9 BAB I 10 PENDAHULUAN. minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V. Kesimpulan dan Saran. 1. Guncangan harga minyak berpengaruh positif terhadap produk domestik

1. PENDAHULUAN. perusahaan energi berkelas dunia yang berbentuk Perseroan, yang mengikuti

IV. GAMBARAN UMUM. diperbaharui, atau perbahuruannya membutuhkan waktu yang sangat lama.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi, terutama energi fosil dalam hal ini minyak bumi. Kebutuhan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu sektor energi vital dalam rangka

Prediksi Lifting Minyak 811 ribu BPH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan. Salah satu sumber energi utama adalah bahan bakar. Bentuk bahan bakar

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara sedang berkembang selalu berupaya untuk. meningkatkan pembangunan, dengan sasaran utama adalah mewujudkan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. minyak dunia yang turun, dollar yang menguat dan revolusi shale gas oleh Amerika

BAB I PENDAHULUAN. penurunan yang sangat drastis. Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang

BIRO ANALISA ANGGARAN DAN PELAKSANAAN APBN SETJEN DPR RI INEFISIENSI BBM

BAB 1 PENDAHULUAN. signifikan. Indonesia, sebagai salah satu negara dengan sumber bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Industri hulu minyak dan gas bumi (migas) telah memainkan peran utama bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut merupakan kebutuhan yang esensial bagi keberlangsungan hidup

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LAPORAN KUNJUNGAN KERJA SPESIFIK KOMISI VII DPR RI KE PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MASA PERSIDANGAN III TAHUN SIDANG

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia saat ini. Namun dengan kondisi sumur minyak dan gas

KEBIJAKAN PENGUATAN SEKTOR RIIL DI INDONESIA Kamis, 16 Juli 2009

Judul : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Impor Minyak Bumi Di Indonesia Tahun Nama : Made Ayu Julia Kusuma Dewi NIM :

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2015 POTENSI PEMANFAATAN KOTORAN SAPI MENJADI BIOGAS SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF DI DESA CIPOREAT KECAMATAN CILENGKRANG KABUPATEN BANDUNG

PERKEMBANGAN PERDAGANGAN INDONESIA- SAUDI ARABIA BULAN : JUNI 2015

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KomUNIKASI SINgKAT: BAgAImANA NASIB ENERgI TERBARUKAN DI INDoNESIA PASCA TURUNNyA harga minyak DUNIA?

BAB I. Pendahuluan. Pengukuran keluaran agregat pada akun pendapatan nasional disebut

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan energi listrik tersebut terus dikembangkan. Kepala Satuan

2015 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PEMANFAATAN LIMBAH PADAT PERKEBUNAN KELAPA SAWIT

INDONESIA MENUJU NET OIL EXPORTER

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. telah memasuki fase yang lebih menantang dimana harga minyak dunia

BAB I PENDAHULUAN. yang tersebar di banyak tempat dan beberapa lokasi sesuai dengan kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Tentang Minyak dan Gas Bumi, industri migas terdiri dari usaha inti (core business)

SOLUSI KEBIJAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN GAS DOMESTIK

ANALISIS ASUMSI HARGA MINYAK DAN LIFTING MINYAK APBN 2012

SIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tujuan program Konversi minyak tanah ke LPG yang ditetapkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi bukanlah merupakan hal yang baru bagi kita. Globalisasi

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2001 TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI

BAB 1 PENDAHULUAN. teknologi telah meningkatkan permintaan energi. Pada mulanya. manusia memenuhi kebutuhan energi mereka dengan daya otot,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Mencari Harga BBM Yang Pantas Bagi Rakyat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambar 1. 1 Pola konsumsi energi di Indonesia ditinjau dari sumbernya

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

BAB 1 PENDAHULUAN. Konsumsi penggunaan BBM (bahan bakar minyak) di Indonesia yang

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan harga minyak tanah tentunya akan berdampak pada kondisi

BAB I PENDAHULUAN. berbagai sektor. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. telah menjadi barang kebutuhan pokok bagi masyarakat Indonesia yang semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

REKOMENDASI KEBIJAKAN Tim Reformasi Tata Kelola Migas. Jakarta, 13 Mei 2015

BAB 1 Pendahuluan. merupakan pilar perekonomian baik di Indonesia maupun di negara lain di dunia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui pembangunan di berbagai bidang terutama bidang ekonomi. Hasil dari

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada tahun memberikan dampak pada

SUBSIDI BBM DALAM ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan di negara-negara berkembang akan melaju secara lebih mandiri

PERANAN MIGAS DALAM MENDUKUNG KETAHANAN ENERGI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Indonesia merupakan negara yang kaya akan bahan galian (tambang).

