BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan salah satu komoditi pangan yang sangat dibutuhkan di

I. PENDAHULUAN. kecukupan pangan bagi suatu bangsa merupakan hal yang sangat strategis untuk

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan pembangunan pertanian periode dilaksanakan melalui tiga

BAB I PENDAHULUAN. Masalah konsumsi beras dan pemenuhannya tetap merupakan agenda

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

BAB I PENDAHULUAN. dalam beragam bentuk, maksud, dan tujuan. Mulai dari keluarga, komunitas,

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Kemampuan sektor pertanian dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat

BAB I PENDAHULUAN. sektor pertanian antara lain: menyediakan pangan bagi seluruh penduduk,

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia adalah sebagai makanan pokok karena hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. sampai pada kegiatan industri yang rumit sekalipun. Di bidang pertanian air atau yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. pengertiannya seringkali rancu. Sesungguhnya pengertian lahan lebih luas

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Produksi pangan di negara-negara sedang berkembang meningkat. Sekalipun

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

I. PENDAHULUAN. berkaitan dengan sektor-sektor lain karena sektor pertanian merupakan sektor

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan hidup dan kehidupannya. Undang-Undang Nomor 18 Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sektor pertanian dalam tatanan pembangunan nasional memegang peranan

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara, penyedia lapangan kerja, dan juga sebagai sumber

BAB I. sejak tersedianya data spasial dari penginderaan jauh. Ketersediaan data

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

Penyusutan Luas Lahan Tanaman Pangan Perlu Diwaspadai Rabu, 07 Juli 2010

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia memegang peranan penting dari keseluruhan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bahan baku pangan, dan bahan lain. Ketersediaan pangan yang cukup jumlahnya,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara agraris, yakni salah satu penghasil

BAB I PENDAHULUAN. perhatian yang khusus oleh pemerintah seperti halnya sektor industri dan jasa.

PENDAHULUAN. mengandung gizi dan penguat yang cukup bagi tubuh manusia, sebab didalamnya

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Selama beberapa dekade terakhir sektor pertanian masih menjadi tumpuan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

PENDAHULUAN. setelah beras. Jagung juga berperan sebagai bahan baku industri pangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan pangan di Indonesia sangat tinggi. Menurut Amang

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap wilayah di permukaan bumi memiliki karakteristik dan ciri khasnya

I. PENDAHULUAN. Pembangunan yang dilakukan di negara-negara dunia ketiga masih menitikberatkan

ARAHAN PERENCANAAN KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN SOPPENG. Maswirahmah Fasilitator PPSP Kabupaten Soppeng

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. negara dititikberatkan pada sektor pertanian. Produksi sub-sektor tanaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

PROSPEK TANAMAN PANGAN

BAB IV GAMBARAN UMUM

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

prasyarat utama bagi kepentingan kesehatan, kemakmuran, dan kesejahteraan usaha pembangunan manusia Indonesia yang berkualitas guna meningkatkan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daging sapi merupakan salah satu komoditas pangan yang selama ini

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

BAB I PENDAHULUAN. pangan di mata dunia. Meski menduduki posisi ketiga sebagai negara penghasil

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

PENDAHULUAN. penduduk suatu Negara (Todaro, 1990).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. sektor-sektor yang berpotensi besar bagi kelangsungan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

I. PENDAHULUAN. tani, juga merupakan salah satu faktor penting yang mengkondisikan. oleh pendapatan rumah tangga yang dimiliki, terutama bagi yang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Tabel 1.1. Konsumsi Beras di Tingkat Rumah Tangga Tahun Tahun Konsumsi Beras*) (Kg/kap/thn)

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. didasarkan pada nilai-nilai karakteristik lahan sangat diperlukan sebagai

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beras sebagai salah satu bahan pangan pokok memiliki nilai strategis dan mempunyai pengaruh yang besar dalam bidang ekonomi, lingkungan dan sosial politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil. Beras merupakan komoditas yang sangat unik karena dari masa ke masa harus dikelola dengan lembaga pemerintah secara aktif. Sejak zaman penjajahan Belanda, penduduk jepang, dan zaman perang kemerdekaan, Orde lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi sampai pada era globalisasi sekarang ini, beras tetap menjadi atensi utama pemerintah diantara sembilan bahan pokok (sembako). Masalah perberasan merupakan bagian yang dekat dan menyatu dalam aspek kehidupan sosial, ekonomi, dan bahkan aspek politik bagi bangsa Indonesia. Salah satu hal penting dalam sistem perberasan nasional adalah mengetahui tingkat penyediaan dan permintaan sehingga tidak ada kelangkaan maupun surplus beras di pasaran yang pada akhirnya merugikan masyarakat sebagai konsumen dan petani sebagai produsen beras. Pada tingkat yang diinginkan akan tercapai harga beras yang layak dan mampu dijangkau oleh masyarakat dan menguntungkan para petani sebagai produsen. Mengingat peran beras sebagai komoditas pangan utama masyarakat Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi terwujudnya ketahanan pangan nasional (Akbar, 2002). 1

