: RIZKA RATNA NURVITASARI

dokumen-dokumen yang mirip
GAMBARAN PERKEMBANGAN SOSIAL DAN KEMANDIRIAN PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 4-6 TAHUN DI TK AL- ISLAH UNGARAN BARAT

HUBUNGAN POLA ASUH DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK KARTIKA X-9 CIMAHI 2012

Makalah By UNKNOWN. March 26. Edit Ms Word by Zahrotun Nisa PTIK_

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu. kemampuan kognitif, afektif, psikomotor, bahasa, sosial emosional dan

PERBEDAAN ASPEK PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH ANTARA SISWA BARU DAN SISWA LAMA DI SATUAN PAUD SEJENIS (SPS) CUT NYAK DIEN KRETEK, BANTUL

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SCHOOL REFUSAL PADA ANAK PRASEKOLAH DI TK DAMHIL KOTA GORONTA. Aswinda Miolo

ABSTRAK. Kata kunci: Peran ibu dalam pemenuhan kebutuhan dasar anak, perkembangan anak usia prasekolah

STUDI KOMPARASI TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA 4-6 TAHUN YANG MENGIKUTI PLAY GROUP

POLA ASUH DAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK TODDLER. Triani Yuliastanti Novita Nurhidayati INTISARI

HUBUNGAN PEKERJAAN ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK SURYA BARU PLOSOWAHYU LAMONGAN. Lilis Maghfuroh.

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah individu yang unik dan memerlukan perhatian khusus untuk

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk fisik maupun kemampuan mental psikologis. Perubahanperubahan

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEMANDIRIAN ANAK USIA PRA- SEKOLAH DI TK AISYIYAH MENDUNGAN SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak pra sekolah yaitu anak dengan usia 4-6 tahun yang mengalami

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... ii. DAFTAR DIAGRAM... ix. DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah...

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari hal hal yang telah ada, maupun perubahan karena timbulnya unsur

Abdul Rokhman Program Studi S1 Keperawatan STIKes Muhammadiyah Lamongan ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. anak. Peristiwa ini dapat menjadi suatu peristiwa yang menegangkan,

HUBUNGAN PERAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT PERMAINAN DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 4-6 TAHUN DI YAYASAN AR-RAHMAH KABUPATEN LUMAJANG

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT PERMAINAN EDUKATIF DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN DI PAUD USWATUN KHASANAH SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan hidup manusia, masa ini disebut masa keemasan

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERKEMBANGAN EMOSI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ROHMATUL MAGFIROH DESA PAKISAJI KECAMATAN PAKISAJI KABUPATEN MALANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu upaya untuk merangsang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEMANDIRIAN PERSONAL HYGIENE ANAK PRASEKOLAH DI TK ABA MLANGI GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. persiapan penelitian, hasil uji coba instrument.

PENGARUH ANTICIPATORY GUIDANCE TERHADAP PRAKTIK TOILET TRAINING PADA ORANG TUA DENGAN ANAK USIA BULAN DI DESA PANDOWOHARJO SLEMAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhannya yang dalam perkembangannya akan mengalami suatu perubahan.

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003, pasal 1 : 14).

BAB I PENDAHULUAN. usia ini merupakan usia emas (golden age) yang merupakan masa peka dan

2015 IMPLEMENTASI PENDIDIKAN SEKSUAL UNTUK ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. begitu saja terjadi sendiri secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Balita di Kelurahan Baros Wilayah Kerja Puskesmas Baros Kota Sukabumi

BAB I PENDAHULUAN. ini melalui Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), yaitu pendidikan yang ditujukan

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

PERBEDAAN STATUS GIZI USIA 0-6 BULAN BAYI YANG DIBERI ASI EKSKLUSIF DAN TIDAK EKSKLUSIF DI BPS SURATNI BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. anak. Usia dini juga sering disebut sebagai masa keemasan (golden age), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa awal kanak-kanak merupakan masa yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. prasekolah, serta merupakan wadah pendidikan pertama di jalur formal yang

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN AKTUALISASI DIRI ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA 31 NGALIYAN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Erikson pada tahap anak usia 3-5 tahun (preschool age), anak

penting dalam menentukan arah serta mutu pertumbuhan dan perkembangan seorang anak. Kemampuan orangtua dalam memenuhi kebutuhan anak akan asuh, asih,

BAB I PENDAHULUAN. serta personal sosial mereka. Salah satu aspek yang perlu diperhatikan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dianggap penting untuk dikembangkan karena sebagai dasar untuk. perkembangan sosial selanjutnya (Maulana, 2011).