... Hubungi Kami : Studi Prospek dan Peluang Pasar MINYAK DAN GAS BUMI di Indonesia, Mohon Kirimkan. eksemplar. Posisi : Nama (Mr/Mrs/Ms)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2006 PROSPEK PENGEMBANGAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF (BIOFUEL)

BAB I PENDAHULUAN. Diundangkannya Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan

I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. didunia, termasuk Indonesia. Apabila inflasi ditekan dapat mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Inflasi adalah fenomena yang selalu ada di setiap negara dan merupakan

FAKULTAS HUKUM, UNIVERSITAS SRIWIJAYA

BAB I PENDAHULUAN. Permintaan energi di Asia Tenggara terus meningkat dan laju

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan terkait dengan kelangsungan berjalannya sebuah negara.

I. PENDAHULUAN. sembilan persen pertahun hingga disebut sebagai salah satu the Asian miracle

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan jumlah penduduk dan peningkatan kegiatan perekonomian.

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2004 tentang Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (Lembaran Negara Republik lndonesia Tahu

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi berbagai kebutuhan. Dalam perkembangannya tidak hanya orang yang

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG MINYAK DAN GAS BUMI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai penemuan cadangan minyak bumi dan pembangunan kilang-kilang minyak yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung merupakan salah satu kota yang memiliki potensi besar untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pasca krisis moneter 1998, pemerintah giat melakukan privatisasi dan

Transkripsi:

9 BAB I 10 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak lokasi pengolahan minyak, yang dimiliki oleh berbagai perusahaan minyak baik itu milik pemerintah maupun milik swasta lokal atau asing. Dalam pengolahan minyak tersebut, tidak dapat dipungkiri akan menyisakan limbah yang apabila tidak dikelola dengan baik, dapat membahayakan dan mampu merusak lingkungan. Limbah yang tersisa dari pengolahan tersebut dinamakan sludge oil. Sludge oil adalah limbah minyak mentah (crude oil) yang mengendap pada dasar tangki penampungan yang didalamnya mengandung air, pasir dan lumpur. Mengingat jumlah limbah minyak mentah atau yang biasa disebut sludge yang sangat melimpah di Indonesia khususnya di lingkungan pengolahan, akan sangat menguntungkan apabila limbah tersebut dapat dimanfaatkan untuk diolah kembali menjadi bahan bakar alternatif (alternative fuel). Hasil pengolahan kembali tersebut tentunya akan mengalami sedikit penurunan kualitas dari bentuk asalnya, namun masih memiliki nilai ekonomis dan mampu membantu pasokan alternative fuel di Indonesia. Tingkat kebutuhan minyak bumi di Indonesia masih cukup tinggi baik untuk memenuhi kebutuhan industri maupun konsumsi. Kebutuhan tersebut tidak sebanding dengan tingkat kenaikan produksinya sehingga menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara importir minyak terbesar di dunia. Secara 1

global, tingkat kebutuhan minyak bumi di seluruh dunia saat ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan laju pertumbuhan ekonomi dunia, tentunya hal ini sangat berpengaruh juga pada kebutuhan minyak bumi di Indonesia, dimana kita ketahui bahwa minyak bumi adalah sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui, dan sumur-sumur produsen minyak di Indonesia terutama sumur tua, semakin menurun produksinya. Permintaan bahan bakar nasional saat ini mencapai 1,3 juta barel per hari, sementara produksi minyak Indonesia hanya sekitar 827.000-840.000 barel per hari. Artinya, ada defisit sekitar 400.000-500.000 barel untuk menutupi kebutuhan energi bahan bakar nasional. Gambar 1.1 Perbandingan Konsumsi dan Produksi Minyak Bumi Indonesia Sumber: United States Energy Information Administration for Oil Production and British Petroleum Review of World Energy for Oil Consumption. Pemerintah dihadapkan pada situasi harus menaikkan harga BBM bersubsidi untuk mengurangi defisit anggaran, yang akan dialokasikan pada program kesejahteraan yang lebih tepat. Perlu diketahui bahwa impor bahan bakar 2

