BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009, Bab VI pasal 46 dan 47 bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan. Untuk keberhasilan upaya pembangunan kesehatan tersebut maka masyarakat perlu diikuti sertakan agar berpartisipasi aktif dalam upaya kesehatan. Dalam konsitusi dan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 Bab IV tentang rumah sakit bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertanggung jawab untuk dalam hal ini menjamin pelayanan kesehatan di Rumah Sakit bagi fakir miskin, atau orang tidak mampu sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28-H, Undang-Undang Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan, karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat berhak memperoleh perlindungan terhadap kesehatannya, dan negara bertanggung jawab mengatur agar terpenuhinya hak hidup sehat bagi penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu(depkes RI, 2009).
Berdasarkan konsitusi dan Undang-Undang tersebut pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan telah melaksanakan penjaminan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini telah berjalan sejak tahun 2005 dengan nama ASKESKIN yang kemudian ditahun 2008 berganti nama menjadi JAMKESMAS. Program JAMKESMAS telah memasuki tahun ketiga dan telah banyak perubahan-perubahan perbaikan yang dilakukan. Mutu pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ada tidaknya kritikan dan keluhan dari pasiennya, lembaga sosial atau swadaya masyarakat dan bahkan pemerintah sekalipun. Mutu akan diwujudkan jika telah ada dan berakhirnya interaksi antara penerima pelayanan dan pemberi pelayanan. Jika pemerintah yang menyampaikan kritikan ini dapat berarti bahwa masyarakat mendapatkan legalitas bahwa memang benar mutu pelayanan kesehatan harus diperbaiki. Mengukur mutu pelayanan dapat dilakukan dengan melihat indikator-indikator mutu pelayanan rumah sakit yang ada di beberapa kebijakan pemerintah, melalui indikator-indikator tersebut kita bisa melihat standar pelayanan medik terhadap pasien di suatu rumah sakit, ( Jonirasmanto, 2009). Menurut Agus Hendroyono Zeithmalh, dkk (1990: 23) menyatakan bahwa dalam menilai kualitas jasa/pelayanan, terdapat sepuluh ukuran kualitas jasa/ pelayanan, yaitu : Tangible (nyata/berwujud), Reliability (keandalan), Responsiveness (Cepat tanggap), Competence (kompetensi), Access (kemudahan), Courtesy (keramahan), Communication (komunikasi), Credibility (kepercayaan), Security (keamanan), Understanding the Customer (Pemahaman pelanggan).
Selanjutnya oleh Parasuraman et al.(2005) dimensi tersebut difokuskan menjadi 5 dimensi (ukuran) kualitas jasa/pelayanan, yaitu: Tangible (berwujud); Realibility (keandalan); Responsiveness (cepat tanggap); Assurance (kepastian); Empaty (empati); Pada penelitian terdahulu dibeberapa tempat pelayanan kesehatan didapati Penelitian Istino (1998) tentang Analisis kesenjangan persepsi mutu Rumah Sakit Panti Rapih antara pasien rawat inap dan penyelenggara, menyimpulkan bahwa terdapat kesenjangan persepsi antara harapan dan kenyataan mengenai standar pelayanan rumah sakit. persepsi pasien terhadap mutu pelayanan berhubungan dengan kenyamanan dan biaya pelayanan dalam memilih tempat pelayanan (Sugiatno, 2001). Ada hubungan antara keterampilan dokter, keramahan petugas, kemudahan pelayanan, dan lingkungan rumah sakit dengan persepsi mutu (Ade, 2004). Kurnia Tahun (2007) yang menyimpulkan bahwa variable tangible tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan pasien dengan nilai signifikasi sebesar 0.389. Penelitian Sri Ridhayanti Harahap (2007) tentang Pengaruh harapan terhadap persepsi pasien tentang mutu pelayanan menyimpulkan Aspek realibility 65% menyatakan tidak baik, aspek responsiveness 61% menyatakan tidak baik, dan empathy 62% menyatakan tidak baik. Peserta Program JAMKESMAS adalah setiap orang miskin dan tidak mampu selanjutnya disebut peserta JAMKESMAS sejumlah 76,4 juta jiwa yang dijadikan dasar penetapan jumlah sasaran peserta secara Nasional oleh Menteri Kesehatan RI (Menkes), Jumlah masyarakat miskin dan tidak mampu di Indonesia untuk Jaminan Kesehatan Masyarakat Tahun 2009 sebesar 18.963.939 rumah