BAB I PENDAHULUAN.

PERBEDAAN TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA PRASEKOLAH YANG SEKOLAH TK DAN ANAK YANG TIDAK SEKOLAH TK DI DESA BANJARSARI KEC. BANTARBOLANG PEMALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usia anak-anak merupakan hal yang penting untuk diperhatikan, karena

BAB I LATAR BELAKANG A. Latar belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK HALUS ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TK AISYIYAH BANJARMASIN ABSTRAK

PENGARUH POLA ASUH IBU TERHADAP PERKEMBANGAN ANAK USIA 4-6 TAHUN ABSTRAK

Naskah Publikasi. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Anak Usia Dini

PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR BAYI MELALUI STIMULASI IBU DI KELURAHAN KEMAYORAN SURABAYA

GAMBARAN PERAN ORANG TUA DALAM MEMBERIKAN PENDIDIKAN SEKS DINI DI KELOMPOK BERMAIN AISYIYAH REJODANI, SLEMAN MENURUT PERSPEKTIF ISLAM

HUBUNGAN KOMUNIKASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRASEKOLAH DI TAMAN KANAK-KANAK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL MARDI PUTRA BANTUL

PENGARUH PELATIHAN DETEKSI DINI TUMBUH KEMBANG BALITA (DTKB) TERHADAP MOTIVASI DAN KETRAMPILAN KADER DI DUSUN SORAGAN NGESTIHARJO KASIHAN BANTUL

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

PENGARUH TERAPI BERMAIN BERCERITA TERHADAP TINGKAT KEPERCAYAAN DIRI ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK DEWI RATIH NOGOTIRTO GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN TINGKAT KECEMASAN PADA LANSIA YANG DILAKUKAN HOME CARE

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin lama stimulasi dilakukan, maka akan semakin besar manfaatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. teratur dan terus menerus, baik perubahan itu berupa bertambahnya jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya pengembangan kemampuan fisik, kognitif, bahasa, sosial-emosional,

BAB I PENDAHULUAN UKDW. perkembangan fase selanjutnya (Dwienda et al, 2014). Peran pengasuhan tersebut

HUBUNGAN PERAN KELUARGA DENGAN KETEPATAN STIMULASI PERKEMBANGAN ANAK 0-3 TAHUN DI DESA SOKO KEC. GLAGAH KAB. LAMONGAN.

HUBUNGAN PERILAKU IBU DALAM PEMBERIAN MP-ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK USIA BULAN DI DESA TAMANMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

Gede Arioka Dwipayana 1, Atik Badi ah 2, Endang Lestiawati 3 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sakit dan dirawat di rumah sakit khususnya bagi anak-anak dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Bijaou (Hurlock, 1980: 5) menjelaskan bahwa usia 2-5 tahun merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu aspek perkembangan pada anak yang seyogyanya

HUBUNGAN STIMULASI DINI DENGAN PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK USIA TODDLER DI TEMAN SEJATI SARIHUSADA KOTABARU YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan

PERBEDAAN PENYESUAIAN DIRI ANTARA SISWA PUTRA DAN SISWA PUTRI KELAS X DAN XI SMA MUHAMMADIYAH (PLUS) SALATIGA SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK ABA WIROBRAJAN YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam proses perkembangan anak memiliki ciri fisik, kognitif, konsep diri, pola

BAB I PENDAHULUAN. peka terhadap rangsangan-rangsanganyang berasal dari lingkungan. Lingkungan

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 1, April 2013 ISSN LINGKUNGAN BIOLOGIS DAN PSIKOSOSIAL DENGAN PERTUMBUHAN PERKEMBANGAN BAYI TIGA TAHUN

ANALISIS KARAKTERISTIK USIA LANJUT BERHUBUNGAN DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA DUSUN WONOGIRI JATIREJO LENDAH KULON PROGO

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ANAK PRA SEKOLAH DI TK AL-ABIDIN BANYUANYAR SURAKARTA

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN PERILAKU SOSIAL ANAK DI TK AISYIYAH BUSTANUL ATHFAL PURWOREJO TAHUN AJARAN 2012/2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. keturunan dan dapat berguna bagi nusa dan bangsa di kemudian hari. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pada anak-anak sedini mungkin agar tidak menghambat tugas-tugas perkembangan anak