2 Mengenai persoalan pangan, dunia kembali dikhawatirkan dengan persoalan ketahanan pangan bagi masyarakat, terutama dari dimensi ketersediaan, akses terhadap pangan dan stabilitas harga pangan, mengingat fenomena perubahan iklim tidak mampu sepenuhnya diantisipasi dengan baik. Jika dilihat dari aspek konsumsi, perwujudan ketahanan pangan juga mengalami hambatan karena sebagian besar masyarakat Indonesia selama ini memenuhi kebutuhan pangan sebagai sumber karbohidrat berupa beras. Masalah yang dihadapi kedepan adalah negara harus mampu meningkatkan produksi untuk bisa menyediakan pangan beras secara berkecukupan dan berkelanjutan, namun disisi lain terdapat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat ketersediaan beras di masyarakat. Salah satunya adalah ancaman penurunan produksi padi di Indonesia semakin serius karena petani mulai meninggalkan tanaman kebutuhan pokok dan beralih ke tanaman kelapa sawit karena lebih menjanjikan dari segi pendapatan. Provinsi Sumatera utara merupakan daerah yang memiliki potensi pertanian cukup besar dan sebagai lumbung pangan di wilayah Sumatera bagian Barat. Hal ini dikarenakan agroklimat, sumber daya alam dan budaya serta masyarakatnya sebagian besar bekerja di sektor pertanian khususnya tanaman pangan. Disamping letak geografisnya yang sangat strategis, provinsi Sumatera Utara menjadi salah satu potensi lokasi pemasaran produk-produk hasil pertanian. Akan tetapi ketahanan pangan bagi provinsi Sumatera Utara masih menjadi masalah penting. Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 1980-an menjadi daerah swasembada pangan. Status swasembada pangan tersebut sulit dipertahankan karena terjadi penurunan produksi. Beberapa penyebab yang

3 memunculkan lemahnya ketahanan pangan ini dimulai dari adanya kekeliruan dalam pengelolaan lahan-lahan pertanian hingga pada kurangnya ketersediaan berbagai sarana produksi yang ada. Masalah pengelolaan lahan pertanian adalah masalah yang relatif sukar untuk ditangani. Hal ini karena lahan merupakan faktor produksi yang bersifat terbatas, yang tidak memiliki potensi untuk mendukung produksi pertanian apabila tidak dikelola oleh manusia. Selain itu lahan pertanian juga bukan lagi menjadi faktor penting dalam berproduksi, mengingat lahan pertanian semakin lama semakin berkurang luasannya sebagai akibat adanya konversi lahan dari pertanian menjadi non pertanian (perkebunan kelapa sawit). Salah satu daerah sentra beras di provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Serdang Bedagai dengan luas baku lahan sawah 40.598 Ha, luas tanam Serdang Bedagai 70.000 75.000 Ha per tahun dengan produktivitas rata rata 5,2 ton/ha maka Serdang Bedagai memberikan kontribusi ketersediaan pangan di Sumatera Utara dengan swasembada beras rata rata 125.000 135.000 ton per tahun. 450.000 400.000 350.000 300.000 250.000 200.000 150.000 100.000 50.000 0 408.381 369.190 394.793 370.604 328.344 63.584 68.355 75.427 66.054 71.748 2011 2012 2013 2014 2015 Produksi Padi Luas Lahan Sumber : BPS, Kabupaten Serdang Bedagai dalam angka 2013-2016 Gambar 1.1. Produksi Padi dan Luas Panen di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012-2015

