BAB I PENDAHULUAN. Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR AIR TRAFFIC CONTROL BANDARA POLONIA DENGAN METODE NASA- TLX DAN PERHITUNGAN WAKTU PRODUKTIF DENGAN WORK SAMPLING

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi sekarang ini, pihak penyedia jasa dituntut untuk

ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR AIR TRAFFIC CONTROL BANDARA XYZ DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

BAB I PENDAHULUAN. merupakan alat transportasi yang aman dan nyaman. Salah satu mode transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Sumatera Utara menangani pasien

BAB 1. PENDAHULUAN. pada fungsi fisiologis dan psikologis seseorang. Sekitar tahun 1920, Walter

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan produktivitas. Salah satu cara yang dapat dilakukan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kendaraan juga berbanding lurus dengan meningkatnya

ETIKA PROFESI AIR TRAFFIC CONTROLLER (ATC) BEKERJA DI BANDARA DI SUSUN OLEH :

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

NASKAH. Diajukan oleh: D TEKNIK

BAB I PENDAHULUAN. menambah peluang menurunnya jaminan kualitas keselamatan transportasi.

ANALISIS TINGKAT BEBAN KERJA OPERATOR PACKING DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT GEMBIRA

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terbang sampai dengan tujuan. Sebelum melakukan penerbangan pilot harus

ANALISA BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA OPERATOR KARGO DI PT. DHARMA BANDAR MANDALA (PT. DBM)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bidang komunikasi maupun bidang instruksional telah memungkinkan tersedianya

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL OPERATOR WEAVING B UNIT INSPECTING PT DELTA MERLIN DUNIA TEXTILE IV DENGAN METODE NASA-TLX

ANALISA BEBAN KERJA OPERATOR INSPEKSI DENGAN METODE NASA-TLX (TASK LOAD INDEX) DI PT. XYZ

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Yune Andryani Pinem 1), Made Yukta Dewanti 2) Program Studi D3 Manajemen Transportasi Sekolah Tinggi Teknologi Kedirgantaraan.

MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA DAN LAUT

ANALISIS BEBAN KERJA MENTAL DENGAN METODE NASA TLX PADA DEPARTEMEN LOGISTIK PT ABC

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin maju dari masa ke

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Khusus bagi Indonesia sebagai negara kepulauan angkutan udara

Analisis Pengukuran Beban Kerja Mental Perawat Unit Gawat Darurat dengan Metode NASA-Task Load Index

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xii 3.2 Pengumpulan Data Pengolahan Data NASA-TLX RSME Analisis Komparatif Desain Penelitian..

PENENTUAN BEBAN KERJA MENTAL PERAWAT BERDASARKAN SHIFT KERJA DAN JENIS KELAMIN MENGGUNAKAN METODE NATIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Peningkatan permintaan jumlah penumpang Sumber : Cetak Biru Transportasi Udara. Universitas Sumatera Utara

Analisis Beban Kerja pada Operator Air Traffic Control untuk Mengurangi Stress Kerja (Studi Kasus: Bandar Udara Ahmad Yani Semarang)

MANAJEMEN STRUKTUR RUANG UDARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena dapat

ANALISIS BEBAN KERJA TERHADAP PENGEMUDI BUS JURUSAN BANDUNG-DENPASAR DENGAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX

BAB I PENDAHULUAN. secara global akan meningkatkan perjalanan udara sebesar 1 2.5%

Bab 3 Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Sistem Air Traffic Control (ATC)

BAB V PEMBAHASAN 5.1 NASA-TLX Analisis Setiap Dimensi NASA-TLX

BAB III METODE PENELITIAN

HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PERNYATAAN... NASKAH SOAL TUGAS AKHIR... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

LAPORAN TUGAS AKHIR PENGUKURAN DAN ANALISIS BEBAN KERJA FISIK DAN MENTAL PENGEMUDI BUS AKDP RUTE SOLO- SEMARANG

Kriteria penempatan fasilitas komunikasi darat - udara berfrekuensi amat tinggi (VHF Air-Ground/ VHF A/G)

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan

M.Yani Syafei & Wahyu Katon Dosen Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Pasundan Bandung.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL MASINIS KERETA API RUTE JARAK JAUH (STUDI KASUS PADA PT KAI DAOP 2)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

PENGUKURAN BEBAN KERJA PERAWAT MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI RUMAH SAKIT XYZ

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN UDARA NOMOR : KP 077 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR TEKNIS DAN OPERASI (MANUAL OF STANDARD CASR PART

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Kata Kunci Beban Kerja, Jumlah Optimal Karyawan, NASA-TLX, KKNI, Pemetaan Kompetensi.

BAB I PENDAHULUAN. efisien, sehingga pesawat udara adalah pilihan yang tepat dalam transportasi.

