PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

dokumen-dokumen yang mirip
Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

PEMERINTAH KOTA BANDUNG KECAMATAN BANDUNG KULON

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

I. PENDAHULUAN. mengembangkan sistem pemerintahan yang baik (Good Governance), yaitu

PERATURAN DAERAH KABUPATEN POLEWALI MANDAR NOMOR 11 TAHUN 2009 ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN DI KABUPATEN POLEWALI MANDAR

BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB I PENDAHULUAN. unsur kekuatan daya saing bangsa, sumber daya manusia bahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kinerja birokrasi pada era reformasi dan otonomi daerah menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Era otonomi daerah sekarang ini, daerah diberikan kewenangan yang lebih besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di era reformasi yang telah berjalan sejak beberapa tahun yang lalu,

BAB I PENDAHULUAN. yang berpedoman pada peraturan pemerintah (PP). Kecamatan dipimpin oleh. Camat juga bertugas melaksanakan tugas umum pemerintahan.

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

I. PENDAHULUAN. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi yang digulirkan menjadi agenda nasional ditegaskan melalui

Kebutuhan Pelayanan Publik

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Perubahan yang terjadi dengan cepat dalam segala aspek kehidupan. sebagai dampak globalisasi memaksa organisasi pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. daerah memiliki perangkat masing-masing baik di tingkat provinsi maupu di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang berdayaguna, berhasil guna, bersih dan. bertanggungjawab, telah diterbitkan Peraturan Presiden Nomor 29

BAB I PENDAHULUAN. dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara kesatuan, seperti yang terdapat dalam Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. kompleksnya persoalan yang dihadapi Negara, maka terjadi pula. perkembangan di dalam penyelenggaraan pemerintahan yang ditandai

Rencana Tata Ruang Wilayah dan Kajian Lingkungan Hidup Strategis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam segala bidang kehidupan, termasuk perubahan di dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KECAMATAN UJUNGBERUNG KOTA BANDUNG KATA PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. negara dan penduduk untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dalam rangka. pelayanan umum demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Bank, Good Governance adalah suatu peyelegaraan manajemen pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan terus mengalami dinamika perubahan. Permintaan pelayanan jasa

.BAB 1 PENDAHULUAN. dari sistem pemerintahan yang bercorak sentralisasi mengarah kepada sistem

BAB I P E N D A H U L U A N

BAB I PENDAHULUAN. setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yaitu Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BKD KABUPATEN GRESIK 1

INTISARI PP NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN OLEH : SADU WASISTIONO

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

I. PENDAHULUAN. yang terdapat dalam organisasi tersebut. Keberhasilan untuk mencapai

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

KATA PENGANTAR. Bandung, Januari 2015 KEPALA BADAN PENANAMAN MODAL DAN PERIJINAN TERPADU PROVINSI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

BAB I PENDAHULUAN. saat ini, terjadi perubahan paradigma pelayanan administrasi publik. Pada era 80-an

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2001 TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN ATAS PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. diamati dan dikaji. Otonomi acap kali menjadi bahan perbincangan baik di

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

REFORMASI BIROKRASI DALAM UPAYA PENINGKATAN KINERJA DAN PELAYANAN PUBLIK RRI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Rencana Kerja Tahunan Kecamatan Rancasari Tahun

BAB I PENDAHULUAN. rakyat dan pemerintah di daerah adalah dalam bidang public service

I. PENDAHULUAN. organisasi (Hasibuan, 2011:10). Walaupun suatu organisasi telah memiliki visi,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kondisi global yang semakin maju membawa dampak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESAWARAN NOMOR 06 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN PESAWARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

LKIP BPMPT 2016 B A B I PENDAHULUAN

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan Tahunan Kecamatan Ciparay Kabupaten Bandung

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH DI PERDESAAN MELALUI PELAYANAN TERPADU SATU PINTU (PTSP)

