BAB I PENDAHULUAN. Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Secara umum kondisi geologi menyimpan potensi kebencanaan yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. konstruksi yang baik dan tahan lama. Bandara merupakan salah satu prasarana

BAB I PENDAHULUAN. wisata Pantai Parangtritis yang merupakan pantai selatan Pulau Jawa masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), jumlah penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia khususnya Pulau Jawa memiliki banyak gunung api karena

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.2. Perumusan Masalah

PENDAHULUAN. menggunakan Analisis Tidak Langsung berdasarkan SNI Kecamatan Karangkobar, Kabupaten Banjarnegara, Provinsi Jawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN. alam yang bersifat timbal balik (Dwiputra, 2011). Timbal balik atau saling

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.2 TUJUAN 1.3 LOKASI PENELITIAN

HALAMAN JUDUL HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERSEMBAHAN

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Sub DAS Kayangan. Sub DAS (Daerah Aliran Sungai) Kayangan

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian banjir, air baku 300 liter/ detik dan energi listrik 535 KWH (Wicaksono,

BAB I PENDAHULUAN. besar yang dibangun di atas suatu tempat yang luasnya terbatas dengan tujuan

Geologi dan Studi Fasies Karbonat Gunung Sekerat, Kecamatan Kaliorang, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. BAB I PENDAHULUAN

ANALISIS KESESUAIAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN PEMUKIMAN (STUDI KASUS DAERAH WADO DAN SEKITARNYA)

Zonasi Tingkatan Kerentanan Lahan Berdasarkan Analisis Kemiringan Lereng dan Analisis Kelurusan Sungai di Daerah Salopa, Kabupaten Tasikmalaya

Pemanfaatan Peta Geologi dalam Penataan Ruang dan Pengelolaan Lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikarenakan adanya kondisi geologi Indonesia yang berupa bagian dari rangkaian

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan masyarakat sehari-hari sangat penting. Namun, pada

BAB I PENDAHULUAN. Banjarnegara merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah yang

Geologi dan Analisis Struktur Daerah Cikatomas dan Sekitarnya, Kabupaten Lebak, Banten. BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Wilayah Administratif Kabupaten Tanggamus

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN BAB II DASAR TEORI

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 METODOLOGI DAN KAJIAN PUSTAKA...

GEOLOGI DAN POTENSI RAWAN LONGSOR DAERAH BANYUASIN DAN SEKITARNYA KECAMATAN LOANO KABUPATEN PURWOREJO PROPINSI JAWA TENGAH SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Air merupakan sumberdaya alam yang terbarukan dan memiliki peranan

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Trenggalek didominasi oleh morfologi positif dimana morfologi ini

BAB I PENDAHULUAN. rumit yang bekerja sejak dahulu hingga sekarang. Proses-proses tersebut,

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Gunungkidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan

Karakteristik Geologi dan Analisis Resiko di Kelurahan Babakan Jawa Kecamatan Majalengka dan Sekitarnya Sebagai Upaya Mitigasi Bencana Longsor

BAB IV HASIL DAN ANALISIS

DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 2.1 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 3.6 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sebagai negara kepulauan tergabung kedalam rangkaian sirkum

BAB I PENDAHULUAN. Cekungan Air Tanah Magelang Temanggung meliputi beberapa wilayah

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terhadap barang ini pun kian meningkat seiring bertambahnya jumlah

Tugas Akhir Bab I - Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... vii

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN GEOLOGI METODE LINTASAN SUNGAI. Norma Adriany Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. Geologi dan Studi Longsoran Desa Sirnajaya dan Sekitarnya, Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat

PERAN PERBUKITAN BOKO DALAM PEMBANGUNAN CANDI-CANDI DI DATARAN PRAMBANAN DAN SEKITARNYA, SUATU TINJAUAN GEOLOGIS. Oleh :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut PT. Mettana (2015), Bendungan Jatigede mulai dibangun pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Maksud dan Tujuan

Studi Hidrogeologi dan Identifikasi Intrusi Air asin pada Airtanah di Daerah Samas, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. Geologi Daerah Sukajadi dan Sekitarnya, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (Bab I Pendahuluan)

BAB VI KESIMPULAN DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN - LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. terus berkembang bukan hanya dalam hal kuantitas, namun juga terkait kualitas

penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan sampah (pasal 6 huruf d).