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

GAMBARAN TINGKAT KELELAHAN PADA RADAR CONTROLLER DI SALAH SATU BANDARA INTERNASIONAL DI INDONESIA TAHUN 2016

Evaluasi Beban Kerja Mental Masinis Kereta Api Prameks dengan Metode RNASA-TLX (Studi Kasus: PT. KAI DAOP 6 YOGYAKARTA)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pesawat terbang merupakan sebuah alat transportasi udara yang berteknologi

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Perusahaan PT. AirAsia Indonesia

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX DI UPBJJ UNIVERSITAS TERBUKA MEDAN TUGAS SARJANA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT UDARA KOMERSIL DI INDONESIA PADA TAHUN 2002 SAMPAI DENGAN TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

Tingkat Beban Kerja Mental Masinis berdasarkan NASA-TLX (Task Load Index) di PT. KAI Daop. II Bandung

PENGUKURAN BEBAN KERJA PSIKOLOGIS KARYAWAN CALL CENTER MENGGUNAKAN METODE NASA-TLX (Task Load Index) PADA PT. XYZ

BAB I PENDAHULUAN. dan tentu saja akan meningkatkan kebutuhan akan transportasi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Transportasi udara adalah salah satu jenis transportasi yang sangat efektif bagi

Moch. Zulfiqar Afifuddin Rizqiansyah. Fakultas Pendidikan Psikologi Universitas Negeri Malang

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PENGUKURAN BEBAN KERJA MENTAL PADA DIVISI OPERASI PT. X DENGAN METODE NASA-TLX

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. harinya. Namun kini, karena adanya perubahan yang diakibatkan oleh kemajuan

Universitas Sumatera Utara

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

FISIOLOGI DAN PENGUKURAN KERJA Tutorial 4 BEBAN KERJA MENTAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGKAJIAN KEBISINGAN DI SEKITAR BANDARA DI BEBERAPA KOTA BESAR DI INDONESIA (AIRPORT NOISE)

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

ANALISIS PENGARUH SISTEM KERJA SHIFTING TERHADAP BEBAN KERJA MENTAL KARYAWAN

KINERJA PETUGAS LALU LINTAS UDARA GUNA MEMENUHI KESELAMATAN PENERBANGAN DI BANDAR UDARA ADISUTJIPTO YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan sarana transportasi yang menunjang proses kehidupan ekonomi

EVALUASI KEBIJAKAN SHIFT KERJA BERDASARKAN ANALISIS BEBAN KERJA OPERATOR PENERIMAAN DAN PENIMBUNAN PT. PERTAMINA (PERSERO) DPPU JUANDA SURABAYA

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 4 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Keputusan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. 1. Implementasi Sistem Manajemen K3 pada PT.Merpati terbagi menjadi tiga

PENGUKURAN BEBAN KERJA KARYAWAN BAGIAN PRODUKSI DENGAN METODE NASA-TLX DI PT. CAT TUNGGAL DJAJA INDAH

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

Amri 1, Herizal Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Malikussaleh, Lhokseumawe, Aceh-Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penerbangan merupakan sarana transportasi yang sudah dalam kondisi tidak aman (unsafe condition). Keselamatan merupakan hal yang harus diutamakan dalam dunia penerbangan. Untuk menciptakan keselamatan penerbangan, maka dibentuklah berbagai jasa pelayanan keamanan dan keselamatan penerbangan. Salah satunya adalah pelayanan pemandu lalu lintas udara yang disebut dengan Air Traffic Control (ATC). ATC merupakan rekan terdekat penerbang di samping unit-unit yang lain karena salah satu kriteria terbang IFR (Instrument Flight Rules) adalah adanya komunikasi antara penerbang dengan ATC. Tujuan pelayanan lalu lintas udara yang diberikan oleh ATC berdasarkan Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil (PKPS) bagian 170, yaitu: 1. Mencegah tabrakan antar pesawat. 2. Mencegah tabrakan antar pesawat di area pergerakan rintangan di area tersebut. 3. Mempercepat dan mempertahankan pergerakan lalu lintas udara. 4. Memberikan saran dan informasi yang berguna untuk keselamatan dan efisiensi pengaturan lalu lintas udara. 5. Memberitahukan kepada organisasi yang berwenang dalam pencarian pesawat yang memerlukan pencarian dan pertolongan sesuai dengan organisasi yang dipersyaratkan.