4 Gambar 1.1 menunjukkan bahwa pada tahun 2011 luas panen 63.584 Ha dengan produksi sebesar 328.344 ton. Tahun 2012 dan 2013 luas panen padi bertambah menjadi 68.355 Ha dengan produksi 369.190 ton di tahun 2012 dan di tahun 2013 luas panen padi sebesar 75.427 Ha dengan produksi sebesar 408.381 ton. Namun demikian di tahun 2014 luas panen padi mengalami penurunan yang salah satunya disebabkan beralihnya fungsi lahan yang semula lahan pertanian menjadi lahan non pertanian. Dampaknya adalah luas panen berkurang menjadi seluas 66.054 Ha. Luas panen yang berkurang akan berdampak pada turunnya produksi padi menjadi sebesar 370.604 ton.. Dengan dibukanya kembali lahan-lahan pertanian yang semula lahan non produktif menjadi lahan pertanian sehingga luas lahan pertanian bertambah yang berdampak pada bertambahnya luas panen padi, tercatat di tahun 2015 luas lahan padi menjadi sebesar 71.748 Ha. Kondisi ini menyebabkan produksi padi juga meningkat menjadi sebesar 394,793 ton. Menurut Swastika et al (2000), salah satu yang menyebabkan berflukuasinya produksi padi adalah konversi lahan pertanian menjadi perumahan yang terus berlangsung dan mengakibatkan penawaran padi cenderung menurun. Laju konversi lahan tidak bisa dikurangi, hal ini disebabkan adanya kebijakan pemerintah untuk melakukan urbanisasi penduduk yang akan menggunakan lahan pertanian menjadi lahan perumahan. Disamping itu, kebutuhan akan lahan untuk perumahan dan kegiatan ekonomi yang semakin lama semakin meningkat berdampak negatif pada luas lahan pertanian. Luas lahan yang awalnya merupakan lahan pertanian akan semakin berkurang seiring dengan laju pertumbuhan penduduk serta semakin

5 majunya perekonomian. Pusat-pusat bisnis seperti perkantoran, ruko, pasar dan sebagainya sebagai sarana kegiatan ekonomi akan sangat membutuhkan lahan sebagai media kegiatan tersebut. Kondisi ini semakin diperparah dengan banyaknya lahan yang tidak dimanfaatkan (non produktif) baik sebagai lahan pertanian ataupun lahan non pertanian yang notabene lahan-lahan yang dimiliki oleh bukan penduduk setempat. Akibat lahan-lahan pertanian yang semakin berkurang akan mempengaruhi produksi di sektor pertanian khususnya tanaman padi yang merupakan sember makanan pokok penduduk. Produksi pertanian tidak terlepas dari pengaruh kondisi alam setempat yang merupakan salah satu faktor pendukung produksi. Selain keadaan tanah yang cocok untuk kondisi tanaman tertentu, iklim juga sangat menentukan apakah suatu komoditi pertanian cocok untuk dikembangkan di daerah tersebut. (Soekartawi, 2002). Iklim atau cuaca yang diamati dalam penelitian ini adalah curah hujan yang sangat mempengaruhi produksi padi. Curah hujan ekstrim menyebabkan produksi tanaman khususnya padi akan menjadi terganggu bahkan mengalami kerusakan (fuso). Namun demikian curah hujan yang normal dan tidak ekstrim akan memberikan dampak positif pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman pertanian sehingga dibutuhkan sistem pangairan yang cocok untuk daerah-daerah yang mempunyai curah hujan ekstrim. Berikut disajikan dalam Grafik 1.2 rata-rata curah hujan selama tahun 2011 hingga 2015 di Kabupaten Serdang Bedagai.

6 250 200 150 142 181 204 180 187 132 185 163 100 138 50 92 0 2011 2012 2013 2014 2015 Hari Mm Sumber : BPS, Kabupaten Serdang Bedagai dalam angka 2013-2016 Gambar 1.2. Rata-Rata Curah Hujan dan Jumlah Hari Hujan di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012-2015 Gambar 1.2 menunjukkan rata-rata curah hujan dan jumlah hari hujan di Kabupaten Serdang Bedagai selama tahun 2011 2015, tercatat rata-rata curah hujan di tahun 2011 sebesar 92 mm dengan hari hujan sebanyak 142 hari. Tahun 2012 dan 2013, rata-rata curah hujan meningkat menjadi sebesar 180 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 181 hari di tahun 2012 sedangkan di tahun 2013, ratarata curah hujan sebesar 187 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 204 hari. Kondisi cuaca dan iklim yang tidak menentu beberapa tahun terakhir, salah satunya adalah curah hujan. Tercatat rata-rata curah hujan di tahun 2014 menurun menjadi sebesar 138 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 132 hari. Sedangkan di tahun 2014, rata-rata curah hujan meningkat kembali menjadi sebesar 163 mm dengan jumlah hari hujan sebanyak 195 hari. Intensitas curah hujan yang tinggi akan menyebabkan rusaknya lahan pertanian dan perkebunan belum lagi pola musim yang berubah menyebabkan perubahan pola tanam dan pola panen yang biasa dilaksanakan. Selain itu, kondisi