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Temanggung bagian timur. Cekungan airtanah ini berada di Kabupaten Magelang

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB IV GEOLOGI PANTAI SERUNI DAERAH TAPPANJENG. pedataran menempati sekitar wilayah Tappanjeng dan Pantai Seruni. Berdasarkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

lajur Pegunungan Selatan Jawa yang berpotensi sebagai tempat pembentukan bahan galian mineral logam. Secara umum daerah Pegunungan Selatan ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

BAB IV GEOMORFOLOGI DAN TATA GUNA LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan eksplorasi migas untuk mengetahui potensi sumber daya

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB II. METODELOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Disebutkan oleh Surono, dkk (1992), penyusun Formasi Wonosari-Punung berupa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberi gambaran baik mengenai potensi maupun permasalahan secara

Bab I. Pendahuluan. I Putu Krishna Wijaya 11/324702/PTK/07739 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PEMETAAN POTENSI AIRTANAH DI DAS JUWET KABUPATEN GUNUNGKIDUL

DAFTAR ISI. Halaman ABSTRAK... ABSTRACT... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I PENDAHULUAN... 1

BAB III GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Menerapkan ilmu geologi yang telah diberikan di perkuliahan.

BAB III TATANAN GEOLOGI DAERAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Tugas Akhir merupakan mata kuliah wajib dalam kurikulum pendidikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Gambar 9. Peta Batas Administrasi

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1.

Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta 2

BAB I PENDAHULUAN. butiran batuan atau rekahan batuan yang dibutuhkan manusia sebagai sumber air

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Desa Pendoworejo berada pada ketinggian 100 hingga 475 mdpl. Pada peta yang disusun oleh Novianto dkk. (1997), desa ini berada pada Satuan Geomorfologi Perbukitan Tinggi dengan kemiringan lereng rendah hingga tinggi dan Satuan Geomorfologi Dataran dengan kemiringan lereng datar. Desa Pendoworejo tersusun oleh Formasi Andesit Tua yang mengalami pelapukan sedang hingga tinggi dan kondisi geologi ini mengakibatkan sebagian wilayah desa tersebut rentan terhadap bencana geologi. Peningkatan jumlah penduduk di Desa Pendoworejo menuntut peningkatan pemukiman. Pengembangan kawasan pemukiman di suatu desa harus mempertimbangkan kemampuan geologi teknik untuk menjamin keberlangsungan konstruksi pemukiman dan mencegah kerugian harta maupun kehilangan nyawa. Lahan pemukiman yang baik dapat ditentukan dari zona kemampuan geologi teknik yang didasarkan pada karakteristik geologi tekniknya. Karakteristik geologi teknik tersebut meliputi tanah dan batuan, kemiringan lereng, struktur geologi, kedalaman muka airtanah, dan bencana geologi (Syarief, 2013). Informasi geologi teknik di wilayah Kabupaten Kulon Progo khususnya Desa Pendoworejo yang tersedia berupa peta geologi teknik dengan skala 1:100.000 oleh Novianto, dkk. (1997), namun peta ini masih bersifat umum dan kurang detil sehingga perlu untuk dilakukannya pemetaan geologi teknik dengan skala yang lebih detil terutama untuk tujuan menyusun zona kemampuan geologi teknik untuk 1

