sedangkan, prevalensi tertinggi 91% ditemukan pada sampel acak perempuan Iran dengan interval usia 16-56 tahun (Ju et al., 2014). Di Ghana, prevalensi dysmenorrhea sebesar 74,4% pada perempuan dengan interval usia 14-19 tahun (Gumanga & Aryee, 2012). Prevalensi dysmenorrhea di Distrik Kadapa, India mencapai 65,02% dengan interval usia 14-19 tahun (Khumbar, 2011). Di Indonesia sendiri data prevalensi dysmenorrhea sangat minim, di Manado dinyatakan prevalensi dysmenorrhea sebesar 98,5 % pada siswi dengan usia 13-15 tahun (Lestari et al., 2010). Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Susanto, Nasruddin dan Abdullah (2013) di beberapa wilayah kota madya Makassar didapatkan, dari 997 remaja putri, 935 kasus (93,8%) remaja diketahui menderita dysmenorrhea. Sebuah penelitian di Mesir didapatkan hasil bahwa selama 3 bulan terakhir terdapat 39 % siswi yang tidak hadir di sekolah akibat dysmenorrhea. Selain itu dysmenorrhea juga berpengaruh pada penurunan konsentrasi 53,5% dan penurunan partisipasi pada jam pelajaran olahraga 50,9 % (Mohamed, 2012). Efek dari dysmenorrhea juga berpengaruh terhadap hubungan sosial baik dengan teman dan keluarga dinyatakan sebesar 78, 3 % (Mohamed &
Manzour, 2013). Di antara 400 perempuan pasca menarche di Arab Saudi ditemukan bahwa 33,7% perempuan menderita anemia dan mengalami dysmenorrhea ( Bano & Mulyhan, 2015). Penelitian lain menyebutkan, dari 579 sampel yang merupakan perempuan dewasa di Hamadan, Iran terdapat prevalensi dysmenorrhea primer sebesar 85,31%. Prevalensi tersebut dinyatakan berhubungan dengan IMT dengan rincian perempuan kategori underweight, berat normal, dan overweight masing-masing sebesar 20,3 % ; 66,73% ; dan 12,93%. Hasil penelitian ini sampel dengan kategori underweight berjumlah 19,49% dan dinyatakan mengalami dysmenorrhea primer berat (Khodakarami, 2015). Menurut Ozer Dogan et al. (2009) dysmenorrhea yang terjadi 1,5 kali lebih tinggi di kategori underweight dibandingkan dengan kelebihan berat badan atau obesitas (OR 1.52; 95% CI 0,99-2,33). Hal ini terjadi karena dysmenorrhea yang dialami dapat diakibatkan oleh anemia defisiensi zat besi, dimana zat besi memiliki peranan untuk kekebalan tubuh terhadap rasa nyeri. Indeks massa tubuh (IMT) merupakan salah satu faktor risiko dysmenorrhea primer. Indeks massa tubuh (IMT) di bawah 18 yang dikategorikan dalam IMT underweight di mana dapat memperparah tingkat nyeri dysmenorrhea primer. Pada penelitian perempuan dysmenorrhea dengan usia 21-25 tahun di Nigeria, didapatkan bahwa dysmenorrhea primer pada perempuan dengan IMT rendah menderita dysmenorrhea berat dibandingkan dengan IMT yang tinggi (Okoro et al., 2013). Indeks massa tubuh kategori underweight berhubungan dengan status gizi yang kurang diakibatkan karena asupan makanan yang kurang. Asupan makanan dengan zat gizi yang berpengaruh terhadap dysmenorrhea adalah zat besi dan kalsium. Kalsium berperan dalam interaksi protein di dalam otot, yaitu aktin dan miosin pada saat otot berkontraksi. Kekurangan kalsium menyebabkan otot tidak dapat mengendur setelah kontraksi, sehingga dapat mengakibatkan otot menjadi kram (Yuliarti, 2009). Zat besi memiliki peranan
dalam pembentukan hemoglobin. Hemoglobin merupakan protein yang membawa oksigen pada sel darah merah ke seluruh jaringan tubuh (Evelyn, 2009). Kekurangan asupan zat besi dapat menyebabkan terganggunya pembentukan hemoglobin, sehingga jumlah hemoglobin dalam sel darah merah juga akan berkurang. Kondisi hemoglobin yang rendah pada sel darah merah, menyebabkan tubuh kekurangan oksigen dan menyebabkan anemia. Anemia dapat menimbulkan gangguan kesehatan pada seseorang. Menurut Sylvia dan Lorrainne (2006), anemia merupakan salah satu factor konstitusi yang menyebabkan kurangnya daya tahan tubuh terhadap rasa nyeri pada saat menstruasi. Tingginya angka kejadian dysmenorrhea dan adanya berbagai penelitian yang menyatakan hubungan IMT dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer yang pada khususnya penelitian yang menyatakan hubungan IMT dengan kategori underweight mengalami dysmenorrhea primer yang berat, sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri sekolah menengah pertama dengan populasi yang ingin diteliti yaitu golongan remaja putri yang berusia 12-15 tahun. 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Apakah ada hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama? 1.3 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Membuktikan hubungan antara indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri di Sekolah Menengah Pertama. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai hubungan indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer pada remaja putri Sekolah Menengah Pertama. 2. Menambah wawasan penulis mengenai pengaruh indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight terhadap tingkat nyeri dysmenorrhea primer yang dialami remaja putri. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah kajian ilmiah bagi bidang ilmu fisioterapi terutama mengenai hubungan indeks massa tubuh (IMT) kategori underweight dengan tingkat nyeri dysmenorrhea primer sebagai pertimbangan dalam melakukan intervensi. 2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi peneliti lain yang ingin melanjutkan penelitian ini.