Manusia dalam melakukan pekerjaannya dihadapkan dengan aktivitas yang membutuhkan fisik dan mental. Beban yang dialami seorang pekerja dapat berupa beban fisik, beban mental/psikologis, dan beban sosial/moral (Zadry, 2007). Aktivitas fisik lebih banyak mengeluarkan energi dibandingkan aktivitas mental sedangkan aktivitas mental memiliki beban tanggung jawab yang lebih berat. ATC dianggap sebagai salah satu pekerjaan yang memiliki tuntutan kerja tinggi (Costa, 1995). Beban tanggung jawab pekerjaan ATC sangat berat karena termasuk pekerjaan yang mempertaruhkan nyawa penumpang pesawat udara dan seluruh awak pesawat. Pengatur lalu lintas udara adalah satu profesi yang memiliki tingkat stres tinggi. Tingkat stress merupakan efek dari beban kerja yang tinggi. Tingkat stress akan meningkat jika terjadi sesuatu hal seperti cuaca yang buruk untuk penerbangan dan peralatan navigasi dan komunikasi yang tidak berfungsi dengan baik, sistem rotasi shift yang tidak sesuai atau tidak berjalan sebagaimana mestinya. Penelitian ini dilakukan di Air Traffic Control Bandara Polonia. Dihitung dari jumlah arus penumpang, Polonia adalah bandara terbesar keempat di Indonesia setelah Soekarno-Hatta, Juanda, dan Ngurah Rai. Bandara Polonia sendiri sudah menjadi bandara berskala internasional yang membuat terjadinya kompleksitas lalu lintas udara baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri sehingga tugas bagian ATC menjadi sangat sibuk. Operator ATC diharuskan mempunyai kecepatan dan ketepatan untuk mengolah informasi yang diperoleh dalam membuat keputusan yang tepat agar tidak terjadi kecelakaan. Prosentase

perkiraan penyebab kecelakaan transportasi udara di Indonesia adalah 60,71 % disebabkan oleh faktor manusia. 1 Faktor kesalahan manusia (human error) dalam dunia penerbangan disebabkan oleh pilot dan ATC. Informasi tentang kecelakaan pesawat udara yang disebabkan oleh human error khususnya operator bagian ATC telah terjadi di Indonesia khususnya di Bandara Polonia seperti yang dialami pesawat Garuda Indonesia Penerbangan GA 152 jenis Airbus A300-B4 yang menewaskan 234 orang. Kecelakaan terbesar yang terjadi di area pengontrolan Bandara Polonia ini disebabkan kesalahmengertian komunikasi antara ATC Polonia dengan pilot yang menyebabkan pesawat mengambil arah yang salah dan menabrak tebing gunung. Operator ATC Bandara Polonia beroperasi selama 24 jam sehari yang terbagi dalam 3 shift, yaitu pagi, siang, dan malam. Operator ATC yang bertugas pada shift pagi dan siang bekerja masing-masing selama 6 jam. Ini merupakan jam kerja sibuk, dimana jumlah pesawat yang dikontrol sangat banyak dan aktivitas ATC pun semakin padat, tetapi jam bekerjanya hanya 6 jam. sedangkan operator ATC yang bertugas pada shift malam bekerja selama 12 jam. Shift malam bukan merupakan jam kerja sibuk karena jumlah pesawat yang dikontrol hanya sedikit, tetapi diharuskan tetap siap siaga melakukan pengontrolan terhadap pesawat udara yang membutuhkan layanan panduan ATC Polonia untuk melakukan pendaratan darurat di Bandara Polonia dan pada dasarnya secara fisik pada malam hari adalah jam istirahat. Berdasarkan kedua hal tersebut, dapat diketahui bahwa terdapat beban kerja mental operator ATC, tetapi belum dapat dipastikan ada atau tidak 1 Komite Nasional Keselamatan Transportasi. 2012. Data Investigasi Kecelakaan Transportasi Udara Tahun 2007 2012. Media Release Akhir Tahun 2012.

signifikansi dari beban kerja pada ATC selama bekerja pada shift pagi, siang, dan malam dan belum diketahui persentase waktu yang lebih produktif antara shift pagi, siang, dan malam. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian untuk menghitung seberapa besar beban kerja mental di bagian ATC dan menghitung waktu produktif dari operator ATC dengan work sampling pada shift yang berbeda. Pengukuran beban kerja mental terbagi atas 2 bagian, yaitu pengukuran beban kerja mental secara objektif dan pengukuran beban kerja mental secara subjektif. Pengukuran beban kerja mental secara objektif merupakan suatu pengukuran beban kerja di mana sumber data yang diolah adalah data kuantitatif. Pengukuran beban kerja secara subjektif merupakan pengukuran beban kerja di mana sumber data yang diolah adalah data yang bersifat kualitatif. Penelitian ini menggunakan pengukuran beban kerja mental secara subjektif dengan menggunakan metode National Aeronautics and Space Administration Task Load Index (NASA-TLX). NASA-TLX mengukur enam dimensi ukuran beban kerja, yaitu mental demand, physical demand, temporal demand, performance, effort dan frustation level. Beberapa studi melaporkan bahwa NASA-TLX merupakan instrumen yang valid dan reliabel untuk mengukur beban kerja (Hart dan Staveland, 1988). Penelitian tentang beban kerja mental dengan metode NASA-TLX telah banyak dilakukan, diantaranya yang berjudul Analisis Beban Kerja untuk Menentukan Jumlah Optimal Karyawan dan Pemetaan Kompetensi Karyawan Berdasar Pada Job Description (Studi Kasus: Jurusan Teknik Industri, ITS, Surabaya). Penelitian ini menggunakan NASA-TLX untuk mengukur beban kerja mental

