BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mewujudkan perekonomian nasional yang mampu tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, diperlukan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang terselenggara secara teratur, adil, transparan, dan akuntanbel, serta mampu mewujudkan sistem keuangan yang tumbuh secara berkelanjutan dan stabil dan mampu melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat. Untuk itu dibentuklah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang dikuatkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Didalam UU No.21 tahun 2011, OJK adalah lembaga yang independen dan bebas dari campur tangan pihak lain, yang mempunyai fungsi, tugas, dan wewenang pengaturan, pengawasan, pemeriksaan, dan penyidikan sebagaimana diatur dalam UU tersebut. Salah satu kegiatan di dalam sektor jasa keuangan yang berada di bawah pengawasan OJK adalah Pasar Modal. Sesuai UU No.21 tahun 2011 pasal 1 ayat 6, Pasar modal adalah: kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga profesi yang berkaitan dengan Efek sebagaimana dimaksud dalam undang-undang mengenai pasar modal. Terdapat beberapa produk investasi yang bisa dipilih di pasar modal. Di dalam UU Pasar Modal No 8 Tahun 1995, instrumen atau produk yang diperdagangkan di pasar modal disebut dengan Efek. Efek adalah surat berharga, yang meliputi surat pengakuan utang, surat berharga komersial, saham, obligasi, tanda bukti utang, unit penyertaan kontrak 1
2 investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari Efek. Dari semua surat berharga yang diperdagangkan di pasar modal, instrumen yang paling populer diperdagangkan di pasar modal adalah saham. Saham merupakan bukti kepemilikan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek. Perusahaan yang ingin menawarkan sahamnya ke masyarakat umum haruslah IPO (Initial Public Offering / Go Public) terlebih dahulu. Investor dapat melakukan pembelian saham pada saat harga pembukaan (penawaran perdana ketika IPO) atau pembelian saham melalui Bursa Efek (disebut juga pasar sekunder). Ketertarikan investor dalam berinvestasi saham tidak lepas dari ekspektasi mereka akan return saham yang tinggi dengan kemungkinan kerugian yang terukur. Gitman (2009:228) mendefinisikan return saham sebagai berikut Return is the total gain or loss experience on an investment over a given period of time. It commonly as the change in value plus an cash distributing during period of time, expressed as a percentage of the beginning period investment value. Menurut Berk dan Harford (2007), return is difference between the selling price and purchasing price of an aset plus any cash distributions expressed as a percentage of the buying price. Dengan demikian dapat didefinisikan bahwa return saham adalah suatu tingkat pengembalian baik itu keuntungan ataupun kerugian yang dihasilkan dari selisih atas harga saham. BEI mengklasifikasikan emiten-emiten yang ada di pasar modal menjadi 9 sektor atau sering disebut sebagai JASICA (Jakarta Industrial Classification). Hal ini dilakukan untuk mempermudah pemantauan pada saat terjadi crash. Kesembilan sektor tersebut adalah 1) sektor pertanian, 2) sektor pertambangan, 3) sektor industri dasar dan kimia, 4) sektor aneka industri, 5) sektor industri barang konsumsi, 6) sektor properti dan real
3 estate, 7) sektor transportasi dan infrastruktur, 8) sektor keuangan 9) sektor perdagangan, jasa dan investasi. Pada penilitian ini, penulis akan mengambil sektor industri barang konsumsi dengan sub sektor makanan dan minuman untuk diteliti. Alasan dipilihnya perusahaan makanan dan minuman karena sektor ini lebih stabil dan tidak terpengaruh oleh musim ataupun perubahan kondisi perekonomian sehingga diperkirakan perusahaan yang bergerak dalam sub sektor makanan dan minuman tersebut mempunyai kinerja keuangan yang baik sehingga mampu meningkatkan harga saham. Tinggi rendahnya harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya performance dari emiten, tingkat suku bunga, kebijakan makro, kondisi ekonomi global, dan lain sebagainya. Untuk menilai performance dari emiten analis biasanya menggunakan rasio. Dengan rasio kita dapat memperoleh gambaran yang lebih baik tentang kondisi keuangan dan performance dari masing-masing emiten. Salah satu faktor yang mempengaruhi harga saham adalah Profitabilitas perusahaan. Menurut Munawir (2010:29), profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam memperoleh keuntungan (profit) yang berhubungan dengan total aktiva (total asset), total penjualan (total sales), dan modal sendiri. Semakin besar laba yang dihasilkan, semakin baik kinerja manajemen yang akhirnya berdampak pada kenaikan harga saham. Rasio profitabilitas yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah NPM. NPM dipilih karena dapat memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen secara riil dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Menurut May (2011:35), NPM merupakan rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong pajak. Menurut Dyah Ayu Savitri