Hubungan Pendidikan Anak Usia Dini (Paud) Dengan Perkembangan Kognitif Anak Usia Prasekolah di Kelurahan Tinjomoyo Kecamatan Banyumanik Semarang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN KE POSYANDU. Titiek Idayanti

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan otak diusia balita akan berdampak pada usia dewasanya nanti,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas. Untuk mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja. Anak usia prasekolah adalah

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Anak pra sekolah adalah anak yang berumur bulan, pada masa ini

UPAYA MENGEMBANGKAN KREATIFITAS ANAK MELALUI BERMAIN BALOK DI TK. PGRI 1 KANDANGSAPI, JENAR, SRAGEN TAHUN 2014 / 2015 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. aspek kognitif yang berhubungan dengan fungsi intelektual (Syaodih, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA TERHADAP PERKEMBANGAN MOTORIK KASAR PADA ANAK PRASEKOLAH BERUSIA 4-5 TAHUN

Hubungan Pendidikan di Playgroup dengan Perkembangan Emosional Anak di TK Hidayah Desa Kembangbilo Tuban

HUBUNGAN STIMULASI ORANG TUA DENGAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 5-6 TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN STIMULASI PENDIDIKAN TK DENGAN INDEKS PRESTASI DI SD JURANG SAPI 3 KECAMATAN TAPEN KABUPATEN BONDOWOSO

Transkripsi:

STUDI KOMPARASI TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI PAUD DI TK ABA BODEH AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : RIZKA RATNA NURVITASARI 090201108 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2013

STUDI KOMPARASI TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI PAUD DI TK ABA BODEH AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan pada Program Pendidikan Ners-Program Studi Ilmu Keperawatan Di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Disusun Oleh : RIZKA RATNA NURVITASARI 090201108 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2013

HALAMAN PERSETUJUAN STUDI KOMPARASI TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI PAUD DI TK ABA BODEH AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: RIZKA RATNA NURVITASARI 090201108 Telah disetujui pembimbing pada tanggal 16 Agustus 2013 Pembimbing, Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN AISYIYAH YOGYAKARTA 2013

KATA PENGANTAR Alhamdulilahhirabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang mengangkat judul Studi Komparasi Tingkat Kemandirian Anak Antara Yang Mengikuti PAUD Dengan Yang Tidak Mengikuti PAUD Di TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Skripsi ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari semua pihak. Dalam kesempatan kali ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Ibu Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat. selaku Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta serta selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan maupun pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini juga memberikan inspirasi serta motivasi kepada penulis. 2. Bapak Ery Khusnal, MNS. selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta yang selalu memberikan motivasi dan inspirasi kepada penulis. 3. Ibu Ns. Sarwinanti, M.Kep., Sp.Kep.Mat. selaku penguji skripsi yang telah bersedia memberikan masukan, kritik dan saran yang sangat berharga kepada penulis. 4. Ibu Dra. Tuti Sudariningsih selaku Kepala Sekolah TK ABA Bodeh yang telah memberikan kesempatan serta ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 5. Semua Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan bekal ilmu yang semoga bermanfaat bagi saya. 6. Semua pihak yang telah membantu dengan do a dan dukungan penuh yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari sempurna. Masih banyak kekurangan baik dalam isi maupun penulisannya, untuk itu penulis mohon maaf dan demi kebaikan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat seperti yang diharapkan. Yogyakarta, 31 Juli 2013 Penulis