dengan menghitung nilai Weighted Workload (WWL) karyawan Jurusan Teknik Industri ITS dan menghitung waktu penyelesaian tugas pada pendekatan beban tugas per jabatan yang diindikasikan sebagai beban fisik sehingga dapat ditentukan jumlah optimal karyawan tersebut (Arsi dan Partiwi, 2012). Penelitian lainnya yang berjudul Analisis Beban Kerja Pegawai Secara Subjektif dengan Menggunakan Metoda NASA-TLX (Studi Kasus pada Bagian Proses Manufaktur di PT. Agronesia Divisi Industri Plastik-Bandung). Penelitian ini juga menggunakan metode NASA-TLX untuk menilai beban kerja mental pegawai proses manufaktur yang mendapatkan hasil bahwa beban kerja pegawai dependen terhadap pembagian shift kerja (Syafei dan Katon, 2011). 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan beban tanggung jawab yang berat oleh seorang ATC dan peningkatan maskapai penerbangan di Bandara Polonia, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah seberapa besar beban kerja mental operator ATC dan persentase waktu produktif di bagian ATC. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian yang dilakukan ini adalah memberikan usulan untuk mengurangi tingkat beban kerja mental yang tinggi dalam pekerjaan ATC.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah : 1. Menghitung nilai beban kerja (weighted workload) dan signifikansi beban kerja mental operator ATC antara shift pagi, siang, dan malam melalui kuisioner NASA-TLX. 2. Identifikasi faktor beban kerja yang berhubungan secara langsung dengan beban kerja mental. 3. Menghitung persentase waktu produktif pekerjaan ATC pada shift pagi, siang, dan malam. 1.4 Batasan Masalah dan Asumsi Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penelitian dilakukan pada operator ATC khususnya di bagian Approach Control (APP) dan Area Control Center (ACC) di Bandara Polonia. 2. Pengukuran dilakukan terhadap operator yang berpengalaman yang telah memahami radar pengontrolan. 3. Penelitian yang dilakukan untuk mengukur beban kerja mental secara subjektif menggunakan kuisioner NASA-TLX. Sedangkan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Operator yang diamati adalah operator yang bekerja dalam kondisi normal serta sehat secara jasmani dan rohani. 2. Tidak ada perubahan posisi operator di bagian ATC Bandara Polonia selama penelitian.

1.5 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Gambaran bagi pihak Bandara Polonia mengenai beban kerja mental yang dialami oleh operator ATC. 2. Pihak Bandara Polonia mendapat masukan untuk mengurangi tingkat beban kerja mental yang tinggi operator ATC pada pekerjaannya. 1.6 Sistematika Penulisan Tugas Akhir Sistematika penulisan tugas akhir ini akan disajikan dalam beberapa bab sebagai berikut. BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang permasalahaan, perumusan masalah, tujuan penelitian, batasan-batasan masalah serta asumsi yang digunakan, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN Berisi tentang gambaran perusahaan secara umum, dimulai dari sejarah berdirinya perusahaan tersebut, ruang lingkup bidang usaha dan organisasi serta manajemen perusahaan. BAB III LANDASAN TEORI Memaparkan tentang teori-teori yang digunakan dalam pemecahaan masalah pada penelitian ini.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Mengemukakan dari beberapa tahapan-tahapan dan langkah-langkah yang dilakukan di penelitian ini. BAB V PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAAN DATA Mengidentifikasi keseluruhan data dari hasil pengumpulan data dan dilanjutkan pengolahaan dari data yang telah diidentifikasi. BAB VI ANALISA PEMECAHAAN MASALAH Menganalisa hasil dari pengolahaan data untuk dapat dilakukan pemecahaan masalah. BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN Melakukan dan memberi beberapa kesimpulan yang di peroleh berdasarkan hasil pengolahaan data dan analisa pemecahaan masalah agar dapat memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat bagi perusahaan maupun bagi peneliti yang akan melanjutkan penelitian ini.