nasional Indonesia selalu meningkat setiap tahunnya, dimana kondisi ini akan menjadi beban yang harus diatasi dengan hati-hati. Salah satunya adalah dengan mengurangi nilai subsidi BBM. Minyak bumi sebagai bahan dasar BBM adalah salah satu kekayaan alam yang menjadi kebutuhan utama masyarakat dunia. Minyak bumi terbentuk dari penguraian senyawa-senyawa organik dari jasad mikroorganisme jutaan tahun yang lalu di dasar laut atau di darat. Menurut Hardjono (2001), saat ini, minyak bumi memiliki peranan sangat besar di dunia sebagai bahan bakar, bahan pencelup dan berbagai bahan sintesis. Kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi di Indonesia dikelola oleh Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas). Menurut SKK Migas, produksi minyak bumi Indonesia secara alamiah akan mengalami penurunan hingga 16%, yang disebabkan lapangan minyak di Indonesia pada umumnya merupakan lapangan yang sudah tua dan menurun produksinya. Dengan menurunnya produksi minyak bumi domestik dan kebutuhan minyak bumi di Indonesia yang terus meningkat, tentunya mendorong untuk dilakukannya eksplorasi demi mencari sumber minyak baru sehingga dapat mengatasi ancaman krisis energi (Boediono, 2007). SKK MIGAS lebih lanjut mengungkapkan bahwa penurunan jumlah produksi minyak per hari tersebut disebabkan penurunan produksi dari lapangan yang telah berproduksi lebih cepat dari perkiraan yang telah diperhitungkan. Hal tersebut dikarenakan sekitar 90 persen dari total produksi minyak Indonesia dihasilkan dari lapangan yang usianya lebih dari 30 tahun, sehingga dibutuhkan investasi yang cukup besar 3

untuk menahan laju penurunan alaminya. Investasi yang cukup besar itu dibutuhkan untuk kegiatan eksplorasi dan drilling pada titik baru yang memiliki potensi sebagai sumber minyak. Selain membutuhkan investasi yang besar, eksplorasi dan drilling ini juga memiliki risiko tinggi karena tidak ada jaminan bahwa titik drilling tersebut sudah pasti memiliki cadangan minyak bumi seperti yang diharapkan. Dalam menenentukan lokasi potensi minyak bumi memang dapat dibantu oleh perhitungan geokimia organik. Menurut Subroto (2000), ilmu geokimia organik merupakan ilmu yang menerapkan prinsip kimia, yang digunakan untuk mempelajari asal-usul, migrasi, alterasi dan akumulasi minyak bumi yang dapat disinergikan dengan kegiatan eksplorasi minyak bumi. Alat analisis yang relatif cangih seperti kromatografi gas dan spektrometer massa yang ditemukan sekitar tahun 1950 merupakan awal dari penggunaan prinsip geokimia organik secara signifikan di dalam pencarian minyak bumi. Sejak saat itu, ilmu geokimia organik menjadi acuan dan mulai digunakan dalam ekplorasi minyak bumi di berbagai belahan dunia. Permasalahan pada aplikasinya adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk drilling pada satu titik lokasi potensi minyak bumi saja bisa memakan biaya US$ 2.000.000 hingga US$ 5.000.000, dan belum ada jaminan bahwa sekalipun perhitungan geokimia organik telah dilakukan secara cermat, titik tersebut dapat memproduksi minyak bumi seperti yang ditargetkan. Di Indonesia, sektor migas masih menjadi andalan utama bagi perekonomian Indonesia, baik sebagai penghasil devisa maupun sebagai pemasok kebutuhan 4

