1. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infrastruktur merujuk pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, pengairan, drainase, bangunan-bangunan gedung dan fasilitas publik yang lain yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup sosial dan ekonomi. Pembangunan infrastruktur transportasi merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur transportasi juga memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat dipisahkan dari ketersediaan infrastruktur. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya (Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, 2007). Jalan nasional merupakan salah satu infrastruktur transportasi darat yang memegang peranan penting dalam distribusi barang dan penumpang karena hampir semua angkutan barang bertumpu pada jasa pelayanan jalan. Moda transportasi jalan juga memiliki kelebihan dalam memberikan door to door service kepada penggunanya jika dibandingkan moda kereta api, moda laut, dan moda udara. Namun demikian dibalik kelebihan tersebut, jalan memiliki kendala dan permasalahan yang disebabkan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal berkaitan dengan ketepatan mutu perencanaan, pelaksanaan, pengoperasian, dan pemeliharaan jalan terhadap standar mutu yang diberlakukan. Faktor eksternal berkaitan dengan faktor-faktor di luar kewenangan penyelenggara jalan, seperti pengaruh air (aliran air tanah, banjir), bencana (tanah longsor, gempa tektonik/vulkanik), repetisi beban sumbu kendaraan berat dan penambahan dimensi kendaraan berat. Provinsi Jawa Tengah terdapat simpul jalan nasional yang menghubungkan antar kegiatan nasional. Sebagai salah satu prasarana transportasi yang merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, jalan nasional mempunyai peranan penting dalam 1
usaha pengembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Dalam kerangka tersebut, jalan mempunyai peranan untuk mewujudkan sasaran pembangunan seperti pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi, dan perwujudan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dari aspek ekonomi, jalan sebagai modal sosial masyarakat merupakan katalisator di antara proses produksi, pasar, dan konsumen akhir. Dari aspek sosial budaya, keberadaan jalan membuka cakrawala masyarakat yang dapat menjadi wahana perubahan sosial, membangun toleransi, dan mencairkan sekat budaya. Dari aspek lingkungan, keberadaan jalan diperlukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Dari aspek politik, keberadaan jalan menghubungkan dan mengikat antardaerah, sedangkan dari aspek pertahanan dan keamanan, keberadaan jalan memberikan akses dan mobilitas dalam penyelenggaraan sistem pertahanan dan keamanan. Sebelum jalan umum dioperasikan maka terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan laik fungsi jalan, sebagaimana diatur di dalam Pasal 8 dan Pasal 22 Undang-Undang RI nomor 22 tahun 2009 tentang lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ), Pasal 30 Undang-Undang RI nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan, dan Pasal 102 Peraturan Pemerintah RI nomor 34 tahun 2006 tentang Jalan, serta Peraturan Menteri (Permen) Pekerjaan Umum RI nomor 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan. Mengingat peraturan mengenai persyaratan laik fungsi jalan, perlu dilakukan uji laik fungsi jalan untuk menentukan kelaikan suatu jalan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dikemukakan beberapa rumusan masalah sebagai berikut: (1) Faktor-faktor yang mempengaruhi kelaikan fungsi jalan secara teknis; (2) Cara memonitoring dan mengevaluasi kondisi jalan untuk menetukan laik fungsi teknis jalan; (3) Persyaratan teknis yang harus dipenuhi agar suatu jalan dikatakan laik fungsi secara teknis; (4) Cara melakukan analisis kelaikan fungsi jalan secara teknis; (5) Tindak 2