4 (2012) NPM berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham. Sedangkan menurut Denny Suhaimi Muchlis (2014) NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Faktor lainnya yang mungkin berpengaruh terhadap return saham adalah struktur modal masing-masing emiten. Ditinjau dari asalnya menurut Riyanto (2001:214), modal bersumber dari dana perusahaan intern dan dana perusahaan ekstern. Dana intern perusahaan dihasilkan sendiri di dalam perusahaan (internal financing) sedangkan dana ekstern perusahaan dihasilkan dari luar perusahaan (external financing). Penentuan proporsi utang dan modal dalam penggunaannya sebagai sumber dana perusahaan berkaitan erat dengan istilah struktur modal. Menurut Riyanto (2001) struktur modal adalah perimbang atau perbandingan antara jumlah utang jangka panjang dengan modal sendiri. Struktur modal diproksikan dengan DER yang merupakan pembanding antara utang dengan modal itu sendiri. Dengan DER, investor akan melihat sejauh mana kekuatan perusahaan dalam membayarkan utangnya kepada pihak ketiga apabila perusahaan mereka dilikuidasi, termasuk melakukan buyback saham karena efek dari likuidasi adalah status saham perusahaan menjadi delisting. Sangatlah penting bagi investor untuk melihat angka DER. Dengan tujuan jangka pendek, menengah dan panjang investor untuk mendapatkan return saham yang tinggi, investor pun perlu mengukur berapa kerugian yang mungkin akan ditanggung jika hal buruk terjadi. Menurut Gede Priana Dwipratama (2009), secara simultan DER berpengaruh harga saham. Sedangkan menurut Sunarwi (2010) DER tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap return saham.
5 Faktor lain yang mungkin berpengaruh kepada return saham adalah ukuran perusahaan. Menurut Salno dan Baridwan (2000:17-23), ukuran perusahaan sama dengan total asset. Besar kecilnya asset yang dimiliki oleh perusahaan dapat dihubungkan dengan kuantitas dan kapasitas. Semakin besar kuantitas dan kapasitas industri, semakin besar pula probabilitas perusahaan untuk menghasilkan laba. Menurut penelitian yang dilakukan oleh I Made Brian Ganerse (2011) ditemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap return saham. Sedangkan menurut Inggarahmadhani (April 2013), ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap return saham pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Uraian di atas menunjukkan bahwa hasil penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap return saham masih sangat bervariatif. Sehubungan dengan adanya ketidakkonsistenan yang terjadi dalam penelitian terdahulu, maka penulis ingin melakukan penelitian ulang dengan judul Pengaruh Profitabilitas, Struktur Modal Dan Ukuran Perusahaan Terhadap Return Saham Perusahaan Sektor Makanan dan Minuman di BEI.
6 B. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Apakah profitabilitas yang diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap return saham perusahaan sektor makanan dan minuman di BEI? 2. Apakah struktur modal yang diproksikan dengan Debt Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap return saham perusahaan sektor makanan dan minuman di BEI? 3. Apakah ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log total aset berpengaruh terhadap return saham perusahaan sektor makanan dan minuman di BEI? C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: a. Untuk mengkaji pengaruh profitabilitas yang diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM) terhadap return saham perusahaan sektor makanan dan minuman di BEI. b. Untuk mengkaji struktur modal yang diproksikan dengan Debt Equity Ratio (DER) terhadap return saham perusahaan sektor makanan dan minuman di BEI.
7 c. Untuk mengkaji ukuran perusahaan yang diproksikan dengan log total asset terhadap return saham perusahaan sektor makanan dan minuman di BEI. 2. Kontribusi Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat mempunyai kontribusi bagi: a. Para investor, agar dapat sebagai bahan pertimbangan sebelum melakukan investasi saham di BEI, khususnya perusahaan sektor makanan dan minuman atau industri barang konsumsi. b. Bagi akademisi, agar dapat dipergunakan sebagai bahan rujukan atas penelitian serupa selanjutnya yang akan diteliti.