energi dalam negeri. Pembangunan industri dan prasarana yang sedang berkembang cukup pesat di Indonesia, berdampak pada pertumbuhan konsumsi energi rata-rata yang meningkat hingga 7% dalam 10 tahun terakhir. Mengingat minyak bumi merupakan salah satu faktor penting bagi dunia industri untuk menggerakkan roda perekonomian secara nasional maupun global, sangat penting bagi negara Indonesia untuk ikut meningkatkan produksi nasional namun tetap menjaga kelestarian alam dengan tidak mencemari lingkungan dari kegiatan eksplorasi maupun produksi dari minyak bumi tersebut. Untuk mendukung agenda tersebut, salah satunya dapat menggunakan metode Sludge Oil Recovery (SOR). SOR adalah teknologi yang digunakan untuk mengolah kembali sludge yang mengendap dan tidak ada nilai tambah lagi pada dasar tangki penampungan menjadi minyak mentah (crude oil). Teknologi SOR ini menawarkan salah satu solusi kepada perusahaan produsen maupun pengolahan minyak bumi untuk dapat melakukan pengelolaan sludge oil dengan baik, pemanfaatan kembali dengan pengolahan sludge oil tersebut menjadi crude oil guna meningkatkan kapasitas produksi minyak sesuai yang ditargetkan oleh Pemerintah Indonesia. Sludge oil yang tidak dikelola dengan baik dapat menjadi zat berbahaya yang dapat merusak lingkungan. Tujuan dari SOR tersebut adalah mengolah kembali limbah minyak agar diperoleh minyak bumi dengan kualitas yang sebaik mungkin, yang masih memiliki nilai ekonomis untuk dapat digunakan kembali. Dari proses pembersihan tangki dan pengolahan kembali, proses SOR mampu menghasilkan 70% hingga 90% recovered oil, yaitu minyak yang dapat 5

diselamatkan untuk digunakan kembali sebagai bahan bakar yang seringkali disebut recovered oil atau alternative fuel. Mengingat jumlah sludge oil yang sangat melimpah di Indonesia khususnya di lingkungan tangki pengolahan minyak khususnya Pertamina, maka pengelolaan sludge oil dengan maksimal sangat diperlukan, karena selain untuk membantu memenuhi kebutuhan produksi minyak bumi nasional. PT. Trinitas Sakta Makmur adalah perusahaan swasta Nasional yang didirikan semenjak tahun 2009. PT. Trinitas Sakta Makmur bergerak dibidang pemeliharaan dan pelestarian lingkungan (Environmental Services), pembersihan tanki-tanki minyak (Oil Tank Cleaning) dan perbaikan-perbaikan tanki minyak (Oil Tank Repair). PT. Trinitas Sakta Makmur beralamat di Jl. Mega Kuningan Lot 8, 9 Kawasan Mega Kuningan, Jakarta. Dalam menjalankan bisnisnya, PT. Trinitas Sakta Makmur tentunya tidak lepas dari kendala di lapangan. Salah satu kendala yang ditemui adalah penyediaan alat berat seperti vacuum truck, crane, forklift, dan alat-alat penungjang kegiatan SOR yang sejauh ini tidak disiapkan mitra kerja PT. Trinitas Sakta Makmur, dimana hal tersebut menyulitkan PT. Trinitas Sakta Makmur untuk bekerja secara efektif dan efisien dikarenakan harus melakukan kerjasama dengan pihak ketiga dalam penyediaan alat berat tersebut. Disamping itu, pekerjaan PT. Trinitas Sakta Makmur selama ini tidak di-supply bahan bakar solar oleh partnernya, sehingga terkadang pekerjaan PT. Trinitas Sakta Makmur sering terhambat dan penyelesaian pekerjaannya tidak sesuai jadwal yang ditargetkan, dikarenakan pengadaan bahan bakar yang dilakukan 6

sendiri oleh PT. Trinitas Sakta Makmur. Kendala lainnya adalah ketertidaksediaan sludge yang harusnya dibersihkan dari tangki Pertamina, terkadang telah diambil dan dimanfaatkan oleh oknum secara diam-diam untuk dijual lagi kepada pemborong yang untuk kemudian dibuang di tempat tertentu, yang tentunya menyalahi ketentuan Kementrian Lingkungan Hidup. Bentuk kerja sama PT. Trinitas Sakta Makmur dengan para mitranya sejauh ini hanya bersifat per-project atau per-tender. Akan lebih memudahkan bagi PT. Trinitas Sakta Makmur apabila bentuk kerjasama dengan mitra usahanya berbentuk kerjasama operasi (KSO), agar dapat disusun rencana kerja sama jangka panjang yang lebih terorganisir dan terstruktur. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijabarkan, PT. Trinitas Sakta Makmur merupakan perusahaan yang bertujuan untuk ikut membantu pemerintah dalam meningkatkan produksi minyak bumi nasional dan turut berpartisipasi dalam menjaga dan memelihara lingkungan hidup. Penelitian ini mencoba untuk melakukan analisis strategi bisnis pada PT. Trinitas Sakta Makmur dalam kegiatan sludge oil recovery. 1.3 Pertanyaan Penelitian Berdasarkan uraian yang ada pada latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, diantaranya sebagai berikut: 7