STUDI KOMPARASI TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK ANTARA YANG MENGIKUTI PAUD DENGAN YANG TIDAK MENGIKUTI PAUD DI TK ABA BODEH AMBARKETAWANG GAMPING SLEMAN YOGYAKARTA¹ Rizka Ratna Nurvitasari², Warsiti³ INTISARI Kemandirian pada anak usia dini sangat penting dalam menentukan kemandirian anak dimasa depan. Salah satu faktor yang mempengaruhi kemandirian anak adalah pendidikan anak usia dini. Dengan mengikutkan anak ke PAUD diharapkan mampu menjadi individu yang mandiri, kreatif, cerdas dan bertanggungjawab. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan tingkat kemandirian terhadap anak yang pernah mengikuti PAUD dengan yang tidak pernah mengikuti PAUD pada anak usia 4-6 tahun di TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan survey analitik komparatif, dengan pendekatan waktu cross sectional. Pengumpulan data menggunakan kuesioner dengan populasi 47 orang dan sampel penelitian 26 orang yang mempunyai riwayat pernah mengikuti PAUD dan 21 orang yang tidak pernah mengikuti PAUD. Penelitian ini dilakukan pada bulan juni 2013. Analisis data yang digunakan adalah Mann-Whitney U Test untuk uji beda. Hasil penelitian menunjukkan responden yang pernah mengikuti PAUD sebagian besar mengalami kemandirian dalam kategori sesuai 20 orang (76,9) dan yang tidak pernah mengikuti PAUD sebagian besar mengalami kemandirian meragukan 11 orang (52,1). Hasil uji statistik Asymp. Sig (0,001) dengan taraf signifikan 5% yang berarti <0,05 sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan kemandirian pada anak yang pernah mengikuti PAUD dan yang tidak pernah mengikuti PAUD. Sehingga dapat disimpulkan ada perbedaan secara signifikan tingkat kemandirian anak yang pernah mengikuti PAUD dengan yang tidak pernah mengikuti PAUD dengan nilai Asymp. Sig (0,001) dengan taraf signifikansi α = 5%. Saran salah satu faktor yang berpengaruh terhadap kemandirian anak adalah pendidikan anak usia dini. Orang tua disarankan untuk mengikutsertakan anak ke PAUD supaya kemandirian dapat terstimulasi dengan baik. Kata Kunci mengikuti PAUD Kepustakaan Jumlah Halaman : Tingkat kemandirian anak, mengikuti PAUD, tidak : 20 buku, 2 internet, 2 skripsi : 59 Halaman 1 2 3 Judul Skripsi Mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Yogyakarta

PENDAHULUAN Anak merupakan aset, yang menentukan kelangsungan hidup, kualitas kejayaan suatu negara dimasa mendatang. Oleh karena itu anak perlu dikondisikan agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal dan dididik sebaik mungkin agar di masa mendatang dapat menjadi generasi penerus yang berkarakter serta berkepribadian baik (Mardiya, 2009). Hasil-hasil studi dibidang neurologi menerangkan antara lain bahwa perkembangan kognitif anak telah mencapai 50% ketika anak berusia 4 tahun, 80% ketika anak berusia 8 tahun, dan genap 100% ketika anak berusia 18 tahun. Studi tersebut makin menguatkan pendapat para ahli sebelumnya, tentang keberadaan masa peka atau masa emas (golden age) pada anakanak usia dini. Masa emas perkembangan anak yang hanya datang sekali seumur hidup tidak boleh disia siakan (martini, 2006). Masa emas (golden age) perkembangan anak terjadi pada usia prasekolah dimana 80% perkembangan kognitif telah dicapai pada masa ini. Perkembangan kognitif anak harus mendapat stimulasi agar dapat berkembang secara optimal. Hasil deteksi dini tumbuh kembang anak menunjukkan bahwa masalah anak tetap saja menjadi problematika yang serius. Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk melindungi hak-hak anak adalah memberikan anak bekal pembelajaran sejak anak usia dini. Menurut Soetjiningsih (2000, dalam Supartini 2004), kebutuhan dasar ini dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu asah, asih, asuh. Salah satu kebutuhan dasar tumbuh kembang anak yang cukup penting dalam segi asih yaitu kemandirian anak (Nursalam, 2005). Bentuk kemandirian anak usia TK lebih berkaitan dengan yang bersifat fisik dan psikis, dimana kegiatan ini merupakan kebutuhan anak sehari-hari yang bersifat pribadi, maka anak mampu melakukannya sendiri. Menurut Berk (Mangunsong, 2006) bahwa kegiatan anak sehari-hari dalam bentuk kemandirian dapat dilihat dari kemampuan anak dalam berpakaian, melakukan kegiatan makan, mengurus diri sendiri ketika melakukan buang air (toilet training), mampu dan berani pergi sendiri, menjaga kebersihan diri, dan mempunyai keberanian sederhana. Tetapi fenomena pada saat ini banyak anak usia pra sekolah masih harus ditunggui oleh orang tuanya saat bersekolah. Anak menangis jika ditinggal oleh orang tuanya. Bahkan ada yang orangtua sampai harus menunggui di dalam kelas supaya anak mau bersekolah. Alasan utama anak usia prasekolah tidak mau bersekolah menurut orang tua, buah hati mereka tidak mau bersekolah dengan alasan bosan, tidak punya teman, dan malas. Anak-anak yang tidak mandiri cenderung tidak percaya diri dan tidak mampu menyelesaikan tugas hidupnya dengan baik. Akibatnya, prestasi belajarnya bisa mengkhawatirkan. Anak-anak seperti ini senantiasa bergantung pada orang lain; misalnya mulai dari persiapan berangkat sekolah, ketika di lingkungan sekolah, mengerjakan pekerjaan rumah, sampai dalam pola belajarnya. Dalam persiapan berangkat sekolah, misalnya anak selalu ingin dimandikan orang lain, dibantu berpakaiannya, minta disuapi, buku dan peralatan sekolah harus disiapkan orang lain, termasuk harus selalu diantar ke sekolah bahkan sampai ditunggui didalam kelas. Ketika belajar di rumah, mereka mungkin mau asalkan semua dilayani; misalnya anak akan menyuruh orang lain untuk mengambilkan pensil, buku, serutan dan sebagainya. Jika hal ini dibiarkan maka anak akan menjadi tidak mandiri, penakut, pencemas, manja, cengeng, pemalu, dan nakal. (Ma ruf, 2007). Lebih lanjut akibat dari kurangnya kemandirian ini jika tidak segera diatasi akan terus terbawa oleh anak hingga remaja. Menurut (Sukresno, 2000) anak yang kurang mandiri akan menjadi individu pasif, kurang inisiatif, dan kreatif dalam