7 iklim dan cuaca terutama curah hujan juga ikut andil dalam mempengaruhi produksi beras. Curah hujan yang ekstrim dapat mengganggu bahkan merusak produksi beras, namun sebaliknya curah hujan juga sangat membantu dalam ketersediaan air untuk tanaman padi sehingga produksi padi yang dalam hal ini adalah beras akan meningkat. Jika diamati curah hujan yang terjadi di Kabupaten Serdang Bedagai menunjukkan curah hujan yang terus meningkat terutama pada pertengah tahun 2015 yang menyebabkan beberapa area pertanian menjadi terganggu dan bahkan mengalami kerusakan/ fuso. Curah hujan yang meningkat serta sistem pengairan yang kurang baik merupakan faktor utama rusaknya tanaman pertanian khususnya tanaman padi. Dari sisi penawaran produksi padi dalam hal ini adalah produksi beras sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lainnya, seperti harga barang itu sendiri, biaya produksi (harga pupuk, harga tenaga kerja), harga barang pengganti (substitution), selera konsumen, dan lainnya. (Sukirno, 2005) Dalam penelitian ini barang subtitusi dari beras adalah roti tawar, hal ini disebabkan roti tawar selain praktis dalam mengkonsumsinya juga memiliki zat penting yang setara dengan beras, yaitu karbohidrat. Sebagai barang substitusi, harga roti tawar sangat tergantung pada harga barang pokok, yaitu beras. Naiknya harga beras tentunya akan mempengaruhi naiknya penawaran barang subtitusi seperti roti tawar dan juga sebaliknya.

8 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 9,000 9,262 7,488 8,142 8,132 5,000 5,083 4,690 4,000 4,000 2011 2012 2013 2014 2015 Harga Beras Harga Roti Sumber : BPS, Kabupaten Serdang Bedagai dalam angka 2013-2016 Gambar 1.3. Harga Beras dan Harga Roti Tawar di Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2012-2015 Harga beras selama tahun 2011 hingga 2013 mengalami peningkatan, sebaliknya harga roti tawar di Kabupaten Serdang Bedagai selama tahun 2011 hingga 2013 mengalami penurunan. Tercatat harga beras di tahun 2012 sebesar Rp. 7.488,- dengan harga roti tawar sebesar Rp. 5.000,- sementara di tahun 2012 harga beras sebesar Rp. 8.142,- dan harga roti tawar sebesar Rp. 4000,- sedangkan di tahun 2013 harga beras sebesar Rp. 9.000,- dan harga roti tawar sebesar Rp. 4.000,- Tahun 2014 harga beras mengalami penurunan menjadi sebesar Rp. 8.132 sementara harga roti tawar menngkat menjadi sebesar Rp. 5.083,-. Akhir tahun 2015 harga beras kembali naik menjadi sebesar Rp. 9.262,- sedangkan harga roti tawar turun menjadi sebesar Rp. 4.690,- Harga beras yang terus meningkat akan berdampak pada pola komsumsi penduduk terhadap beras itu sendiri. Namun demikian, meskipun harga beras terus mengalami peningkatan penduduk Kabupaten Serdang Bedagai tetap

9 mengkonsumsinya, karena beras merupakan makanan pokok. Meskipun pola konsumsinya yang berubah. Perubahan pola konsumsi masyarakat salah satunya adalah mencari makanan pengganti beras, khususnya pada saat-saat tertentu yang dirasakan tepat untuk menggantinya. Pada penelitian ini dengan asumsi penggantian bahan makanan pokok adalah roti tawar sebagai pengganti makan pagi (sarapan). Selain praktis, roti tawar juga efisien serta mudah untuk dibawa ataupun dikonsumsi tanpa harus memasak atau diolah lagi. Roti tawar dalam penelitian ini dipakai sebagai variabel barang substitusi pengganti beras. Menurut Noeriati (2008), penawaran beras juga dipengaruhi oleh barang substitusinya. Ketika harga padi meningkat maka berdasarkan perilaku konsumen akan beralih ke barang substitusinya. Peningkatan harga barang substitusi akan berpengaruh positif terhadap penawaran beras. Dengan latar belakang tersebut penelitian ini dilakukan untuk menentukan faktr-faktor yang mempengaruhi penawaran beras di Kabupaten Serdang Bedagai.. Oleh sebab itu, penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penawaran Beras di Kabupaten Serdang Bedagai. 1.2. Rumusan Masalah Dari uraian-uraian tersebut, penulis merumuskan masalah-masalah sebagai berikut adalah bagaimana pengaruh luas panen, harga beras, harga roti tawar, dan curah hujan terhadap penawaran beras di kabupaten Serdang Bedagai?

10 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengaruh luas panen, harga beras, harga roti tawar, dan curah hujan terhadap penawaran beras di kabupaten Serdang Bedagai. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Menjadi bahan informasi dan masukan bagi pemerintah daerah sebagai bahan pertimbangan dalam upaya memutuskan dan mengimplementasikan kebijakan di bidang perberasan. 2. Memberi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, baik untuk kepentingan akademis maupun non akademis. 3. Sebagai referensi yang dapat digunakan oleh peneliti yang berkaitan dengan penelitian ini di masa yang akan datang.