1. Strategi apakah yang paling tepat bagi PT. Trinitas Sakta Makmur untuk dapat terus bersaing di bidang sludge oil recovery? 2. Manfaat apakah yang didapat dari strategi tersebut bagi PT. Trinitas Sakta Makmur dalam mengembangkan bisnisnya? 1.4 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui strategi apakah yang paling bagi PT. Trinitas Sakta Makmur untuk dapat terus bersaing di bidang sludge oil recovery. 2. Untuk mengetahui manfaat apa yang didapat oleh PT. Trinitas Sakta Makmur dari strategi yang dijalankannya. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi semua pihak. Adapun kegunaan penelitian ini terutama ditujukan kepada: 1. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan solusi strategi bentuk kerjasama terbaik antara PT. Trinitas Sakta Makmur dengan PT. Pertamina. Dengan penelitian ini, PT. Trinitas Sakta Makmur juga dapat mengetahui berbagai kelebihan yang dimiliki perusahaan serta kendala yang dihadapi dalam pekerjaannya, serta mencari solusi untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut untuk kelancaran usahanya. Selain itu, penulis berharap penelitian ini mampu memberikan masukan terbaik bagi kemungkinan kerjasama operasi antara PT. Trinitas Sakta 8

Makmur dengan PT. Pertamina yang sesuai prosedur dan memberikan nilai tambah bagi kedua perusahaan tersebut. 2. Secara Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan informasi bagi pihak-pihak yang terkait mengenai industri minyak bumi khususnya sludge oil recovery dan iklim persaingannya di Indonesia. Penelitian ini juga diharapkan dapat digunakan sebagai referensi yang menjadi acuan untuk penelitian lebih lanjut, serta memperluas dan menambah wawasan para pihak yang berkepentingan terutama mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesuksesan pada perusahaan di bidang sludge oil recovery. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti hanya memfokuskan perhatian pada masalah penentuan atau formulasi strategi bisnis KSO yang akan dijalankan oleh PT. Trinitas Sakta Makmur dengan PT. Pertamina untuk bersama-sama memenuhi target dan tujuan masing-masing perusahaan di bidang sludge oil recovery. Dengan demikian, penelitian yang dilakukan ini merupakan studi kasus yang secara spesifik hanya berlaku pada KSO antara PT. Trinitas Sakta Makmur dengan PT. Pertamina, sehingga hasil penelitian tidak dapat digeneralisasikan pada permasalahan yang sejenis di perusahaan lain. 9

1.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bagian ini berisi uraian mengenai hal-hal yang mendasari penelitian, meliputi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi uraian teori dan konsep yang mendasari penelitian ini, didukung dengan berbagai hasil penelitian terdahulu yang berkaitan dengan variabel-variabel yang diteliti. Selain itu, bab ini juga berisi uraian mengenai hubungan antar variabel yang disertai dengan hipotesis-hipotesis yang diajukan serta model penelitian. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi uraian metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini meliputi jenis penelitian, jenis data, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, pengujian instrumen, teknik analisis data, dan pengujian hipotesis. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi profil responden serta analisis dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan. Bagian ini menjawab rumusan masalah serta tujuan yang dijabarkan pada Bab I. Pada bagian ini juga disajikan pembahasan secara rinci mengenai hasil penelitian yang dilengkapi dengan tabel. 10

BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan yang merupakan temuan akhir penelitian ini serta implikasi penelitian baik implikasi manajerial maupun implikasi untuk penelitian selanjutnya. Implikasi manajerial penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi perusahaan dalam mengembangkan strategi bisnis. Sementara saran penelitian selanjutnya diharapkan dapat dijadikan bahan masukan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya. 11