tangga miskin, 76.400.000 jiwa anggota rumah tangga miskin sedangkan anak-anak terlantar, panti jompo dan masyarakat tidak memiliki KTP sebanyak 2.629.309 jiwa, (BPS, 2006). Penduduk di Sumatera Utara sejumlah 12.450.911 jiwa dengan rumah tangga miskin sebanyak 944.972 rumah tangga dan 4.124.247 jiwa anggota rumah tangga miskin (BPS, 2006). Jumlah penduduk Kabupaten Dairi pada tahun 2010 sebanyak 267.629 jiwa dengan 30.311 rumah tangga miskin dan 137.138 jiwa anggota rumah tangga miskin. Pada RSUD Sidikalang jumlah peserta Jamkesmas sebanyak 990 jiwa. Pada bulan januari sampai dengan juni 2010 ( semester I tahun 2010 ) rawat jalan sebanyak 4.316 jiwa dan rawat inap terdapat 229 jiwa pasien dengan rata-rata kunjungan rawat inap sebesar 38 jiwa/bulan (Profil RSUD Sidikalang, 2009). Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang yang merupakan satu-satunya RS Pemerintah di Kabupaten Dairi, yang didirikan pada tahun 1982 dan dioperasionalkan pada tahun 1983, dengan status pada waktu itu adalah Rumah Sakit kelas D, dengan kapasitas 30 tempat tidur. Pada tahun 1994 melalui SK Menteri Kesehatan RI No. 94/Menkes/SK/II/1994 tanggal 7 Pebruari 1994, status RS ditingkatkan menjadi kelas C dengan kapasitas 34 tempat tidur, dengan dibuka beberapa ruangan baru pada tahun 2004 jumlah tempat tidur menjadi 60 buah dan kondisi sekarang (tahun 2010) meningkat menjadi 75 tempat tidur untuk rawat inap dengan jumlah ketenagaan 346 jiwa. Penduduk yang mendiami Kabupaten Dairi dapat disebut sudah heterogen yang terdiri dari Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Jawa, Minangkabau, Nias dan
lain-lain. Jumlah penduduk berdasarkan hasil pendaftaran penduduk tahun 2006, tercatat sebesar 267.629 orang (Profil RSUD Sidikalang, 2009). Berdasarkan Survey awal di RSUD Sidikalang diketahui dari beberapa indikator pelayanan rumah sakit pada tahun 2009 dapat diperinci sebagai berikut BOR (86,5%), LOS (3 hari), TOI (3 hari), BTO (73kali), GDR (2%). Pasien yang paling banyak dirawat adalah pasien Jamkesmas/Maskin sebanyak (2.275 jiwa), Askes Sosial (1.304 jiwa) sedangkan pasien umum sebesar (1930 jiwa). (Profil RSUD Sidikalang, 2009). Pada Tahun 2006 telah dilakukan Penelitian tentang Survey Kepuasan Pasien di RSUD Sidikalang bahwa secara keseluruhan kepuasan responden terhadap pelayanan RSUD Sidikalang kategori puas 70,7%, tidak puas 18,6% dan sangat tidak puas 2,1%. Hal ini dilakukan sebagai bahan penunjang untuk pelaksanaan akreditas RSUD Sidikalang. Pada Tahun 2009 RSUD Sidikalang telah mendapat pengakuan Akreditas dari Kepmenkes Nomor : YM.01.10/III/179/09 tanggal 19 Januari 2009 tentang Pemberian Status Akreditasi Penuh Tingkat Dasar Kepada RSUD Sidikalang Jalan Rumah Sakit No.19 Sidikalang, Kab Dairi Propinsi Sumatera utara. Penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui Persepsi Pasien Pengguna Kartu Jamkesmas terhadap Pelayanan Kesehatan setelah Rumah Sakit mendapatkan pengakuan Akreditasi.
1.2. Rumusan Masalah Dari permasalahan diatas peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana Hubungan Karakteristik Pasien Pengguna Kartu JAMKESMAS Terhadap Persepsi Pasien Tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang Tahun 2010. 1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Ada pun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana Hubungan Karakteristik Pasien Pengguna Kartu Jamkesmas Terhadap Persepsi pasien tentang Kualitas Pelayanan Kesehatan di RSUD Sidikalang. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui hubungan karakteristik pasien pengguna kartu Jamkesmas terhadap persepsi pasien tentang kualitas pelayanan kesehatan di RSUD Sidikalang Tahun 2010. 1.4. Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi Rumah Sakit Umum Daerah Sidikalang untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatannya. 2. Menambah kemampuan dan pengetahuan peneliti. 3. Diharapkan sebagai bahan masukan bagi penelitian sejenis.