melaksanakan kegiatan, kurang percaya diri atas segala tindakannya, selalu menggantungkan diri pada orang lain, selalu ragu-ragu dalam mengambil keputusan atas dirinya sendiri dan bahkan tidak berani memikul tanggung jawabnya sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kemandirian anak usia prasekolah adalah faktor internal, pola asuh orang tua, lingkungan, kecerdasan, usia dan pendidikan. Oleh karena itu, persoalan pendidikan kemandirian pada anak usia dini sangat penting untuk mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangan anak (Heri, 2006). Pada usia prasekolah potensi yang harus dikembangkan adalah kemandirian, karena pada usia prasekolah ini anak sudah mulai belajar memisahkan diri dari keluarga dan orang tuanya untuk memasuki suatu lingkungan yang lebih besar yaitu lingkungan pendidikan atau taman bermain. PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini) yang efektif sangat bermanfaat untuk membangun struktur perkembangan kognitif anak. Hal itu yang memicu makin mantapnya anggapan bahwa sesungguhnya pendidikan yang di mulai setelah usia SD tidaklah benar. Pendidikan harus sudah dimulai sejak usia dini supaya tidak terlambat. Sehingga penting bagi anak untuk mendapatkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) (martini, 2006). Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan peneliti di TK Aisyiyah Bustanul Atfal Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman didapatkan hasil saat peneliti melakukan observasi, penulis melihat langsung di lapangan bahwa kemampuan antar murid yang satu dengan murid yang lain berbeda-beda, ada murid yang bisa mengikuti kegiatan sekolah dengan baik ada pula yang tidak. Selain itu ada beberapa orang tua yang menunggui anaknya, hasil wawancara dengan 5 orang ibu yang berada di TK tersebut mengatakan bahwa terpaksa menunggui anaknya supaya anak mau bersekolah. Hasil wawancara dengan 6 orang ibu yang mempunyai anak pernah mengikuti PAUD di TK tersebut didapatkan bahwa anak yang berumur 4-5 tahun mempunyai kemandirian yang meragukan karena anak belum bisa melakukan aktivitas secara mandiri. Seperti ketika makan anak masih dibantu/disuapi oleh ibunya, mandi dan berganti baju juga belum bisa melakukan sendiri bahkan ketika sekolah dan ditinggal oleh ibu anak masih menangis. Berdasarkan latarbelakang yang terurai diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang: Adakah Perbedaan Tingkat Kemandirian Anak yang Mengikuti PAUD dengan yang Tidak Mengikuti PAUD di TK ABA Bodeh Ambarketawang Sleman Yogyakarta METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode observasional atau non eksperimen. Penelitian ini adalah studi perbandingan (comparative study) yaitu membandingkan atau membedakan perkembangan tingkat kemandirian anak TK yang mengikuti PAUD dan tidak mengikuti PAUD. Penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional. Dalam penelitian ini ada dua varibel yang digunakan yaitu anak yang mengikuti PAUD sebagai variabel bebas dan tingkat kemandirian anak sebagai variabel terikat. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi yang bersekolah di TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta yang berjumlah 107 orang, yang dibagi menjadi 2 populasi yaitu yang memiliki riwayat pernah mengikuti PAUD dan yang tidak pernah mengikuti PAUD. Jumlah sampel penelitian ini adalah wakil dari sejumlah siswa-siswi yang mempunyai riwayat pernah mengikuti PAUD sebanyak 26 anak dan tidak pernah mengikuti PAUD sebanyak 21 anak yang bersekolah di TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta

dengan jumlah 47 orang. Tehnik pengambilan sampel digunakan cara purposive sampling. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini adalah kuesioner yang terdiri dari pertanyaan tertutup versi jawaban yang sudah ditentukan dan disesuaikan dengan item yang telah disediakan peneliti berisi pertanyaan pertanyaan tertutup dengan jawaban yang sudah ditentukan dan tidak diberi kesempatan untuk memberi jawaban yang lain, sehingga responden tinggal memilih satu jawaban yang dianggap benar. Alat ukur ini untuk mengetahui kategori perkembangan kemandirian responden dengan kriteria jawaban normal, meragukan, dan menyimpang. Tidak dilakukan tes uji validitas dan reliabilitas, karena instrument ini sudah merupakan standart yaitu kuesioner diadopsi dari KPSP yang sudah merupakan standart. Analisis data untuk perbedaan tingkat kemandirian penelitian ini menggunakan uji analisis statistik Mann Whitney U-Test. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN a. Karakteristik Orang Tua Responden Penelitian ini meliputi karakteristik orang tua responden dan karakteristik responden. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut: b. Karakteristik Orang Tua Responden Tabel 4.1 Karakteristik Berdasarkan Usia dan Pendidikan Orang Tua Responden Karakteristik Pernah PAUD Tidak pernah PAUD F % F % 1. Usia 20-30 tahun 20 76,9 6 28,5 31-40 tahun 6 23,1 15 71,5 Total 26 100,0 21 100,0 2. Pendidikan SMA/SMK 18 69,2 12 57,1 D3 3 11,5 7 33,3 S1 5 19,3 2 9,6 Total 26 100,0 21 100,0 Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 4.1 karakteristik orang tua responden berdasarkan usia pada kelompok anak pernah mengikuti PAUD sebagian besar 20 orang (76,9%) adalah berusia 20-30 tahun sedangkan pada kelompok anak tidak pernah PAUD sebagian besar 15 orang (71,5%) berusia 31-40 tahun. Karakteristik berdasarkan pendidikan pada kelompok anak yang pernah mengikuti PAUD sebagian besar 18 orang (69,2%) adalah berpendidikan SMA/SMK sedangkan pada kelompok anak yang tidak pernah mengikuti PAUD sebagian besar 12 orang (57,1%) adalah sama berpendidikan SMA/SMK.

c. Karakteristik Responden Tabel 4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Urutan Kelahiran dan Jumlah Saudara Kandung Pada Anak di TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta TA 2012-2013 Karakteristik Pernah PAUD Tidak pernah PAUD F % F % 1. Usia (tahun) 4 0 0 0 0 4,5 1 4,0 4 19,0 5 7 27,0 7 33,3 5,5 15 57,0 5 23,8 6 3 12,0 5 23,8 Total 26 100,0 21 100,0 2. Jenis Kelamin Laki-laki 13 50,0 11 52,4 Perempuan 13 50,0 10 47,6 Total 26 100,0 21 100,0 3. Urutan kelahiran 1 18 69,2 11 52,4 2 5 19,2 8 38,1 3 2 7,6 2 9,5 4 0 0 0 0 5 0 0 0 0 6 1 4,0 0 0 Total 26 100,0 100,0 4. Jumlah saudara kandung 1 8 31,0 7 33,3 2 11 42,0 12 57,1 3 6 23,0 2 9,5 4 0 0 0 0 5 0 0 0 0 6 1 4,0 0 0 Total 26 100,0 21 100,0 Sumber: Data Primer, 2013 Berdasarkan tabel 4.2 karakteristik responden anak berdasarkan usia pada kelompok anak yang pernah mengikuti PAUD sebagian besar 26 orang (55,3%) adalah berusia 5,5 tahun. Sedangkan pada kelompok anak yang tidak pernah mengikuti PAUD sebagian besar 7 orang (33,3%) adalah berusia 5