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

PEMERINTAH KABUPATEN ALOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN ALOR NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KECAMATAN DAN KELURAHAN

I. PENDAHULUAN. susunan pemerintahnya ditetapkan dengan undang-undang. Penyelenggaraan. dilaksanakan dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata dan

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sungguh-sungguh dalam memberantas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang bermutu tinggi, dan sarana prasarana transportasi yang lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

REVISI RENCANA STRATEGIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Kantor Pengelolaan Taman Pintar. Pada BAB 1, penelitian ini menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan, yang diisi oleh Pegawai Negeri Sipil yang dalam tulisan ini

PERATURAN DAERAH KOTA PEKANBARU NOMOR 7 TAHUN 2008 T E N T A N G

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. 23 Juni 2007 oleh Bupati Sikka. Organisasi Pemerintah Kecamatan Alok Timur

I. PENDAHULUAN. publik, penilaian kinerja juga bermanfaat untuk: meningkatkan efisiensi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. munculnya pergeseran dimensi pembangunan yang menitikberatkan pada pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN NUNUKAN

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, dan profesionalisme. Pelaksanaan pemerintahan yang baik (good governance),

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi pada abad ke-21 ini, ternyata telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Mendapatkan pelayanan publik yang memadai dari pemerintah merupakan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Termasuk dalam hal ini adalah perubahan dalam bidang pemerintahan khususnya dari aspek pelayanan oleh Pemerintah. Pemerintah disini diartikan sebagai organisasi publik, yakni organisasi yang fungsi utamanya adalah memberikan pelayanan kepada warga masyarakat. Perubahan yang terjadi pada era reformasi ini merupakan tuntutan perkembangan dan dinamisasi kehidupan masyarakat. Sutiono dan Sulistiyani (2004) mengemukakan tiga alasan penting yang mendorong birokrasi di Indonesia sejak era reformasi pada tahun 1998 harus melakukan pembenahan. Ketiga factor dimaksud adalah factor reformasi politik, globalisasi ekonomi dan otonomi daerah. Khusus alasan terakhir yakni faktor otonomi daerah, disamping menimbulkan harapan sekaligus menjadi tantangan tersendiri bagi birokrasi pemerintahan. Tantangan terberat yang harus dihadapi adalah perubahan perilaku birokrasi itu sendiri, terutama perubahan dari pelaksana menjadi pengambil inisiatif. Hal ini menuntut kesiapan SDM di daerah-daerah yang lebih baik. Tuntutan masyarakat pada saat ini menghendaki birokrasi lebih profesional, netral dan menjadi abdi negara dan abdi masyarakat dengan mengutamakan pada pelayanan umum dan pemberdayan masyarakat. Pelayanan yang diberikan oleh aparat birokrasi hingga saat ini dirasakan oleh masyarakat umumnya masih belum memuaskan. Penyebab dari keadaan ini seperti disinyalir oleh Ariani (2004) sebagaimana dikemukakan oleh McCormick dan Tiffin dikarenakan dua variable yang mempengaruhi kinerja birokrasi. Yang pertama adalah variabel lingkungan jabatan, termasuk di dalamnya sarana dan prasarana kerja,