pemukiman. Penelitian ini dilakukan untuk menyusun zona kemampuan geologi teknik untuk permukiman di Desa Pendoworejo. Metode zonasi kemampuan geologi teknik yang digunakan dalam penelitian ini merupakan metode yang diusulkan oleh Fauzian dan Indrawan (2016), dengan menitikberatkan pada zonasi kemampuan geologi teknik untuk pemukiman berupa rumah sederhana. Zonasi kemampuan geologi teknik untuk pemukiman disusun berdasarkan karakteristik geologi teknik kedua desa yang diperoleh melalui pemetaan geologi teknik skala 1:25.000. I.2. Rumusan Masalah Wilayah Kulon Progo terdiri dari batuan lapuk dan rentan terjadi bencana geologi. Informasi kondisi geologi teknik daerah Kulon Progo, khususnya Desa Pendoworejo, telah tersedia dalam peta geologi teknik skala 1:100.000 (Novianto dkk., 1997). Namun peta tersebut masih bersifat umum dan kurang detail untuk dapat digunakan dalam analisis zona kemampuan geologi teknik untuk pemukiman. Pemetaan geologi teknik dengan skala yang lebih besar akan sangat bermanfaat untuk mengetahui karakteristik geologi teknik di daerah penelitian. Sebaran informasi karakteristik geologi teknik dapat digunakan secara aplikatif untuk membuat zona kemampuan geologi teknik untuk pemukiman. 2

I.3. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1. Menentukan karakterisik geologi teknik daerah penelitian melalui pemetaan geologi teknik skala 1:25000 2. Membuat peta kemampuan geologi teknik untuk pemukiman daerah penelitian berdasarkan karakteristik geologi teknik. I.4. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian berada di Desa Pendoworejo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (Gambar 1.1). Jarak lokasi penelitian dari Kota Yogyakarta sekitar 20 km ke arah barat dengan jarak tempuh 40 menit. Luas wilayah penelitian sekitar 9,5 km 2. Secara geografi lokasi penelitian terletak pada koordinat UTM 407600-411700 dan 9141250-9146200. Gambar 1.1. Lokasi penelitian di Desa Pendoworejo (BAKOSURTANAL, 2001) 3

I.5. Lingkup Penelitian Penelitian ini meliputi : 1. Pemetaan geologi teknik yang dilakukan meliputi sebaran litologi di permukaan dan dekat permukaan, sifat keteknikan dan fisik pada tanah dan batuan, struktur geologi, kedalaman muka airtanah, dan bencana geologi di Desa Pendoworejo; 2. Analisis data karakteristik geologi teknik berdasarkan aspek sifat fisik tanah, sifat fisik batuan, sifat keteknikan tanah (Atterberg Limit), sifat keteknikan batuan (Geological Strength Index), morfologi (kemiringan lereng), struktur geologi, kedalaman muka airtanah dan bencana geologi antara lain gerakan massa tanah, banjir dan gempa bumi. 3. Penyusunan zona kemampuan geologi teknik untuk pemukiman dengan mempertimbangkan aspek geologi teknik berupa kemiringan lereng, kemudahan penggalian tanah di lapangan, daya dukung tanah dan batuan, kedalaman muka airtanah, dan bencana geologi yang berupa gerakan massa, banjir dan gempa bumi. I.6. Manfaat Penelitian Peta geologi teknik dan zona kemampuan geologi teknik yang dihasilkan dalam penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan wilayah pemukiman di Desa Pendoworejo. 4

I.7. Peneliti Pendahulu Penelitian di daerah Kulon Progo telah banyak dilakukan oleh peneliti lain, diantaranya adalah : 1. Van Bemmelen (1949) Penelitian ini membahas tentang daerah Kulon Progo yang terletak pada zona Jawa Tengah bagian selatan, yaitu Pegunungan Serayu Selatan paling timur. Morfologi pada daerah ini berupa kubah yang disebut dengan oblonge dome yang dicirikan oleh komplek gunungapi purba, yaitu Gunung Menoreh (utara), Gunung Gadjah (tengah), dan Gunung Idjo (selatan), yang telah mengalami erosi kuat. Oblonge dome ini memiliki arah Utara Timur Laut Selatan Barat Daya. Litologi pada kubah yang tersingkap berupa andesitik dan pada beberapa tempat berupa dasitik yang berada di atas batuan Paleogen dan tertutupi oleh batuan karbonat Neogen. Tektonik pada daerah ini terdiri dari 3 fase yang dimulai setelah pengendapan Formasi Nanggulan. Fase terakhir pada daerah ini merupakan pengangkatan yang terjadi hingga saat ini. 2. Rahardjo dkk. (1977) Penelitian yang dilakukan merupakan pemetaan geologi regional Yogyakarta dan sekitarnya dengan skala 1:100.000. Pada lembar peta tersebut, daerah Kulon Progo tersusun atas Formasi Nanggulan, Formasi Andesit Tua, Formasi Jonggrangan, Formasi Senolo, Endapan Aluvium dan Endapan Koluvium, serta terobosan Andesit dan Dasit. Struktur geologi yang terpetakan berada di sekeliling tinggian pada bagian selatan dan beberapa struktur pada bagian utara. 5