tahun. Karakteristik riwayat pendidikan sebagian besar 26 orang (55,3%) adalah pernah PAUD sedangkan 21 orang (44,7%) adalah tidak pernah PAUD. Untuk karakteristik berdasarkan jenis kelamin pada kelompok anak yang pernah PAUD antara laki-laki dan perempuan berjumlah sama yaitu 13 orang (50,0%) sedangkan pada kelompok anak yang tidak pernah PAUD sebagian besar 11 orang (52,4%) berjenis kelamin laki-laki. Karakteristik berdasarkan urutan kelahiran sebagian besar adalah anak pertama sebanyak 18 orang (69,2%) pada kelompok anak pernah PAUD dan 11 orang (52,4%) pada kelompok anak tidak pernah PAUD. Untuk karakteristik jumlah saudara kandung sebagian besar 11 (42,0%) dan 12 orang (57,1%) pada kelompok tidak pernah PAUD keduanya sama mempunyai saudara kandung sebanyak 2. Tabulasi ini digunakan untuk mengetahui perbedaan tingkat kemandirian antara yang pernah mengkuti PAUD dan yang tidak pernah mengikuti PAUD. Tabel 4.3 Tabulasi Silang Tingkat Kemandirian Anak Antara yang PAUD dengan Tidak PAUD Pada Siswa TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta TA 2012/2013 Tingkat Riwayat Pendidikan Kemandirian PAUD Tidak PAUD F % F % Sesuai 20 76,9 2 9,9 Meragukan 4 15,4 11 52,1 Penyimpangan 2 7,7 8 38,0 Total 26 100,0 21 100,0 Sumber: Data Primer, 2013 Dari tabel 4.5 dapat diketahui bahwa berdasarkan pada tingkat kemandirian anak yang pernah mengikuti PAUD adalah tingkat kemandirian kategori sesuai sebanyak 20 anak (76,9%), kategori meragukan sebanyak 4 anak (15,4%), dan kategori penyimpangan sebanyak 2 anak (7,7%). Sedangkan, pada anak yang tidak pernah mengikuti PAUD adalah tingkat kemandirian kategori sesuai sebanyak 2 (9,9%), kategori meragukan sebanyak 11 anak (52,1%), dan kategori penyimpangan sebanyak 8 anak (38%). Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan bahwa 20 anak (76,9%) anak yang mengikuti PAUD memiliki kemandirian kategori sesuai. Pendidikan merupakan salah satu hal yang dapat mengembangkan aktivitas diri, anak dapat mencapai perilaku mandiri melalui pengembangan-pengembangan potensi yang dimilikinya. Haditomo 2006 menjelaskan, orang yang berpendidikan akan mengenal dirinya lebih baik termasuk kelebihan dan kekurangan yang ada pada dirinya, sehingga mereka cenderung mempunyai rasa pecaya diri yang tinggi yang akan sangat berpengaruh terhadap kemandirian anak. Supaya memperoleh hasil optimal, kemandirian sesungguhnya bisa dimulai sejak anak masih bayi. Hal ini didukung oleh pendapat pakar