2 teknologi dan manajemen. Adapun yang kedua adalah variabel individual, termasuk di dalamnya gaya manajemen, motif prestasi kerja, dan keterampilan. Jika dilihat dari masing-masing variabel tersebut, variabel pertama yang menyangkut sarana dan prasarana kerja kondisinya jauh dari mencukupi, sementara varibel kedua menyangkut individu pegawai negeri itu sendiri, maka kualitasnya belumlah memuaskan. Sementara Sutiono dan Sulistiyani (2004) melihat persoalan kurangnya kinerja aparat dalam memberikan pelayanan, berdasarkan pendapat Darwin (1996) disebabkan masih adanya inefisiensi pada tubuh birokrasi itu sendiri yang ditandai dengan adanya beberapa kecenderungan. Kecenderungan tersebut antara lain (1) tingginya tingkat birokrasi, terutama jika dilihat dari pertumbuhan pegawai dan pemekaran struktur birokrasi; (2) berkembangnya red-tape dalam pelayanan public; (3) rendahnya kualitas atau profesionalisme aparatur pemerintah; (4) produktivitas dan disiplin kerja pegawai negeri yang masih rendah; (5) masih meluasnya berbagai macam praktek maladministrasi di kalangan aparatur pemerintah. Dalam rangka penataan pemerintahan daerah sekaligus untuk memperbaiki kondisi birokrasi dan kualitas pelayanan, pemerintah telah menerapkan pemberlakuan undang-undang otonomi daerah. Terakhir adalah revisi atas UU Nomor 22 Tahun 1999 menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Penerapan otonomi daerah telah pula membawa perubahan pada birokrasi pemerintahan Daerah. Struktur pemerintahan mengalami perubahan yang cukup mendasar. Di daerah-daerah dibentuk lembaga-lembaga perangkat daerah yang sesuai dengan semangat otonomi daerah. Otonomi daerah dimaksudkan untuk mendekatkan pelayanan birokrasi pemerintah kepada masyarakat, sehingga tercipta birokrasi yang efektif dan efisien serta dapat menekan ekonomi biaya tinggi yang ditanggung masyarakat.

3 Upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik menjadi paradigma baru penyelenggaraan pemerintahan dalam beberapa tahun terakhir. Hal ini terlihat dari langkah-langkah pemerintah dengan menerbitkan beberapa kebijakan khusus serta perangkat lunak yang mendorong terciptanya kualitas pelayanan yang lebih baik di daerah. Antara lain adalah PP Nomor 65 tahun 2005 tentang Standard Pelayanan Minimal (SPM); PerMenpan Nomor 20 Tahun 2006 tentang pedoman penyusunan standar pelayanan public; PerMendagri Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Terpadu Satu Pintu. Masih banyak lagi kebijakan pemerintah dalam bidang-bidang lainnya termasuk investasi yang dirancang dengan spirit untuk peningkatan kualitas pelayanan public yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah. Dalam tulisannya, Purbokusumo (2005) menengarai masih tetap berjalannya praktek buruk terhadap jalannya birokrasi pada saat desentralisasi atau otonomi daerah. Ia menyimpulkan bahwa apapun bentuk desentralisasi, pelayanan di sektor publik yang dilakukan oleh birokrasi publik tetap buruk. Kecenderungan sentralisasi menjadikan pelayanan birokrasi publik berbelit-belit, korup di tingkat pusat pemerintahan, dan boros. Sementara ketika desentralisasi dilakukan secara radikal seperti di era reformasi, pelayanan birokrasi publik juga tidak semakin baik; korupsi menyebar dan merajalela ke daerah (baik oleh eksekutif maupun legislatif), beban semakin berat dengan variasi pajak dan retribusi daerah yang bertumpuk dan tumpang tindih, serta birokrasi tetap berbelit-belit. Disamping pendapat di atas, Wursanto (2003) menyatakan bahwa apabila birokrasi itu baik maka segala urusan dapat berjalan dan diselesaikan dengan baik. Akan tetapi dalam prakteknya banyak hal dan urusan tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan sehingga menimbulkan kemacetan dan hambatan. Yang perlu diketahui ialah bahwa hambatan dan kemacetan itu bukan disebabkan karena birokrasi, tetapi disebabkan birokrasi yang tidak baik. Hambatan dan kemacetan