lanjut yang perlu dilakukan apabila suatu jalan belum termasuk dalam kategori kelaikan Laik Tanpa Syarat. C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1. Maksud Penelitian Maksud dilaksanakannya kelaikan fungsi jalan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai kondisi suatu ruas jalan yang ditinjau dari segi teknis. 2. Tujuan Penelitian Tujuan dilaksanakannya uji kelaikan fungsi jalan ini adalah untuk memberikan penilaian kategori kelaikan fungsi suatu ruas jalan yang ditinjau dari segi teknis guna menciptakan penyelenggaraan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu. D. Manfaat Penelitian Dari hasil yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan, diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain: 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah memberikan wawasan, pengetahuan, dan informasi mengenai kategori kelaikan fungsi jalan beserta rekomdasi teknis yang dapat dilakukan dari suatu ruas jalan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan kepada Bidang Perencanaan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional V selaku penyelenggara jalan di wilayah Jawa Tengah untuk menciptakan penyelenggaraan jalan yang aman, selamat, tertib, lancar dan terpadu. b. Bagi pemerintah 3
Dengan adanya penelitian ini diharapkan pemerintah dapat lebih memberikan perhatian mengenai adanya sebagian besar ruas jalan di Indonesia yang masih belum memenuhi standar teknis kelaikan fungsi tanpa syarat seperti yang diamanahkan di dalam pertauran perundang-undangan yang berlaku. c. Bagi akademisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat melengkapi penelitian terdahulu yang terkait dengan uji kelaikan fungsi jalan. Selain itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan bagi penelitian lanjutan tentang analisis kelaikan fungsi jalan dan pemutakhiran software yang telah digunakan. d. Bagi masyarakat luas Masyarakat selaku pengguna dari prasarana jalan yang telah ada diharapkan dapat menggunakan prasarana jalan yang lebih baik, aman, dan nyaman dalam proses mobilisasinya setelah adanya tindak lanjut dari penyelenggara jalan mengenai rekomendasi teknis yang sebaiknya dilakukan pada ruas jalan tersebut. E. Batasan Masalah Untuk memperjelas permasalahan dan memudahkan dalam analisis, maka digunakan batasan-batasan masalah sebagai berikut: 1. Pengambilan data lapangan dilakukan pada ruas jalan nasional nomor 088 di Provinsi Jawa Tengah (Sukaraja-Kaliori) dari KM. BMS 2+700 - KM. BMS 8+510 yang diukur dari Sukaraja sepanjang 5,809 km dengan menggunakan metode pembagian segmen mengacu pada lampiran II Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M/2010 tentang Tata Cara dan Persyaratan Laik Fungsi Jalan. 2. Pengambilan data di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat ukur sederhana seperti: alat ukur panjang dorong, dan alat ukur panjang gulung dengan panjang 50 (lima) meter, alat ukur panjang gulung dengan panjang 4
5 (lima) meter, inklinometer, batang kayu sepanjang 1,5 meter, serta alat dokumentasi berupa kamera digital. 3. Formulir survei lapangan yang digunakan adalah formulir survei analisis kondisi jalan untuk menentukan laik fungsi jalan nasional yang telah dikembangkan oleh Murwono (2014). 4. Data nilai IRI menggunakan data sekunder dari Ditjen Bina Marga semester II tahun 2013 dan data LHRT dari Ditjen Bina Marga tahun 2012. 5. Faktor-faktor teknis yang dianalisis yaitu : a. Teknis geometrik jalan; b. Teknis struktur perkerasan jalan; c. Teknis struktur bangunan pelengkap jalan; d. Teknis pemanfaatan ruang bagian-bagian jalan; e. Teknis penyelenggaraan manajemen dan rekayasa lalulintas; f. Teknis perlengkapan jalan yang terkait langsung dengan pengguna jalan; g. Teknis perlengkapan jalan yang tidak terkait langsung dengan pengguna jalan. F. Keaslian Penelitian Penelitian serupa yang mengkaji tentang kelaikan fungsi jalan sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Rifki Alfrianto dalam Tugas Akhirnya dengan judul Analisis Kelaikan Fungsi Jalan Secara Teknis dengan Metode Kuantitatif (Studi Kasus: Ruas Jalan Nasional Batas Kota Sanggau Sekadau, Kalimantan Barat). Perbedaan penelitian yang penulis lakukan dengan yang dilakukan oleh Alfrianto terletak pada: 1. Lokasi dilaksanakannya pengambilan data, penulis melakukan pengambilan data di Provinsi Jawa Tengah, sedangkan Alfrianto di Provinsi Kalimantan Barat. 2. Form survei lapangan yang digunakan, penulis menggunakan form survei yang dikembangkan oleh Murwono (2014), sedangkan Alfrianto menggunakan form survei yang dikembangkan oleh Mulyono (2013). 5
3. Pengolahan data hasil pengambilan data di lapangan, penulis menggunakan software Sistem Informasi Spasial Manajemen Transportasi untuk melakukan pengolahan data, sedangkan Alfrianto menggunakan metode kuantitatif yang dikembangkan oleh Mulyono (2013). 4. Pembagian segmen, penulis membagi segmen tiap 1 (satu) kilometer, sedangkan Alfrianto membagi segmen berdasarkan kondisi lingkungan sekitar jalan. 6