psikologi bahwa kemandirian anak terbentuk ketika seseorang individu berusia dini. Melatih anak sejak dini lebih mudah daripada saat dewasa, karena anak yang sudah dibiasakan mandiri sejak kecil akan terbawa sampai dewasa. Sebaliknya anak yang terlambat belajar mandiri tidak akan memiliki dasar yang kuat saat dewasa (Agus, 2009). PAUD memberikan dampak positif terhadap kemandirian anak hal ini sesuai dengan pendapat dari Arilayu (2009) yang menyatakan bahwa manfaat PAUD bagi anak antara lain memberikan kesempatan anak untuk berkumpul dengan teman-teman sebaya. Anak-anak usia dini sudah tidak lagi senang bermain di kamar mereka tetapi mempunyai keinginan untuk bereksplorasi bersama teman-teman sebayanya. Selain itu PAUD dapat meningkatkan prestasi dan mengembangkan serta menumbuhkan seluruh potensi anak usia dini dengan potensi yang dimiliki anak sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan ke tahap selanjutnya. Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan dini merupakan faktor penting dalam pembentukan kemandirian anak, karena pada saat inilah yang akan menentukan apakah kemandirian anak baik atau kurang. Untuk itu diharapkan orangtua mengikutkan anak ke pendidikan bagi anak usia dini. Kemandirian anak yang tidak pernah mengikuti PAUD kurang maksimal dikarenakan kurangnya stimulasi dari orang tua dan keluarga. Orang tua menganggap mendampingi anak dalam proses tumbuh kembang merupakan suatu hal yang sangat penting, akan tetapi kebanyakan orang tua beranggapan bahwa mendampingi anak merupakan hal yang sangat mudah, tidak perlu diperhatikan dan dipersiapkan, karena tugas tersebut sudah suatu naluri. Hal ini kurang mendukung perkembangan anak sehingga kemandirian anak akan terhambat dan anak tidak berkembang sesuai potensinya. Pada hasil analisis uji statistik Mann- Whitney U Test didapatkan hasil Asymp.Sig (0,001) dengan taraf signifikansi 5%, maka terdapat perbedaan antara tingkat kemandirian pada anak yang pernah mengikuti PAUD dengan yang tidak pernah mengikuti PAUD karena Asymp.Sig <0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kemandirian antara anak yang pernah mengikuti PAUD dengan yang tidak pernah mengikuti PAUD di TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta. Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Sari 2007, yang menyatakan bahwa ada perbedaan perkembangan psikososial anak prasekolah dengan PAUD dari Play Group dan tanpa Play Group. Hasil penelitian pada kelompok anak prasekolah dengan PAUD dari Play Group sebagian besar mempunyai perkembangan psikososial dengan kategori baik (60%). Pada kelompok anak prasekolah dengan PAUD tanpa Play Group sebagian besar mempunyai perkembangan psikososial dengan kategori cukup. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di TK ABA Bodeh Ambarketawang Gamping Sleman Yogyakarta pada 47 anak beserta 47 orang tua dari anak tersebut, dapat disimpulkan bahwa:

1. Kemandirian anak yang pernah mengikuti PAUD mempunyai kemandirian dalam kategori sesuai sebesar (76,9%). 2. Kemandirian anak yang tidak pernah mengikuti PAUD mempunyai kemandirian dalam kategori meragukan sebesar (52,1%). 3. Ada perbedaan secara signifikan tingkat kemandirian anak yang pernah mengikuti PAUD dengan yang tidak pernah mengikuti PAUD dengan nilai Asymp. Sig (0,001) dengan taraf signifikansi α = 5%. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka peneliti memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi orang tua Diharapkan orang tua yang mempunyai anak usia 4-6 tahun dapat mengikutsertakan putra-putrinya ke Pendidikan Anak Usia Dini supaya tingkat kemandirian anak lebih terstimulasi dengan baik. 2. Bagi tenaga pendidik & kader Diharapkan bagi tenaga pendidik dan kader dapat menggunakan hasil penelitian ini dan memberikan informasi kepada orang tua guna meningkatkan kemandirian anak sejak dini dengan cara mengikutsertakan anak ke PAUD. 3. Bagi peneliti lain Diharapkan bagi peneliti lain untuk dapat memperbaiki penelitian ini dengan menambahkan lebih banyak responden. Selain hal tersebut, peneliti lain bisa menggunakan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi tingkat kemandirian anak seperti jenis kelamin, jumlah saudara kandung dalam keluarga serta urutan kelahiran anak. DAFTAR RUJUKAN Emmy, R dan Priyani, R. 2008. Menjadi Orang Tua Cerdas: Tips Mendampingi Anak Belajar. Yogyakarta: Kanisius. Nursalam, S. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak Edisi pertama. Jakarta: Salemba Medika. Ma ruf, F. 2007. Agar Anak Mandiri dalam http://www.baitijannati.wordpress.com Martini, J. Perkembangan Pengembangan Anak Usia Taman KanakKanak: pedoman bagi orang tua dan guru. 2006. Jakarta: PT Grasindo. Soetjiningsih. 2000. Tumbuh kembang anak. Jakarta: ECG. Sukresno, E. 2000. Masa-Masa Penting Menjadi Orang Tua Cerdas: Tips Mendampingi Anak Belajar. Jakarta Pusat. Arilayu. 2009. Manfaat Play Group Bagi Anak. Jakarta: Cipta.