4 dalam birokrasi inilah yang memberikan gambaran negatif terhadap birokrasi sehingga masih banyak orang (khususnya di Indonesia) yang mempunyai pengertian dan pandangan yang keliru tentang birokrasi. Padahal birokrasi mempunyai peran yang penting bagi setiap organisasi, baik organisasi pemerintah maupun swasta. Selama ini pandangan negatif selalu dilekatkan pada birokrasi organisasi publik. Pada umumnya masyarakat beranggapan bahwa mengurus administrasi serta perijinan pada instansi penyelenggara pelayanan public berbelit-belit, memakan waktu lama dan mengeluarkan biaya tinggi. Dengan kata lain bahwa pelayanan yang diterima tidak sesuai dengan harapan publik yakni cepat, mudah dan murah. Dengan demikian maka pemerintah pada semua tingkatan mempunyai kewajiban untuk menciptakan sebuah model pelayanan public yang lebih berkualitas untuk memberikan pelayanan yang lebih mudah, lebih cepat dan lebih murah secara adil kepada segenap warga masyarakat atau warga negara. ---------------------------------------------------------------------------------------

5 Dari hal-hal yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja organisasi Kantor Camat dengan melakukan studi pada Kantor Camat Tenggarong Seberang dalam rangka pelaksanaan tugas serta pelayanan kepada masyarakat. Adapun judul yang dipilih penulis adalah Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Organisasi Birokrasi pada Kantor Camat Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah : Bagaimana kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang dan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarog Seberang dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsi serta pelayanan kepada masyarakat? Selanjutnya masalah tersebut di atas dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1). Bagaimana kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat? 2). Faktor-faktor apa yang mempengaruhi baik yang mendukung maupun yang menghambat kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang? 3. Tujuan Penelitian Adapun penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menginterpretasikan aspek-aspek yang berhubungan dengan kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang, yaitu:

6 1. Untuk mengetahui kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mendukung kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang. 3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menghambat kinerja organisasi birokrasi Kantor Camat Tenggarong Seberang. 4. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Secara akademis, sebagai sumbangan pemikiran bagi pengembangan kajiankajian mengenai kinerja organisasi birokrasi pemerintahan. 2. Secara praktis, sebagai sumbangan serta bahan masukan bagi karyawan Kantor Camat Tenggarong Seberang dalam rangka peningkatan kinerja organisasi pada masa yang akan datang. Sisa Yang pertama adalah faktor Reformasi Politik yang telah menimbulkan gelombang tuntutan yang dahsyat terhadap pemerintah untuk segera memperbaiki kinerjanya. Isu reformasi yang paling populer sekaligus menunjuk paling tajam di ulu hati para birokrat pemerintah adalah pemberantasan korupsi, kolusi, dan nepotisme.

7 Kondisi demikian memunculkan sikap rasional untuk segera melakukan langkahlangkah perbaikan. Alasan kedua adalah sistem ekonomi dunia yang semakin nyata menuju ke arah globalisasi ekonomi. Tekanan globalisasi ekonomi menuntut sistem birokrasi yang lebih fleksibel, responsif terhadap tuntutan konsumen dan yang paling penting adalah tidak menghambat arus pergerakan barang, modal dan manusia yang semakin hari semakin cepat. Kenyataannya selama ini birokrasi justeru dilatih untuk memperlambat segala macam urusan yang berhubungan dengan birokrasi dengan alasan prosedur baku atau ketentuan yang berlaku. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Santoso (1997) bahwa birokrasi pada dasarnya merupakan alat pemerintah yang bekerja untuk kepentingan rakyat secara keseluruhan. Dalam posisi demikian, maka tugas birokrasi adalah merealisasi setiap kebijaksanaan pemerintah dalam rangka pencapaian kepentingan masyarakat. Birokrasi seharusnya menempatkan dirinya sebagai mediating agent, penjembatan antara kepentingan-kepentingan masyarakat dengan kepentingan pemerintah. Hal ini sebagaimana dikatakan oleh Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Feisal Tamim yang menyatakan kondisi pegawai negeri saat ini 60% tidak berkualitas (Suara Merdeka, 25 September 2002). Kantor Camat sebagai salah satu organisasi birokrasi yang berada di bawah struktur kabupaten juga merupakan organisasi birokrasi yang mempunyai misi yang sama dalam rangka pemberdayaan serta pelayanan kepada masyarakat. Kantor Camat cukup memegang peran yang strategis karena organisasi yang dipimpin oleh seorang pejabat Camat ini merupakan jembatan dalam rangka menerapkan atau melaksanakan kebijakan yang telah dibuat oleh pemerintah kabupaten kepada seluruh warga masyarakat yang berada di desa/kelurahan. Sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, Kecamatan merupakan salah satu perangkat daerah. Tugas Camat diatur dalam pasal 126 (2) dan (3) Undang-