3. Novianto dkk. (1997) Penelitian yang dilakukan merupakan pemetaan geologi teknik untuk Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta kecuali Kabupaten Gunung Kidul. Peta yang dihasilkan memiliki skala 1:100.000. Pengelompokan formasi dalam peta ini didasarkan pada penyebaran formasi geologi (batuan), tingkat kekuatan batuan (berdasarkan uji schmidt hammer) dan dominasi satuan batuan yang ada di permukaan pada formasi tersebut. Berdasarkan tingkat kekuatan batuan, daerah Kulon Progo terdiri dari 4, yaitu batuan sangat rendah, rendah, menengah dan tinggi. 4. Utami dan Sutarjan (2000) Penelitian yang dilakukan berupa rancangan aplikasi SIG (Sistem Informasi Geografi) untuk pembuatan peta zona kemampuan geologi teknik dengan studi kasus pada daerah Jember. Data-data yang diperlukan dalam pembuatan peta zona kemampuan geologi teknik yaitu: peta satuan geologi teknik, kemiringan lereng, kemudahan pengerjaan penggalian, dan peta tata lahan serta peta kedalaman muka air tanah. 5. Fauzian dan Indrawan (2016) Penelitian yang dilakukan berupa pemetaan geologi teknik di Desa Purwoharjo dan Gerbosari, Yogyakarta yang menghasilkan besaran bobot pada metode AHP dimana aspek parameter penilaian zona kerentanan geologi teknik adalah kerentanan bencana geologi, daya dukung batuan dan tanah, kedalaman muka air tanah, kemiringan lereng, dan kemudahan penggalian tanah di lapangan. 6

Berdasarkan kelima peneliti tersebut, didapatkan beberapa informasi penting. Pertama, lokasi penelitian penulis berada di bagian utara penelitian Van Bemmelen yang berada antara dua gunungapi purba, yaitu Gunung Gadjah dan Gunung Menoreh. Kedua, formasi pada lokasi penelitian, menurut Rahardjo dkk. (1977), didominasi oleh Formasi Andesit Tua serta Formasi Jonggrangan yang pelamparannya setempat-setempat. Ketiga, struktur geologi pada lokasi penelitian tidak terpetakan dalam penelitian Rahardjo dkk. (1977) dan Novianto dkk. (1997). Secara geologi teknik regional (Novianto dkk., 1997), lokasi penelitian termasuk dalam tingkat kekuatan batuan yang rendah. Informasi tersebut akan diteliti lagi dengan skala yang lebih besar, sehingga mampu mengetahui karakteristik geologi teknik dan zona kemampuan geologi teknik untuk pemukiman di Desa Pendoworejo secara detail dengan metode penentuan kemampuan geologi teknik Utami dan Sutarjan (2000). I.8. Keaslian Penelitian Penelitian kondisi geologi teknik di daerah penelitian telah dilakukan sebelumnya oleh Novianto dkk. (1997). Namun, penelitian yang pernah dilakukan bertujuan untuk menyediakan informasi kondisi geologi teknik yang bersifat umum dan dapat digunakan untuk berbagai pekerjaan rekayasa berskala kecil (1:100.000). Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui karakteristik geologi teknik Desa Pendoworejo dengan skala lebih besar (1:25.000) dan untuk membuat zonasi kemampuan geologi teknik untuk wilayah pemukiman di daerah peneltian belum pernah dilakukan sebelumnya. 7