8 Undang Nomor 32 Tahun 2004. Pasal 126 ayat (2) menyebutkann bahwa Kecamatan dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. Sementara pasal 126 ayat (3) menyebutkan tugas lainnya yaitu untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan yang meliputi mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan; melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan. Sesuai amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 di atas bahwa seyogyanya sebagian kewenangan yang ditangani oleh Kabupaten diserahkan kepada Kecamatan. Dengan semangat ini, Pemerintah Kabupaten Kutai Kartanegara telah melaksanakan amanat undang-undang dimaksud. Hal ini ditegaskan dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Kutai Kartanegara Nomor 180.188/HK- 537/2001 tentang pelimpahan sebagian kewenangan bupati kepada camat dalam wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara. Dalam keputusan ini Bupati melimpahkan beberapa bidang kewenangan dalam urusan perijinan yang selama ini menjadi kewenangan kabupaten kepada kecamatan. Kewenangan yang dilimpahkan ini antara lain adalah bidang kependudukan bidang pertanahan, bidang PU, bidang perdagangan, bidang pertanian, bidang perhubungan, bidang tenaga kerja, bidang pertambangan, bidang peternakan. Dengan adanya beberapa kewenangan yang sebelumnya menjadi kewenangan Pemerintah Kabupaten, berarti telah ada upaya untuk memberdayakan sekaligus memfungsikan keberadaan kecamatan dalam rangka mendekatkan pelayanan kepada

9 masyarakat. Hal ini telah memangkas jalur birokrasi dalam rangka pengurusan administrasi perijinan bagi bidang-bidang usaha masyarakat di kecamatan. Dengan memperpendek rentang birokrasi ini maka telah terjadi efisiensi baik dipandang dari aspek waktu maupun biaya yang harus dikeluarkan masyarakat. Berdasarkan tugas yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tugas organisasi Kantor Camat/kecamatan menjadi cukup luas. Oleh karena itu, maka menjadi suatu kebutuhan bahwa Camat selaku Kepala Kecamatan harus mendapat dukungan penuh dari staf pelaksana dalam struktur Kantor Camat sebagai penyelenggara birokrasi pemerintahan di Kecamatan. Untuk melaksanakan tugas-tugas yang telah diamanatkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka kinerja aparat Pemerintah Kecamatan harus dapat menjawab kebutuhan masyarakat di wilayah kecamatan untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya. Sejalan dengan pelaksanaan tugasnya, maka dalam memimpin jalannya Pemerintah Kecamatan, Camat dibantu staf yang terlihat dalam struktur organisasi Kecamatan. Adapun struktur jabatan yang merupakan pembantu tugas Camat adalah terdiri dari unsur staf dan unsur lini. Unsur staf terdiri dari Sekretaris yang dibantu dua orang Kepala Urusan. Sementara pada unsur lini, terdiri dari 5 (lima) Kepala Seksi yang masing-masing membawahi 2(dua) orang Kepala Subseksi. Demikian pula halnya pandangan umum masyarakat terhadap keberadaan Kantor Camat Tenggarong Seberang sebagai penyelenggara administrasi pemerintahan serta pelayanan tentunya juga tidak lepas dari pandangan negatif dimaksud. Dari pengamatan di beberapa Kecamatan,